Anda di halaman 1dari 10

METODE PENELITIAN

Bab 2 Natasya P
• Model Pembelajaran Problem Based Learning
• Borrows (1996), dalam tulisannya yang berjudul Pproblem Based Learning in Medicine and Beyond juga mengemukakan beberapa
karakteristik Problem Based Learning (PBL) sebagai berikut.
• Proses Pembelajaran Bersifat Student Centered
• Melalui bimbingan guru siswa harus bertanggung jawab atas pembelajaran dirinya, mengidentifikasi apa yang mereka perlu ketahui untuk
memperoleh pemahaman yang lebih baik, mengelola permasalahan, dan menentukan di mana mereka memperoleh informasi.
• Proses Pembelajaran Berlangsung dalam Kelompok Kecil
• Setiap kelompok biasanya terdiri atas 4-6 orang. Anggota kelompok sebaiknya heterogeny. Kondisi demikian akan memberi pengalaman
praktis kepada siswa untuk bekerja dan belajar secara lebih intensif dan efektif dalam variasi kelompok.
• Guru Berperan Sebagai Fasilitator atau Pembimbing
• Dalam hal ini guru tidak berperan sebagai pemberi ceramah atau informasi. Dalam perannya sebagai fasilitator, guru tidak memberitahu
siswa apakah pemikiran siswanya benar atau salah, dan juga tidak memberi tahu siswa tentang apa yang harus mereka pelajari atau baca.
Siswa sendiri lah bersama kelompoknya yang mengidentifikasi dan menentukan konsep-konsep apa yang garus mereka pelajari dan pahami
agar mampu memecahkan masalah yang telah disajikan oleh guru pada awal setting pembelajaran.
• Permasalahan-permasalahan yang Disajikan dalam Setting Pembelajaran Diorganisasi dalam Bentuk dan Fokus Tertentu dan
Merupakan Stimulus Pembelajaran
• Misalnya, masalah pasien atau masalah kesehatan masyarakat disajikan dalam berbagai bentuk seperti: kasus tertulis, simulasi
pasien, simulasi computer, atau video. Kondisi demikian akan menantang dan menghadapkan siswa dalam situasi praktis serta
akan memotivasi siswa untuk belajar. Untuk memecahkan masalah tersebut, siswa akan merealisasikan apa yang perlu mereka
pelajari dari ilmu-ilmu dasar, serta akan mengarahkan mereka untuk mengintegrasikan informasi-indormasi dari berbagai
disiplin ilmu.
• Informasi Baru Diperoleh Melalui Belajar Secara Mandiri (Self Directed Learning)
• Siswa diharapkan belajar dari dunia pengetahuan dan mengakumulasikan keahliannya melalui belajar secara mandiri, serta
dapat berbuat seperti praktisi yang sesungguhnya. Selama proses belajar secara mandiri, siswa bekerja sama dalam kelompok,
berdiskusi, melakukan komparasi, mereview, serta berdebat tentang apa yang sudah mereka pelajari.
• Masalah Merupakan Wahana untuk Mengembangkan Keterampilan Pemecahan Masalah
• Format pemecahan masalah hendaknyua mempresentasikan permasalahan sesuai dengan dunia realita. Format permasalahan
juga harus memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan, melakukan pengamatan lapangan atau
melakukan eksperimen di laboratorium.
• Model Pembelajaran Direct Instruction
• Model pembelajaran Direct Instruction (DI) merupakan suatu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk
mengembangkan pengetahuan prosedural dan deklaratif yang terstruktur baik dan dipelajari secara bertahap. Pengetahuan
deklaratif sederhana meliputi kegiatan menghafal suatu rumus atau hukum dalam sains. Contoh dari pengetahuan prosedural
yaitu: mengetahui cara-cara mengoperasikan alat-alat ukur dalam kegiatan belajar sains. Model pembelajaran DI berakar dari
teori belajar perilaku yang menekankan pada perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang dapat diamati. Berdasarkan teori
belajar perilaku, kegiatan belajar bergantung pada pengalaman termasuk pemberian umpan balik dari lingkungan (Lefudin,
2017).
• Pembelajaran DI bersifat teacher centered, dimana guru menjadi pusat pembelajaran sehingga guru memegang peranan
penting dalam kegiatan pembelajaran. Guru bertanggung jawab dalam mengidentifikasikan tujuan pembelajaran, struktur
materi, dan keterampilan dasar yang diajarkan kepada siswa. Selanjutnya, guru juga bertanggung jawab dalam menyampaikan
materi disertai demonstrasi di depan kelas, serta memberikan kesempatan bagi siswa untuk berlatih menerapkan konsep yang
telah dipelajari yang kemudian diikuti pemberian umpan balik oleh guru (Rahmawati & Daryanto, 2015). Pembelajaran DI
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) terdapat tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar, (b) sintaks atau pola
keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran, serta (c) sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung
keberhasilan pembelajaran.
• Penerapan model DI dalam pembelajaran bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan deklaratif dan prosedural siswa. Adapun penerapan
model DI dalam pembelajaran terdiri dari lima fase penting sebagai berikut (Lefudin, 2017).

• Guru mengawali pembelajaran dengan menyampaikan tujuan dan pentingnya mempelajari materi yang akan diajarkan. Pada fase ini guru
mempersiapkan siswa untuk menerima materi yang akan diajarkan.

• Guru menyajikan materi ajar secara bertahap yang disertai kegiatan pendemonstrasian terhadap keterampilan tertentu.

• Guru merencanakan dan membimbing pelatihan awal bagi siswa

• Guru memeriksa pemahaman siswa melalui tugas yang dikerjakan siswa pada pelatihan awal. Pada fase ini guru memberikan umpan balik
terhadap keberhasilan yang dicapai siswa.

• Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk melaksanakan pelatihan lanjutan dan penerapan konsep pada masalah atau fenomena yang
lebih kompleks.

• Penerapan model Direct Instruction mempunyai beberapa kelebihan yang dapat membantu siswa dan guru selama pembelajaran, diantaranya
sebagai berikut (Lefudin, 2017).

• Dapat diterapkan pada kelas yang besar maupun kecil

• Dapat digunakan dalam mengungkapkan poin-poin penting dari suatu materi

• Dapat digunakan secara efektif untuk menjelaskan pengetahuan faktual secara terstruktur

• Dapat digunakan secara efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan eksplisit pada siswa dengan prestasi yang kurang memadai

• Dapat digunakan untuk menyampaikan informasi secara menyeluruh dalam waktu singkat.

• Dapat digunakan sebagai cara yang efektif dalam menyampaikan materi kepada siswa yang tidak suka membaca atau tidak memiliki
keterampilan dalam menafsirkan informasi dari suatu sumber pustaka.

• Dapat menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stress terutama bagi siswa yang pemalu dan tidak memiliki pengetahuan
yang cukup dalam berpartisipasi.
• Dapat digunakan untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung
bagi siswa.
• Dapat memberi tantangan bagi siswa untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan
observasi.
• Selain memiliki beberapa kelebihan, penerapan model DI juga memiliki beberapa
kekurangan diantaranya sebagai berikut (Lefudin, 2017).
• Model ini bergantung pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi yang
diterima siswa, namun pada kenyataannya tidak semua siswa memiliki keterampilan
tersebut.
• Guru mengalami kesulitan dalam mengatasi perbedaan kemampuan, pengetahuan awal, gaya
belajar, struktur kognitif serta minat siswa terhadap suatu materi pelajaran.
• Kurangnya kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi secara aktif mengakibatkan kesulitan
bagi siswa dalam mengembangkan keterampilannya.
• Guru berperan sebagai pusat pembelajaran sehingga keberhasilan belajar siswa bergantung
pada kemampuan penyampaian materi yang dimiliki oleh guru.
• Proses pembelajaran yang berada di bawah kendali guru mengakibatkan berdampak negatif
pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah, kemandirian serta keingintahuan
siswa.
• Proses pembelajaran bergantung pada kemampuan komunikasi guru, jika kemampuan guru
dalam berkomunikasi kurang, maka akan menghambat proses pembelajaran.
• Tidak dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk memproses dan memahami informasi
yang bersifat kompleks, rinci atau abstrak.
• Keterampilan Berpikir Kritis
• Berpikir kritis adalah aktivitas yang terampil dan aktif terhadap pengamatan, informasi, komunikasi, dan
argumentasi (Fisher, 2009). Aktivitas yang terampil dan aktif yang dimaksud adalah interprestasi mencakup
mengkontruksi dan menyeleksi yang paling tepat dari beberapa alternatif yang ada dan merupakan awal untuk
menarik kesimpulan. Serta aktivitas evaluasi, yaitu mengevalusi kebenaran dan probabilitas. Raymond dan
Schafersman (dalam Sadia, 2014) menyatakan bahwa ciri-ciri berpikir kritis yang baik, yakni sebagai sebagai
berikut.
• Menggunakan bukti dengan cakap dan tidak berat sebelah
• Mengorganisasikan ide dan mengartikulasi secara singkat dan koheren.
• Memilah kesimpulan dengan valid, dan invalid.
• Meragukan penilaian dengan bukti yang tidak cukup untuk mengambil kesimpulan.
• Mengerti ketidaksamaan antara penalar dan rasionalisasi.
• Mengantisipasi kemungkinan tindakan alternatif dan konsekuensi.
• Memandang persamaan antar analogi.
• Dapat belajar dengan independen.
• Menggunakan teknik pemecahan masalah yang tepat.
• Mampu menyusun masalah dengan cara teknik formal.
• Peka terhadap perbedaan antara intensitas dan validitas keyakinan.
• Sadar bahwa fakta itu terbatas.
• Menerima kesalahan pendapat pribadi dan sadar bahwa pendapatnya bias.
• Adapun beberapa tujuan pengukuran berpikir kritis (Ennis, 1993), yaitu: (1)
mengetahui tingkat berpikir kritis siswa, (2) memberikan feedback kepada
siswa, (3) memotivasi siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis,
(4) memberikan informasi kepada guru mengenai sejauh mana keberhasilan
yang telah dilakukan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis, (5)
landasan teoritis dalam penelitian, (6) membantu siswa dalam memilih
pendidikan, dan (7) memberikan informasi kepada sekolah untuk merancang
kurikulum yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai