13
14
15
16
situasi
yang
sesungguhnya.
Pendekatan
pembelajaran
ini
lebih
mengembangkan hasil yang nyata dan kecakapan, karena memiliki fungsi sebagai
berikut.
1) Memperkenalkan beberapa realita dalam pengajaran
(a) Mengembangkan materi pembelajaran dari realitas sekitar, tidak hanya dari
apa yang ada di buku
(b) Mengundang praktisi ke dalam kelas untuk menambah wawasan peserta
didik dalam rangka melengkapi penjelasan guru baik secara teori maupun
praktek
2) Melaksanakan serangkaian pengajaran langsung dengan melibatkan peserta
didik untuk memecahkan masalah dengan bimbingan guru
(a) Memperhatikan kebebasan akademik guna mengembangkan prinsip
berdasarkan sikap saling menghormati dan memperhatikan satu sama lain
(guru dan peserta didik, peserta didik dan peserta didik lainnya)
(b) Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk aktif berpartisipasi dalam
merencanakan kegiatan, melakukan proses dan pengambilan keputusan.
Aktifitas pembelajaran bekerja langsung merupakan pendekatan interaktif
edukatif yang sangat efektif, karena peserta didik melakukan demonstrasi dan
eksperimen dengan mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan
17
hasil uji coba. Demonstrasi dan eksperimen dilaksanakan dengan tujuan sebagai
berikut :
a) Untuk mengetahui sesuatu secara lebih pasti dan teliti
b) Melakukan pengamatan dan pengumpulan data
c) Melaksanakan percobaan sesuai dengan prinsip learning by doing, bahwa
teori yang sudah dipelajari harus ditindaklanjuti dengan perbuatan
d) Menganalisa produk untuk memperoleh hasil yang optimal
c. Prinsip-Prinsip dan Karakteristik Pendekatan Learning By Doing
Prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan dalam pembelajaran bekerja
langsung yaitu :
1) Melibatkan peserta didik secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar,
karena pendekatan ini menekankan pada pengalaman peserta didik secara
langsung yang berkenaan dengan kompetensi yang harus dikuasai.
2) Menyediakan pendekatan multi sensori bagi peserta didik ketika berlangsung
pembelajaran; seperti mendengar, merasa, mencium, dan mencipta objekobjek yang dipelajari
3) Memberikan
kompetensi
bagi
peserta
didik
untuk
mengembangkan
pendekatan
pembelajaran
bekerja
langsung
yang
18
1) Desain
Rancangan atau rencana yang akan dilakukan dengan pendekatan learning by
doing pada kegiatan pembelajaran sewing yaitu tujuan, langkah-langkah
kegiatan pembelajaran, latihan dan penilaian hasil belajar. Di dalam menyusun
rancangan ini harus sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
pada struktur kurikulum SMK Tata Busana. Langkah-langkahnya dirancang
mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, sampai kegiatan akhir. Pada kegiatan
inti guru menjelaskan materi dengan menggunakan learning by doing untuk
memberikan kesempatan latihan pada peserta didik dalam upaya mencapai
tujuan yang sudah direncanakan. Penilaian hasil belajar dirancang sesuai
dengan prosedur, jenis, bentuk dan alat penilaian yang dapat mengukur
kemampuan sewing peserta didik yang meliputi kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotor.
2) Pengembangan
Proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik. Pengembangan
ini berkaitan dengan media pembelajaran dan sumber belajar yang akan
digunakan. Media yang digunakan bisa berupa media nyata (realia) dan untuk
sumber belajar yang digunakan bisa dari buku dan modul yang mengacu pada
standar kompetensi.
3) Pemanfaatan
Berfungsi memperjelas hubungan antara peserta didik dengan bahan dan
sistem pembelajaran dengan memanfaatkan media untuk mempermudah
proses adopsi suatu gagasan.
19
4) Pengelolaan
Penerapan pembelajaran bekerja langsung untuk menghasilkan suatu produk
sebagai hasil penerapan satu sistem.
5) Penilaian
Melakukan penilaian terhadap hasil belajar teori dan praktek dari pendekatan
pembelajaran bekerja langsung untuk membuat keputusan dan manfaat dari
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
2. Pelaksanaan Learning By Doing Pada Pembelajaran Menjahit Dengan
Mesin (Sewing)
Pelaksanaan learning by doing pada pembelajaran menjahit dengan mesin
(sewing) berkaitan dengan pengembangan materi pembelajaran, penggunaan
pendekatan, metode dan media pembelajaran yang mengacau pada tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan.
a. Materi Pembelajaran Menjahit dengan Mesin (sewing)
Materi pembelajaran merupakan bahan yang diajarkan kepada peserta
didik dalam proses belajar dan diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Materi menjahit dengan mesin yang tercantum dalam kurikulum SMK
(2004:31-34), antara lain : menyiapkan tempat kerja dan alat kerja, menyiapkan
mesin jahit, mengoperasikan mesin jahit dan menjahit bagian-bagian busana.
20
(3)
21
Pita ukuran yang baik adalah panjangnya 150 cm, terbuat dari bahan plastik,
tidak bertiras, garis dan angkanya jelas tercetak dikedua belah sisi, terdapat
logam penjepit diantara kedua ujungnya, logam dipasang datar dan tidak
miring, fungsi logam agar ujungnya tidak robek. Cara menyimpan pita
ukuran digantung, dilipat atau digulung, sehingga panjang ukuran tidak
berubah dan angka tidak rusak. Gambar 2.1(a)
22
brookat dapat menggunakan jarum mesin nomor 11-13. Jarum jahit mesin
no 14-16 dapat digunakan untuk busana dan lenan rumah tangga yang
terbuat dari kain mantel, gorden, denim, sedangkan kain terpal, kulit jok
dapat menggunakan jarum jahit mesin nomor 16-18. Syarat pemilihan jarum
jahit yaitu ujungnya harus tajam, bentuknya ramping dan tidak berkarat serta
jarum jahit mesin yang terbaik terbuat dari lempengan baja. Gambar 2.1(d)
b) Jarum Jahit Tangan
Jarum jahit tangan yang baik adalah yang terbuat dari baja mempunyai
nomor yang sesuai dengan besarnya. Jarum jahit tangan sebaiknya
mempunyai bentuk yang panjang, ramping dan lubang untuk benang cukup
besar, dalam perdagangan jarum jahit tangan dikelompokkan sesuai dengan
penggunaannya yaitu untuk menghias, menisik dan menjelujur.
Gambar 2.1(e)
c) Jarum Pentul
Jarum pentul yang baik terbuat dari baja, panjangnya kira-kira 2,5 cm. Jarum
pentul yang berkepala dengan bermacam-macam warna mempunyai ujung
yang sangat tajam dan tidak mudah berkarat. Gambar 2.1(f)
(4) Rader berfungsi untuk memberi tanda batas pada bagian bagian busana
setelah digunting, macam-macam rader yaitu :
a) Rader bergerigi digunakan untuk bahan yang memiliki tenunan yang tebal
dan sedang. Gambar 2.1(g)
b) Rader bertepi licin digunakan untuk bahan tenunan licin yang tipis (ringan)
maupun sedang. Gambar 2.1(h)
23
c) Rader kembar mempunyai dua roda yang dapat diatur jaraknya, rader ini
biasanya digunakan untuk memberi garis kampuh pada pola. Gambar 2.1(i)
(5) Kapur jahit digunakan bersama rader atau pinsil kapur untuk memberi tanda
pola pada bahan. Gambar 2.1(j)
(6) Bidal digunakan untuk menutupi jari tengah pada waktu menjahit dengan
tangan dan menjaga jangan sampai jari sakit terkena ujung jarum.
Gambar 2.1(k)
(7)
(a)(a)
(d)
(c)
(b)
(e)
(f)
(g)
(h)
(j)
(k)
(i)
(l)
24
25
(2)
(3)
26
Kampuh Balik
Tambahan kampuh yang dibutuhkan 1 cm, lebar kampuh setikan cm atau
kurang. Kampuh ini banyak digunakan untuk penyelesaian busana anak
karena kuat dan rapi, pakaian dalam wanita dan pakaian luar wanita yang
terbuat dari bahan yang tembus terang. Gambar 2.3 (a)
(2)
27
(3)
Kampuh Pipih
Kampuh ini banyak digunakan untuk penyelesaian busana bayi ,busana pria,
pada tempat-tempat yang harus pipih. Tambahan yang dibutuhkan untuk
kampuh 1 cm, lebar kampuh selesai cm. Gambar 2.3 (c)
(4)
(5)
Kampuh Terbuka
a. Kampuh terbuka diselesaikan dengan jarum tangan, bisa menggunakan
tusuk lilit atau tusuk feston. Gambar 2.3 (e)
b. Kampuh terbuka diselesaikan dengan mesin jahit, bagian tepi di lipat dan
di jahit kecil. Gambar 2.3 (f)
c. Kampuh terbuka dengan penyelesain obras
Kampuh yang diselesaikan dengan mesin obras, kampuhnya dapat dibuka
atau dirangkap tergantung tebal dan tipisnya bahan. Gambar 2.3 (g)
28
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
Gambar 2.3 Macam-Macam Kampuh
Sumber : Darminingsih (1985:78-80)
29
Cara menjahit tutup tarik secara tersembunyi dan sama lebar kiri-kanan :
(1)
Letakkan bagian tutup tarik berhadapan dengan bagian buruk pakaian. Lipat
kampuh sisi kiri cm di luar garis pola. Letakkan tepat gigi tutup tarik lalu
di jelujur. Setiklah dengan menggunakan sepatu khusus. Gambar 2.4 (1)
(2)
Tutup tarik dapat juga di jahit dengan setikkan sama lebarnya kiri dan kanan
Gambar 2.4 (2)
(1)
(2)
(2)
(3)
Kemudian dijelujur dan dicoba (di pas), bila letaknya sudah baik jahitlah
dengan mesin dari bagian buruk lengan.
30
(4)
(a)
(b)
(c)
(d)
(2)
(3)
Letakkan kerah pada badan bagian baik lalu dijahit. Kampuh dirapikan dan
buat guntingan dalam pada bagian yang melengkung
(4)
Sisi kerah yang lain/satunya diselesaikan dengan tusuk selip atau setik dari
bagian baik
(1)
(2)
Bagian buruk
Bagian baik
(4)
(3)
31
Memberi tanda pada tengah depan kemudian gunting pada bagian tengah
sampai batas sudut puncak
Letakan lapisan kanan pada sisi kanan dan lapisan kiri pada sisi kiri,
kemudian disetik
(4)
Lipat lapisan ke bagian buruk menurut tanda yang telah ditentukan. Tepi
lapisan yang bertiras dibuat lipat dalam
(5)
Setiklah ujung belahan dengan mesin dari bagian baik. Selesaikan ujung
belahan bagian buruk dengan tusuk kelim atau dijahit dengan mesin
(b)
(a)
(e)
(c)
(d)
Gambar 2.7 Cara Menjahit Belahan Dua Lajur Sama (Belahan Buta)
Sumber : Darminingsih (1985:90)
32
33
dilaksanakan secara terstruktur serta berfokus pada peserta didik (learner focused)
melalui penyelesaian tugas/kompetensi (task focused) secara bertahap. Oleh
karena itu, dalam penyelenggaraan pembelajaran dengan pendekatan pelatihan
berbasis kompetensi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) Kurikulum harus dikembangkan mengacu kepada standar kompetensi yang
ditetapkan oleh industri/asosiasi profesi, dan memuat isi yang menunjang
pencapaian kompetensi
b) Modul/bahan ajar harus dikembangkan berdasarkan kurikulum dan standar
kompetensi, serta mampu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengikuti program sesuai dengan tingkat kecepatan yang dimilikinya
c) Guru atau instruktur harus memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya
d) Peserta didik, telah memiliki pengetahuan dasar yang memadai
e) Kegiatan diklat diorganisasi secara tepat agar dapat dilaksanakan secara
fleksibel dan memberikan perlakuan secara adil kepada peserta didik sesuai
dengan potensi yang dimilikinya
f) Fasilitas harus memadai untuk seluruh peserta didik, baik dari sisi jenis,
jumlah dan kualitas
g) Manajemen institusi perlu dikembangkan sesuai dengan semangat
pembaharuan
h) Biaya operasional diklat, memadai sesuai kebutuhan operasional dalam
pencapaian kompetensi peserta didik
34
35
d) Hasil pembelajaran merupakan produk jadi yang layak jual atau bagian-bagian
produk (komponen) yang dapat dirakit menjadi produk yang layak jual
Dengan kriteria pembelajaran tersebut di atas, pada dasarnya desain yang
lebih memungkinkan adalah mengintegrasikan pelaksanaan pelatihan berbasis
produksi dengan penyelenggaraan unit produksi sekolah. Kondisi ini sejalan
dengan tujuan penyelenggaraan unit produksi, yaitu :
(1) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengerjakan praktik
yang berorientasi pasar
(2) Mendorong peserta didik dan guru dalam pengembangan wawasan ekonomi
dan kewirausahaan
(3) Memperoleh tambahan dana untuk membantu mengatasi kekurangan biaya
operasional sekolah, terutama digunakan untuk perawatan dan perbaikan
fasilitas
(4) Meningkatkan pendayagunaan sumber daya pendidikan yang ada di sekolah
(5) Meningkatkan kreativitas peserta didik dan guru
(6) Dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik, terutama
menyangkut keterampilan yang diperlukan untuk mengerjakan pesanan
masyarakat, sehingga diharapkan dapat lebih cepat menyesuaikan diri
terhadap dunia kerja.
36
adalah
berkenaan
dengan
cara
yang
digunakan
untuk
37
3) Metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan
penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap peserta didik.
Metode ini digunakan pada saat menjelaskan materi pengenalan piranti
menjahit.
4) Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan
yang harus dijawab, terutama dari guru pada peserta didik, tetapi dapat pula
dari peserta didik kepada guru. Metode ini digunakan pada saat menjelaskan
materi, yang diharapkan ada interaksi antara guru dan peserta didik, serta antar
peserta didik.
4) Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru
memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar.
Contohnya guru menugaskan peserta didik untuk menjahit busana tunik sesuai
prosedur kerja yang telah didemonstrasikan.
d. Media Pembelajaran Pada Pelaksanaan Learning By Doing
Media pembelajaran pada dasarnya adalah alat bantu pembelajaran yang
digunakan
untuk
mempermudah
membantu
pencapaian
menyampaikan
tujuan
yang
materi
ditetapkan.
pembelajaran
Penggunaan
agar
media
38
e.
menjadi tenaga terampil, kreatif dan produktif dalam bidang busana. Kompetensi
pengajaran yang harus dikuasai penuh oleh peserta didik, salah satunya yaitu
kompetensi menjahit dengan mesin (sewing). Materi menjahit dengan mesin
(sewing) adalah menyiapkan tempat kerja dan alat, menyiapkan mesin jahit,
mengoperasikan mesin jahit, dan prosedur langkah kerja menjahit bagian-bagian
busana yang akan dibuat sesuai dengan desain yang telah ditentukan baik untuk
busana anak, remaja dan dewasa wanita maupun pria. Pelaksanaan pembelajaran
39
menjahit dengan mesin (sewing) dilaksanakan dalam bentuk teori dan praktek
dengan perbandingan teori 25% dan praktek 75%.
3. Menjahit Busana Muslim Model Tunik dan Busana Muslim Pria (Baju
Koko)
a) Menjahit Busana Muslim Model Tunik dengan Hiasan Sulaman Fantasi
(1) Desain Busana Muslim Model Tunik
Tunik adalah busana luar wanita bagian atas yang panjangnya sampai di
bawah panggul atau di atas lutut, berasal dari baju bagian luar di jaman Yunani
dan Romawi yang seperti jubah. Saat ini sering dipakai oleh perempuan, yang
dipadukan dengan rok atau celana panjang. Hiasan pada busana muslim model
tunik dapat menerapkan berbagai macam hiasan salah satunya sulaman fantasi.
Busana muslim model tunik yang akan dipraktekan yaitu gambar 2.14 (a)
dengan model variasi kerah cahng ie, variasi lengan licin dan menggunakan garis
priences yang merupakan garis hias dari kerung lengan melengkung ke bawah.
Untuk hiasannya yaitu menggunakan hiasan sulaman fantasi pada bagian dada dan
variasi lengan.
40
(a)
(b)
(c)
41
(a)
(b)
(h)
(g)
(c)
(f)
(e)
Sulaman fantasi
(i)
Gambar 2.9 Langkah-Langkah Menjahit Busana Model Tunik
Sumber : Dokumen (2008)
42
Pemakaian tusuk hias harus sesuai dengan bentuk ragam hias. Motif hias dapat
berbentuk bunga, pemandangan atau geometris.
Sulaman fantasi biasanya dikerjakan pada kain polos misalnya : kain
tetoron, poplin, nerkolin, dan mori, sehingga sulaman atau hiasan terlihat lebih
kontras, menarik dan rapi. Penyelesaian dapat menerapkan berbagai macam tusuk
hias ( 3 macam ) misalnya : tusuk pipih, tusuk feston, tusuk flanel, tusuk tangkai.
Contoh penerapan hiasan sulaman fantasi pada busana tunik.
1
2
3
Keterangan :
1. Tusuk benang sari
2. Tusuk pipih
3. Tusuk tangkai
Gambar 2.10 Penerapan Hiasan Sulaman Fantasi pada Busana Muslim Model Tunik
Sumber : Modifikasi penulis (Sanny Poespa, 2003:8)
43
dimasukkan ke dalam celana atau pantalon. Busana muslim pria biasanya model
lebih sederhana di dengan busana muslim bagi perempuan, untuk busana muslim
pria hiasannya biasa menerapkan lakapan benang. Model baju koko yang akan
dipraktekan yaitu busana dengan model kerah chang ie dan mengenakan belahan
buta atau belahan tersembunyi pada bagian tengah muka, menggunakan saku
tempel dan hiasan lekapan benang. Gambar 2.17 (b)
(a)
(b)
(c)
44
d. Memasang lengan pada badan, menyambung sisi badan depan dengan sisi
badan belakang dan menyambung sisi lengan dengan kampuh tertutup atau
kampuh pipih
e. Memasang saku tempel pada badan bagian depan
f. Menjahit kelim bagian bawah lengan dan bagian bawah busana
g. Membuat hiasan lekapan benang pada bagian dada dan saku
(a)
(f)
(b)
(c)
(e)
(d)
Lekapan Benang
(g)
45
Gambar 2.13 Penerapan hiasan lekapan benang pada busana muslim pria (baju koko)
Sumber : Modifikasi penulis (Sanny Poespa, 2003:46)
46
(Application),
merupakan
kemampuan
menerapkan
dan
47
48
49
5) Keserasian/Koordinasi (Coordination)
Kemampuan peserta didik dalam menuangkan ide dalam kompetensi menjahit
dengan mesin sesuai kriteria yang diharapkan. Contoh : peserta didik mampu
menjahit bagian-bagian busana dan mampu menentukan teknik jahit yang
tepat disesuaikan dengan desain busana yang dibuat.
6) Keluwesan (Flexibility)
Keluwesan peserta didik dalam menanggapi situasi yang baru. Contoh :
peserta didik dapat menciptakan desain bsuana yang lebih bervariasi dan rapi
serta terampil menangani dengan penuh keluwesan apabila terjadi kesalahan
dalam proses menjahit busana.
7) Daya Tahan (Endurance)
Daya tahan dapat diartikan sebagai daya tahan fisik dan psikis peserta didik
selama dalam situasi tertentu. Seperti : peserta didik mampu menyelesaiakan
busana yang detail busananya agak rumit dengan hasil yang rapi dan dalam
waktu yang relatif singkat.