Anda di halaman 1dari 13

Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan serangkaian aktifitas yang didesign untuk


mencapai tujuan pembelajaran. Dalam mengembangkan strategi pembelajaran perlu
menentukan (1) urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan guru dalam
menyampaikan isi pelajaran kepada siswa; (2) metode pembelajaran, yaitu cara guru
mengorganisasikan materi pelajaran dan siswa agar terjadi proses belajar secara efisien
dan efektif; (3) media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang
digunakan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran; dan (4) waktu yang digunakan
oleh guru dan siswa dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan, maka strategi pembelajaran
merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan
siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembe-lajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan kata lain, strategi
pembelajaran adalah cara yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran
kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Menurut Saschatchewan (Zubaidah, 2010) strategi pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi: pembelajaran langsung (direct instruction), Pembelajaran Tidak
Langsung (Indirect Instruction), Pembelajaran Interaktif (Interactive Instruction),
Pembelajaran Melalui Pengalaman (Experiential Learning), dan Belajar Mandiri
(Independent Study).
1. Pembelajaran Langsung (direct instruction)
Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) merupakan salah satu model
pengajaran yang dirancang khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan
dapat dipelajari selangkah demi selangkah (Sofan Amri & Iif Khoiru Ahmadi, 2010:39).
Yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan katakata)
adalah pengetahuan tentang sesuatu. sedangkan pengetahuan prosedural adalah
pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.
Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996),
sebagai berikut:
a) Orientasi.
Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong
siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi
yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan
pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa; (2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan
pelajaran; (3) memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan
dilakukan; (4) menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan
kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan (5) menginformasikan
kerangka pelajaran.
b) Presentasi.
Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep
maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi
dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu
relatif pendek;(2) pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau
peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-
langkah kerja terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
c) Latihan terstruktur.
Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran
guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap
respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan
mengoreksi respon siswa yang salah.
d) Latihan terbimbing.
Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih
konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru
untuk mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada
fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika
diperlukan.
e) Latihan mandiri.
Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini
dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90%
dalam fase bimbingan latihan.

Kelebihan model pembelajaran langsung:


a) Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan
urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan
fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
b) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
c) Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-
kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat
diungkapkan.
d) Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan
pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
e) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi
rendah.
f) Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam
waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh
siswa.
g) Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai
mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang
ketertarikan dan dan antusiasme siswa.
h) Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi
kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki
keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi.
i) Secara umum, ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk
menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa.
Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan
yang cukup tidak merasa dipaksa dan berpartisipasi dan dipermalukan.
j) Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model
pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan
bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi
dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.
k) Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan ”cara-cara disipliner
dalam memandang dunia (dan) dengan menggunakan perspektif-perspektif
alternatif” yang menyadarkan siswa akan keterbatasan perspektif yang
inheren dalam pemikiran sehari-hari.
l) Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar
(misalnya ceramah) dan mengamati (misalnya demonstrasi) dapat
membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
m) Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak
tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan
dan hasil-hasil penelitian terkini.
n) Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi) dapat memberi siswa
tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di antara
teori (yang seharusnya terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka lihat).
o) Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil
dari suatu tugas dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini
penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau
keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.
p) Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi
apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
q) Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru
sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.

Kelamahan model pembelajaran langsung :


a) Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk
mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati,
dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-
hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
b) Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan
dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan
pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
c) Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif,
sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
interpersonal mereka.
d) Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi
pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap,
berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi
bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.
e) Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru
yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model
pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan
penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa.
f) Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi
guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang
buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru
untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif.
g) Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model
pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan
yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
h) Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang guru mengenai
bagaimana materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami
atau dikuasai oleh siswa. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk
mendebat cara pandang ini.
i) Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa
akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat
sedikit isi materi yang disampaikan.
j) Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat
siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu
mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai
pembelajaran mereka sendiri.
k) Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu
arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman
siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau salah paham.
l) Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa.
Sayangnya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga dapat
melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.

2. Pembelajaran Tidak Langsung (Indirect Instruction)


Menurut Bell (1978) pembelajaran tak langsung antara lain: pembelajaran
membuktikan teorema, pembelajaran dengan problem solving, pembelajaran dengan
memanfaatkan laboratorium, dan inkuiri. Pembelajaran tak langsung (indirect instruction)
merupakan pembelajaran yang berorientasi pada student centered, mengutamakan
keterlibatan siswa pada kegiatan observasi, investigasi, menarik kesimpulan dari data,
atau menyusun hipotesis. Sebagai contoh dalam problem solving, guru menyajikan
masalah dalam kehidudupan sehari-hari.
Dalam suatu pertemuan diikuti oleh beberapa orang dan saling berjabat
tangan. Jika pertemuan tersebut diikuti oleh 2 (dua) orang, maka banyak jabat
tangan yang terjadi adalah satu. Jika jumlah orang dalam pertemuan 3 (tiga)
orang, maka banyaknya jabat tangan yang terjadi adalah tiga. Jika jumlah
orang dalam pertemuan 4 (empat) orang, maka jabat tangan yang terjadi
sebanyak 6. Berapakah jabat tangan yang terjadi bila banyaknya orang dalam
pertemuan itu 10 orang? Berapakah jabat tangan yang terjadi bila banyaknya
orang dalam pertemuan itu n orang?
Tahapan dalam pembelajaran tak langsung yitu :
a) Orientasi
Adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
responsive. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan
proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi
ini adalah:
 Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai oleh siswa.
 Menjelaskan pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk
mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inquiri serta
tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai
dengan merumuskan kesimpulan.
 Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan
dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

b) Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu


persoalan yang mengandung teka-teki.persoalan yang disajikan adalah persoalan
yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah diantaranya:

 Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan akan


memiliki motivai yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan
masalah yang hendak dikaji.

 Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang


jawabannya pasti.

 Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah


diketahui terlebih dahulu oleh siswa.

c) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang


dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenaranya.
Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki
setiap individu sejak lahir. Oleh sebab itu, potensi untuk mengembangkan
kemampuan harus dibina. Salah satu cara yang harus dilakukan guru untuk
mengembangkan hipotesis siswa adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan
yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau
dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu
permasalahan yang dikaji.

d) Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan


untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan
motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan
kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh karena itu, tugas dan peran
guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mampu
mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

e) Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima


sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa
atas jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga berari
mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang
diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung data
yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

f) Meumuskan kesimpulan

Adalah poses mendeskrisikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil


pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan tujuan dalam proses
pembelajaran.
Kelebihan pembelajaran tidak langsung yaitu :
a) Mendorong ketertarikan dan keingintahuan peserta didik
b) Mendorong siswa untuk membuat alternatif-alternatif, atau pemecahan masalah
c) Mendorong kreativitas dan pengembangan keterampilan interpersonal
d) Peranan guru berganti dari pemberi materi (penceramah) menjadi fasilitator.
Kelemahan pembelajaran tidak langsung:
a) Strategi ini memakan lebih banyak waktu jika dibandingkan dengan direct
instruction
b) Kendali guru atas siswa bisa berkurang dan keluaran tidak bisa diprediksi
c) Indirect instruction bukan strategi terbaik apabila ingin menyediakan informasi
yang detail atau mengupayakan keterampilan pencapaian hasil belajar secara
bertahap
d) Pembelajaran ini juga kurang sesuai apabila menginginkan hafalan secara cepat.
3. Pembelajaran Interaktif (Interactive Instruction)
Pembelajaran interaktif menekankan pada interaksi antar siswa, bahwa pembelajaran
akan efektif apabila dilakukan dengan mengaktifkan siswa melalui interaksi antar mereka.
Interaksi juga akan bisa maksimal apabila dilakukan secara multiarah: antar siswa, siswa-
guru, dan guru-siswa. Hal ini dilandasi oleh pemikiran Vygotsky bahwa siswa akan bisa
mengonstruksi pengetahuan secara optimal apabila ada interaksi satu siswa dengan siswa
yang lain. Karena itu pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan berbagi antar
siswa. Untuk mengatur posisi siswa sehingga bisa terjadi interaksi optimal dapat
dilakukan dengan berbagai cara: setting kelas melingkar dengan posisi guru di depan,
setting kelas melingkar dengan posisi guru disamping, posisi berpasangan dua-dua, posisi
berkelompok tiga-tiga, atau posisi berkelompok empat-empat.
Menurut Faire dan Cosgrove dalam Abdul Majid (2014:87), tahapan pembelajaran
interaktif terdiri dari tujuh tahapan, yaitu:
a) Tahap persiapan (Preparation)
Pada tahap kegiatan awal dari pembelajaran interaktif ini yaitu persiapan guru
dan siswa memilih dan mencari informasi tentang latar belakang topik yang akan
dibahas dalam kegiatan pembelajaran. Guru mengumpulkan sumber-sumber yang
akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, seperti percobaan apa yang akan
digunakan, dan media apa saja yang akan digunakan untuk menunjang pembelajaran.
Pada tahap ini, apresiasi yang diberikan guru adalah memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengemukakan kembali materi yang di pelajari pada pertemuan
sebelumnya. Pada tahap persiapan lebih banyak dilakukan sebelum kegiatan
pembelajaran, seperti menyiapkan alat-alat percobaan dan media pembelajaran.
b) Tahap Pengetahuan Awal (Before View)
Pada tahap pengetahuan awal, guru menggali pengetahuan awal siswa mengenai
hal-hal yang telah diketahui oleh siswa tentang topik yang akan dipelajari.
Pengetahuan awal siswa ini dapat digali dengan menyajikan sebuah permasalahan
berkaitan dengan topik yang akan dibahas, kemudian menanyakan siswa atas
permasalahan tersebut. pengetahuan awal siswa dapat menjadi tolak ukur untuk
dibandingkan dengan pengetahuan mereka setelah melakukan kegiatan.
c) Tahap Kegiatan Eksplorasi (Exploratory)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ketiga ini adalah menampilkan kegiatan
untuk memancing rasa ingin tahu siswa. Selanjutnya siswa didorong untuk
mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan topik kegiatan yang dimaksud.
Kegiatan yang dilakukan untuk memunculkan keingintahuan siswa bisa diajukan
dalam bentuk pertanyaan, demonstrasi, menampilkan fenomena melalui video atau
gambar. Kemudian meminta siswa untuk menceritakan dan menanyakan pendapat
mereka mengenai apa yang telah dilihatnya.
d) Tahap Pertanyaan Siswa (Children Questions)
Setlah melakukan kegiatan eksplorasi melalui berbagai kegiatan demonstrasi
atau fenomena, pada tahap ini masing-masing siswa diberikan kesempatan untuk
membuat pertanyaan dalam kelompoknya, kemudian siswa membacakan pertanyaan
yang dibuat dalam kelompoknya tersebut. Sementara itu, guru menulis pertanyaan-
pertanyaan tersebut di papan tulis. Pada tahap ini, siswa dimungkinkan mendapat
kesulitan dalam membuat pertanyaan. Oleh karena itu, guru harus memberikan
motivasi dan merangsang siswa agar mau bertanya dan mengarahkan pertanyaan
siswa.
Setelah pertanyaan kelompok terhimpun, guru mengajak siswa untuk menyeleksi
pertanyaan yang telah ditulis di papan tulis. Jenis pertanyaan yang diajukan siswa
mungkin ada yang sesuai, mungkin juga ada yang tidak. Oleh karena itu, hendaknya
guru mengarahkan siswa untuk memilih pertanyaan yang berkaitan dengan topik
yang jawabannya dapat diselidiki melalui kegiatan penyelidikan dan investigasi.
e) Tahap Penyelidikan (Investigation)
Dalam proses penyelidikan, akan terjadi antara siswa dengan guru, siswa dengan
siswa, siswa dengan media, serta siswa dengan alat. Pada tahap ini, siswa diberi
kesempatan untuk menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan
menganalisis data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Sementara
itu, guru membantu siswa agar dapat menemukan jawaban terhadap pertanyaan yang
mereka ajukan. Kemudian secara berkelompok, siswa melakukan penyelidikan
melalui observasi atau pengamatan.
f) Tahap Pengetahuan Akhir (After Views)
Pada tahap pengetahuan akhir, siswa membacakan hasil yang diperolehnya.
Guru mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi kelas. Jawaban-jawaban siswa
dikumpulkan dan dibandingkan dengan pengetahuan awal sebelum siswa melakukan
penyelidikan yang ditulis sebelumnya. Dalam hal ini siswa di minta untuk
membandingkan apa yang mereka ketahui sekarang dengan apa yang sebelumnya
mereka ketahui.
g) Tahap Refleksi (Reflection)
Tahap terakhir adalah refleksi, yaitu kegiatan berpikir tentang apa yang baru saja
dipelajari. Intinya adalah berpikir kembali mengenai apa yang telah dipelajari,
kemudian menjadikannya sebagai struktur pengetahuan baru. Pada saat ini siswa
diberiwaktu untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan
melakukan diskusi dengan dirinya sendiri. Pada tahap ini pula siswa dirangsang
untuk mengemukakan pendapat tentang apa ang telah diperoleh setelah proses
pembelajaran. Siswa juga diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan susulan
jika ada yang kurang dipahami setelah penyelidikan, dan guru memberi penguatan
serta meluruskan hal-hal yang masih keliru.
Menurut Renny dalam Abdul Majid (2014:91) kelebihan metode pembelajaran
interaktif yaitu:
a) Siswa lebih banyak diberikan kesempatan untuk melibatkan keingintahuannya
pada objek yang akan dipelajari
b) Melatih mengungkapkan rasa ingin tahu melalui pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh guru
c) Memberikan sarana bermain bagi siswa melalui kegiatan eksplorasi dan
investigasi
d) Guru menjadi fasilitator, motivator, dan perancang aktivitas belajar
e) Menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran aktif
f) Hasil belajar lebih bermakna
Adapun kekurangan dari model pembelajaran ini sangat bergantung pada kecakapan
guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok

4. Pembelajaran Melalui Pengalaman (Experiential Learning)


Pembelajaran dengan model experiential learning mulai diperkenalkan pada tahun
1984 oleh David Kolb dalam bukunya yang berjudul “ Experiential Learning, experience
as the source of learning and development”. Experiential Learning mendefinisikan belajar
sebagai “proses bagaimana pengetahuan diciptakan melalui perubahan bentuk
pengalaman. Pengetahuan diakibatkan oleh kombinasi pemahaman dan
mentransformasikan pengalaman” (Kolb 1984: 41). Gagasan tersebut akhirnya
berdampak sangat luas pada perancangan dan pengembangan model pembelajaran
seumur hidup (lifelong learning models). Pada perkembangannya saat ini, menjamurlah
lembaga-lembaga pelatihan dan pendidikan yang menggunakan Experiential Learning
sebagai metode utama pembelajaran bahkan sampai pada kurikulum pokoknya. Kolb
mengusulkan bahwa experiential learning mempunyai enam karakteristik utama, yaitu:
 Belajar terbaik dipahami sebagai suatu proses
 Belajar adalah suatu proses kontinyu yang didasarkan pada pengalaman
 Belajar memerlukan resolusi konflik-konflik antara gaya-gaya yang berlawanan
dengan cara dialektis.
 Belajar adalah suatu proses yang holistik.
 Belajar melibatkan hubungan antara seseorang dan lingkungan

Menurut Mahfudin, model pembelajaran experiential learning merupakan model


pembelajaran yang diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna,
dimana murid mengalami apa yang mereka pelajari. Melalui model ini, murid tidak hanya
belajar tentang konsep materi belaka karena dalam hal ini murid dilibatkan secara
langsung dalam proses pembelajaran untuk dijadikan suatu pengalaman. Hasil proses
pembelajaran experiential learning tidak hanya menekankan pada aspek kognitif, tetapi
juga subjektif dalam proses belajar. Pengetahuan yang tercipta dari model ini merupakan
perpaduan antara memahami dan menstransformasi pengalaman.

Experientiatl learning dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa seseorang


cenderung memiliki pengalaman pribadi yang berbeda dengan orang lain. Dari perbedaan
pengalaman tersebut akan bisa memperkaya kematangan seseorang, bila difasilitasi untuk
terjadinya sharing pengalaman. Pengalaman yang dimaksudkan tidak hanya terbatas pada
pengalaman kehidupannya, tetapi juga pengalaman dalam memecahkan masalah
(termasuk masalah matematika).

Pembelajaran melalui pengalaman dapat dilihat sebagai suatu siklus yang terdiri dari
5 fase:
a) experiencing (membentuk pengalaman diri melalui percobaan atau
penyelesaian masalah),
b) sharing (berbagi atau mempublikasikan hasil kerja dan observasi),
c) analyzing (analisis atau pemrosesan bahwa dari dua pengalaman berbeda
tersebut keduanya masuk akal),
d) inferring (melakukan inferensi atau generalisasi, mendapatkan prinsip-prinsip
bahwa meskipun prosedur percobaannya berbeda, namun hasilnya adalah
sama),
e) applying (mengaplikasikan, menyusun rencana untuk digunakan pada situasi
baru).

Kelebihan dari pembelajaran experiental learning adalah hasilnya dapat dirasakan


bahwa pembelajaran lewat pengalaman lebih efektif dan dapat mencapai tujuan secara
maksimal. Serta mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga
peserta didik lebih memahami manfaat ilmu yang dipelajarinya. Membantu siswa dalam
mengembangkan keterampilan, berpikir dan trampil dalam pemecahan masalah, Belajar
peranan orang dewasa yang autentik, menjadi pembelajar yang mandiri dan aktif dalam
pelajaran. Kelebihan lainnya antara lain:

a) Meningkatkan partisipasi peserta didik,


b) Meningkatkan sifat kritis peserta didik,
c) Meningkatkan analisis peserta didik, dan lain sebagainya
Adapun kekurangan dari pembelajaran dengan model experiental learning adalah
sulitnya mencari problem yang relevan, sering terjadi miss konsepsi dan di butuhkannya
waktu yang cukup panjang dalam menyelesaikan masalah. Kelemahan lain yaitu :
a) Relatif memerlukan memerlukan waktu yang cukup banyak,
b) Sangat bergantung pada aktivitas siswa,
c) Cenderung memerlukan pemanfaaatan sumber belajar, dan lain sebagainya.

5. Belajar Mandiri (Independent Study)


Belajar mandiri adalah strategi pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan
inisiatif pribadi, kemandirian dan peningkatan diri dengan bantuan guru dan dapat
dilaksanakan dalam kelompok kecil. Independent Study dikembangkan berdasarkan
pandangan konstruktivisme individual dari Piaget, bahwa pada dasarnya setiap orang
(termasuk siswa) memiliki kemampuan untuk mengonstruksi pengetahuan secara
individual. Siswa memiliki kemampuan mengembangkan diri sesuai dengan tantangan
yang dihadapi, sehingga setiap saat akan terjadi proses adaptasi terhadap lingkungannya.
Dalam proses adaptasi terdapat proses asimilasi dan akomodasi. Proses ini akan
berlangsung sepanjang hayat dan berlangsung maksimal ketika memperoleh tantangan.
Karena itu pembelajaran akan efektif apabila siswa dihadapkan pada tantangan yang
sesuai dengan perkembangannya.
Peranan guru adalah memfasilitasi siswa untuk belajar dengan memberikan
tantangan-tantangan yang sesuai dengan kondisi siswa. Dalam suatu kelas sudah bisa
dikatakan terjadi pembelajaran, bila siswa sudah difasilitasi untuk berpikir. Seorang guru
bisa dikatakan sudah melaksanakan tugas "membelajarkan siswa", bila guru tersebut
sudah memfasilitasi siswa untuk berpikir. Karena itu dalam proses pembelajaran perlu
diupayakan memberikan tantangantantangan yang mendorong siswa berpikir.
Belajar mandiri berkaitan dengan penggunaan metode-metode pembelajaran yang
tujuannya adalah mempercepat pengembangan inisiatif individu siswa, percaya diri, dan
pengembangan diri. Fokus strategi belajar mandiri ini adalah merencanakan belajar
mandiri siswa di bawah bimbingan atau supervisi guru. Belajar mandiri dapat dilakukan
siswa secara berpasangan maupun dalam kelompok kecil.
Belajar mandiri meningkatkan tanggung jawab siswa dalam merencanakan dan
melaksanakan cara belajar mereka sendiri. Belajar mandiri sangat fleksibel, dapat
digunakan bersama dengan metode lainnya, atau dapat pula digunakan sebagai strategi
pembelajaran tunggal untuk keseluruhan unit. Faktor kematangan dan kemandirian siswa
adalah sangat penting untuk dipertimbangkan seorang guru dalam perencanaan
pembelajaran mandiri, oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui kemampuan awal
siswa. Sumber pembelajaran yang cukup untuk belajar mandiri juga merupakan hal yang
sangat penting untuk mendukung perkembangan kecakapan siswa dalam mengases dan
mengolah informasi.
DAFTAR PUSTAKA

Buku punya bapaknya

Ariyani, Sabdo.2013. Strategi Pembelajaran Mandiri. (Online), (http://sabdo-


ariyani.blogspot.com/2013/09/strategi-pembelajaran-mandiri.html), diakses 19
September 2018.

Nurhidayati.2011. Metode Pembelajaran Interaktif. Yogyakarta : Universitas Negeri


Yogyakarta

Sudrajat, Ahmat.2011. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction), (Online),


(https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/model-pembelajaran-
langsung/), diakses 19 September 2018.

Anda mungkin juga menyukai