Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN
A. Tinjauan Umum Model Pengajaran Langsung

Menurut Joyce & Weil (Santrock, 2007: 472) pengertian pengajaran langsung adalah pendekatan
Teacher-centered yang terstruktur yang dicirikan oleh arahan atau kontrol guru, ekspekstasi guru
yang tinggi atas kemajuan murid, maksimalisasi waktu yang dihabiskan murid untuk tugas tugas
akademik, dan usaha oleh guru untuk meminimalkan pengaruh negative terhadap murid.
Model pengajaran langsung merupakan sebuah cara yang efektif untuk mengajar keterampilan
dan informasi dasar kepada siswa. Model pengajaran langsung dirancang untuk membelajarkan
siswa tentang pengetahuan yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan langkah demi
langkah. Model tersebut tidak dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
berfikir tingkat tinggi (Nur, 2005).
Model pengajaran langsung merupakan sebuah model yang berpusat pada guru yang memiliki
lima langkah: mempersiapkan dan memotivasi siswa, menjelaskan dan atau mendemonstrasikan,
latihan terbimbing, umpan balik, dan latihan lanjutan. Pengajaran langsung ini memerlukan
persiapan yang seksama dari guru dan sebuah lingkungan belajar yang berorientasi pada tugas.
Model pengajaran langsung adalah model yang dapat membantu siswa dalam mempelajari
keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi tahap. Keterampilan dasar dapat berupa
aspek kognitif maupun psikomotorik, dan juga informasi lainnya yang merupakan dasar untuk
membangun hasil belajar yang lebih kompleks. Agar siswa dapat memproses sejumlah besar
informasi yang akan diterima, maka sebelumnya mereka harus melakukan strategi belajar seperti
membuat catatan atau rangkuman belajar.
Dalam pelaksanaannya, guru bertanggung jawab untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran
dan penstrukturan isi/materi atau keterampilan, menjelaskan kepada siswa,
memodelan/pendemonstrasian yang dikombinasikan dengan latihan, serta memberikan latihan
lanjutan agar siswa lebih mampu menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari
serta pemberian umpan balik.

Arends juga menyatakan bahwa model Direct Instruction didesain khusus untuk membantu
proses pengajaran siswa pada pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural, serta dapat
dilakukan secara tahap demi tahap. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang
sesuatu, contohnya siswa akan dapat menghafal bentuk aljabar dan unsur-unsurnya. Sedangkan
pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu,
contohnya siswa akan dapat menyelesaikan soal pemecahan masalah dengan melibatkan sifat-
sifat fungsi kuadrat.

Fokus pembelajaran langsung adalah aktivitas akademik, materi nonakademik seperti permaina
(games) dan teka-teki cendrung tidak dipakai, interaksi murid-guru seperti percakapan atau
perhatian tentang pribadi murid secara individu juga tidak begitu ditekankan. Petunjuk dan
control guru dilakukan ketika guru yang memilihkan tugas pembelajaran bagi murid, mengatur
pembelajaran murid, dan meminimalkan jumlah pembicaraan non akademik. Guru menetapkan
standar tinggi untuk kinerja
dan prestasi dan mengharapkan agar murid mencapai level yang tinggi. Peran guru dalam
pengajaran langsung adalah untuk menyampaikan faktafakta, aturan-aturan, atau urutan
tindakan pada siswa dalam cara yang paling memungkinkan.

Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri seperti berikut ;


1. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian hasil
belajar.
2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan
pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.

Dengan menggunakan proses pembelajaran dengan model pengajaran langsung ini diharapkan
pemahaman pengetahuan deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar
dan keterampilan akademik siswa sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat
tercapai dengan baik serta memperoleh peningkatan dalam hasil belajar.

Tabel 1 adalah tabel perbandingan yang menunjukkan tujuan pembelajaran yang ditujukan
untuk pencapaian pengetahuan deklaratif dasar dan pengetahuan prosedural dan
membandingkan jenis tujuan ini dengan tujuan-tujuan yang mengembangkan pembelajaran
sosial dan berfikir tingkat tinggi.

Tabel I
Contoh Tujuan-Tujuan Pengajaran Langsung Dibandingkan dengan Tujuan-Tujuan Pembelajaran
Sosial atau Berfikir Tingkat Tinggi

Perolehan Perolehan Keterampilan Berfikir tingkat


Pengetahuan Keterampilan sosial tinggi

siswa akan dapat Siswa akan dapat Siswa Siswa mengetahui


menghafal bentuk menyelesaikan menunjukkan kesalahan dalam
aljabar dan unsur- permasalahan kerja sama untuk pengerjaan soal
unsurnya. dengan melibatkan menyelesaikan yang disebabkan
sifat-sifat fungsi soal dengan karena kesalahan
kuadrat metode diskusi dalam aplikasi
sifat fungsi
kuadrat

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran langsung Model Pembelajaran langsung ada
kelebihan dan kekurangan.
a. Kelebihan model pembelajaran langsung:
1. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi
yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus
dicapai oleh siswa.
2. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
3. Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin
dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.

4. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang
sangat terstruktur.
5. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan
yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
6. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif
singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
7. Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran
(melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa.
8. Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang
tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan
informasi.
9. Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam
bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati,
bagaimana informasi dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.
10. Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi) dapat memberi siswa tantangan untuk
mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di antara teori (yang seharusnya terjadi) dan
observasi (kenyataan yang mereka lihat).

b. Kekurangan Model Pembelajaran Langsung:


1. Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan
informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa
memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
2. Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan,
pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
3. Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa
untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
4. Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini
bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias,
dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka
akan terhambat.
5. Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model pembelajaran
langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan
memahami informasi yang disampaikan.
6. Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan
perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan.
7. Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya
bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan
menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri.
8. Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit
untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak
paham atau salah paham.

B. Landasan Teori
Sejumlah akar teoritik dan historis datang bersamaan untuk menyediakan dan menunjang
pengajaran langsung. Barak Rosenshine dan Robert Stevens (1986), menemukan sebuah buku
yang diterbitkan pada tahun 1945 yang berjudul How to Instruct yang memasukkan banyak ide
yang berkaitan dengan model pengajaran langsung. Dalam buku tersebut terdapat tiga teori
yang menggunaan model pengajaran langsung masa kini, yaitu: teori belajar perilaku, teori
pembelajaran sosial, dan penelitian efektivitas guru.

Teori-teori pembelajaran perilaku merupakan salah satu teori yang berarti pada pengajaran
langsung yang disebut dengan behaviorisme. Karena para teoritisi dan peneliti pada saat itu
lebih tertarik mempelajari perilaku manusia yang dapat diamati daripada hal-hal yang tidak
dapat diamati, misalnya pemikiran manusia dan kognisi. Dalam buku ini mengatakan bahwa
teori behaviorisme yang penting adalah karya B.F. Skinner tentang operant conditioning dan ide-
idenya bahwa manusia belajar dan bertindak dengan cara spesifik sebagai sebuah hasil dari
bagaimana perilaku tertentu itu disemangati melalui penguatan. Dalam teori Skinner ini
berdampak pada penguatan perilaku positif dengan memberikan penghargaan atau perilaku
negatif dengan meniadakan beberapa rangsangan pengganggu penyebab perilaku negatif
tersebut.

Salah satu ahli teori seperti Albert Bandura menyatakan bahwa behaviorisme memberi
pandangan tentang belajar yang terlalu terbatas, sehingga adanya teori belajar sosial untuk
membantu mempelajari aspek-aspek tak teramati dari belajar perilaku, seperti berfikir dan
kognisi. Teori pembelajaran sosial terdapat perbedaan dengan belajar perilaku yaitu dari cara
pengetahuan diperoleh. Teori pembelajaran sosial ini juga menyatakan bahwa banyak dari apa
yang dipelajari manusia berasal dari pengamatannya terhadap orang lain. Menurut Bandura,
sebagian besar pembelajaran sosial dilakukan secara selektif mengamati dan menempatkan apa
yang diamati itu dalam memorinya tentang perilaku orang lain. Ahli teori pembelajaran sosial
percaya bahwa segala sesuatu dapat dipelajari bila seorang pengamat secara sadar
memperhatikan pada suatu perilaku (misalnya, menghidupkan korek api) dan kemudian
menempatkan pengamatan tersebut ke dalam memori jangka-panjangnya. Pengamat tersebut
belum melakukan perilaku yang diamatinya, sehingga belum ada konsekwensi keperilakuan
(penguatan), sebaliknya para ahli behaviorisme tetap mempertahankan pendapatnya bahwa
penguatan itu perlu agar terjadi pembelajaran. Klaim yang sama dengan diperlakukan pada
ribuan perilaku sederhana seperti mengerem mobil, makan dengan sendok, dan membuka
botol.

Menurut Bandura (1986), pembelajaran melalui pengamatan atau observational learning itu
merupakan sebuah proses tiga-langkah, yaitu:
1. Pebelajar harus menaruh perhatian pada aspek-aspek penting dari apa yang akan dipelajarinya
(atensi)
2. Pebelajar harus menyerap atau mengingat perilaku yang dipelajarinya itu (retensi)
3. Pebelajar harus dapat mengulang kembali atau melaksanakan perilaku tersebut (produksi).
Prinsip-prinsip pembelajaran sosial sosial tersebut diterjemahkan ke dalam perilaku pengajaran
seperti berikut:
1. Gunakan strategi-strategi untuk membangkitkan perhatian siswa.
2. Pastikan bahwa pengamatan tersebut tidak terlalu kompleks.
3. Kaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal siswa.
4. Gunakan latihan untuk memastikan penyerapan jangka-panjang.
5. Pastikan munculnya sebuah sikap positif terhadap keterampilan baru sehingga siswa akan
termotivasi untuk mengulang kembali atau menggunakan perilaku baru itu.
Dukungan empirik bagi model pengajaran langsung tersebut datang dari banyak bidang.
Dukungan tersebut yang paling jelas untuk efektivitas kelas datang dari penelitian efektivitas
guru yang dilaksanakan terutama pada dekade 1970-an dan 1980-an, sebuah jenis penelitian
yang mempelajari hubungan antara perilaku guru dan hasil belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan para koleganya menunjukkan pentingnya waktu
berada dalam tugas atau time-on-task (Stalling & Kaskowitz, 1974). Penelitian ini menyelidiki
kelas-kelas sekolah dasar di mana guru-guru menggunakan pendekatan sangat beraneka ragam
dalam mengajar. Beberapa guru menggunakan metode-metode yang terstruktur dan formal,
sementara yang lain menggunakan metode yang informal berkaitan dengan kelas terbuka saat
itu. Perilaku guru dalam 166 kelas diamati, dan siswa-siswa mereka dites untuk peningkatan
hasil belajar matematika dan membaca. Dari penelitian tersebut ada dua temuan yang paling
penting dan berdampak jangka-panjang ialah temuan bahwa waktu terjadwal dan penggunaan
tugas-tugas spesifik berhubungan kuat dengan hasil belajar akademik dan bahwa guru yang
menggunakan strategi yang berpusat pada guru (model pengajaran langsung) lebih berhasil
dalam mendapatkan tingkat keterlibatan tinggi siswa daripada guru yang menggunakan metode
pengajaran yang informal dan berpusat pada siswa. Akhirnya ratusan penelitian dilaksanakan
pada 1975 dan 1990, yang pada dasarnya penelitian menghasilkan temuan-temuan yang sama,
terutama guru yang memiliki kelas yang terorganisir dengan baik di mana dilaksanakan
pengalaman-pengalaman belajar terstruktur yang menghasilkan ratio siswa lebih tinggi daripada
guru yang menggunakan pendekatan-pendekatan yang kurang terpusat pada guru.

C. Perencanaan Pelajaran Model Pengajaran Langsung


Perlu diingatkan kembali tentang pengetahuan deklaratif dan prosedural. Pengetahuan
deklaratif adalah pengetahuan yang dimiliki siswa tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan
prosedural adalah pngetahuan teentang bagaimana melakukan sesuatu. Model pembelajaran
langsung telah dirancang secara khusus untuk membelajarkan siswa tentang pngetahuan
prosedural yang dibutuhkan untuk elkasanakan keterampilan keterampilan kompleks dan
sderhana serta pengetahuan deklaratif yang terstruktr dengan baik dan dapat diajarkan secara
langkah demi langkah.

Model pengajaran langsung dapat diterapkan bagi setiap mata pelajaran, namun model ini paling
cocok untuk mata pelajaran yang berorientasi pada kinerja, misalnya membaca, menulis,
matematika,musik dan pendidikan jasmani. Modelini juga cocok untuk mata pelajaran
berkomponen keterampilan daripada mata pelajaran berkomponen keterampilan daripada mata
pelajaran yang lebih berorientasi pada informasi,misalnya sejarah dan sains.
Beberapa hal yang dilakukan sekaitan dengan tugas-tugas perencanaan, adalah:

1. Menyiapkan Tujuan

Tujuan pembelajaran merupakan pernyataan yang mendeskripsikan tujuan guru untuk


pertumbuah dan peruahan siswa. Tujuan pembelajaran akan membantu guru dan siswa untuk
mengetahui kemana mereka akan pergi dan kapan mereka akan sampai pada tujuan. Format magr
umumnya merupakan pendekatan yang lebih disukai. Tujuan-tujuan yang ditulis dalam format
mager menjadi dikenal sebagai tujuan perilaku yang terdiri dari tiga bagian:
 Perilaku siswa, Apa yang akan dilakukan siswa atau jenis-jenis perilaku yang akan diteria
guru sebagai bukti bbahwa tujuan tersebut telah dicapai.
 Situasi pengetesan, Kondisi saat perilaku tersebut akan teramati atau diharapkan terjadi.
 Kritteri kinerja, Tingkat standar atau kinerja siswa yang dapat diterima

Pada saat guru menulis tujuan perilaku ddengan menggunakan format mager,
direkomendasikan untuk menggunakan kata- kata yang tepat agar tidak mengundang banyak
penafsiran.Contoh kata- kata tepat termasuk menulis,medaftar, mengenal, membandingkn,
contoh kata- kata yang kurang tepat adalah mengetahui, memahami, menghargai

Tabel 1. Contoh tujuan perilaku dengan menggunakan format mager


Tiga bagian tujuan contoh
Perilaku siswa mengenali kata benda
Situasi pengetesan diberikan suatu daftar kata benda dan
kata kerja
kriteria kinerja menandai paling sedikit 85 persen
benar
Perilaku siswa Mendaftar paling sedikit lima penyebab
polusi udara
Situasi pengetesan tes esei tidak boleh buka buku
Kriteris kinerja empat dari lima penyebab

2. Melakukan Analisis Tugas


Analisis tugas merupakan sebuah alat yang digunakan guru untuk mendefinisikan sebuah
keterampilan atau sepenggal pengetahuan tertentu yang ingin mereka ajarkan. Analisis tugas
melibatkan pembagian sebuah keterampilan kompleks menjadi bagian-bagian koponennya
sehingga keterampilan itu dapat diajarkan dengan cara langkah-demi langkah. Ide utama
dibelakang analisis tugas adalah bahwa pemahaman dan keterampilan kompleks tidakdapat
dipelajari sekaligus.sebagi gantinya, untuk memudahkan pmahaman dan
penuntasan,keterampilan dan pemhaaan kopleks pertama-tama harus dibagi menjadi bagian-
bagian komponen yang signifikan.

Analisi tugas memantu seorang guru mendefinisikan secara tepat apa yang perlu diperbuat siswa
agar dapat melaksana kan keterampilan yng diinginkan. Analisis tugas dapat dikerjakan melalui
langkah-langkah berikut
langkah 1 : Mencari tahu apa yang dilakukan seseorang yang menguasai benar keterampilan itu
ketika keter ampilan itu dilaksanakan.
langkah 2 : Bagi kesluruhan kterampilan itu menjadi subketerampilan
langkah 3 : Atur sub keterampilan itu dlamsuatu urutan yang ogis,yang menunjukkan sub
keterapilan mana yang mngkin mmenjadi prasyarat sub keterampilan yang lain.
langkah 4 : Rancangan strategi untuk mengajarkan tiap sub keterampilan dan bagaimana tiap sub
keterampilan di gabung

3. Merencanakan waktu dan ruang


Perencanaan untuk waktu dan ruang sangat penting untuk seuah pelajaran model pengajaran
langsung. Guru harus memastikan bahwa waktunya cukup,bahwa waktu itu sesuai dengan bakat
dan kemampuan siswa termotivasi untuk tetap terlibat sepanjang pelajaran. Memastikan bahwa
siswa memahami tujuan pelajaran langsung tersebut dan mengaitkan pelajaran dengan
pengetahuan awal mereka dan minat siswa merupakan cara untuk meningkatkan perhatian dan
keterlibatan siswa.

Perencanaan dan penggelolaan ruang juga sangat penting untuksuatu pelajaran pengajaran
langsung. Kebanyakan guru lebih meyukai menggunakan formasi meja baris dan kolom yang lbih
tradisional .anda ingat formasi ini paing cocok untuk situasi- situasi yang membutuhkan
perhatian terfokus pada guru di depan kelas. Sebuah alternatif untuk susunan baris dan kolom
tradisional adalah susunan meja berderet horizontal. Siswa duduk cukup dekat satu sama lain
dalam jumlah baris yang lebih sedikit. Susunan ini sering brguna untuk demonstrasi model
pengajaran langsung, sis daapat melihat langsung apa yang sedang terjadi dan merupakan suatu
hal penting bagi siswa berada dekat dengan guru. Baik susunan baris dan kolom maupun
susunan horixontal,kondusif untuk pendekatan pengajaran berpusat pada siswa yang memiliki
ciri interaksi siswa ke siswa.

Anda mungkin juga menyukai