Anda di halaman 1dari 18

A.

Latar Belakang Masalah


Menurut Ishaac (2020: 7) model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas. Model tersebut merupakan pola
umum perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi atau tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Model pembelajaran adalah pola interaksi
antara pendidik dan peserta didik di dalam kelas yang menyangkut
pendekatan, strategi, metode, teknik, pembelajaran yang diterapkan dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Maka dapat dikatakan, bahwa model pembelajaran adalah suatu
pola atau perencanaan yang dirancang untuk menciptakan pembelajaran di
kelas secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Di antara banyaknya model
pembelajaran terdapat satu model pembelajaran yang bernama model
pembelajaran langsung.
Menurut Pandjaitan (dalam Rainis, 2019: 1351) model
pembelajaran langsung adalah Model pembelajaran langsung merupakan
model pembelajaran dimana guru harus mampu mendemonstrasikan
pengetahuan yang akan disampaikan kepada siswa secara bertahap
(Panjaitan, 2016). Menurut Rainis (2019: 1351) pembelajaran langsung
tidak sama dengan metode ceramah, namun ceramah berhubungan erat
dengan model pembelajaran langsung. Pembelajaran langsung
memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup terperinci terutama
pada analisis tugas. Pembelajaran langsung berpusat pada guru, akan tetap
harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa secara menyeluruh. Jadi
pembelajaran yang akan disampaikan harus diciptakan yang berorientasi
pada tugas-tugas yang diberikan kepada siswa.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Masih banyak guru
yang belum mendemonstrasikan beragam model-model pembelajaran.
Guru hanya mengacu pada proses pembelajaran yang lama, seperti pusat
dalam proses belajar tertuju pada guru, sehingga proses pembelajaran pun
berjalan monoton. Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk mengetahui
lebih dalam mengenai salah satu model pembelajaran yang disebut sebagai
“Model Pembelajaran langsung”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari model pembelajaran langsung?
2. Apa ciri-ciri atau karakteristik model pembelajaran langsung?
3. Apa saja tahap pelaksanaan model pembelajaran langsung?
4. Apa saja kelebihan model pembelajaran langsung?
5. Apa saja kekurangan model pembelajaran langsung?
6. Apa pengertian dari model pembelajaran berbasis masalah?
7. Apa ciri-ciri atau karakteristik model pembelajaran berbasis
masalah?
8. Apa saja tahap pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah?
9. Apa saja kelebihan model pembelajaran berbasis masalah?
10. Apa saja kekurangan model pembelajaran berbasis masalah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran langsung.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri atau karakteristik model pembelajaran
langsung.
3. Untuk mengetahui tahap model pembelajaran langsung.
4. Untuk mengetahui kelebihan model pembelajaran langsung.
5. Untuk mengetahui kekurangan model pembelajaran langsung.
6. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran berbasis
masalah.
7. Untuk mengetahui ciri atau karakteristik model pembelajaran
berbasis masalah.
8. Untuk mengetahui tahap model pembelajaran berbasis masalah.
9. Untuk mengetahui kelebihan model pembelajaran berbasis
masalah.
10. Untuk mengetahui kekurangan model pembelajaran berbasis
masalah.
A. Model Pembelajaran Langsung
a. Pengertian Model Pembelajaran Langsung
Menurut Asri & dkk (2022: 2) model pembelajaran
langsung merupakan model yang menerapkan sistem dimana kedua
pihak dalam proses pembelajaran (yakni pendidik dan peserta
didik) secara langsung berinteraksi dan terjadi transfer informasi di
satu tempat. Menurut Arends & Trianto (dalam Ishaac, 2020: 8)
model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan
mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar
siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik, yang dapat
diajarkan dengan kegiatan bertahap, selangkah demi selangkah.
b. Ciri-Ciri dan Karakteristik Model Pembelajaran Langsung
Berikut karakteristik model pembelajaran langsung menurut
Asri & dkk (2022: 3).
1) Memiliki tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada
peserta didik, memiliki prosedur penilaian belajar.
2) Memiliki sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan
pembelajaran.
3) Memiliki sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model
yang baik dan sewajarnya agar kegiatan pembelajaran
tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.
4) Memiliki fasilitas yang memadai guna membantu kegiatan
demokrasi.
5) Mengikuti tingkah laku mengajar atau sintaks.
Menurut Asri & dkk (2022:3) pembelajaran langsung dapat
diartikan dalam bentuk lisan seperti ceramah, visual seperti
eksperimen dan demonstrasi, pembinaan, atau praktikum, serta
kegiatan yang bersifat kelompok. Pembelajaran langsung
diterapkan dalam menyampaikan informasi atau wawasan yang
ditransformasikan langsung oleh pendidik kepada peserta didik.
Manajemen waktu yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran harus dilakukan seefisien mungkin, agar pendidik
mampu merencanakan dengan akurat durasi pengajaran yang
nantinya digunakan.
Pengajaran langsung dilakukan dengan menggunakan
bantuan peragaan dan penjelasan pendidik yang digabungkan
dengan latihan serta feedback peserta didik. Tujuan utamanya
adalah membantu mereka mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan nyata yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
Proses belajar mengajar tersebut diperoleh dari suatu hasil yang
umumnya diutamakan hasil pengajaran, atau istilah lain tujuan
pembelajaran dan hasil belajar.
Sedangkan menurut Kardi & Nur (dalam Ishaac, 2020: 14)
sebagai berikut:
1) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada
siswa termasuk prosedur penelitian belajar. Pada model
pembelajaran langsung, penekanan tujuan pembelajarannya
harus berorientasi kepada siswa dan spesifik, serta
mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian dan
mengandung tingkat ketercapaian yang diharapkan.
2) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan
pembelajaran. Pada model pembelajaran langsung terdapat
beberapa tahapan-tahapan yang sangat penting.
3) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang
mendukung. Keberhasilan model pembelajaran langsung
memerlukan lingkungan yang baik untuk presentasi dan
demonstrasi, yakni ruangan yang tenang dengan
penerangan yang cukup, termasuk media dan bahan ajar
yang memadai. Disamping itu, model pembelajaran
langsung juga bergantung pada keinginan siswa untuk
melakukan instruksi dari guru, yang mana dalam hal ini
untuk membangkitkan keinginan siswa. Perlu adanya
sistem pengelolaan belajar yang baik dari guru.
c. Tahap-Tahap Model Pembelajaran Langsung
Menurut Asri & dkk (2022:4) terdapat tahap-tahap model
pembelajaran langsung, yakni.
1) Penyampaian tujuan serta target pembelajaran, proses
penyampaian dan target pembelajaran adalah langkah
pertama yang dilakukan dalam menggunakan model
pembelajaran langsung. Hal ini dimaksudkan agar pendidik
maupun peserta didik memiliki gambaran yang jelas
terhadap hasil rencana pembelajaran. Selain itu, peserta
didik menjadi tahu dan sadar apa yang harus mereka kuasai
sehingga memudahkan mereka dalam mempelajari materi-
materi yang dibutuhkan saja.
2) Demonstrasi ilmu pengetahuan dan keterampilan, istilah
Mastery Teaching yang merupakan penyampaian materi
secara verbal dan dimana proses pembelajaran terlaksana
secara aktif. Pendidik menjadi terpenting dalam memegang
perannya menyampaikan informasi di kelas. Hal ini bisa
dilakukan dengan melakukan demonstrasi, ceramah,
praktik, atau kerja kelompok di kelas.
3) Membimbing pelatihan, pendidik bertugas untuk
membimbing peserta didik selama pelatihan.
4) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik,
5) Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan
penerapan.
Sedangkan menurut Slavin (dalam Ishaac, 2020: 11-12)
tahap-tahap model pembelajaran langsung sebagai berikut.
1) Penyampaian dan fokus tujuan pembelajaran. Guru
diharuskan menyampaikan fokus dan tujuan pembelajaran
kepada siswa. Guru menyampaikan apa saja yang harus
dipelajari dan apa saja yang harus dilakukan serta dikuasai
dalam pembelajaran yang akan dilangsungkan.
2) Review pengetahuan siswa. Guru mengulas kembali
pemahaman siswa tentang materi yang telah dikuasai
sebelumnya. Pada langkah ini, guru memberikan soal agar
bisa mengetahui keterampilan dan pengetahuan siswa yang
sudah dikuasai. Soal dapat berupa pertanyaan langsung atau
tertulis yang tidak memakan waktu lama.
3) Pemberian bahan dan materi ajar. Guru dalam fase ini
memberikan materi dan mempresentasikan materi
pembelajaran beserta contoh dan konsep peraganya.
4) Melakukan bimbingan. Dalam fase ini, guru dapat
memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk menguji siswa
dalam penguasaan sebuah konsep ilmu pengetahuan dan
mengoreksi kesalahan pemahaman siswa dalam memahami
sebuah konsep.
5) Memberikan kesempatan untuk mengasah materi. Pada fase
ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengasah kemampuan penguasaan materinya (pengetahuan
atau keterampilan) secara individu atau grup.
6) Evaluasi. Pada fase ini, guru mengevaluasi kemampuan
siswa terhadap hal-hal apa saja yang telah dilakukan dan
dipelajari oleh siswa. Kemudian memperoleh feedback
terhadap respon siswa yang benar dan mengulang
keterampilan jika diperlukan. Siswa juga memberi feedback
agar pembelajaran kedepan lebih baik.
7) Latihan mandiri. Pada fase ini, guru memberikan latihan
mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi yang telah dipelajari.
d. Kelebihan Model Pembelajaran Langsung
Menurut Shoimin (dalam Asri & dkk, 2022: 6) kelebihan model
pembelajaran langsung adalah.
1) Pengajar mempunyai kontrol seutuhnya untuk merancang
materi secara komprehensif sehingga konsep yang diterima
peserta didik lebih terstruktur sehingga peserta didik lebih
terfokus untuk mempertahankan tujuan dalam mencapai
target pembelajaran.
2) Cukup efektif untuk membangun konsep dan pemahaman
secara eksplisit pada peserta didik dengan prestasi yang
kurang.
3) Dapat dimanfaatkan untuk merancang model pembelajaran
dengan menggunakan topik yang spesifik.
4) Kegiatan pembelajaran secara audio maupun visual akan
membantu peserta didik dengan model ini.
5) Menjadi perantara bagi kesenjangan antara pemahaman
konsep dengan observasi melalui kejadian nyata.
6) Sangat efektif untuk digunakan baik dalam kelas kecil
maupun besar.
7) Dapat memperjelas tujuan pembelajaran peserta didik.
8) Manajemen waktu dalam pembagian kegiatan pembelajaran
dapat terkontrol dengan baik.
9) Tujuan akademik merupakan segalanya.
10) Kinerja peserta didik secara individu dapat terpantau secara
cermat dan teliti.
11) Dapat dijadikan sebagai umpan balik bagi peserta didik
yang berorientasi pada akademik.
12) Menekankan pada konsep-konsep penting dan kesulitan
yang mungkin dihadapi oleh peserta didik.
13) Cara yang cukup efektif untuk menyampaikan informasi
dan pengetahuan yang terstruktur.
Sedangkan menurut Ishaac (2020: 16-17) kelebihan model
pembelajaran langsung adalah.
1) Model pembelajaran langsung dapat menjadikan materi
yang diperoleh siswa bisa dikontrol secara sistematis
sehingga pokok gagasan dari materi dapat tersampaikan
dengan jelas.
2) Dapat digunakan dalam skala lingkungan kelas yang kecil
maupun besar.
3) Dapat digunakan untuk menggaris bawahi elemen penting
dan permasalahan yang dihadapi siswa dan mengatasi
permasalahan tersebut.
4) Dapat bermanfaat untuk memberikan penjelasan data secara
efektif dan pengetahuan yang aktual serta sistematis.
5) Model pembelajaran langsung sangat cocok untuk
dimanfaatkan dalam mengajari siswa tentang bagaimana
konsep dan skills yang jelas.
6) Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk
mengajarkan materi dengan konten pengetahuan yang padat
dan banyak dalam waktu yang singkat sehingga siswa
memiliki banyak waktu untuk memahami.
7) Dapat menstimulus siswa agar tertarik terhadap suatu mata
pelajaran atau konsep tertentu. Ini dikarenakan model
pembelajaran langsung dapat menampilkan penjelasan yang
menarik.
8) Model pembelajaran ini dapat digunakan untuk
menjelaskan suatu informasi kepada siswa yang kurang
berminat dalam membaca dan siswa yang kurang mampu
dalam mengartikan suatu informasi.
9) Dapat dimanfaatkan untuk membentuk metode belajar
dalam suatu mata pelajaran tertentu. Ini dilakukan guru
untuk mendemonstrasikan cara menganalisis data,
pendekatan terhadap permasalahan data, dan cara
menghasilkan suatu pengetahuan.
10) Pembelajaran ini mengharuskan peserta didik untuk
mendengar dan mengamati , ini dapat menolong siswa yang
pendiam.
11) Model pembelajaran langsung bisa digunakan untuk
mengutarakan pengetahuan yang tidak ada di buku, terlebih
guru bisa menceritakan pengalaman hidup dalam menuntut
ilmu.
12) Pembelajaran ini bisa membuat siswa peka terhadap jarak
antara pengetahuan teori dan praktik.
13) Pembelajaran langsung merupakan hasil refleksi olah guru,
ini membuat guru bisa secara terus-menerus memperbaiki
pembelajaran dari waktu ke waktu.
e. Kekurangan Model Pembelajaran Langsung
Menurut Asri & dkk (2022: 7-8) kekurangan model
pembelajaran langsung sebagai berikut.
1) Keberhasilan pembelajaran ini bersifat subjektif dan
bergantung pada pandangan atau image pendidik di
hadapan masing-masing peserta didik. Hal ini disebabkan
oleh posisi pendidik sebagai pusat dalam model
pembelajaran.
2) Model pembelajaran langsung sangat erat kaitannya dengan
gaya komunikasi pendidik.
3) Model pembelajaran ini kurang cocok diterapkan pada
materi yang kompleks, rinci, dan abstrak. Dikarenakan
model ini tidak memberi kesempatan pada peserta didik
untuk memproses dan memahami informasi yang diberikan.
4) Peserta didik dilatih kurang mandiri, dikarenakan anggapan
peserta didik bahwa materi akan disampaikan oleh pendidik
secara keseluruhan di depan kelas, sehingga lama-kelamaan
jika model pembelajaran ini diterapkan secara terus-
menerus akan membuat kepercayaan diri peserta didik
berkurang.
Sedangkan menurut Ishaac (2020: 18-19) kekurangan
model pembelajaran langsung sebagai berikut.
1) Tidak semua siswa memiliki kemampuan mengolah
informasi, memperhatikan, mencatat, dan mendengarkan
yang baik. Ada beberapa siswa yang tidak memiliki
kemampuan tersebut secara baik sehingga menghambat
pelaksanaan pembelajaran langsung, sehingga guru harus
bijak dalam mengajarkan materi.
2) Model pembelajaran langsung ini berpusat pada guru dan
cenderung hanya komunikasi satu arah, ini membuat siswa
kurang aktif dan guru sulit mendapatkan umpan balik. Ini
bisa memungkinkan terjadinya kesalahpahaman siswa
dalam memahami materi.
3) Penerapan pembelajaran ini membuat guru kewalahan
dalam menentukan kapasitas, pengetahuan dasar, kekuatan
siswa dalam mempelajari dan memahami suatu pelajaran.
4) Model pembelajaran langsung bersifat pasif, menyebabkan
siswa kehilangan kesempatan dalam mengembangkan
keterampilan sosial mereka ketika berdiskusi dan bertanya.
5) Guru dituntut untuk powerfull, seperti berwawasan luas,
percaya diri, sistematis, antusias, dan tidak membosankan
karena pembelajaran ini berpusat pada guru.
6) Pada penelitian terbaru, disebutkan bahwa kontrol penuh
pada aktivitas pembelajaran yang menjadi ciri pembelajaran
langsung ini dapat membuat siswa kehilangan kesempatan
untuk mengembangkan kemampuan problem solving,
independensi, dan keaktifan siswa.
7) Menuntut guru untuk bisa berkomunikasi secara fleksibel.
Bila guru tidak pandai dalam berkomunikasi, maka
pembelajaran akan tidak ada artinya karena siswa sulit
memahami apa yang dikomunikasikan guru.
8) Bila pengetahuan yang diajarkan guru memiliki
kompleksitas tinggi, detail, abstrak. Dapat menyebabkan
kehilangan manfaat pembelajaran dikarenakan siswa mudah
salah paham tentang pengetahuan yang diajarkan.
9) Bila siswa tidak diikutsertakan dalam pembelajaran, maka
mereka akan kehilangan fokus dan materi yang dijelaskan
akan sedikit diterima.
10) Jika model pembelajaran langsung sering digunakan,
keaktifan siswa dalam pembelajaran akan berkurang karena
mereka terlalu mengandalkan guru untuk menyampaikan
materi.
11) Siswa dituntut harus bisa mengamati guru dengan teliti.
B. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah adalah model
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada
masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya
sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi
dan inquiry. Memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan
diri sendiri, Arends (dalam Abbas, 2000: 13). Model ini bercirikan
penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus
dipelajari siswa untuk berlatih meningkatkan keterampilan berpikir
kritis dan pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan
konsep-konsep penting, dimana tugas guru harus memfokuskan
diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan
diri. Pembelajaran berbasis masalah, penggunaanya di dalam
tingkat berpikir yang lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada
masalah, termasuk bagaimana belajar. Sedangkan menurut Tan
(dalam Fauzi, 2021: 9) model pembelajaran berbasis masalah
adalah penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan
untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata,
kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan
kompleksitas yang ada.
b. Ciri-Ciri dan Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Arenda (dalam Fauzi, 2021: 10-13) karakteristik
model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut.
1) Pengajuan pertanyaan atau masalah
Tahap model pembelajaran berbasis masalah
ditandai dengan suatu kegiatan mengorientasikan siswa
kepada masalah atau pertanyaan penting bagi siswa.
Pertanyaan dan masalah yang diajukan harus memenuhi
kriteria autentik, jelas, mudah dipahami, luas, dan
bermanfaat.
2) Keterkaitan dengan disiplin ilmu lain
Masalah yang diajukan dalam pembelajaran
berbasis masalah hendaknya merupakan masalah yang
memiliki keterikatan atau keterlibatan dengan bidang ilmu
lainnya yang dipelajari oleh siswa.
3) Penyelidikan autentik
Siswa harus melakukan penyelidikan autentik untuk
mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dan mencari
penyelesaian terhadap masalah nyata yang telah disajikan.
Pada kegiatan ini, siswa menganalisis dan merumuskan
masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan
eksperimen, menarik kesimpulan, dan menggambarkan
hasil akhir.
4) menghasilkan dan memamerkan karya
Siswa harus menyusun hasil penelitiannya dalam
bentuk karya atau laporan. Karya tersebut berupa rekaman
debat, laporan praktikum, model fisik, video, program
komputer, surat kepada seseorang atau instansi, poster,
video, maupun program komputer. Karya-karya tersebut
dipamerkan melalui presentasi di depan kelas atau
penyajian secara lisan ataupun tertulis.
5) Kolaborasi
Siswa harus bekerjasama dalam kelompok yang
berguna untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan
keterampilan sosial. Tugas berupa masalah diselesaikan
bersama-sama antar siswa dengan siswa, kelompok, atau
siswa dengan guru.
Sedangkan menurut Asri & dkk (2021: 35-35) ciri-ciri
model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut.
1) Pembelajaran bersifat student center.
2) Pembelajaran terjadi pada kelompok kecil.
3) Pendidik berperan menjadi moderator dan fasilitator.
4) Masalah menjadi fokus dan sebagai sarana dalam
pengembangan keterampilan berbasis masalah.
5) Belajar mandiri dalam memberikan informasi-informasi
baru.
c. Tahap Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Lepinski (2005), tahap pembelajaran berbasis
masalah meliputi.
1) Penyampaian ide, pada tahap ini dilakukan secara curah
pendapat. Pelajar merekam semua daftar masalah yang
akan dipecahkan. Mereka kemudian diajak untuk
melakukan penelaahan terhadap ide-ide yang dikemukakan
atau mengkaji pentingnya relevansi ide berkenaan dengan
masalah yang akan dipecahkan, dan menentukan validitas
masalah untuk melakukan proses kerja melalui masalah.
2) Penyajian teks yang diketahui, peserta didik diajak untuk
mendata sejumlah fakta pendukung sesuai dengan masalah
yang telah diajukan. Tahap ini membantu mengklarifikasi
kesulitan yang diangkat dalam masalah. Tahap ini juga
mencakup pengetahuan yang dimiliki oleh mereka
berkenaan dengan isu-isu khusus, misalnya pelanggaran
kode etik, etik, teknik pemecahan konflik, dan sebagainya.
3) Mempelajari masalah, peserta didik diajak menjawab
pertanyaan bagaimana memecahkan suatu masalah dengan
melakukan diskusi juga konsultasi. Mereka melakukan
penelaahan atau penelitian dan mengumpulkan informasi.
Peserta didik melihat kembali ide-ide awal untuk
menentukan mana yang masih dapat digunakan.
4) Menyusun rencana tindakan, peserta didik mengembangkan
sebuah rencana tindakan yang didasarkan pada hasil
temuan. Rencana tindakan berupa suatu rencana yang akan
peserta didik lakukan atau berupa suatu rekomendasi saran-
saran untuk memecahkan masalah.
5) Evaluasi, tahap ini terdiri dari bagaimana peserta didik
menilai hasil temuan mereka, bagaimana peserta didik
menerapkan tahapan pembelajaran berbasis masalah untuk
bekerja melalui masalah, serta bagaimana peserta didik
menyampaikan pengetahuan hasil pemecahan masalah
sebagai bentuk pertanggungjawaban.
Sedangkan menurut Ibrahim (dalam Fauzi, 2021: 13-15)
sebagai berikut.
1) Menetapkan tujuan, model ini bertujuan membantu siswa
untuk mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan berpikir,
keterampilan meneliti, berperan menjadi orang dewasa, dan
membantu siswa menjadi siswa yang otonom dalam
belajarnya.
2) Merancang situasi masalah yang sesuai, masalah dalam
model pembelajaran berbasis masalah harus autentik,
permasalahan disesuaikan dengan perkembangan dan
kemampuan siswa, masalah harus bermakna dalam artian
masalah tersebut tidak asing bagi siswa, masalah sesuai
dengan sarana dan prasarana serta konsisten dengan
kurikulum yang berlaku, kemudian masalah harus
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyelesaikannya secara berkelompok.
3) Mengorganisasikan sumber daya dan logistik, guru
hendaknya memberikan kemudahan kepada siswa untuk
mendapatkan alat dan bahan yang diperlukan, sehingga
pembelajaran dapat berlangsung. Dan bisa dilaksanakan di
luar kelas, oleh karena itu persiapan untuk
mengimplementasikan model pembelajaran berbasis
masalah harus matang.
d. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Amir (dalam Pamungkas, 2020: 15) kelebihan
model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut.
1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus
untuk memahami isi pelajaran.
2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa
serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan
baru bagi siswa.
3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa.
4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana
mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah
dalam kehidupan nyata.
5) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung
jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6) Bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata
pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan
sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya
sekadar belajar dari guru atau buku-buku saja.
7) Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan
disukai siswa.
8) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan
siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru.
9) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan kepada
siswa yang mengaplikasikan pengetahuan yang mereka
miliki dalam dunia nyata.
10) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa
untuk secara terus-menerus belajar sekalipun pendidikan
formal telah berakhir.
Sedangkan menurut Urdent & Beaumont (dalam Fauzi,
2021: 24), sebagai berikut:
1) Mampu mengingat informasi dan pengetahuan dengan lebih
baik.
2) Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, berpikir
kritis, dan keterampilan komunikasi.
3) Mengembangkan basis pengetahuan secara integrasi.
4) Meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa.
e. Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Amir (dalam Pamungkas, 2020: 17) kekurangan
dari model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut.
1) Siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan, siswa akan enggan untuk mencoba.
2) Keberhasilan pembelajaran melalui model ini memerlukan
banyak waktu untuk persiapan.
3) Tanpa pemahaman mengapa siswa berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka siswa
tidak akan belajar apa yang sedang mereka ingin pelajari.
Sedangkan menurut Asri & dkk (2021: 36-37) kekurangan
model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
1) Tidak semua mata pelajaran dapat difasilitasi dengan model
pembelajaran berbasis masalah, maka guru harus bisa
menyaring materi pelajaran apa yang cocok diaplikasikan
ke model pembelajaran berbasis masalah.
2) Jika siswa memiliki tingkat kemampuan yang sama dan
cukup tinggi, maka proses pembagian akan sulit.
3) Diperlukan waktu yang lama untuk setiap langkah-langkah
pelaksanaannya.
4) Diperlukan guru yang mampu memotivasi siswa sehingga
kemampuan bekerjasama dalam kelompok akan
berlangsung secara optimal.

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ishaac, Muhammad. 2020. Pengembangan Model-Model Pembelajaran
Pendidikan Islam. Bogor: Guepedia Publisher.

Asri & dkk. 2022. Model-Model Pembelajaran. Sukabumi: Haura Utama.

Rainis. 2019. Penerapan Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan


Hasil Belajar IPA. Jurnal PAJAR. 3(6), hlm 1351.

Fauzi, Haris Alex. 2021. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah


pada Materi Kubus dan Balok. Bandung: Media Sains Indonesia.

Pamungkas, Trian. 2020. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based


Learning). Bogor: Guepedia Publisher.

Saputra, Hardika. 2021. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Base


Learning. Jurnal Pendidikan Inovatif. 1(7).

Anda mungkin juga menyukai