Anda di halaman 1dari 5

Masalah Penelitian dalam Pendidikan

Menurut catatan Topo Ledo dalam http://topengawu.blogspot.com/2011/02/masalah-dalam-


penelitian-pendidikan.html, ia mengungkapkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita
selalu diperhadapkan dengan berbagai persoalan atau permasalahan, baik yang bersifat
awam maupun masalah yang menuntut pemecahan secara sistematik. Masalah-masalah
tersebut pemecahannya sering dengan cara sederhana saja dan bersifat segera dan tidak
membutuhkan data-data pendukung.

Disamping masalah-masalah awam, ada masalah-masalah yang bersifat kompleks atau


rumit yang pemecahannya menuntut dan memerlukan pengumpulan sejumlah data
pendukung yang dipergunakan untuk membuat keputusan dan menarik
kesimpulan. Masalah yang seperti inilah yang menjadi perhatian kita, khususnya dalam
dunia pendidikan. Masalah seperti ini menuntut metode ilmiah untuk penyelesaiannya,
yaitu melalui langkah-langkah tertentu dalam usaha memecahkan masalah yang dijumpai.
Kedudukan masalah dalam alur prosedur penelitian sangatlah penting, bahkan lebih penting
dari solusi atau jawaban yang akan diperoleh/dicari, karena masalah yang dipilih dapat
menentukan perumusan masalah, tujuan, hipotesis, kajian pustaka yang akan digunakan
bahkan juga untuk menentukan metodologi yang tepat untuk memecahkannya.

Dalam dunia pendidikan banyak fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks
dan kait-mengkait yang mengganjal yang perlu dipecahkan dalam suatu penelitian. Namun
tidak semua masalah itu harus dipecahkan secara ilmiah. Olehnya itu makalah ini akan
membahas masalah-masalah dalam dunia pendidikan yang dapat diselesaikan dengan
suatu penelitian.

Definisi Masalah dalam Penelitian Pendidikan

Apakah permasalahan dalam penelitian? John Dewey dan Kerlinger (dalam Sukardi,
2009:21) mendefinisikan bahwa permasalahan adalah kesulitan yang dirasakan oleh orang
awam maupun para peneliti; permasalahan dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang
menghalangi tercapainya tujuan.
Secara umum, suatu masalah didefinisikan sebagai keadaan atau kesenjangan antara
harapan dan kenyataan. Masalah sebagai gap antara kebutuhan yang diinginkan dan
kebutuhan yang ada (Setyosari, 2010:53). Misalnya, diharapkan bahwa peserta didik
memperoleh nilai skor rata-rata 80 dalam suatu ujian. Ternyata, skor rata-rata yang dicapai
peserta didik hanya sebesar 60. Ini berarti ada kesenjangan. Rendahnya perolehan skor
rata-rata tersebut dapat menjadi suatu masalah, karena untuk mencapai ketuntasan minimal
(KKM) mereka harus mendapatkan skor minimal, misalnya 75. Apa sebenarnya yang
menjadi penyebab masalah rendahnya skor rata-rata tersebut?.
Masalah dalam penelitian pendidikan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terkait
dengan bidang pendidikan, Sukardi (2009:22-24), menyebutkan antara lain:
1. Pengalaman seseorang atau kelompok. Pengalaman mengajar di kelas, pengamatan
terhadap lingkungan sekitar. Pengalaman orang yang telah lama menekuni bidang profesi
pendidikan dapat digunakan untuk membantu mencari permasalahan yang signifikan diteliti.
2. Lapangan tempat bekerja. Tempat-tempat dimana seseorang maupun peneliti bekerja
adalah juga merupakan salah satu sumber permasalahan yang baik. Para peneliti dapat
melihat secara langsung, mengalami dan bertanya pada satu, dua, atau banyak orang
dalam pekerjaannya. Seorang guru misalnya, akan merasakan bahwa sekolah dan
komponen yang berkaitan dengan tercapainya tujuan sekolah dapat dijadikan sebagai
sumber penelitian.
3. Laporan hasil penelitian. Sumber yang ketiga untuk memperoleh permasalahan yang
signifikan adalah perpustakaan atau internet di mana hasil-hasil penelitian para peneliti
berada. Dari hasil penelitian, yang biasanya dalam bentuk jurnal, biasanya disamping ada
hasil temuan yang baru juga ada kemungkinan penelitian yang direkomendasikan karena
berkaitan dengan hasil penelitian yang telah ada. Dari banyaknya laporan penelitian,
seorang peneliti dimungkinkan dapat memperoleh gambaran permasalahan yang baik untuk
diteliti.
4. Sumber-sumber yang berasal dari pengetahuan orang lain. Perkembangan ilmu
pengetahuan yang lain di luar bidang yang dikuasai seringkali memberikan pengaruh
munculnya permasalahan penelitian. Misalnya, gerakan reformasi yang muncul setelah
Orde Baru, ternyata telah memunculkan dan mempengaruhi sikap dan tuntutan para guru
untuk memperoleh gaji dan status profesi yang lebih baik. Era global telah mempengaruhi
mobilitas dan transformasi tenaga kerja di beberapa negara, serta telah mempengaruhi
sistem pendidikan dan sistem penilaian lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK).
Gerakan hak asasi manusia di masyarakat telah mempengaruhi sikap dan tingkah laku
masyarakat menjadi lebih berani dalam mengajukan hak-haknya yang telah lama hilang.
Namun demikian, masalah yang bersumber dari tempat yang tepat belum tentu semuanya
dapat digunakan sebagai masalah penelitian, maka perlu adanya identifikasi masalah oleh
peneliti.

Identifikasi Masalah

Mengidentifikasi masalah bukan hal yang mudah dan bahkan mungkin dapat dianggap
sebagai sesuatu pekerjaan yang paling sulit dalam suatu proses penelitian. Kesulitan
tersebut masih bertambah karena tidak adanya formulasi yang pasti dalam hal bagaimana
mencari permasalahan penelitian. Olehnya itu biasanya para peneliti selalu berkonsultasi
dengan pembimbing atau sesama peneliti. Kesulitan mencari permasalahan biasanya juga
tergantung pada ketajaman para peneliti itu sendiri dalam menyeleksi dan merasakan
sesuatu yang dapat dimasukkan sebagai permasalahan.
Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian bukan sekedar mendaftar sejumlah
masalah, tetapi kegiatan ini lebih daripada itu karena masalah yang telah dipilih hendaknya
memiliki signifikansi untuk dipecahkan. Berdasarkan identifikasi terhadap masalah-masalah,
maka peneliti menentukan skala prioritas yaitu menentukan masalah-masalah mana yang
perlu segera dilakukan pemecahan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa identifikasi masalah merupakan upaya untuk
mengelompokkan, mengurutkan sekaligus memetakkan masalah-masalah tersebut secara
sistematis berdasarkan keahlian bidang peneliti. Bila daftar pertanyaan telah dibuat dan
disusun sesuai urutan yang paling mendasar, maka perlu dipilih dan ditemukan (identifikasi)
masalah yang laik untuk dilakukan penelitian dan dicari jawabannya. Laik tidaknya suatu
masalah yang diteliti tergantung ketajaman dan kemandirian ( kepekaan, kesiapan dan
ketekunan) peneliti yang bersangkutan. Identifikasi masalah perlu memperhatikan apakah
masalah/ fokus yang dipilih cukup: (1) esensial/ menduduki urutan paling penting diantara
masalah-masalah yang ada, (2) urgen/mendesak untuk dipecahkan, (3) bermanfaat bila
dipecahkan.
Dalam dunia pendidikan masalah yang ditemukan/teridentifikasi dapat dikelompokkan
menjadi 5, yaitu: proses pembelajaran, siswa, guru, hasil belajar (output) dan hasil belajar
jangka panjang (outcome). Walaupun dari proses identikasi masalah telah berhasil
ditemukan satu masalah, ternyata masih perlu mempertimbangkan beberapa hal untuk
menjadikannya sebagai fokus penelitian. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
minat/motivasi/dorongan peneliti, kemampuan peneliti, lokasi penelitian, sumber data
(populasi dan sampel), waktu, pendekatan/metode yang digunakan, buku sumber yang
tersedia, etika dan birokrasi. Bila kesemua hal tersebut telah terpenuhi maka suatu fokus
masalah dapat dijadikan sebagai masalah penelitian untuk dicari jawabannya.

Merumuskan Masalah dalam Penelitian


Suatu masalah yang dipilih, menurut Tuckman dalam Setyosari (2010) harus memiliki ciri-ciri
khusus (karakteristik) sebagai berikut:
1. Masalah menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih
Masalah sebaiknya mencerminkan hubungan dua variable atau lebih, karena pada
praktiknya peneliti akan mengkaji pengaruh satu variable tertentu terhadap variabel lainnya.
Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui ada dan tidaknya pengaruh “gaya
kepemimpinan kepala sekolah” (variable satu) terhadap “kinerja guru” (variable dua). Jika
seorang peneliti hanya menggunakan satu variabel dalam merumuskan masalahnya, maka
yang bersangkutan hanya melakukan studi deskriptif, misalnya “Gaya kepemimpinan kepala
sekolah di SMA X”. Peneliti dalam hal ini hanya akan melakukan studi terhadap gaya
kepemimpinan yang ada tanpa mempertimbangkan faktor-faktor lain baik yang
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan tersebut.
Contoh lain: Hubungan antara motivasi guru dan prestasi kerja. Motivasi: variable satu;
prestasi kerja: varaibel dua.

2. Masalah dinyatakan atau dirumuskan secara jelas, tidak bermakna ganda, dan dalam
bentuk kalimat tanya
Masalah harus dirumuskan secara jelas dan tidak bermakna ganda atau memungkinkan
adanya tafsiran lebih dari satu dan dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
Contoh:
a. Apakah ada hubungan antara promosi dengan jumlah pendaftaran murid baru?
b. Apakah status sekolah mempengaruhi minat orangtua murid?
c. Apakah desain produk hand phone mempengaruhi keputusan membeli konsumen?
d. Apakah ada hubungan antara minat baca dengan tingginya indeks prestasi?
Contoh-contoh di atas mencerminkan rumusan masalah yang jelas dan tidak bermakna
ganda. Pada contoh “a” peneliti ingin mengkaji hubungan variable promosi dengan variable
jumlah pendaftaran murid baru. Pada contoh “b” peneliti ingin melakukan studi tentang
hubungan variable “status sekolah” dengan variable “minat orangtua murid”. Pada contoh “c”
peneliti akan mengkaji hubungan antar variable “desain produk handphone” dengan variable
“keputusan membeli”. Pada contoh “d” peneliti akan mengkaji hubungan antar variable
“minat baca” dengan “indeks prestasi”.
Variabel-variabel yang dicakup dalam rumusan masalah itu merupakan suatu petunjuk yang
paling baik dalam pengujiannya. Rumusan pertanyaan penelitian yang harus dihindari
misalnya: Apakah pengalaman yang luas dalam kehidupan bermasyarakat itu meningkatkan
pandangan hidup seseorang dalam hidupnya? Variabel seperti “pengalaman luas” dan
“pandangan hidup” merupakan sesuatu yang kompleks dan kabur, yang sulit didefinisikan,
diukur, dan bahkan dimanipulasi atau diolah.
3. Dapat diuji secara empiris
Masalah harus dapat diuji secara empiris, maksudnya perumusan masalah yang dibuat
memungkinkan peneliti mencari data di lapangan sebagai sarana pembuktiannya. Tujuan
utama pengumpulan data ialah untuk membuktikan bahwa masalah yang sedang dikaji
dapat dijawab jika peneliti melakukan pencarian dan pengumpulan data. Dengan kata lain
masalah memerlukan jawaban, jawaban didapatkan setelah peneliti mengumpulkan data di
lapangan dan jawaban masalah merupakan hasil penelitian.

4. Hindari penilaian moral atau etika


Sebaiknya peneliti menghindari masalah-masalah yang berkaitan dengan idealisme atau
nilai-nilai, karena masalah tersebut lebih sulit diukur dibandingkan dengan masalah yang
berhubungan dengan sikap atau kinerja. Misalnya kita akan mengalami kesulitan dalam
mengukur masalah-masalah seperti berikut ini:
• Haruskah semua siswa tidak mencontek dalam ujian?
• Haruskah semua siswa rajin dalam belajar?
Akan lebih baik kalau masalah tersebut dijadikan dalam bentuk seperti:
• Hubungan antara kesiapan ujian dan nilai yang diraih
• Pengaruh kerajinan siswa terhadap tingkat kelulusan

Salah satu cara untuk membuat perumusan masalah yang baik ialah dengan melakukan
proses penyempitan masalah dari yang sangat umum menjadi lebih khusus dan pada
akhirnya menjadi masalah yang spesifik dan siap untuk diteliti (Setyosari, 2010:57).
Pertimbangan-pertimbangan khusus perlu diambil oleh seorang peneliti dalam memilih
masalah.Setyosari (2010:66-68) mengemukakan pertimbangan-pertimbangan khusus itu
sebagai berikut:
a). Dapat Dilaksanakan. Jika kita memilih masalah tertentu, maka pertanyaan-pertanyaan di
bawah ini bermanfaat bagi kita untuk mengecek apakah kita dapat atau tidak melakukan
penelitian dengan masalah yang kita tentukan: 1) apakah masalah tersebut dalam
jangkauan kita? 2)apakah kita mempunyai cukup waktu untuk melakukan penelitian dengan
persoalan tersebut? 3)apakah kita akan mendapatkan akses untuk memperoleh sample
yang akan kita gunakan sebagai responden sebagai sarana pemerolehan data dan
informasi.? 4)apakah kita mempunyai alasan khusus sehingga kita percaya akan dapat
memperoleh jawaban dari masalah yang kita rumuskan? 5)apakah metode yang diperlukan
sudah kita kuasai?
b). Jangkauan Penelitiannya. Apakah masalahnya cukup memadai untuk diteliti? Apakah
jumlah variabelnya sudah cukup? Apakah jumlah datanya cukup untuk dilaporkan secara
tertulis?
c). Keterkaitan. Apakah kita tertarik dengan masalah tersebut dan cara pemecahannya?
Apakah masalah yang kita teliti berkaitan dengan latar belakang pengetahuan atau
pekerjaan kita? Jika kita melakukan penelitian dengan masalah tersebut apakah kita akan
mendapatkan nilai tambah bagi pengembangan diri kita?
d). Nilai Teoritis. Apakah masalah yang akan diteliti akan mengurangi adanya kesenjangan
teori yang ada? Apakah pihak-pihak lain , seperti pembaca atau pemberi dana akan
mengakui kepentingan studi ini? Apakah hasil penelitiannya nanti akan memberikan
sumbangan pengetahuan terhadap ilmu yang kita pelajari? Apakah hasil penelitiannya layak
dipublikasikan?
e). Nilai Praktis. Apakah hasil penelitiannya nantinya akan ada nilai-nilai praktis bagi para
praktisi di bidang yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti? Pertanyaan-pertanyaan
yang berhubungan dengan nilai praktis ini sebagai berikut:
1. Apakah pemecahan masalah dalam penelitian itu dapat meningkatkan praktik atau
pelaksanaan pendidikan?
2. Apakah para praktisi pendidikan itu nanti akan tertarik dengan hasil penelitian yang Anda
lakukan?
3. Apakah hasil penelitian itu nanti bisa mengubah sistem pendidikan?
4. Apakah dengan hasil penelitian itu nanti akan mengubah cara-cara Anda dalam
melaksanakan praktik pendidikan?

KESIMPULAN
Dari uraian di atas penulis dapat menarik kesimpulan tentang masalah dalam penelitian
pendidikan, yaitu:
1. Masalah dalam penelitian pendidikan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terkait
dengan bidang pendidikan antara lain dari: 1) kepustakaan: laporan penelitian pendidikan
sebelumnya, 2) forum pertemuan ilmiah: seminar kependidikan baik bersifat nasional
maupun internasional, 3) sumber pengalaman praktek: pengalaman mengajar di kelas,
pengamatan terhadap lingkungan sekitar.
2. Dalam dunia pendidikan masalah yang ditemukan/teridentifikasi dapat dikelompokkan
menjadi 5, yaitu: proses pembelajaran, siswa, guru, hasil belajar (output) dan hasil belajar
jangka panjang (outcome). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam identifikasi masalah
adalah minat/motivasi/dorongan peneliti, kemampuan peneliti, lokasi penelitian, sumber data
(populasi dan sampel), waktu, pendekatan/metode yang digunakan, buku sumber yang
tersedia, etika dan birokrasi.
3. Suatu masalah yang dipilih dalam perumusannya harus memiliki ciri-ciri khusus
(karakteristik) sebagai berikut: 1) masalah menanyakan hubungan antara dua atau lebih
variabel; 2) masalah dinyatakan atau dirumuskan secara jelas dan tidak ambigius; 3)
masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan; 4) masalah itu dapat diuji melalui
metode empiris, artinya adanya kemungkinan pengumpulan data untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan; dan 5) masalah tidak menyangkut moral dan etika.
4. Agar dapat membatasi ruang lingkup permasalahan yang menarik minat dan keterampilan
peneliti, alangkah bijaksanya apabila peneliti itu dapat mempersempit cakupan ruang
lingkup masalah penelitiannya. Untuk maksud ini dapat dipakai skema klasifikasi masalah.
Berkenaan dengan penelitian di timgkat kelas atau sekolah, maka pertimbangan-
pertimbangan khusus perlu diambil oleh seorang peneliti. Pertimbangan-pertimbangan
khusus adalah sebagai berikut, yaitu: 1) dapat dilaksanakan; 2) berguna untuk kepentingan
luas; 3) menarik minat; 4) nilai teoritis; 5) nilai praktis.

REFERENSI
Hadi, Sutrisno, 1978. Metode Research I. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi
UGM

Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis (Buku1) (Edisi 4). Jakarta: Salemba
Empat

Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi
Aksara.

Anda mungkin juga menyukai