Anda di halaman 1dari 19

A.

MASALAH
Seperti telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap
penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Seperti dinyatakan oleh Emory
( 1985 ) bahwa, baik penelitian murni maupun terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya
untuk penelitian terapan hasilnya langsung dapat digunakan untuk membuat keputusan.
Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui
bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian
(Tuckman, 198).
Masalah adalah kesenjangan (discrepancy) antara apa yang seharusnya (harapan) dengan apa yang
ada dalam kenyataan sekarang. Kesenjangan tersebut dapat mengacu ke ilmu pengetahuan dan
teknologi, ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan dan lain sebagainya. Penelitian diharapkan
mampu mengantisipasi kesenjangan-kesenjangan tersebut. Masalah yang perlu dijawab melalui
penelitian cukup banyak dan bervariasi misalnya masalah dalam bidang pendidikan saja dapat
dikategorikan menjadi beberapa sudut tinjauan yaitu masalah kualitas, pemerataan, relevansi dan
efisiensi pendidikan (Riyanto, 2001:1) Salah satu jenis penelitian dalam bidang pendidikan adalah
peneltian tindakan, yang dilakukan dengan menerapkan metode-metode pengajaran ketika proses
belajar berlangsung di kelas dengan harapan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Peneliti dalam penelitian tindakan ialah melakukan identifikasi dan membuat perumusan masalah
yang memungkinkan diteliti lewat penelitian tindakan (Depdikbud, 1999:11). Lebih lanjut
dikemukakan bahwa kedudukan perumusan atau formulasi masalah penelitian merupakan suatu
langkah awal yang menentukan keberhasilan langkah-langkah selanjutnya. Orang menyatakan
bahwa jika peneliti berhasil merumuskan masalah penelitian dengan baik dan benar, berarti ia
telah melampaui separo jalan. Dengan rumusan masalah yang jelas dan tajam, maka peneliti akan
mampu meletakkan dasar teori dan atau kerangka konseptual pemecahan masalah, hipotesis
tindakan akan dapat dirumuskan karena berdasarkan rumusan masalah dapat diidentifikasi dan
ditetapkan alternatif solusinya atau tindakan tepat yang perlu dilakukan. Demikian pula data apa
yang harus dikumpulkan untuk mengkaji atau sebagai bahan refleksi atas tindakan yang telah dan
sedang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan dan melakukan perubahan ke arah yang lebih
baik sesuai dengan apa yang diharapkannya dalam penelitian tindakan.

Perlu disadari bahwa masalah penelitian tindakan mempunyai ciri atau karakteristik yang berbeda
dengan penelitian konvensional yang biasa dilakukan para peneliti pendidikan di perguruan tinggi.
Peneliti tidak berada di luar apa yang diteliti, tetapi berada di dalamnya (as an inquiry on practice
from within), di mana guru sebagai peneliti terlibat langsung dalam pelaksanaan penelitian
tindakan. Oleh karena itu, diharapkan dengan memilih masalah yang tepat, guru sebagai peneliti
selain dapat melakukan perbaikan, peningkatan dan atau perubahan proses pembelajaran yang
lebih baik, berdampak pula terhadap diri guru, yaitu menumbuhkan sikap dan kemauan untuk
selalu berupaya memperbaiki, meningkatkan dan melakukan perubahan atau timbulnya budaya
berdinamika dan menimbulkan budaya untuk meneliti atau menjadikan dirinya sebagai guru
peneliti (teacher as researcher in his/ her classroom).

B. SUMBER MASALAH
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan
apa yang benar benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan,
antara rencana dengan pelaksanaan. Stonner ( 1982 ) mengemukakan bahwa masalah-masalah
dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan,
antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetensi.
Jika masalah penelitian konvensional peneliti dapat diperoleh dari bahan bacaan, laporan
penelitian, makalah, diskusi dan lain sebagainya, dan pencarian dilakukan secara induktif-deduktif,
maka masalah penelitian tindakan harus bersumber dari guru sendiri. Harus merupakan hasil
refleksi atau masalahnya sendiri dan bukan berasal dan orang lain, misalnya lembaga riset.
Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2007:80), mengemukakan pertanyaan-pertanyaan berikut untuk
menolong mencari fokus permasalahan.
Apa yang sekarang sedang terjadi?
Apakah yang sedang berlangsung itu mengandung permasalahan?
Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasinya?
Saya ingin memperbaiki . . .
Saya mempunyai gagasan yang ingin saya cobakan di kelas . ..
Apa yang dapat saya lakukan dengan hal semacam itu?
Apabila pertanyaan-pertanyaan di atas diperhatikan, dan guru atau dosen menemukan pertanyaan
tentang apa yang sebenarnya terjadi di kelas, maka benarlah guru atau dosen telah menemukan
fokus permasalahan untuk penelitian kelas. Bersiap-siaplah untuk melakukan langkah-langkah
selanjutnya. Sebagai contoh, ada beberapa kemungkinan dalam permasalahan yang ditemukan
terjadi dalam aspek-aspek pembelajaran seperti:
Suasana kelas yang kurang mendukung kelancaran proses belajar mengajar.
Metode pembelajaran yang kurang tepat untuk membahas pokok kajian.
Buku teks yang tidak mendukung.
Media pembelajaran yang tidak ada atau kurang.
Sistem penilaian yang tidak sesuai, dan aspek lain yang mungkin dinilai kurang.
Sebagai contoh, salah satu masalah yang disebutkan di atas ialah sistem penilaian yang kurang
tepat sehingga mengganggu proses belajar peserta didik. Hal ini perlu dipikirkan sebagai suatu
permasalahan yang mungkin dapat diperiksa melalui tindakan karena memang hal itu tercakup
dalam bidang Penelitian Tindakan Kelas, dan guru berpendapat juga bahwa sistem penilaian itu
perlu diperbaiki.
Untuk lebih menjelaskan bagaimana mengidentifikasi dan mencari permasalahan dan kemudian
dipilih guru atau dosen sebagai fokus masalah yang akan dijadikan bidang penelitian, berikut ini
beberapa contoh:
1. Pengembangan model teknik non-tes bentuk inkuiri dalam evaluasi hasilbelajar bahasa Indonesia
di kelas 5 SD.
2. Upaya meningkatkan keterampilan menulis paragraf induktuf melalui pendekatan cooperative
learning
3. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam berbicara melalui pembelajaran isu-isu
kontroversial
4. Pendekatan inkuiri dalam pembelajaran membaca pemahaman sebagai upaya untuk
menigkatkan proses belajar mengajar dan prestasi akademik mahasiswa
Banyak hal dalam aspek-aspek yang disebut di atas yang dapat secara terinci terus dikembangkan
menjadi fokus permasalahan.

Sumber masalahnya dari mana datangnya? Sumber masalah penelitian bisa muncul dari tiga hal
(Ranjit Kumar, 1996):
1. Masalah Yang Ada di Manusianya Sendiri (People and Problem)
Kita harus hati-hati supaya tidak terjebak ke masalah di sekitar manusia yang bukan penelitian.
Tapi juga jangan "saklek, karena masalah manusia yang tadinya bukan masalah penelitian bisa
kita "goyang sedikit" menjadi masalah penelitian. Contoh, mahasiswa punya masalah pokok yaitu
"kekurangan uang". Ini bisa kita "konversi" menjadi masalah penelitian misalnya menjadi :
Mendeteksi raut muka mahasiswa bokek dengan face recognition system
Model bisnis di Internet dengan modal kecil untuk mahasiswa
2. Masalah di Cara, Teknik dan Struktur Kerja (Program)
Teknik dan struktur kerja yang bermasalah tentu juga bisa menjadi masalah penelitian. Contoh,
dosen-dosen saking sibuknya ternyata kesulitan menemukan satu waktu yang pas untuk meeting
bulanan di universitas. Nah ini jadi masalah penelitian, approachnya nanti kita bisa kembangkan
satu aplikasi scheduling dengan sedikit sistem pakar didalamnya yang secara otomatis memberikan
beberapa alternatif waktu meeting yang pas untuk semua. Masalah lain misalnya, sistem informasi
manajemen di universitas kita ada masalah. Nggak bisa online bekerjanya dan nggak sesuai dengan
business process sebenarnya yang dilakukan oleh para staff dalam mengelola administrasi sekolah.
Nah software dan sistem ini kita perbaiki supaya sesuai dengan yang dibutuhkan. Sistem parkir di
Mal yang tidak bisa mendeteksi mana area parkir yang kosong, bisa jadi masalah penelitian yang
menarik juga.
3. Fenomena yang Terjadi (Phenomenon)
Fenomena yang ada di sekitar kita juga bisa menjadi masalah penelitian yang menarik. Contoh,
fenomena bahwa situs portal yang dikembangkan di perusahaan-perusahaan ternyata sepi
pengunjung. Nah ini adalah sebuah fenomena, untuk meningkatkan traffic, misalnya bisa dengan
memainkan bebrapa teknik supaya search engine mau menengok situs kita, ini sering disebut
dengan Search Engine Optimization. Nah dari sini kita sudah dapat judul: "Mengembangkan situs
portal traffic tinggi dengan teknik Search Engine Optimization (SEO). Fenomena lain lagi, proses
pendeteksian golongan darah untuk skala besar (massal) misalnya untuk seluruh mahasiswa
universitas yang mencapai 5000 orang ternyata memakan waktu yang sangat lama. Ini sebuah
fenomena, kita beri solusi dengan software sistem yang menggunakan beberapa teknik artificial
intelligence yang memungkinkan pendeteksian golongan darah ini. Sehingga 5000 orang bisa kita
proses dalam beberapa jam misalnya.

C. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah merupakan kesenjangan antara yang di
harapkan dengan yang terjadi, maka rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan
dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat antara
masalah dengan rumusan masalah, karean setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan
pada masalah.

Sebelum diuraikan bagaimana merumuskan masalah penelitian, terlebih dahulu akan dibahas apa
yang dimaksud dengan masalah. Masalah adalah kesenjangan (gap) antara harapan dengan
kenyataan, antara apa yang diinginkan atau yang dituju dengan apa yang terjadi atau faktanya.
Kembali kepada contoh judul penelitian tersebut diatas, itu bersumber kepada masalah penelitian
yang ada, yakni kesenjangan antara harapan (imunisasi polio pada anak akan selalu
berkesinambungan memperoleh imunisasi polio I, polio II dan polio III), tetapi kenyataannya atau
yang terjadi tidak demikian (sebagian besar dari anak balita hanya memperoleh imunisasi polio I
saja). Contoh lain adalah penyuluhan dan kampanye tentang posyandu di Indonesia telah meluas.
Berbagai media dan cara telah dilakukan baik oleh instansi kesehatan maupun diluar kesehatan,
baik oleh petugas maupun masyarakat sendiri.
Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan posyandu menjadi milik masyarakat dan dimanfaatkan,
dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat. Tetapi dari hasil penelitian Jurusan Pendidikan
Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM-UI pada tahun 1990, baru sekitar 40% masyarakat
mengembangkan, memelihara dan memanfaatkan posyandu. Disinilah adanya kesenjangan atau gap
dan inilah masalah penelitian. Mengenai bagaimana memilih masalah penelitian yang baik, pada
uraian-uraian sebelumnya telah dijelaskan. Memilih masalah penelitian yang baik dan yang akan
digunakan untuk kepentingan program maupun untuk kepentingan penulisan ilmiah dapat
digunakan kriteria-kriteria yang akan diuraikan dalam bab lain. Merumuskan masalah penelitaian
ini dapat dilakukan dalam bentuk pernyataan (problema statement) dan juga dalam bentuk
pertanyaan (research question). Contoh : Posyandu di wilayah Kabupaten Bogor sudah merata,
hampir tiap RW telah mempunyai posyandu. Penyuluhan-penyuluhan tentang imunisasi telah
berjalan dengan baik di posyandu-posyandu. Namun angka drop out imunisasi polio masih tinggi,
sekitar 75%. Hal ini berarti, kesinambungan imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor
tersebut rendah.
Dari pernyataan penelitian ini kemudian dapat dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian : a.
Mengapa kesinambungan imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor rendah (mengapa
angka drop out imunisasi polio tinggi) ?
b. Faktor-faktor apa yang menyebabkan atau mempengaruhi ketidaksinambungan
imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor ?

D. BENTUK-BENTUK RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Seperti telah dikemukakan bahwa rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan
dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini di
kembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi. Bentuk masalah dapat
dikelompokkan kedalam bentuk masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif.

a. Rumusan masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan
terhadap keberadaan variable atau lebih ( variable yang berdiri sendiri ). Jadi dalam penelitian ini
penelitian tidak membuat pernamdingan variable itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan
variable itu dengan variable yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan
penelitian deskriptif.

Contoh rumusan masalah deskriptif :
1. Seberapa baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional ?
2. Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negri Berbadan Hukum ?
3. Seberapa tinggi efektivitas kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia ?
4. Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah daerah di bidang
pendidikan ?
5. Seberapa tinggi tingkat produktivitas dan keuntungan financial Unit Produksi pada Sekolah-
sekolah Kejuruan ?
6. Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di Indonesia
?

Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian berkenaan dengan satu
variable atau lebih secara mandiri ( bandingkan dengan masalah komparatif dan asosiatif ).

Peneliti yang bermaksud mengetahui kinerja Departemen Pendidikan Nasional, sikap masyarakat
terhadap perguruan tinggi berbadan hokum, efektifitas kebijakan MBS, tingkat produktivitas dan
keuntungan financial Unit Produksi pada Sekolah-sekolah Kejuruan, minat baca dan lama belajar
rata-rata per hari murid-murid sekolah di Indonesia adalah contoh penelitian deskriptif.

b. Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan suatu
variable atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda.

Contoh rumusan masalah komparatif :
1. Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah negeri dan swasta ? ( variable
penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel yaitu sekolah negeri dan swasta )
2. Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di Deasa ?
( satu variable dua sampel )
3. Adakah perbedaan, motivasi belajar dan hasil belajar antar murid yang berasal dari keluarga
Guru, Pegawai Swasta, dan Pedagang ? ( dua variable tiga sampel )
4. Adakah perbedaan kompetensi professional guru dan kepala sekolah antara SD, SMP, dan SLTA ? (
satu variable untuk dua kelompok, pada tiga sampel )
5. Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan took yang berasal dari Sekolah Menengah
Kejuruan dan Sekolah Menengah Atas ? ( satu variable dua sampel )
6. Adakah perbedaan produktivitas karya ilmiah antara Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta ? ( satu
variable dua sampel )

c. Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan
antara dua variable atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu :

1. Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variable atau lebih yang kebetulan
munculnya bersamaan. Jadi bukan hubungan kausal maupun interaktif.
Contoh rumusan masalah adalah sebagai berikut :
a. Adakah hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murud
sekolah ? ( variable pertama adalah penjual es dan ke dua adalah kejahatan ). Hal ini berarti yang
menyebabkan jumlah kejahatan bukan karena es yang terjual . mungkin logikanya adalah sebagai
berikut : pada saat es banyak terjual itu pada musim liburan sekolah, pada saat murid-murid
banyak yang piknik ke tempat wisata. Karena banyak murid yang piknik maka di situ banyak
kejahatan.
b. Adakah hubungan anatara rumah yang dekat rel kereta api dengan jumlah anak ?
c. Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah murid sekolah ?

2. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen
t(variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi), contoh :
a. Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak ? (pendidikan orang tua
variabel independen dan prestasi belajar variabel dependen)
b. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan memperoleh
pekerjaan? (kepemimpinan variabel independen dan kecepatan memperoleh pekerjaan variabel
dependen)
c. Seberapa besar pengaruh tata ruang kelas terhadap efisiensi pembelajaran di SMA ?

3. Hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana
variabel independen dan dependen. Contoh :
a. Hubungan antara mativasi dan prestasi belajar anak SD di Kecamatan A. Di sini dapat dinyatakan
motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga prestasi dapat mempengaruhi motivasi.
b. Hubungan anatara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan kaya,
demikian juga orang yang kaya dengan meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.

E. CARA MERUMUSKAN MASALAH
1. Permasalah adalah kesenjangan (gap) antara das sollen (apa yang seharusnya) dan das sein ( apa
yang ada)
2. Uraikan pendekatan konsep untuk menjawab masalah yang diteliti, hipotesis yang akan diuji
atau dugaan yang akan dibuktikan. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan defenisi, asumsi,
dan lingkup yang menjadi batasan penelitian.
3. Telah memunculkan konsep-konsep tertentu. Misal: attitudes, social distence, effectiveness,
credibility, dll.
4. Sumber permasalahan dapat diperoleh dari :
a. Bacaan : jurnal, laporan hasil penelitian, skripsi, tesis, disertasi, buku teks, internet, dll.
b. Seminar, lokakarya, diskusi, dll.
c. Pernyataan pemegang otoritas
d. Pengamatan
e. Pengalaman
f. Intuisi, dll

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih permasalahan :
1. Masalah harus memberi sumbangan pada pengembangan ilmu atau untuk kepentingan praktis
2. Biaya, waktu, tenaga, sarana dan prasarana yang tersedia
3. Bekal kemampuan teknis
4. Penguasaan metode yang diperlukan

Rumusan masalah disusun dengan memperhatikan :
1. Sebaiknya dalam bentuk kalimat tanya
2. Hendaknya informasi (pada makna)
3. Memberi petunjuk untuk pengumpulan datanya
Dalam memformulasikan atau merumuskan masalah, kiranya peneliti perlu memperhatikan
beberapa ketentuan yang biasanya berlaku yaitu dengan memperhatikan:
1. aspek substansi;
2. aspek formulasi; dan
3. aspek teknis.
Dari sisi aspek substansi atau isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot atau nilai kegunaan
manfaat pemecahan masalah melalui tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan
masalah serupa/mirip yang dihadapi guru, kegunaan metodologik dengan diketemukannya model
tindakan dan prosedurnya, serta kegunaan teoritik dalam memperkaya atau mengoreksi teori
pembelajaran yang berlaku. Sedang dari sisi orisinalitas, apakah pemecahan dengan model
tindakan itu merupakan suatu hal baru yang belum pernah dilakukan guru sebelumnya. Jika sudah
pernah berarti hanya merupakan pengulangan atau replikasi saja.
Pada aspek formulasi, seyogyanya masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat interogatif
(pertanyaan), meskipun tidak dilarang dirumuskan dalam bentuk deklaratif (pernyataan).
Hendaknya dalam rumusan masalah tidak terkandung masalah dalam masalah, tetapi lugas
menyatakan secara eksplisit dan spesifik tentang apa yang dipermasalahkan.
Dan aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti untuk melakukan penelitian
terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan yang dapat diajukan seperti kemampuan teoritik dan
metodologik pembelajaran, penguasaan materi ajar, kemampuan metodologi penelitian tindakan,
kemampuan fasilitas untuk melakukan penelitian seperti dana, waktu, tenaga, dan perhatian
terhadap masalah yang akan dipecahkan. Oleh karena itu, disarankan untuk berangkat dari
permasalahan sederhana tetapi bermakna, guru dapat melakukan di kelasnya dan tidak
memerlukan biaya, waktu, dan tenaga yang besar.
Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang
terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya. Penelitian deskriptif kualitatif menafsirkan
dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan
yang terjadi di dalam masyarakat, pertentangan 2 keadaan / lebih, hubungan antarvariabel, perbedaan
antar fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi, dan lain-lain. masalah yang diteliti dan diselidiki oleh
penelitian deskriptif kualitatif mengacu pada studi kuantitatif, studi komparatif, serta dapat juga menjadi
sebuah studi korelasional 1 unsur bersama unsur lainnya. Biasanya kegiatan penelitian ini meliputi
pengumpulan data, menganalisis data, meginterprestasi data, dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan
yang mengacu pada penganalisisan data tersebut.

Dalam penelitian deskriptif kualitatif umumnya akan terjadi 3 hal kemungkinan pada masalah yang
dibawa oleh peneliti ke penelitian tersebut. Yakni sebagai berikut :
Masalah yang dibawa peneliti adalah masalah tetap, jadi judul dari penelitian deskriptif kualitatif
mulai awal pengajuan proposal hingga akhir laporan tetap sama
Masalah yang diajukan oleh peneliti menjadi berkembang serta lebih mendalam sesudah peneliti
melakukan penelitian tersebut di lapangan, jadi tidak terlalu banyak hal yang berubah, maka cukup
disempurnakan saja
Masalah yang diajukan oleh peneliti sesudah melakukan penelitian tersebut di lapangan akan
berubah total, jadi objek masalah pun wajib diganti secara menyeluruh.
Setiap penelitian tentunya mempunyai tujuan yang berbeda-beda, termasuk penelitian deskriptif kualitatif
ini. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah tidak semata-mata untuk menjelaskan secara
menyeluruh masalah yang akan diteliti dan diamati saja, namun juga ada tujuan lainnya. Tujuan dari
penelitian deskriptif kualitatif akan menjadi pedoman ketika anda melakukan penelitian.

Tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif searah dengan rumusan masalah serta pertanyaan penelitian
/ identifikasi masalah. Hal ini disebabkan tujuan dari penelitian ini akan menjawab pertanyaan yang
sebelumnya dikemukakan oleh rumusan masalah serta pertanyaan penelitian / identifikasi masalah.
Tujuan ini juga menentukan bagaimana anda mengolah hasil penelitian yaitu dengan membuat
analisisnya memakai metode penelitian ini. Sekian informasi dari saya tentang penelitian deskriptif
kualitatif, semoga berguna.






PROSEDUR OBSERVASI DALAM PENELITIAN KUALITATIF
A. LATAR BELAKANG
Metodologi penelitian merupakan sesuatu yang berusaha membahas konsep teoritik berbagai metode,
kelebihan dan kelemahannya yang dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemillihan metode yang
digunakan.Dalam hal ini metode lebih bersifat teknis pelaksanaan lapangan sedangkan metodologi lebih pada
uraian filosofis dan teoritisnya.Oleh karena itu penetapan sebuah metodologi penelitian mengandung implikasi
inheren di dalam diri filsafat yang dianutnya.Sebab filsafat ilmu yang melandasi berbagai metodologi penelitian
yang ada. Maka dari itu dengan mengetahui metodologi penelitian yang digunakan, filsafat ilmu dan kajian
teoritisnya, kelemahan dan kelebihannya diharapkan akan mampu memberikan kesesuaian metodologi dengan
fokus masalah penelitian. Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986:9) pada mulanya
bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif.Lalu mereka
mendefinisikan bahwa metodologi kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kaasannya sendiri dan berhubungan dengan
orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.Penelitian kualitatif memiliki ciri atau
karakteristik yang membedakan dengan penelitian jenis lainnya.
Sepanjang sejarah penelitian kualitatif selalu mendefinisikan karya mereka dilihat dari sudut harapan
dan nilai-nilai, keyakinan agama, ideologi okupasional dan profesionalisasi.Penelitian kualitatif seperti halnya
semua penelitian selalu dinilai berdasarkan atas standar apakah karya tersebut mengkomunikasikan atau
mengatakan sesuatu mengenai diri kita?Berdasarkan atas bagaimana kita mengkonseptualisasikan realita dan
gambaran kita mengenai dunia. Standar evaluasi itu dilakukan dengan cara berpikir epistimologi, yaitu
mengkaji hakikat ilmu pengetahuan dari sudut sumber, batas, struktur dan keabsahan pada umumnya.
Kajian penelitian kualitatif berawal dari kelompok ahli sosiologi dari mazhab Chicago pada tahun
1920-1930, yang memantapkan pentingnya penelitian kualitatif untuk mengkaji kelompok kehidupan manusia.
Pada waktu yang sama, kelompok ahli antropologi menggambarkan outline dari metode karya lapangan; yang
melakukan pengamatan langsung ke lapangan untuk mempelajari adat dan budaya masyarakat setempat. Dari
awal, tampak bahwa penelitian kualitatif merupakan bidang penyelidikan tersendiri.Bidang ini bersilang dengan
disiplin dan pokok permasalahan lainnya.Suatu kumpulan istilah, konsep, asumsi yang kompleks dan saling
terkait meliputi istilah penelitian kualitatif.
Munculnya penelitian kualitatif adalah karena reaksi dari tradisi yang terkait dengan positivisme dan
postpositivisme yang berupaya melakukan kajian budaya dan interpretatif sifatnya.Berbagai jenis metode dan
pendekatan dalam penelitian kualitatif, tingkat perkembangan dan kematangan masing-masing metode
ditentukan juga oleh bidang keilmuan yang memiliki sejarah perkembangannya.Setiap uraian mengenai
penelitian kualitatif harus bekerja didalam bidang historis yang kompleks.
Penelitian kualitatif mempunyai pengertian yang berbeda-beda untuk setiap momen, meskipun demikian
definisi secara umum: penelitian kualitatif merupakan suatu metode berganda dalam fokus, yang melibatkan
suatu pendekatan interpretatif dan wajar terhadap setiap pokok permasalahannya. Ini berarti penelitian kualitatif
bekerja dalam setting yang alami, yang berupaya untuk memahami, member tafsiran pada fenomena yang
dilihat dari arti yang diberikan orang-orang kepadanya. Penelitian kualitatif melibatkan penggunaan dan
pengumpulan berbagai bahan empiris, seperti studi kasus, pengalaman pribadi, instropeksi, riwayat hidup,
wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksional dan visual: yang benggambarkan momen rutin dan
problematis, serta maknanya dalam kehidupan individual dan kolektif (denzin dan Lincoln,1994;2).


Penelitian kualitatif secara inheren merupakan multi-metode di dalam satu fokus, yaitu yang
dikendalikan oleh masalah yang diteliti.Penggunaan multi-metode atau yang lebih dikenal tringulation,
mencerminkan suatu upaya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai fenomena yang
sedang diteliti.Yang bernama realitas obyektif sebetulnya tidak pernah bisa ditangkap.Tringulation bukanlah
alat atau strategi untuk pembuktian, tetapi hanyalah suatu alternatif terhadap pembuktian.Kombinasi yang
dilakukan dengan multi-metode, bahan-bahan empiris, sudut pandang dan pengamatan yang teratur tampaknya
menjadi strategi yang lebih baik untuk menambah kekuatan, keluasan dan kedalaman suatu penelitian. Konsep
penelitian kualitatif sebenarnya menunjuk dan menekankan pada proses, dan berarti tidak diteliti secara ketat
atau terukur (jika memang dapat diukur), dilihat dari kualitas, jumlah, intensitas atau frekuensi. Penelitian
kualitatif menekankan sifat realita yang dibangun secara sosial, hubungan yang intim antara peneliti dengan
yang diteliti dan kendala situasional yang membentuk penyelidikan.Penelitian kualitatif menekan bahwa sifat
peneliti itu penuh dengan nilai (value-laden).Mereka mencoba menjawab pertanyaan yang menekankan
bagaimana pengalaman sosial diciptakan dan diberi arti.

B. PROSEDUR OBSERVASI DALAM PENELITIAN KUALITATIF

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau
komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan
dalam penelitian. Penelitian kualitatif merupakan penelitiian yang dalam kegiatannya peneliti tidak
menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasilnya.
Metode penelitian kualitatif sering disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena penelitiannya
dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada
awalnya metode ini banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut juga sebagai metode
kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
Berbagai cara pengumpulan data untuk penellitian kualitatif terus berkembang, namun demikian pada
dasarnya ada empat cara yang mendasar untuk mengumpulkan informasi yaitu:
1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumen
4. Triangulasi
Tetapi yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah pengumpulan data dengan cara observasi.
Observasi yaitu teknik pengumpulan yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal
yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan.Observasi dalam
penelitian kualitatif berbeda dengan observasi dalam studi kuantatif.Perbedaan pertama adalah pengamat
dalam penelitian kualitatif tidak berusaha untuk tetap netral atau objektif tentang fenomena yang diamati.
Pengamat mungkin melibatkan perasaan dan pengalamannya dalam menafsirkan hasil pengamatan. Perbedaan
keduaantara penelitian kualitatif dan kuantitatif merupakan focus dari observasi yang muncul. Tetapi
pengumpulan data kuantitatif umumnya didorong oleh hipotesis apriori, pertanyaan atau tujuan. Pada setiap
langkah dari proses, pengamat kualitatif bebas untuk mengalihkan perhatian mereka untuk fenomena baru,
misalnya muncul pertanyaan-pertanyaan baru. Perbedaan ketiga adalah focus dari observasi umumnya jauh
lebih luas dalam penelitian kualitatif daripada penelitian kuantitatif. Tetapi pengamat melihat prilaku dan
kerangka lingkungan dari segi pandang holistic.

1. Identifikasi dan Peran Pengamat
Peranpengamat dalampenelitian kualitatif bervariasisepanjang kontinumdari pengamatlengkap untukpartisipan
penuh.Padaperanekstrim,penelitimempertahankansikap untuk mempertahankan atau berubah
daripengaturanyang telah ditetapkan. Pengamatan berperan serta.Peneliti berperan sebagai pengamat sekaligus
menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamatinya. Peranan peneliti sebagai pengamat menurut Buford
Junker dalam adalah:
1. Berperan serta secara lengkap. Pengamat menjadi anggota penuh dari kelompok yang diamatinya
sehingga dapat mendapatkan informasi dari kelompoknya tersebut
2. Pemeranserta sebagai pengamat. Pengamat tidak sepenuhnya menjadi pemeranserta, namun hanya
melakukan fungsi pengamatan saja
3. Pengamat sebagai pemeranserta. Pengamat secara terbuka diketahui oleh umum sehingga memungkinkan
mendapatkan informasi yang rahasia sekalipun dengan mudah
4. Pengamat penuh. Biasanya hal ini terjadi pada pengamatan sesuatu eksperimen di laboratorium yang
menggunakan kaca-sepihak
Dari kedua metode pengumpulan data pada penelitian kualitatif, wawancara dan analisis dokumen
melibatkan kata-kata yang diucapkan atau diucapkan oleh peserta secara alami.Inforamasi ini dibatasi oleh
pengetahuan peserta, memori dan kemampuan untuk menyapaikan informasi secara jelas dan akurat. Observasi
memungkinkan peneliti untuk membuat versi mereka sendiri tentang apa yang terjadi pada masing-masing
partisipan. Pemilihan observasi dalam pembuatan laporan oleh peneliti mencakup deskripsi yang lebih banyak
dari fenomena. Sama halnya dengan pengamatan yang menyediakan data dari sumber lain untuk menverifikasi
informasi yang diperoleh dengan metode lain. Hal tersebut dinamakan dengan tri angulasi.
Triangulasi artinya menggunakan berbagai pendekatan dalam melakukan penelitian, dalam penelitian
kualitatif, peneliti dapat menggunakan berbagai sumber data, teori, metode dan investigator agar informasi yang
disajikan konsisten.Oleh karena itu, untuk memahami dan mencari jawaban atas pertanyaan penelitian, peneliti
dapat mengunakan lebih dari satu teori atau lebih dari satu metode (inteview, observasi dan analisis dokumen).
ada 4 macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu :
a. Triangulasi data, Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil
observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memeiliki sudut pandang yang
berbeda.
b. Triangulasi Pengamat, Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data.
c. Triangulasi Teori, Penggunaan berbagai teori yang berbeda untuk memastikan bahwa data yang
dikumpulkan sudah memenuhi syarat.
d. Triangulasi metode, Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara
dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan
metode observasi pada saat wawancra dilakukan
Studi etnografi yang dilakukan oleh kathrine Rosier dan William Corsaro memberikan sebuah contoh
bahwa pengamatan merupakan salah satu dari beberapa sumber data.Studi mereka menguji validitas setreotipe
umum masalah pendidikan dan ekonomi dari banyak pemuda Afrika Amerika yang berasal dari kelurga
kurang mampu.Salah satu aspek dari penelitian ini melibatkan wawancara orang tua dan mengamati anak-anak
di rumah.Ketika mengunjungi rumah para peneliti menggunakan pengamatan langsung untuk memerikasa
kebenaran klaim dari orang tua bahwa mereka secara teratur terlibat dalam kegiatan anak-anak dirumah dan
menyediakan mainan berbasis pendidikan meskipun anggaran terbatas.
Pada bagian selanjutnya, kami menjelaskan metode umum yang digunakan dalam pegumpulan data
pengamatan kualitatif. Jika studi yang diusulkan anda megikuti latihan khusus penelitian kualitatif, anda harus
belajar cara-cara tertentu dimana para peneliti yang bekerja dalam tradisi tersebut telah menggunakan sebagai
metode tersebut untuk pengumpulan data. Penggunaan beberapa pengamat mengurangi beban pada masing-
masing pengamat dan memungkinkan waktu observasi yang lebih menyeluruh, selain itu dapat meningkatkan
validitas observasidengan cara melakukan cross ceksetiap temuan dan diperoleh.

2. Persiapan Observasi
Pada tahap persiapan, peneliti mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan topic.Informasi ini dapat
diperoleh dari berbagai sumber.Setelah memperoleh informasi, penulis merangkum dan memilih hal-hal yang
dapat menunjang penulisan serta membuat panduan observasi.
Seorang pengamat dalam penelitian kualitatif dapat mempersiapkan diri dengan menjalani magang pada
seorang ahli yang berkompeten pada observasi yang direncanakan. Dengan bekerja bersama seorang ahli,
seorang pengamat pemula secara bertahap dapat mengembangkan pemehaman tentang bagaimana untuk focus.
Keterampilan yang diperlukan dalam melakukan observasi meliputi kemampuan untuk menulis
deskripsi peristiwa yang diamati secara objektif.Setelah penelitian kualitatif berlangsung, Anda mungkin akan
menghadapimasalah dan isu-isu yang unik. Untuk menyelesaikan masala-masalah tersebut, maka diperlukan
ssaran dan bimbingan dari seorang ahli. Proses ini tidak melanggar integritas penelitian, karena dalam
penelitian kualitatif metodologi yang digunakan adalah metodologi pengamatan bebas.

3. Menentukan Fokus Observasi
Penentuan fokus penelitian dilakukan dengan memilih fokus atau pokok permasalahan yang dipilih
untuk diteliti, dan bagaimana memfokuskannya: masalah mula-mula sangat umum, kemudian mendapatkan
fokus yang ditujukan kepada hal-hal yang spesifik. Fokus sangat penting sebab tidak ada penelitian tanpa fokus,
sedangkan sifat fokus tergantung dari jenis penelitian yang dilaksanakan.Fokus penelitian memuat rincian
pernyataan tentang cakupan atau topik-topik pokok yang akan diungkap/digali dalam penelitian ini, fokus
penelitian berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian dan alasan diajukannya pertanyaan.
Pertanyaan-pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui gambaran apa yang akan diungkapkan di lapangan.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus didukung oleh alasan-alasan mengapa hal tersebut ditampilkan.
Fokus observasi peneliti kualitatif kemungkinan berubah dari awalhingga tahap selanjutnya
dari suatu penelitian. Menurut James Spradley, proses perubahan biasanya mencakup tiga tahap. Pertama
adalah tahap deskriptif, yaitu ketika observasitidak fokus dan ruang lingkup yang lebih luas sehingga observasi
bercabang. Kedua adalah tahap terfokus, ketika pengamat memiliki fitur fenomena besar yang diteliti dan
mengarahkan perhatian mereka untuk mengumpulkan informasi lebih mendalam tentang berbagai fitur yang
lebih sempit. terakhir, adalah tahap memilih, yaitu ketika masalah muncul, danfocus pengamat
bergeser untuk memperdalam pemahaman mereka tentang unsur-unsur tertentu yang telah
muncul secara teoritis maupun empiris.
Pertanyaan fokus penelitian juga melibatkan keputusan seperti factor-faktor yang diamati dan
bagaimana untuk memastikan bahwa semuanya potensial untuk diobservasi.Norman Denzin menyarankan
bahwa semua catatan lapangan observasi harus berisi referensi eksplisit untuk unsur-unsurseperti: partisipan,
interaksi, rutinitas, ritual, unsur-unsur duniawi, interpretasi, dan organisasi sosial dari partisipan. Sharan
Meriem menyajikan daftar serupa, tetapi juga termasuk pengaturan, lingkungan fisik, konteks, dan jenis
perilaku yang mendorong pengaturan, menghambat, atau mencegah serta faktor-faktorlain yang tidak menonjol.
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat muncul dalam penyusunan disain, diantaranya: (a) Apakah fenomena
terwakili oleh konstruksi yang ganda dan kompleks (a multiciplicity of complex social contructions)?; (b)
sampai di mana tingkatan interaksi antara peneliti-fenomena dan sampai di mana tingkatan ketidakpastian
interaksi tersebut yang dihadapkan kepada peneliti ?; (c)sampai di mana tingkatan ketergantungan konteks?; (d)
apakah beralasan (reasonable) untuk menyatakan hubungan kausal yang konvensional pada unsur-unsur
fenomena yang diamati ataukah hubungan antar gejala itu bersifatmutual simultaneous shipping?; (e) sampai di
mana kemungkinan nilai-nilai merupakan hal yang krusial pada hasil?

4. Pengaturan Dalam Observasi Kualitatif
Salah satu harapan dari sifat penting penelitian kualitatif adalah tidak ada aturan ketat tentang pengaturan
lapangan untuk melakukan Observasi. Anda perlu mengembangkan prosedur berdasarkan karakteristik
pengaturan lapangan dan partisipan, termasuk posisi pengamat pada saat melakukan observasi.
Pada waktu berada di lapangan, peneliti harus mampu mengembangkan hubungansosial dengan anggota
organisasi sehingga muncul kepercayaan diri dan mampu mengembangkansikap berteman (trust and friendly
feeling). Untuk mewujudkan kondisi ini, peneliti dapat melakukanlangkah berikut ini:
a. Perhatikan anggota yang tidak kooperatif dan atasi dengan sabar
b. Pahami perilaku dengan mempelajari bagaimana berpikir dan bertindak dalam perspektifanggota
organisasi
c. Identifikasi bagaimana mengatasi personal stress dan masalah lain sedini mungkin

5. Merekam Observasi
Dalam penelitian kualitatif, peneliti dapat menggunakan metode yang sama seperti yang dilakukan oleh
peneliti kuantitatif yaitu membuat catatan permanen hasil observasi. Salah satu contoh, peneliti dapat
mengambil catatan lapangan dan ditulis menggunakan komputer/laptop. Pilihan lain adalahmerekan hasil
wawancara dengan perekam autodiotape.
Alat perekam berguna Sebagai alat Bantu pada saat wawancara, agar peneliti dapat berkonsentrasi pada
proses pengambilan data tanpa harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek. Dalam
pengumpulan data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari subjek untuk
mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara berlangsung.
Dalam beberapa kasus, peneliti membuat catatan pada buku catatan, sehingga dapat mengalihkan
perhatian peserta atau menyebabkan pengamat kehilangan aspek penting dari peristiwa yang sedang diamati
tetapi pengamat juga dapat membuat catatan-catatan penting kertas toilet atau sampul dalam kotak korek api
untuk menyembunyikan peran mereka sebagai pengamat.Jikatidak membuat catatan pada saat di
lapangan, maka anda perlu mengingat apa yang terjadi di lapangan dan segera membuat catatannya.
Catatan lapangan harus deskriptif dan reflektif. Informasi deskriptif mencakup potret verbal dari peserta
penelitian, rekonstruksi dialog, deskripsi pengaturan fisik, rekaman peristiwa tertentu, dan deskripsi perilaku
pengamat. Informasi Refleksi termasuk rekaman pribadi peneliti dari program penyelidikan, dan mungkin
mengandung unsur: refleksi pada metode pengumpulan data dan analisis, refleksi tentang dilema etika dan
konflik, refleksi pada frame pengamat pikiran, dan interpretasi yang muncul.
Catatan lapangan harus rinci dan konkret.Pengamat harus berusaha membuat catatan yang rinci dan
konkret, bukan catatan yang berbelit-belit dan berlebihan.
Catatan lapangan harus mencakup detail visual saat yang tepat. Catatan lapangan tidak perlu terbatas
pada kata-kata. Sebagai contoh, seorang pengamat mungkin menarik sebuah sketsa tata letak pengaturan fisik di
mana kegiatan mengamati yang terjadi. Jika detail visual yang layak perhatian lebih, peneliti dapat dengan
membuat catatan dokumenter-gaya visual dengan membuat rekaman video atau foto.

6. Efek Pengamat
Penelitian kualitatif beroperasi pada premis bahwa observasi harus independen dari individu
tertentu. Upaya ini dilakukan untuk meminimalkan bias pengamat dan untuk mengendalikan efek yang
mungkin muncul dari pengamat. Oleh karena itu, peneliti kualitatif tidak menggunakan kriteria objektivitas
dalam memutuskan apakah hasil observasi berkualitas tinggi. Sebaliknya, mereka menggunakan prosedur yang
diuraikan di bawah ini :
a. Reaksi peserta program dan staf terhadap kehadiran pengamat. Pendekatan yang direkomendasikan
adalah bahwa peneliti kualitatif harus berusaha untuk tidak melebih-lebihkan atau meremehkan efek mereka
pada apa yang diamati, tetapi mereka harus menjelaskan dan menganalisis efek-efek sebagai bagian dari proyek
penelitian.
b. Efek pada pengamat selama penelitian. Pendekatan yang direkomendasikan untuk menangani masalah
yaitu, pengamat harus menyadari efek kehadirannya dan merekam kejadian tersebut.
c. Kecenderungan pengamat atau bias. Untuk mengatasi masalah ini, peneliti harus menggunakan prosedur
yang ditetapkan untuk memvalidasi dan memverifikasi analisis data. Prosedur ini mencakup usaha aktif untuk
menguji caramemeriksaan temuan dari berbagai perspektif teoretis, dan pelaporan proyek penelitian secara
detail.
d. Pengamat yang tidak kompeten. Data observasi kualitatif akan sia-sia, jika pengamat tidak memiliki
persiapan yang cukup untuk melakukan observasi yang dibutuhkan. Solusi untuk masalah ini adalah jelas.
Pengamat harus benar-benar dilatih sebelum melakukan observasi lapangan dan menganalisis data.

7. Analisis Data
Ketika fase penelitian lapangan dari studi penelitian kualitatif selesai, para peneliti mungkin memiliki
serangkaian catatan lapangan dan data visual.Semua data ini harus dianalisis, ditafsirkan, dan dilaporkan.
Prosedur untuk menganalisis, menafsirkan, dan pelaporan data Observasi pada dasarnya sama dengan untuk
jenis lain data kualitatif, seperti catatan wawancara dan dokumen yang ditemukan dalam pengaturan lapangan.
Marshall dan Rossman mengajukan teknik analisa data kualitatif untuk proses analisis data dalam
penelitian ini. Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan
:
a. Mengorganisasikan Data
Peneliti mendapatkan data melalui observasi, dimana data tersebut direkam dengan tape recoeder
dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk
rekaman menjadi bentuk tertulis secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis
mengerti benar data atau hasil yang telah di dapatkan.
b. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban
Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap data, perhatiaan yang penuh dan
keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan
pedoman observasi, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam
melakukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip observasi dan
melakukan coding,melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan
diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis
yang telah dibuat.
c. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data
Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data tersebut terhadap asumsi yang
dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali
berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat dicocokan apakah ada kesamaan
antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai.
d. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, peneliti masuk ke dalam tahap
penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa perlu
mencari suatau alternative penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian
kualitatif memang selalu ada alternative penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdpat hal-
hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir sebelumnya.Pada tahap ini akan dijelaskan dengan
alternative lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian
pembahasan, kesimpulan dan saran.

C. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: pengumpulan data untuk
penellitian kualitatif terus berkembang, namun demikian pada dasarnya ada empat cara yang mendasar untuk
mengumpulkan informasi yaitu:
a. Observasi
b. Wawancara
c. Dokumen
d. Triangulasi
2. Tahap observasi pada penelitian kualitatif antara lain:
a) Identifikasi dan Peran Pengamat
b) Persiapan Observasi
c) Menentukan Fokus Observasi
d) Pengaturan Dalam Observasi Kualitatif
e) Merekam Observasi
f) Efek Pengamat
g) Analisis Data

http://lifebintank.blogspot.com/2011/11/blog-post.html




I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Menurut Sukmadinata, N. S, (2011), penelitian
deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik
fenomena yang bersifat alamiah atau rekayasa manusia.
Penelitian deskriptif juga berarti penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena atau
karakteristik individual, situasi atau kelompok tertentu secara akurat. Penelitian deskriptif merupakan cara
untuk menemukan makna baru, menjelaskan sebuah kondisi keberadaan, menentukan frekuensi kemunculan
sesuatu dan mengkategorikan informasi.
Penelitian deskriptif dilakukan dengan memusatkan perhatian kepada aspek-aspek tertentu dan sering
menunjukkan hubungan antar berbagai variabel. Setiap metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
memiliki desain atau rancangan. Rancangan digunakan sebagai pedoman yang dapat ditempuh oleh peneliti
dalam melakukan penelitian. Sebuah rancangan penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan
penelitian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ruang lingkup penelitian deskriptif ?
2. Bagimana langkah-langkah pengembangan rancangan penelitian deskriptif ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan ruang lingkup penlitian deskriptif ?
2. Mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan rancangan penelitian deskriptif ?

II. PEMBAHASAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Deskriptif
Pengertian penelitian deskriptif menurut Sukmadinata, N. S, (2011), adalah suatu metode penelitian
yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat
yang lampau. Whitney (1960) berpendapat, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang
tepat, (http://lubisgrafura.wordpress.com). Penelitian deskriptif dapat digunakan pendekatan kuantitatif berupa
pengumpulan dan pengukuran data yang berbentuk angka atau pendekatan kualitatif berupa penggambaran
keadaan secara naratif (kata-kata) apa adanya, (Sukmadinata, N. S, 2011).
Metode deskriptif lebih luas dari metode survey, sehingga metode survey merupakan bagian dari
penelitian deskriptif. Terkait dengan ini Sukmdiana, N.S, (2011), berpendapat bahwa :
1. Deskripsi merupakan hal alamiah sesuai kenyataan kehidupan.
2. Deskriptif mencakup makna lebih luas (kuantitaif dan kualitatif).
3. Lebih lengkap dari metode survey dengan observasi dan studi dokumenter.
4. Deskriptif merupakan penelitian paling dasar dari peneitian eksperimen.
5. Cocok bagi peneliti pemula dalam pengembangan kemampuan penelitian.
Pemilihan dan penentuan metode penelitian tidak dapat dipisahkan dari tujuan dan perumusan masalah,
(Sukmadinata, N. S, 2011). Penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk menggambarkan atau
mendeskripsikan satu variabel secara sistematis disebut dengan penelitian deskriptif. Jika penelitian bermaksud
untuk mengetahui hubungan atau perbandingan maka metode penelitian yang digunakan adalah korelasional
atau komparatif, karena itu kedua penelitian ini termasuk pada jenis penelitian deskriptif. Sesuai dengan nama
jenis penelitiannya, penelitian deskriptif ditandai adanya upaya untuk mengetahui kondisi sesuatu, baik itu
berupa situasi atau keadaan, mutu atau kualitas kinerja seseorang, atau kaitan antara dua kondisi yang berupa
hubungan atau perbandingan, (http://id.shvoong.com).
Ditinjau dari segi masalah yang diselidiki, teknik dan alat yang digunakan dalam meneliti, serta tempat
dan waktu, penelitian ini dapat dibagi atas beberapa jenis. Menurut Sukmadinata, N. S, (2011), Ada beberapa
variasi dalam penelitian deskriptif yaitu studi perkembangan, studi kasus, studi kemasyarakaatan, studi
perbandingan, studi hubungan, studi waktu dan gerak, studi lanjut, studi kecendrungan, analisis kegiatan dan
analisis atau dokumen dll.
1. Studi Perkembangan, bisa mendeskripsikan sesuatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan
keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya.
2. Studi Kasus, metode untuk menghimpun dan menganalisis data berkenaan dengan sesuatu kasus.
3. Studi Kemasyarakatan, kajian intensif yang dilakukan terhadap suatu kelomok masyarakat yang tinggal
bersama di suatu daerah yang memiliki ikatan dan karakteristik tertentu.
4. Studi Perbandingan, bentuk penelitian deskriptif yang membandingkan dua atau lebih dari dua
situasional.
5. Studi Hubungan, disebut juga studi korelasional yang meneliti hubungan antara dua hal, dua variabel atau
lebih.
6. Studi Waktu dan Gerak, ditujukan untuk meneliti atau menguji jumlah waktu dan banyaknya gerak yang
diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan.
7. Studi Kecenderungan, studi ini diarahkan untuk melihat kecenderungan perkembangan.
8. Studi Tindak Lanjut, merupakan pengumpulan data terhadap para lulusan atau orang-orang yang telah
menyelesaikan suatu program pendidikan, latihan atau pembinaan.
9. Analisis Kegiatan, diarahkan untuk menganalisis kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan suatu tugas
atau pekerjaan adalam bidang industri, bisnis, pemerintahan, lembaga sosial dll baik dalam kegiatan produksi
atau layanan jasa.
10. Anaisis Isi atau Dokumen, ditujukan untuk menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen resmi, yang
valid dan keabsahannya.
B. Pengembangan Rancangan Penelitian Deskriptif
Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu proses pengumpulan dan
analisis penelitian. Dalam arti luas rancangan penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan
penelitian, (http://lubisgrafura.wordpress.com/). Dengan demikian maka pengembangan rancangan deskriptif
menjelaskan langkah-langkah sistematis yang ditempuh dalam penelitian deskriptif.
1. Mengidentifikasi dan Memilih Masalah yang Akan Diteliti
Identifikasi masalah merupakan upaya mengelompokam, mengurutkan sekaligus memetakan masalah
berdasarkan bidang-bidang studi, (Sukmadinata, N.S, 2011). Identifikasi masalah pada umumnya mendeteksi,
melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dengan masalah atau variabel yang akan
diteliti, Riduwan, (2009).
Menurut Sukmadinata, N. S, (2011), dalam megidentifikasi masalah sebaiknya menggunakan sumber,
baik sumber resmi pernyataan resmi, kesimpulan seminar atau kenyataan faktual. Melalui proses ini maka akan
dapat diketahui gambaran masalah yang akan diteliti. Gambaran masalah yang telah teridentifikasi
dihubungkan, dibandingkan satu sama lain, kemudian diurutkan berdasarkan rangking yang paling penting,
mendesak sampai paling kurang. Meskipun telah diurutkan berdasarkan tingkat urgensi, masalah-masalah yang
telah teridentifikasi perlu dipilih dengan pertimbangan minat dan kemampuan peneliti, lokasi dan sumber data,
waktu, dana dll.
Menurut Sukmadinata, N. S, (2011), untuk memecahkan masalah atau menentukan suatu tindakan
diperlukan sejumlah informasi. Informasi tersebut dikumpulkan melalui proses penelitian deskriptif. Masih
menurut Sukmadinata, N. S, (2011), bahwa ada beberapa informasi yang bisa diperoleh melalui penelitian
deskriptif bagi pemecahan masalah yaitu : 1) bagaimana keadaan sekarang, 2) informasi yang kita inginkan dan
3) bagaimana sampai ke sana, bagaimana mencapainya.
2. Merumuskan dan Mengadakan Pembatasan Masalah
Setelah masalah diidentifikasi, dipilih, lalu perlu dirumuskan. Rumusan masalah merupakan pemetaan
faktor-faktor atau variabel-variabel yang terkait dengan fokus masalah (Sukmadinata, N. S, 2011). Perumusan
ini penting, karena berdasarkan rumusan tersebut maka peneliti dapat menentukan metode penelitian, metode
pengumpulan data, pengolahan data maupun analisis dan penyimpulan hasil penelitian.
Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian terarah, terfokus, dan tidak melenceng ke mana-mana
(Riduwan, 2009). Perlu diperhatikan bahwa sifat masalah akan menentukan cara-cara pendekatan yang sesuai
dan akhirnya akan menentukan rancangan penelitiannya. Perumusan masalah berhubungan dengan tujuan dan
metode yang digunakan, (Sukmadinata, N. S, 2011). Kalau tujuan penelitian diarahkan untuk memperoleh
gambaran dan deskripsi secara rinci, sistematis dan akurat suatu fenomena maka metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif maupun kualitatif.
Jika tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan atau komparasi suatu variabel maka metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif korelasi atau komparasi. Selain untuk
mendeskripsikan suatu fenomena, penelitian deskriptif juga dirancang untuk membuat komparasi maupun
untuk mengetahui hubungan atas satu variabel kepada variabel lain. Suharsimi, A, (2005), menyatakan karena
itu pula penelitian komparasi dan korelasi juga dimasukkan dalam kelompok penelitian
deskriptif, (http://infopendidikan-hendriyansyah. blogspot.com).
3. Melakukan Kajian Pustaka
Setelah masalah penelitian ditetapkan, selanjutnya pada tahapan ini peneliti mencari landasan teoritis
dari permasalahan penelitiannya dengan cara melakukan kajian pustaka. Tujuan kajian pustaka adalah untuk
memperoleh informasi yang relevan dengan masalah yang diteliti, memperdalam pengetahuan tentang obyek
(variabel) yang diteliti, mengkaji teori dasar yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, mengkaji temua
penelitian terdahulu, dan mencari informasi aspek masalah yang belum tergarap.
Sumber kajian pustaka dapat diperoleh dari sumber primer dan sekunder. Sumber primer merupakan
karangan asli yang ditulis oleh orang lain secara langsung mengalami, melihat dan mengerjakan sendiri.
Sumber sekunder adalah tulisan tentang penelitian orang lain. Bahan pustaka yang biasanya tersedia
diperpustakaan adalah ensiklopedia, kamus, buku-buku teks dan buku referensi, buku pegangan, biografi,
indeks, abstrak laporan penelitian, majalah, jurnal dan surat kabar, skripsi, tesis, desertasi.
4. Membuat Asumsi atau Anggapan-Anggapan
Asumsi dalam konteks penelitian diartikan sebagai anggapan dasar, yaitu suatu pernyataan atau sesuatau
yang diakui kebenarannya atau dianggap benar tanpa harus dibuktikan lebih dahulu. Asumsi penelitian
merupakan pijakan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Menurut sifatnya ada tiga jenis
asumsi, yaitu asumsi konseptual, asumsi situasional dan asumsi operasional. Asumsi konseptual berakar pada
pengakuan akan kebenaran suatu konsep atau teori. Asumsi situasional diperlukan untuk mengantisipasi adanya
kondisi lokal atau situasi yang bersifat sementara yang berpotensi mempengaruhi berlakunya suatu hukum atau
prinsip yang dapat menggoyahkan rancangan penelitian. Asumsi operasional bertolak dari masalah-masalah
operasional yang masih dalam jangkauan pengendalian peneliti, (Ibnu, Mukhadis,
Dasna, 2003,dalam http://infopendidikan-hendriyansyah.blogspot.com).
5. Merumuskan Hipotesis Penelitian, Bila Ada
Hipotesis merupakan dugaan sementara atas permasalahan yang diteliti. Penelitain deskriptif diperlukan
perumusan hipotesis atau tidak tergantung pada masalah dan tujuan yang telah dirumuskan, (Sukmadinata, N.
S, 2011). Penelitian deskriptif yang ditujukan untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu tanpa membandingkan atau menghungkan,
tidak memerlukan hipotesis. Namun demikian, sebuah penelitian deskriptif yang dirancang untuk membuat
komparasi atau hubungan perlu merumuskan hipotesis.
6. Menentukan Populasi, Sampel, Teknik Sampling
Populasi adalah keseluruhan subjek atau objek yang berbeda pada sustu wilayah dan memenuhi sayarat-
syarat tertentu berkaitan masalah yang diteliti, (Martono, N, 2011). Kemudian dijelaskan bahwa sampel
merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau keaadan tertentu yang akan diteliti. Terkait dengan
hal ini dalam penelitian deskriptif juga dilakukan penentuan sampel baik dengan teknik probability maupun
non probability.
7. Menentukan Instrumen
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Instrumen atau alat
pengumpul data harus sesuai dengan tujuan pengumpulan data. Sumber data dan jenis data yang akan
dikumpulkan harus jelas. Instrumen penelitian yang digunakan harus memenuhi persyaratan validitas
(kesahihan) dan reliabilitas (keterandalan), paling tidak ditinjau dari segi isinya sesuai dengan variabel yang
diukur. Prosedur pengembangan instrumen pengumpul data perlu dijelaskan tentang proses uji coba, analisis
butir tes, uji kesahihan dan uji keterandalan. Dalam penelitian deskriptif kuantitaif, instrumen yang sering
digunakan adalah angket (kusioner), pedoman wawancara dan pedoman pengamatan, (http://infopendidikan-
hendriyansyah.blogspot.com)
8. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yaitu wawancara, angket, observasi dan studi
dokumenter, Sukmadinata, N. S, (2011). Terdapat perbedaan penelitian deskriptif dengan penelitian survey
dalam hal teknik pengumpulan data. Menurut Sukmadinata, N. S, (2011), kajian deskriptif lebih luas dibanding
survey karena mencakup penelitia observasi dan studi dokumenter, sedangkan survey terbatas pada penggunaan
wawancara dan angket.
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan percakapan dengan
responden atau narasumber. Angket atau kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyataan atau penrnyataan tertulis kepada responden untuk dijawab, (Sugiyono,
2010). Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung, (Sukmadinata, N. S, (2011). Selanjutnya dijelaskan bahwa teknik studi
dokumen merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisa dokumen-dokumen
tertulis gambar maupun elektronik.
9. Analisi Data
Berdasarkan sifat data yang dikumpulkan, analisis data hasil penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu
analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk data yang dapat diklasifikasi
dalam bentuk angka-angka. Analisis kualitatif digunakan untuk data yang bersifat uraian kalimat (data narartif)
yang tidak dapat diubah dalam bentuk angka-angka.
Data yang bersifat kauntitaif pada penelitian deskriptif mutlak dianalisa dengan mengguakan
statistis. Statistik deskriptif digunakan menganalisa data yang bersifat kuantitatif dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data apa adanya. Statistik deskriptif bisa berupa rata-rata hitung (mean), median,
modus, kadang-kadang persentase dll. Menurut Sugiono, (2010), statistik deskriptif juga dapat dilakukan
mencari kuatnya hubungan antar variabel melalui analisis korelasi, melakukan prediksi dengan analisi regresi
dan membuat perbandingan dengan membandingkan rata-rata data sampel atau populasi.
10. Menarik Kesimpulan atau Generalisasi
Akhirnya dalam kesimpulan harus mencerminkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Jangan
sampai antara masalah penelitian, tujuan penelitian, landasan teori, data, analisis data dan kesimpulan tidak ada
runtutan yang jelas. Jika rumusan masalah dan tujuan dalam penelitian deskriptif hanya ingin menjelaskan
suatu fenomena secara deskriptif maka kesimpulan yang dikemukakan hanya bersifat deskriptif. Jika peneltian
deskriptif yang bersifat membandingkan atau mencari hubungan maka kesimpulan akhir menggambarkan
adanya perbedaan atau hubungan terkait dengan masalah yang diteliti.

III. PENUTUP
Sebagai penutup, dapat ditarik beberapa kesimpulan terkait tujuan dari penulisan makalah ini, antara
lain :
1. Ruang lingkup penelitian deskriptif meliputi pengertian sebagai dasar pemahaman tentang penelitian
deskriptif dan berbagai variasi dalam penelitian deskriptif.
2. Langkah-langkah pengembangan rancangan penelitian deskriptif meliputi mengidentifikasi dan memilih
masalah yang akan diteliti, merumuskan dan mengadakan pembatasan masalah,melakukan kajian
pustaka, membuat asumsi atau anggapan-anggapan, merumuskan hipotesispenelitian bila ada, menentukan
populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrumen,teknik pengumpulan data, analisi data dan
menarik kesimpulan atau generalisasi

DAFTAR PUSTAKA

http://lubisgrafura.wordpress.com. Metode Penelitian Kuantitatif. Diakses tanggal 21 Oktober 2011.
http://www.kti-skripsi.net. Penelitian Deskriptif Analitik. Diakses tanggal 11 Oktober 2011.
http://www.freeservers.com. Penelitian Deskriptif Berorientasi Pemecahan Masalah. Oleh :Sulipan. Diakses
tanggal 11 Oktober 2011.
http://infopendidikan-hendriyansyah.blogspot.com. Rancangan Penelitian Deskriptif.Oleh : Hendriyansyah.
Diakses tanggal 28 Oktober 2011.
http://id.shvoong.com. Penelitian Deskriptif. Diakses tanggal 20 Oktober 2011.

Martono, N. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Analisi Isi dan Analisi Data Sekunder. Cetakan ke 2
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Riduwan. 2009. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian (untuk Mahasiswa S1, S2 dan S3).
Bandung : CV. Alfabeta.
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cetakan ke
11. Bandung : CV. Alfabeta.
Sukmadinata, N. S, (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan ke 7. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai