Anda di halaman 1dari 9

PERMASALAHAN PENELITIAN PENDIDIKAN

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu:
1. Prof. Dr. H. Prim Masrokan Mutohar, M.Pd
2. Prof. Dr. H. Ahmad Tanzeh, M. Pd

Oleh:
CHOLILATUN NABILAH
(12850521006/1A)

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah adalah kesenjangan (dicrepancy) yakni kesenjangan antara apa
yang seharusnya (harapan) dan apa yang ada dalam kenyataan sekarang.
Kesenjangan tersebut dapat mengacu ke ilmu pengetahuan dan teknologi,
ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan dan banyak hal.
Dalam dunia pendidikan, kita banyak menemui permasalahan-permasalan
yang kerap terjadi. Dalam menghadapi permasalahan-permasalahan ini
diperlukan penelitian untuk mengatasi dan menemukan solusi untuk
menyelesaikan masalah.
Masalah penelitian ini merupakan pondasi dalam terjadinya sebuah
penelitian. Dengan adanya masalah penelitian maka akan muncul harapan dan
juga usaha menuju suatu perkembangan yang lebih baik sekaligus
mengantisipasi kesenjangan-kesenjangan tersebut.
Dalam sebuah penelitian mengidentifikasi permasalahan-permasalahan ini
akan dijadikan sebagai batasan materi dan juga fokus perhatian yang akan
dibahas.
Berdasarkan fenomena di atas maka makalah ini disusun untuk memaparkan
tentang penjelasan tentang permasalahan penelitian
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat dan Kriteria Pemilihan Masalah
Masalah merupakan kesenjangan (gap) antara apa yang seharusnya ada
dan apa yang terjadi; atau antara apa yang diharapkan akan terjadi dan apa
yang menjadi kenyataan. Kesenjangan itu hendaklah merupakan sesuatu yang
dapat dimanipulasi dan dipecahkan dengan pendekatan ilmiah. 1
Langkah utama dalam proses penelitian adalah menentukan masalah
penelitian. Hardani, dkk menyebutan tentang beberapa hal yang bisa dijadikan
sumber masalah. Antara lain:2
a. Bacaan
Jurnal-jurnal penelitian yang merupakan laporan dari hasil-hasil penelitian
dapat dijadikan sumber masalah. Suatu penelitian kerap kali tidak mampu
untuk memecahkan semua masalah penelitian yang ada karena
keterbatasan penelitan. Hal ini menuntut adanya penelitian lebih lanjut
dengan mengangkat masalah-masalah yang belum terjawab.
b. Pertemuan Ilmiah
Masalah dapat diperoleh melalui pertemuan-pertemuan ilmiah. Seperti
seminar, diskusi. lokakarya, konferensi, dan sebagainya. Dengan
pertemuan ilmiah dapat mucul permasalahan yang memerlukan jawaban
melalui penelitian
c. Pernyataan pemegang kekuasaan (otoritas)
Orang yang mempunyai kekuasaan atau otoritas cenderung menjadi figur
yang dianut oleh orang-orang yang ada di bawahnya. Sesuatu yang
diungkapkan oleh pemegang otoritas tersebut dapat dijadikan sumber
masalah. Pemegang otoritas bisa bersifat formal maupun non formal.

1
Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan
Edisi Pertama.(Jakarta: Kencana,2017). hlm: 85
2
Hardani dll
Contohnya, pendapat Menteri Pendidikan tentang rendahnya kualitas yang
dimiliki oleh lulusan sekolah dasar, atau kurangnya kompetensi guru di
lingkungan madrasah. Ini merupakan contoh pernyataan formal yang
disampaikan oleh pemegang otoritas formal yang dijadikan sebagai
sumber masalah. Sedangkan untuk yang non formal misalnya pendapat
dari tokoh masyarakat di desa tentang rendahnya minat orang tua untuk
menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi
d. Pengamatan (observasi)
Pengamatan dilakukan seseorang tentang sesuatu yang direncanakan
ataupun tidak direncanakan baik secara sepintas maupun dalam jangka
waktu yang cukup lama dapat melahirkan suatu masalah.
Misalnya: seorang guru menemukan masalah setelah mengamati sikap dan
perilaku siswa dalam proses belajar mengajar, seorang kepala sekolah
menemukan masalah setelah mengamati kegiatan guru di sekolah.
e. Wawancara dan penyebaran kuisioner
Melalui wawancara kepada masyarakat mengenai suatu kondisi aktual di
lapangan dapat menemukan masalah apa yang dihadapi oleh masyarakat
tersebut. Demikian pula dengan menyebarkan angket, akan dapat
menemukan apa sebenarnya masalah yang dirasakan oleh masyaraat
tersebut. Kegiatan ini biasanya dijadikan studi awal untuk mengadakan
penjajakan tentang permasalahan yang ada di lapangan dan juga untuk
meyakinkan adanya permasalahan di masyarakat.
f. Pengalaman
Pengalaman dapat dikatakan sebagai guru yang paling baik. Pengalaman
seseorang baik yang dialami oleh dirinya sendiri maupun dari orang lain
dapat dijadikan sumber masalah yang dapat dijawab melalui penelitian.
Misalnya pengalaman seoang mahasiswa semasa melakukan KKn di
pedesaan. Mereka menemukan beberapa masalah di daerah miskin,
misalnya rendahnya tingkat pendidikan atau banyaknya lulusan SD yang
tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.
Faktor-faktor di atas dapat saling mempengaruhi dalam terciptanya suatu
masalah penelitian.
A.Muri Yusuf juga memnyampaikan pendapatnya tentang kriteria yang
dapat digunakan dalam memilih masalah penelitian antara lain sebagai
berikut:3
a. Masalah harus jelas dan tidak meragukan
Masalah ialah titik pangkal suatu penelitian. Sebagai kegiatan ilmiah,
masalah itu harus jelas dan dapat didekati dengan pendekatan ilmiah.
Masalah yang kabur akan membawa kerancuan dan sekaligus
memberikan dampak negatif pada hasil penelitian.
b. Masalah hendaklah berarti, baik bagi diri pribadi, institusi, masyarakat,
maupun perkembangan ilmu pengetahuan.
Dalam hal ini, pemilihan masalah hendaklah selalu mengacu pada
nilai guna, dukungan, dan sumbangan yang diberikan hasil penelitian
terhadap individu, keluarga, masyarakat, dan ilmu pengetahuan
c. Masalah yang diteliti hendaklah berada dalam batas kemampuan dan
jangkauan peneliti.
Sebagai peneliti, masalah yang akan dipilih hendaklah masalah yang
berada dalam batas kemampuan dan jangkauan peneliti. Dari segi
disipilin ilmu, masalah itu hendaklah dalam cakupan disiplin ilmu peneliti
sehingga yang bersangkutan mengakomodasi masalah itu secara tuntas
dan jelas sehingga memberikan deskripsi yang tepat terhadap masalah
yang dipecahkan. Kekurangmampuan peneliti dalam memecahkan suatu
masalah karena berada di luar bidang keahliannya akan mengakibatkan
analisis yang salah, kurang bermakna, dan seadanya. Keadaan itu akan

3
Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan
Edisi Pertama.(Jakarta: Kencana,2017). hlm: 88
memberikan dampak yang tidak menguntungkan bagi perkembangan
ilmu pengetahuan.
d. Masalah itu menarik minat peneliti
Masalah yang dipilih hendaklah masalah yang menarik bagi sesorang,
sehingga dapat memotivasi yang bersangkutan melakukan sesuatu dengan
baik, bersikap serius, serta mampu memfokuskan perhatiannya pada
masalah tersebut. Pemusatan perhatian dan minat akan sangat membantu
peneliti dalam menyusun proposal, melaksanakan, dan menganalisis hasil
penelitian dengan baik
e. Dalam penelitian kuantitatif, masalah itu hendaklah menyatakan
hubungan dua variabel atau lebih, sedangkan dalam penelitian kualitatif
hendaklah menyatakan keterpautan suatu objek dalam konteksnya.
f. Pemilihan masalah hendaklah mempertimbangkan faktor biaya yang
digunakan. Hal itu dimaksudkan agar hasil penelitian akurat dan tepat
guna. Makin luas ruang cakupan dan makin kompleks tingkat kesulitan,
makin besar biaya yang akan digunakan dan makin sukar prosedur
penelitian.
g. Data dikumpulkan dengan cepat, tepat dan benar.
Banyak masalah yang dihadapi, tetapi tidak semua data dapat
diungkapkan dengan cepat, tepat dan teliti. Hal itu tidak dapat dipisahkan
dengan responden penelitian. Jangan dipilih masalah yang datanya tidak
mungkin dikumpulkan. Selalu check dan recheck terhadap data dan
sumber penelitian.
Sehubungan dengan ini, peneliti perlu mengajukan pertanyaan:
 apakah jenis data yang akan dikumpulkan
 mengapa informasi itu diperlukan
 apakah data itu primer atau data sekunder
 pakah sumber data cukup tersedia, mudah dihubungi, dan data
dapat dikumpulkan dengan cepat.
h. Masalah hendaklah sesuatu yang aktual dan hangat pada waktu penelitian
diadakan
i. Yang dijadikan masalah hendaklah sesuatu yang baru dan telah wajar
untuk diteliti atau akan menemukan bentuk batu dari sesuatu yang sudah
ada.
j. Pemilihan masalah hendaklah mempertimbangkan waktu yang tersedia.
Ada masalah yang membutuhkan waktu yang lama dan ada pula yang
relatif singkat. Lama waktu yang digunakan juga terkait dengan
kemampuan peneliti, luas cakupan, biaya, tenaga pengumpul data.

Setelah masalah teridentifikasi, selanjutnya dipilih dan ditentukan masalah


yang akan diangkat dalam suatu penelitian. Untuk memilih dan menentukan
maslah yang layak, perlu mempertimbangkan beberapa kriteria masalah
penelitian yang baik. Ada beberapa kriteria dalam merumuskan masalah
penelitian sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Fraenkel dan Wallen, masalah penelitian ditunjukkan sebagai
pertanyaan. Karaketeristik pertanyaan penelitian yang baik adalah:4
a. Pertanyaan harus feasible, artinya pertanyaan atau masalah penelitian
itu dapat memungkinkan untuk diteliti, dipandang dari segi waktu,
energi, dan biaya
b. Pertanyaan itu harus jelas, artinya peertanyaan itu harus dirumuskan
dengan kalimat yang sederhana dan disepakati maknanya oleh
sebagian besar masyarakat
c. Pertanyaan itu harus signifikan, maksudnya bahwa masalah penelitian
itu akan memberikan sumbangan pengetahuan yang penting bagi
manusia
4
Hardani dll
d. Pertanyaan itu harus etis, artinya pertanyaan atau permasalahan
tersebut apabila diteliti tidak akan merusak atau membahayakan
manusia atau lingkungan alam dan lingkungan manusia.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa masalah
penelitian yang baik itu apabila masalah penelitian memenuhi dua kriteria
yaitu kriteria yang bersifat subyektif dan bersifat obyektif. Kriteria
subyektif ini berhubungan dengan peneliti yaitu yang menyangkut
kemampuan dan keahlian, minat, biaya penelitian, waktu yang tersedia, alat-
alat dan fasilitas yang dimiliki serta penguasaan metodologi penelitian.
Sedangkan pertimbangan onyektif merupakan pertimbangan yang datang dari
arah masalah itu sendiri. Pertimbangan obyektif ini mengarah kepada
pemberian sumbangan kemanfaatan yang meliputi pengembangan teori dalam
bidang yang bersangkutan dan pemecahan masalah-masalah praktis.
B. Perumusan Masalah
Masalah yang dipilih harus researchable dalam artian dapat diselidiki.
Masalah perlu dirumuskan dengan jelas. Dengan perumusan yang jelas
peneliti diharapkan dapat mengetahui variabel-variabel apa yang akan diukur
dan apakah ada alat-alat ukur yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan
rumusan masalah yang jelas akan dapat dijadikan penuntun bagi langkah-
langkah selanjutnya.
Fraenkel dan Wallen mengungkapkan bahwa salah satu karakter
formulasi pertanyaan penelitian yang baik yaitu pertanyaan penelitian harus
clear.5 Artinya pertanyaan penelitian yang diajukan hendaknya disusun
dengan kalimat yang jelas, tidak membingungkan. Dengan variabel yang jelas
akan mudah mengidentifikasi variabel-variabel yang ada dalam pertanyaan
penelitian tersebut.

5
Fraenkel, Jack. R and Norman E. Wallen. (1990). How to Design and Evaluate
Research in Education USA, San Fransisco State University.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan masalah
penelitian antara lain adalah:6
a. Rumusan masalah hendaknya singkat dan bermakna
Masalah perlu dirumuskan dengan singkat dan padat tidak berbelit-
belit yang dapat membingungkan pembaca
b. Rumusan masalah hendaknya dalam bentuk kalimat tanya
Masalah akan lebih tepat apabila dirumuskan dalam bentuk
kalimat pertanyaan, bukan kalimat pernyataan
c. Rumusan masalah hendaknya jelas dan kongkrit
Rumusan masalah yang jelas dan kongkrit akan memungkinkan
peneliti secara eksplisit dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan:
apa yang akan diselidiki, siapa yang diselidiki, mengapa diselidiki,
bagaimana pelaksanaanya, bagaimana melakukannya, dan apa
tujuan yang diharapkan
d. Masalah hendaknya dirumuskan secara operasional
Sifat operasional dari rumusan masalah akan dapat memungkinkan
peneliti memahami variabel-variabel yang ada dalam penelitian
dan bagaimana mengukurnya
e. Rumusan masalah hendaknya mampu memberi petunjuk tentang
memungkinkannya pengumpulan data di lapangan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam masalah
penelitian tersebut.
f. Perumusan masalah haruslah dibatasi lingkupnya, sehingga
memungkinkan penarikan kesimpulan yang tegas.

6
HArdani hlm 92

Anda mungkin juga menyukai