Anda di halaman 1dari 10

UJIAN TENGAH

SEMESTER

Mata Kuliah/SKS : Penelitian Pendidikan SD /2


Mahasiswa : Ayu Lestari
Jurusan/Smt/Tanggal : PGSD/Gasal 5A/ 5 Oktober 2022
Waktu : 08.00 - 09.30

Petunjuk:
1. Tuliskan identitas diri pada kertas jawaban
2. Kerjakan semua soal dan tidak harus urut nomor soal (mulai yang termudah dulu)
3. Submit jawaban dengan format file rombel_ nomor urut peresensi_nama
(Contoh 5A_29_Risma Aulia)
4. Waktu 90 menit (75 untuk pengerjaan dan 15 menit untuk submit)

Soal UTS

1. Guru SD sebagai pendidik perlu melakukan penelitian. Bagaimana pendapat


Anda? Berikan ulasannya. (skor 15)
Jawab :
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk pembelajaran atau kegiatan ilmiah
dan terstruktur. Dilakukan oleh guru/peneliti di dalam kelas melalui penggunaan
tindakan. Meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Sains adalah sesuatu yang
ada atau ada. Sains dan metode, cara berpikir yang objektif, rasional, dan sistematis
berdasarkan fakta Menemukan, mendemonstrasikan, mengembangkan, dan
mengevaluasi pengetahuan. Ada tiga hal penting ketika melakukan penelitian
tindakan kelas, apa yang Anda lakukan sebagai seorang guru? Sudah diperbaiki, apa
yang ditingkatkan, dan siapa yang ditingkatkan, maka guru akan tahu. Situasi kelas,
setelah guru melakukan penelitian tindakan kelas, guru membuat laporan. Kegiatan
ilmiah, yaitu melaporkan studi lapangan dan kemudian mengemas temuannya.
Apakah karya tulis ilmiah, tentu saja penulisan ilmiah memiliki aturan penulisan
seperti itu. Temuan didasarkan pada sistematika dan Kemudian, atur ke Naskah
diterbitkan di jurnal atau media lain sehingga dapat disumbangkan menjadi harta
karun ilmu pengetahuan. Mata pelajaran pendidikan dasar adalah Seperti PKn, IPS,
Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Indonesia. Satu Pendidik harus mampu
memahami konsep kurikulum pelajaran, pelajaran sebagai pengalaman belajar,
pelajaran sebagai pelajaran, jadi guru Juga diharapkan dapat merancang
pembelajaran pendidikan di setiap mata kuliah. Satuan pendidikan di sekolah dasar
dan mampu merancang penilaian proses dan hasil pembelajaran.
2. Jelaskan, keluasan ruang lingkup penelitian pendidikan! (skor 10)
Jawab:
Ruang lingkup penelitian pendidikan adalah sistem pendidikan, filsafat pendidikan,
kebijakan pendidikan, teori pendidikan, manajemen pendidikan, satuan pendidikan,
jenis pendidikan, program pendidikan, proses pembelajaran, kontribusi pendidikan,
ilmu penunjang pendidikan, dll.

3. Jenis pendekatan penelitian (kuantitatif dan kualitatif) dapat digunakan secara


bersamaan dalam memecahkan masalah pendidikan. Berikan penjelasan Anda disertai
dengan contoh. (skor 15)

Jawab:

Riset dalam pemecahan permasalahan pembelajaran bisa dicoba dengan


pendekatan kuantitatif serta kualitatif secara bertepatan, pastinya permasalah yang
berbeda. Namun buat topik kasus serta aspek yang sama tidak bisa dicoba
bertepatan.

Ada 2 kelompok tata cara riset dalam ilmu sosial ialah tata cara riset kuantitatif
serta tata cara riset kualitatif. Di antara kedua tata cara ini kerap mencuat
perdebatan di seputar permasalahan metodologi riset. Tiap- tiap aliran berupaya
mempertahankan kekuatan metodenya

Salah satu alasan yang dikedepankan oleh tata cara riset kualitatif merupakan
keunikan manusia ataupun indikasi sosial yang tidak bisa dianalisa dengan tata
cara yang dipinjam dari ilmu eksakta.

Metode riset kualitatif menekankan pada tata cara riset observasi di lapangan serta
informasinya dianalisa dengan metode non- statistik walaupun tidak senantiasa
wajib menabukan pemakaian angka

Penelitian kualitatif lebih menekankan pada pemakaian diri sang periset selaku
perlengkapan. Periset wajib sanggup menguak indikasi sosial di lapangan dengan
mengerahkan segenap guna inderawinya. Dengan demikian, periset wajib bisa
diterima oleh responden serta lingkungannya supaya sanggup menguak informasi
yang tersembunyi lewat bahasa tutur, bahasa badan, sikap ataupun ungkapan-
ungkapan yang tumbuh dalam dunia serta area responden.
Contoh:

Apakah ada ikatan antara latar balik pembelajaran orang tua siswa SMA Negara 1
Kayen dengan keahlian mereka dalam menyekolahkan anak ke akademi besar?

Analisis perilaku dalam upaya tingkatkan motivasi orang tuas siswa selaku
fasilitas kenaikan keinginan serta keahlian menyekolahkan anak ke akademi besar
di SMA Negara 1 Kayen)

4. Jelaskan perbedaan antara masalah penelitian dan masalah yang bukan penelitian.
Berikan jawabannya disertai dengan contoh! (skor 15)
Jawab :
Permasalahan riset merupakan“ permasalahan yang pemecahannya membutuhkan
riset”

Syarat2 permasalahan riset:

1. Fisibel dari segi dana, waktu, perlengkapan, kemampuan periset, serta subjek
riset yg dibutuhkan

2. Interesting untuk penelitinya

3. Novel, ialah memantapkan, membantah, memenuhi dgn riset sebelumnya

4. Etik riset tidak dilanggar

5. Relevan untuk pertumbuhan ilmu dikala itu

Kelainannya bila permasalahan yang bukan riset tidak membutuhkan kajian


mendalam serta bisa dituntaskan dalam waktu relative singkat.

5. Bagaimana keterkaitan antara identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan


perumusan masalah dalam penelitian kuantitatif? (Penjelasan hendaknya disertasi
dengan contoh) (skor 15)
Jawab :
Identifikasi permasalahan merupakan pengenalan permasalahan ataupun
inventarisir permasalahan. Identifikasi permasalahan merupakan salah satu proses
penelitan yang boleh dikatakan sangat berarti diantara proses lain. Permasalahan
riset hendak memastikan mutu dari riset, apalagi pula memastikan apakah suatu
aktivitas dapat diucap riset ataupun tidak. Permasalahan riset secara universal dapat
kita temukan melalui riset literatur ataupun melalui pengamatan lapangan(
observasi, survey, dsb).

Permasalahan riset dapat didefinisikan selaku statment yang mempermasalahkan


sesuatu variabel ataupun ikatan antara variabel pada sesuatu fenomena. Sebaliknya
variabel itu sendiri bisa didefinisikan selaku pembeda antara suatu dengan yang
lain.

Sebagian perihal yang dijadikan selaku sumber permasalahan merupakan:

1. Bacaan

Teks yang berasal dari jurnal- jurnal riset yang berasal dari laporan hasil- hasil riset
yang bisa dijadikan sumber permasalahan, sebab laporan riset yang baik pastinya
mencantumkan saran buat riset lebih lanjut, yang berkaitan dengan riset tersebut.
Sesuatu riset kerap tidak sanggup membongkar seluruh permasalahan yang
terdapat, sebab keterbatasan riset. Perihal ini menuntut terdapatnya riset lebih lanjut
dengan mengangkut masalah- masalah yang belum terjawab.

Tidak hanya harian riset, teks lain yang bertabiat universal pula bisa dijadikan
sumber permasalahan misalnya buku- buku teks paling utama novel teks yang
mendeskripsikan tanda- tanda dalam sesuatu kehidupan yang menyangkut ukuran
sains serta teknologi ataupun teks yang berbentuk tulisan yang dilansir dimedia
cetak.

2. Pertemuan Ilmiah

Permasalahan bisa diperoleh lewat pertemuan- pertemuan ilmiah, semacam


seminar, dialog. Lokakarya, konfrensi serta sebagainya. Dengan pertemuan ilmiah
bisa timbul bermacam kasus yang membutuhkan jawaban lewat riset.

3. Statment Pemegang Kekuasaan( Otoritas)

Orang yang memiliki kekuasaan ataupun otoritas cenderung jadi figure yang dianut
oleh orang- orang yang terdapat dibawahnya. Suatu yang diungkapkan oleh
pemegang otoritas tersebut bisa dijadikan sumber permasalahan. Pemegang otoritas
di mari bisa bertabiat resmi serta non resmi.

4. Observasi( Pengamatan)

Pengamatan yang dicoba seorang tentang suatu yang direncanakan maupun yang
tidak direncanakan, baik secara sepintas maupun dalam jangka waktu yang lumayan
lama, bisa melahirkan sesuatu permasalahan. Contoh: Seseorang pendidik
menciptakan permasalahan dengan memandang( mengamati) perilaku serta sikap
siswanya dalam proses belajar mengajar.

5. Wawancara serta Angket

Lewat wawancara kepada warga menimpa suatu keadaan aktual di lapangan bisa
menciptakan permasalahan apa yang saat ini dialami warga tertentu. Demikian pula
dengan menyebarkan angket kepada warga hendak bisa menciptakan apa
sesungguhnya permasalahan yang dialami warga tersebut. Aktivitas ini dicoba
umumnya selaku riset dini buat mengadakan penjajakan tentang kasus yang
terdapat di lapangan serta pula buat menyakinkan terdapatnya permasalahan-
permasalahan di warga.

6. Pengalaman

Pengalaman bisa dikatakan selaku guru yang sangat baik. Namun tidak seluruh
pengalaman yang dipunyai seorang itu senantiasa positif, namun kadang- kadang
kebalikannya. Pengalaman seorang baik yang diperolehya sendiri ataupun dari
orang lain, bisa dijadikan sumber permasalahan yang bisa dijawab lewat riset.

7. Intuisi

Secara intuitif manusia bisa melahirkan sesuatu permasalahan. permasalahan riset


tersebut timbul dalam benak manusia pada saat- saat yang tidak terencanakan.

Ketujuh aspek diatas bisa silih pengaruhi dalam melahirkan sesuatu permasalahan
riset, bisa pula berdiri sendiri dalam mengakibatkan sesuatu permasalahan. Jadi
buat mengindentifikasi permasalahan bisa lewat sumber- sumber permasalahan di
atas. Sumber- sumber permasalahan tersebut bisa silih berhubungan dalam
memastikan permasalahan riset, bisa pula lewat salah satu sumber saja. Sehabis
permasalahan diindentifikasi, berikutnya butuh diseleksi serta didetetapkan
permasalahan yang hendak dinaikan dalam sesuatu riset. Buat memilah serta
memastikan permasalahan yang layak buat diteliti, butuh memikirkan kriteria
problematika yang baik.

Rumusan permasalahan merupakan persoalan riset, yang biasanya disusun dalam


wujud kalimat tanya, pertanyaan- pertanyaan tersebut hendak jadi arah kemana
sesungguhnya riset hendak dibawa, serta apa saja sesungguhnya yang mau dikaji/
dicari ketahui oleh sang periset. Permasalahan yang diseleksi wajib“ researchable”
dalam makna permasalahan tersebut bisa diselidiki. Permasalahan butuh
diformulasikan secara jelas, sebab dengan formulasi yang jelas, periset diharapkan
bisa mengenali variabel- variabel apa yang hendak diukur serta apakah terdapat
alat- alat ukur yang cocok buat menggapai tujuan riset. Dengan rumusan
permasalahan yang jelas, hendak bisa dijadikan penuntun untuk langkah- langkah
berikutnya. Perihal ini cocok dengan pemikiran yang dinyatakan oleh Jack R.
Fraenkel serta Norman E. Wallen( 1990: 23) kalau salah satu ciri perumusan
persoalan riset yang baik ialah persoalan riset wajib clear. Maksudnya persoalan
riset yang diajukan hendaknya disusun dengan kalimat yang jelas, tidak
membingungkan. Dengan persoalan yang jelas hendak gampang mengenali
variabel- variabel apa yang terdapat dalam persoalan riset tersebut, serta selanjutnya
mempermudah dalam mendefenisikan sebutan ataupun variabel dalam persoalan
riset. Dalam mendefenisikan sebutan tersebut depat dengan( 1) Constitutive
definition, ialah dengan pendekatan kamus( dictionary approach),( 2), Contoh
ataupun by example serta( 3) Operational definition, ialah mendefenisikan sebutan
ataupun variabel riset secara khusus, rinci serta operasional.

Bersumber pada pemikiran di atas, bisa disimpulkan kalau terdapat sebagian perihal
yang butuh dicermati dalam merumuskan permasalahan riset, antara lain
merupakan:

1. Rumusan permasalahan hendaknya pendek serta bermakna

Permasalahan butuh diformulasikan dengan pendek serta padat tidak rumit yang
bisa membingungkan pembaca. Permasalahan diformulasikan dengan kalimat yang
pendek tetapi bermakna.

2. Rumusan permasalahan hendaknya dalam wujud kalimat Tanya

Permasalahan hendak lebih pas apabila diformulasikan dalam wujud kalimat


persoalan, bukan kalimat statment.

3. Rumusan permasalahan hendaknya jelas serta kongkrit

Rumusan permasalahan yang jelas serta kongkrit hendak membolehkan periset


secara eksplisit bisa menanggapi pertanyaan- pertanyaan: apa yang hendak
diselidiki, siapa yang hendak diselidiki, kenapa diselidiki, gimana penerapannya,
gimana melaksanakannya serta apa tujuan yang diharapkan.

4. Permasalahan hendaknya diformulasikan secara operasional

Watak operasional dari rumusan permasalahan, hendak bisa membolehkan periset


menguasai variabel- variabel serta sub- sub variabel yang terdapat dalam riset serta
gimana mengukurnya.

5. Rumusan permasalahan hendaknya sanggup member petunjuk tenang


memungkinkannya pengumpulan informasi di lapangan buat menanggapi
pertanyaan- pertanyaan yang tercantum dalam permasalahan riset tersebut.

6. Formulasi permasalahan haruslah dibatasi lingkupnya, sehingga membolehkan


penarikan simpulan yang tegas. Jika diiringi rumusan permasalahan yang bertabiat
universal, hendaknya diiringi penjabaran- penjabaran yang khusus serta
operasional.

Batas permasalahan merupakan ruang lingkup permasalahan ataupun menghalangi


ruang lingkup permasalahan yang sangat luas/ lebar sehingga riset lebih dapat fokus
buat dicoba. Perihal ini dicoba supaya ulasan tidak sangat luas kepada aspek- aspek
yang jauh dari relevan sehingga riset dapat lebih fokus buat dicoba. Dari sekian
banyak permasalahan tersebut dipilihlah satu ataupun 2 permasalahan yang hendak
dipermasalahkan, pasti yang hendak diteliti( umum diucap dengan batas
permasalahan). Batas permasalahan jadinya berati pemilihan satu ataupun 2
permasalahan dari sebagian permasalahan yang telah teridentifikasi.

Batas permasalahan itu dalam makna lain sesungguhnya menegaskan ataupun


memperjelas yang jadi permasalahan. Dengan kata lain, merumuskan penafsiran
serta menegaskannya dengan sokongan data- data hasil riset pendahuluan semacam
apa“ wujud” permasalahan tersebut. Misal, bila yang diseleksi menimpa“ prestasi
kerja karyawan yang rendah” dipaparkanlah( dideskripsikanlah)“ kerendahan”
prestasi kerja itu semacam apa( misalnya kedatangan kerja seberapa rendah,
intensitas kerja seberapa rendah, kuantitas hasil kerja seberapa rendah, mutu kerja
seberapa rendah).

Bisa pula batas permasalahan itu dalam makna batas penafsiran permasalahan, ialah
menegaskan secara operasional( definisi operasional) permasalahan tersebut yang
hendak mempermudah buat melaksanakan riset( pengumpulan informasi)
tentangnya. Misal, dalam contoh di atas, prestasi kerja memiliki aspek kedatangan
kerja( ketepatan waktu kerja), intensitas ataupun intensitas kerja( betul- betul
melaksanakan aktivitas kerja ataukah malas- malasan serta buang- buang waktu,
banyak menganggur), kuantitas hasil kerja( banyaknya karya yang dihasilkan
berbanding waktu yang ada), serta mutu hasil kerja( kerapihan, kecermatan dsb dari
hasil karya).

Opsi arti yang mana yang hendak diiringi sesungguhnya tidak permasalahan.
Idealnya:( 1) menghalangi( memilah satu ataupun 2) permasalahan yang hendak
diteliti( seleksi satu ataupun 2 dari yang telah diidentifikasi),( 2) menegaskan
pengertiannya, serta( 3) menguraikan data- data yang membagikan cerminan lebih
rinci menimpa“ sosoknya.”. Semacam dalam contoh: Jadi, bila perkaranya
berbentuk“ prestasi kerja karyawan yang rendah”( yang diseleksi dari, misalnya:
kreativitas kerja yang rendah, keahlian berinisiatif yang rendah, kerja sama(
kolegialitas) yang rendah, loyalitas yang rendah, serta yang lain), hingga yang
hendak diteliti( diseleksi, dibatasi) pasti menimpa kerendahan prestasi kerja
karyawan, bukan menimpa aspek pemicu rendahnya prestasi kerja karyawan,
ataupun upaya memotivasi karyawan. Bila yang jadi permasalahan kekurangan
sarana( fasilitas prasarana) pembelajaran, hingga yang disebutkan( dituliskan)
merupakan kalau yang hendak diteliti( diseleksi, dibatasi) merupakan permasalahan
kekurangan sarana, bukan pengelolaan sarana. Kekurangan sarana serta pengelolaan
sarana ialah 2 perihal yang berbeda[Ada permasalahan apa pula dengan pengelolaan
sarana?“ Pengelolaan sarana” bukan permasalahan, itu topik ataupun tema Lain
bila“ salah kelola sarana” ataupun“ ketidakefektivan pengelolaan sarana”].
6. Diketahui sebuah judul penelitian ‘Pengaruh Model Pembelajaran Higher Order
Thinking Skills berbantuan Media Visual terhadap Keterampilan Proses Sains
Siswa’ (skor 30)
a. Tuliskan semua variabelnya dan tentukan jenis variabel tersebut
Jawab:
Contoh
Variabel yang digunakan dalam riset ialah Model pendidikan Discovery Learning
Berbantuan Media Misteri Silang( X) selaku variabel bebasnya serta KPS( Y1)
serta Sang( Y2), selaku variabel terikat pada riset ini. Populasi pada riset ini
merupakan kelas X MIPA di SMA Negara 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran
2019/ 2020 berjumlah 4 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 133 orang. Metode
pengambilan ilustrasi pada riset ini dicoba bersumber pada metode Random
Sampling sehingga didapat 2 ilustrasi ialah kelas X MIPA 1 selaku kelas kontrol
partisipan didik sebanyak 30 orang serta kelas X MIPA 3 selaku kelas
eksperimen sebanyak partisipan didik 30 orang. Metode pengumpulan informasi
yang diterapkan ialah berbentuk uji soal essay serta angket memakai skala likert.
Informasi hasil uji KPS partisipan didik diperoleh dari posttest dengan ilustrasi
modul Plantae pada kelas eksperimen serta kontrol.
b. Gambarkan paradigma penelitiannya !
Jawab :
Analisis informasi dicoba secara deskriptif serta inferensia. Analisis deskriptif
dicoba buat mendeskripsikan keahlian rata- rata siswa skor maksimum serta
minimum. Ada pula analisis inferensia digunakan buat menguji hipotesis riset.
Saat sebelum melaksanakan uji hipotesis, terlebih dulu dicoba uji prasyarat ialah
uji normalitas sebaaran informasi secara univariat, uji normalitas multivariat, uji
homogenitas varians, dan uji homogenitas matriks varianskovarians. Sehabis
seluruh uji prasyarat tersebut terpenuhi berikutnya dicoba uji hipotesis dengan
memakai Multivariat Analysis of Variance( MANOVA). Pengujian hipotesis
memakai taraf signifikan 5%(α= 0, 05). Ada pula hipotesis yang diuji dalam riset
ini ialah: Hipotesis I( Multivariat)𝐻0:[𝜇11𝜇21]=[𝜇12𝜇22]( vektor rata- rata
Keahlian Proses Sains Serta Perilaku Ilmiah siswa kelompok eksperimen serta
kelompok kontrol merupakan sama)𝐻1:[𝜇11𝜇21]≠[𝜇12𝜇22]( vektor rata- rata
Keahlian Proses Sains Serta Perilaku Ilmiah siswa kelompok eksperimen serta
kelompok kontrol berbeda) Bila𝐻0 ditolak, hingga uji lanjut( posthoc) dicoba,
dengan hipotessis yang hendak diuji ialah selaku berikut: Hipotesis II(
Univariat)𝐻0∶𝜇11𝜇21=𝜇12𝜇22( tidak ada perbandingan rata- rata Keahlian
Proses Sains yang signifikan antara kelompok eksperimen serta kelompok
kontrol)𝐻0∶𝜇11𝜇21≠𝜇12𝜇22( ada perbandingan rata- rata keahlian Proses Sains
yang signifikan antara kelompok eksperimen serta kelompok kontrol Hipotesis
III( Univariat)𝐻0∶𝜇11𝜇21=𝜇12𝜇22( tidak ada perbandingan rata- rata Perilaku
Ilmiah siswa yang signifikan antara kelompok eksperimen serta kelompok
kontrol)𝐻0∶𝜇11𝜇21≠𝜇12𝜇22( ada perbandingan rata- rata Perilaku Ilmiah siswa
yang signifikan antara kelompok eksperimen serta kelompok kontrol. rata- rata
Keahlian Proses Sains pada siswa yang diajar memakai memakai model
pendidikan Discovery Learning berbantuan media misteri silang lebih besar
dibanding memakai model pendidikan Numbered Head Together. Hasil ini
didukung oleh riset yang dicoba D. R. Gadis et angkatan laut(AL).,( 2022) yang
melaporkan kalau model Discovery learning mempengaruhi positif terhadap
keahlian proses sains siswa. Tidak hanya itu, ditinjau dari Perilaku Ilmiah siswa,
siswa yang diajar memakai model pendidikan Discovery Learning berbantuan
media misteri silang juga lebih besar dibanding memakai model pendidikan
Numbered Head Together. Perihal ini sejalan dengan hasil riset yang dicoba oleh
Yunita et angkatan laut(AL).,( 2019) melaporkan kalau model pendidikan
Discovery Learning bisa tingkatkan perilaku ilmiah partisipan didik. Dengan
demikian, secara deskriptif bisa disimpulkan kalau model pendidikan Discovery
Learning berbantuan media misteri silang dalam pendidikan hayati modul Plantae
membagikan pengaruh positif terhadap Keahlian Proses Sains serta Perilaku
Ilmiah siswa dibanding memakai model pendidikan Numbered Head Together.
Analisis inferensia dicoba buat menguji hipotesis riset, baik secara multivariat(
MANOVA) ataupun secara univariat( uji lanjut bila𝐻0 pada uji MANOVA
ditolak). Saat sebelum dicoba pengujian hipotesis ada sebagian anggapan yang
wajib dipadati, ialah anggapan normalitas serta anggapan homogenitas.
Pengujian normalitas sebaran informasi pada riset ini dicoba dengan memakai uji
Kolmogorov- Smirnov pada taraf signifikan 5%(α= 0, 05). Bisa dilihat kalau buat
variabel Keahlian Proses Sains menemukan nilai Fhitung= 0, 560 dengan nilai
Sig. sebesar 0, 457, sebaliknya variabel Perilaku Ilmiah menemukan Fhitung= 1.
186 dengan nilai Sig. sebesar 0. 281. Sebab nilai Sig. keduanya lebih dari 0, 05,
hingga informasi kedua variabel buat kelompok eksperimen serta kelompok
kontrol mempunyai varians yang homogen. Berikutnya, dicoba uji homogenitas
terhadap martiks varians- kovarians yang dimaksudkan buat memperlihatkan
kalau matriks varians- kovarians variabel terikat sama. Hasil pengujiannya
disajikan. bisa dilihat kalau nilai Fhitung= 26. 611 dengan nilai Sig. sebesar 0,
560. Nilai Sig. tersebut lebih besar dari 0, 05 sehingga menampilkan kalau
matriks varians- kovarians antar variabel merupakan homogen. Sehabis seluruh
uji prasyarat terpenuhi, hingga berikutnya dicoba uji hipotesis. Buat menguji
Hipotesis I digunakan Multivariat Analysis of Variance( MANOVA). diperoleh
nilai Fhitung uji Hotelling’ s Trace sebesar 3339. 150 dengan nilai Sig.=. 000(
Sig.< 0, 05). Sehingga tidak lumayan fakta buat menerima𝐻0. Dengan
demikian, bisa disimpulkan kalau ada perbandingan yang signifikan Keahlian
Proses Sains serta Perilaku Ilmiah secara bersama- sama( simultan) antara kelas
yang menemukan perlakuan menggunakan model pendidikan Discovery
Learning berbantuan media misteri silang dengan kelas yang memakai model
pendidikan Numbered Head Together. Sebab𝐻0 ditolak, butuh dicoba uji
lanjutan( posthoc) buat menyelidiki apakah tiap- tiap variabel berbeda signifikan
buat kedua kelompok perlakuan( Hipotesis II serta III). Hasil uji lanjut( posthoc)
bisa dilihat pada output hasil uji pengaruh antar subjek( test of between- subject
effects) ada perbandingan signifikan keahlian proses sains antara kelas yang
menemukan perlakuan memakai model pendidikan Discovery Learning
berbantuan media misteri silang dengan kelas yang memakai model pendidikan
Numbered Head Together( F= 2002. 415, Sig.= 0. 000). Perihal ini sejalan
dengan riset yang dicoba oleh Novita et angkatan laut(AL).,( 2017) yang
melaporkan kalau ada perbandingan yang signifikan antara siswa yang diajar
dengan dengan model discovery learning dengan LKS berbasis temuan, dengan
siswa yang diajar dengan model discovery learning tanpa LKS berbasis temuan.
Pula menampilkan kalau ada perbandingan signifikan Perilaku Ilmiah antara
kelas yang menemukan perlakuan menggunakan model pendidikan Discovery
Learning berbantuan media misteri silang dengan kelas yang memakai model
pendidikan Numbered Head Together( F= 5756, 812, Sig.= 0. 000). Perihal ini
sejalan dengan hasil riset yang dicoba oleh Ana,( 2018), melaporkan kalau ada
perbandingan perilaku ilmiah secara signifikan antara siswa yang menjajaki
model discovery learning dengan model pengajaran langsung. Bila
mendengarkan hasil analisis deskriptif, rata- rata skor keahlian proses sains serta
perilaku ilmiah buat kelompok siswa yang menemukan perlakuan menggunakan
model pendidikan Discovery Learning berbantuan media misteri silang lebih
besar dibanding kelompok siswa yang menemukan perlakuan memakai model
pendidikan Numbered Head Together. Hasil tersebut, didukung oleh hasil
analisis inferensia sehingga bisa disimpulkan kalau Keahlian Proses Sains serta
Perilaku Ilmiah buat kelompok siswa yang menemukan perlakuan Discovery
Learning berbantuan media misteri silang lebih baik dibanding kelompok siswa
yang menemukan perlakuan memakai model pendidikan Numbered Head
Together. Perihal tersebut sekalian mengindikasikan kalau pelaksanaan model
Discovery Learning berbantuan media misteri silang membagikan pengaruh
positif terhadap Keahlian Proses Sains serta Perilaku Ilmiah Siswa. Perihal ini
cocok dengan hasil riset yang dicoba oleh Sari& Junaidi,( 2021) yang
melaporkan kalau model discovery learning berbasis media misteri silang puzzle
discovery education bisa tingkatkan hasil belajar siswa dalam pendidikan.

Simpulan dan Saran


Bersumber pada hasil riset serta ulasan yang sudah dijabarkan di bagian lebih
dahulu, bisa disimpulkan sebagian perihal, ialah 1) Keahlian Proses Sains pada
kelompok siswa yang diberi perlakuan model Discovery Learning berbantuan
media misteri silang lebih baik dibanding kelompok siswa yang menemukan
perlakuan memakai model pendidikan Numbered Head Together. 2) Perilaku
Ilmiah Siswa pada kelompok siswa yang diberi perlakuan model Discovery
Learning berbantuan media misteri silang lebih baik dibanding kelompok siswa
yang menemukan perlakuan memakai model pendidikan Numbered Head
Together. 3) secara bersama- sama( simultan) Keahlian Proses sains serta
Perilaku Ilmiah siswa yang diberi perlakuan model Discovery Learning
berbantuan media misteri silang lebih baik dibanding kelompok siswa yang
menemukan perlakuan memakai model pendidikan Numbered Head Together.
Bersumber pada kesimpulan di atas, anjuran yang bisa diberikan selaku berikut.
1) dianjurkan untuk periset lain buat bisa mempraktikkan model pembelejaran ini
dalam memandang pengaruhnya pada aspek pendidikan yang berbeda. 2) kepada
guru mata pelajaran Hayati, diharapkan bisa mempraktikkan model Discovery
Learning berbantuan media misteri silang di kelas selaku salah satu alternatif
pendidikan yang inovatif.

Anda mungkin juga menyukai