Anda di halaman 1dari 20

LEMBAR KERJA 6

MODEL PEMBELAJARAN

NAMA : MHD RIZKI AL AZIZ


NIM : 2213151003
KELAS :B
MATKUL : PSIKOLOGI PENDIDIKAN
DOSEN : Husna Parluhutan Tambunan, S. Pd, M. Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNUVERSAITAS NEGERI MEDAN
APRIL 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
PSIKOLOGI PENDIDIKAN guna memenuhi TUGAS RUTIN

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.

Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh sebab itu, kritik serta saran yang
membangun saya harapkan untuk kesempurnaan makalah ini. saya mengucapkan
terima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan, yaitu Bapak
Husna Parluhutan Tambunan, S. Pd, M. Pd.

Medan, April 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Model Pengajaran Langsung .......................................................................... 5
2.2 Pembelajaran kooperatif ................................................................................ 5
2.3 Pengajaran berdasarkan masalah ................................................................... 6
2.4 Pembelajaran kontekstual .............................................................................. 6
2.5 Pembelajaran Diskusi Kelas .......................................................................... 8
BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil
(2009) terdiri atas empat kelompok yaitu: (1) model interaksi social, (2) model pengolahan informasi
(3) model personal humanistic (4) model modifikasi tingkah laku. Kendari demikian, seringkali
penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan denga strategi pembelajaran.

Beberapa model pembelajaran diimplementasikan di dalam kelas adalah model pengajaran


langsung, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan strategi- strategi belajar.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Model Pengajaran Langsung
A. Pengertian
Pengajaran langsung atau direct instruction adalah model pembelajaran yang berpusat
pada guru, dimana penyampaian materi disalurkan langsung dari guru kepada murid yang
diterapkan menyangkut pengetahuan yang bersifat deklaratif dan procedural sehingga dapat
dijarkan secara bertahap, selangkah demi selangkah, begitu ungkapan salah satu tokoh teosri
pengajaran langsung yaitu Arend.

Menurut Arends pengajaran langsung adalah “Salah satu pendekatan mengajar yang
dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan
deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan
dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah”.

Pengetahuan deklaratif adalah informasi nyata atau factual yang diketahui oleh
seseorang. Pengetahuan ini dapat dipaparkan baik secara lisan maupun tulisan. Pengetahuan
prosedural adalah pengetahuan bagaimana seseorang melakukan sesuatu ataumengoperasikan
suatu benda
Ada beberapa sebutan lain dari direct instruction ini, yaitu active teaching, yang dipelopori oleh
Goog dan Grows. Disebut active teaching, karena dalam proses pengajarannya anak memiliki
peran aktif, ikut serta dalam pelaksanaan seperti praktik dan memahami posedural. Model
pembelajaran langsung ini sering disamakan dengan metode ceramah, karena bentuknya sama-
sama memberi informasi dan pengetahuan, pembelajaran berpusat pada guru (teacher
centered). ada pula yang menyebut explisit instruction pertama kali diperkenalkan pada tahun
1986 oeh Rosinshine dan Steven. Explisit instruction adalah model yang menekankan pada
teknik demondtrasi guru, praktek mandiri, latihan, serta penerapa strategi.

B. Model Pengajaran Langsung


a) Orientation: sebelum memulai pembelajaran, guru mengawalinya dengan
mengorientasikan materi baru yang akan dibahas pada hari itu.
b) presentation (presentasi): guru mulai menjelaskan materi pembahasan pada hari itu.
Beberap hal yang dapat dilakukan dalam presentasi ini ialah mendemostrasikan materi
kepada murid, memberikan contoh-contoh, memberikan tugas dan memberi arahan
pengerjaan tugas.
c) structured practice (latihan terstruktur): pada tahap ini guru memandu murid melakukan
latihan.
d) guided practice (latihan terbimbing): guru memberikan kesempatan kepada murid untuk
berlatihan konsep dan keterampilan.
e) independent practice (latihan mandiri): murid mengerjakan latihan secara mandiri. Siswa
melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa dengan baik jika
telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85% – 90% dalam fase latihan terbimbing.
Guru memberikan umpan balik bagi keberhasilan siswa.
5
C. Kelebihan Dan Kekurangan
Kelebihan

- Dengan model pembelajaran langsung, guru mengatur dan mengendalikan materi serta
urutan informasi yang akan diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus
mengenai apa yang harus dipelajari dan dicapai oleh siswa.
- Pembelajarn langsung dianggap cukup efektif baik diterapkan di dalam kelas yang besar
maupun kecil serta merupakan cara yang efisien untuk menyampaikan materi yang
banyak dalamwaktu relative singkat
- Menjadi cara yang efektif dalam menyampaikan informasi dan pengetahuan faktual yang
sangat terstruktur.
- Ceramah merupakan jalan pintas dan bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada
siswa yang kurang kurang tertarik untuk membaca atau tidak memiliki keterampilan
dalam menafsirkan informasi.
- Model pembelajaran langsung fokus pada kegiatan-kegiatan seperti mendengar misalnya
ceramah dan kegiatan mengamati mengamati misalnya demonstrasi, dapat menunjang
siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
- Model pembelajaran langsung berpusat pada guru sehingga guru dapat melakukan
evaluasi dan koreksi.

Kekurangan
- Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan murid untuk memproses
informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak
semua siswa memiliki keterampilan tersebut, guru masih harus mengajarkannya.
- Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru.
Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan
model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak
perilaku komunikasi positif.
- Apabila guru sangat dominan menggunakan pengajaran lagnsung dalam mengajar murid-
muridnya, maka siswa akan selalu mengandalkan guru an percaya bahwa guru akan
menjelaskan semua yang perlu mereka ketahui.
- Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya,
banyak siswa bukanlah merupakan pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-
hal yang dimaksudkan oleh guru.

6
D. Karakteristik
Salah satu karakteristik dari suatu model pembelajaran adalah adanya sintaks/tahapan
pembelajaran. Selain harus memperhatikan sintaks, guru yang akan menggunakan Direct
Instruction juga harus memperhatikan variabel-variabel lingkungan lain, yatu fokus akademik,
arahan dan kontrol guru, harapan yang tinggi untuk kemajuan siswa, waktu dan dampak netral
dari pembelajaran. Fokus akademik diartikan prioritas pemilihan tugas-tugas yang harus
dilakukan siswa selama pembelajaran, aktivitas akademik harus ditekankan. Pengarahan-
pengarahan control guru terjadi ketika guru memilih tugas-tugas siswa dan melaksanakan
pembelajaran, menentukan kelompok, berperan sebagai sumber belajar selama pembelajaran
dan meminimalisasikan kegiatan non akademik diantara siswa.

2.2 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan istilah umum untuk


sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan
interaksi antarsiswa. Tujuan pembelajaran kooperatif meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu
hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan
sosial.
Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky (1978, 1986) yang menekankan pada
interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung perkembangan kognitif.
Selain itu, metode ini juga didukung oleh teori belajar information processing dan cognitive
theory of learning. Dalam pelaksanaannya, metode ini membantu siswa untuk lebih mudah
memproses informasi yang diperoleh, karena proses encoding akan didukung dengan
interaksi yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dengan metode
pembelajaran kooperatif dilandasakan pada teori Cognitive karena menurut teori ini
interaksi bisa mendukung pembelajaran.

Metode pembelajaran kooperatif mempunyai manfaat yang positif apabila diterapkan di


ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada
guru, kemampuan untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa
lain; mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan
dengan ide temannya; dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa
yang lemah, juga menerima perbedaan ini.
Tetapi, model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan
walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan
bermasyarakat.

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif – Penggunaan pembelajaran kooperatif


seharusnya mengikuti langkah-langkah atau prosedur tertentu dalam penggunaannya. Hal ini
dimaksudkan agar penggunaan pembelajaran kooperatif dapat efektif meningkatkan
kemampuan belajar dan hasil belajar siswa.

7
Karli dan Yuliariatiningsih (2002: 72) mengemukakan langkah-langkah dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu: Guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan
menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai.
Guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama-sama
dalam kelompok-kelompok kecil. Guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara
individu maupun kelompok. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempersentasekan
hasil kerjanya.
Keempat langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif di atas diuraikan sebagai
berikut:

1) Guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target


pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru sesuai dengan tuntutan materi pembelajaran.
Guru juga menetapkan sikap dan keterampilan-keterampilan sosial yang diharapkan dapat
dikembangkan oleh guru selama berlangsungnya proses pembelajaran. Selain itu, guru juga
mengorganisir materi tugas-tugas yang dikerjakan bersama-sama dalam dimensi kerja
kelompok oleh siswa melalui keaktifan semua anggota kelompok.

2) Guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama-sama
dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam penyampaian materi pelajaran, pemahaman dan
pendalamannya akan dilakukan siswa ketika belajar secara bersama-sama dalam kelompok.
Pemahaman dan konsepsi guru terhadap siswa secara individual sangat menentukan
kebersamaan dari kelompok yang dibentuk oleh guru dalam proses pembelajaran.

3) Dalam melakukan kegiatan observasi terhadap siswa, guru mengarahkan dan membimbing
siswa, baik secara individual maupun kelompok, dalam pemahaman materi maupun
mengenai sikap dan perilaku siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran.

4) Langkah selanjutnya adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk


mempersentasekan hasil kerjanya. Guru juga memberikan penekanan terhadap nilai, sikap,
dan perilaku sosial yang dikembangkan dan dilatih oleh para siswa dalam kelas.

Ibrahim (2000: 10) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif yang


terdiri atas 6 langkah, yaitu:

1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

2. Menyajikan informasi

3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

5. Evaluasi

6. Memberikan penghargaan

8
Langkah-langkah di atas menunjukkan bahwa pelajaran dimulai yaitu guru menyampaikan
tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. langkah ini diikuti oleh penyajian
informasi, seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa
dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa
bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Langkah terakhir pembelajaran
kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah
mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu
agar siswa dapat termotivasi dalam mengikuti model pembelajaran kooperatif atau kerja
kelompok. Jadi pembelajaran kooperatif sangat positif dalam menumbuhkan kebersamaan
dalam belajar pada setiap siswa sekaligus menuntut kesadaran dari siswa untuk aktif dalam
kelompok, karena jika ada siswa yang pasif dalam kelompok maka hal itu dapat mempengaruhi
kualitas pelaksanaan pembelajaran kooperatif khususnya berkaitan dengan rendahnya
kerjasama dalam kelompok.

Johnson (2009) menuliskan lima elemen yang terkait dengan pemelajaran kooperatif,
antara lain: interdepedensi positif (positive interdependence), interaksi tatap muka promotif
(face to-face promotive interaction), akuntabilitas individual dan berkelompok (individual and
group accountability), kemampuan sosial (social skills), perkembangan dalam kelompok
(group processing).

2.3 Pengajaran Berdasarkan Masalah


A. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning/PBL)
Model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang
dirancang pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah agar siswa mendapat
pengetahuan penting. Dengan demikian diharapkan siswa mahir dalam memecahkan masalah,
memiliki model belajar sendiri dan memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.Dengan
pendekatan model PBL memberikan peluang bagi siswa untuk melakukan penelitian dengan
berbasis masalah nyata dan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah sebaiknya
memenuhi kriteria: kompleks, struktur tidak jelas, terbuka dan autentik.

B. Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Prinsip-prinsip proses pembelajaran Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning) yang harus diperhatikan meliputi hal-hal berikut.

a. Konsep Dasar (Basic Concept).


Pada pembelajaran ini guru dapat memberikan konsep dasar, petunjuk, atau referensi
yang diperlukan dalam pembelajaran.
b. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem).
Dalam fase ini guru menyampaikan permasalahan dan dalam kelompoknya siswa
melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming yaitu setiap anggota mengungkapkan
pendapat, ide, dan tanggapan terhadap masalah secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul
berbagai macam alternatif pendapat. Kedua, melakukan seleksi untuk memilih pendapat yang
9
lebih fokus/terarah pada penyelesaian masalah. Ketiga melakukan pembagian tugas dalam
kelompok untuk mencari referensi dalam memecahkan permasalahan.
c. Pembelajaran Mandiri (Self Learning).
Masing-masing siswa mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas masalah
misalnya dari buku atau artikel di perpustakaan, internet, atau guru/nara sumber yang relevan
untuk memecahkan masalah.
d. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge).
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi secara mandiri, pada
pertemuan berikutnya siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya
dan merumuskan solusi dari permasalahan.Peran guru, siswa dan masalah dalam pembelajaran
berbasis masalah.

Peran Guru sebagai Pelatih dalam pembelajaran berbasis masalah


• Asking about thinking (bertanya tentang pemikiran).
• Memonitor pembelajaran.
• Probbing ( menantang siswa untuk berpikir ).
• Menjaga agar siswa terlibat.
• Mengatur dinamika kelompok.
• Menjaga berlangsungnya proses.
Peran Siswa sebagai Problem Solver dalam pembelajaran berbasis masalah
• Peserta yang aktif.
• Terlibat langsung dalam pembelajaran.
• Membangun pembelajaran.

Peran Masalah sebagai Awal Tantangan dan Motivasi dalam pembelajaran berbasis masalah
• Menarik untuk dipecahkan.
• Menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari.

Fase-fase Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Berikut ini fase-fase yang dilalui dalam pelaksanaan model pembelajaran berbasis
masalah (Problem Based Learning PBL)

10
Fase 1. Mengorientasikan siswa kepada masalah.

Guru memberikan masalah yang menarik untuk dipecahkan siswa. Masalah yang diberikan
sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Menurut Prince dan Felder (2006) Masalah yang
diberikan sebaiknya masalah kompleks (complex), struktur tidak jelas (ill structured), terbuka
(open ended problem), otentik (authentic).

Fase 2 Mengorganisasikan siswa


Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok. Mengarahkan siswa
untuk mengidentifikasikan masalah dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan pemecahan masalah tersebut.

Fase 3 Membimbing penyelidikan individu dan kelompok


Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjel asan dan pemecahan masalah.

Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya


Mengarahkan siswa dalam menyiapkan laporan pemecahan masalah, serta berbagi
tugas dengan teman. Siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan temuanny a, serta
kelompok lain menanggapi.

Fase 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah


Mengevaluasi pemecahan masalah atau hasil belajar yang telah dipelajari.
Memberikan arahan jika temuan siswa belum sesuai dengan tujuan pembelajaran.

11
2.4 Pelajaran komstektual
Pengertian pembelajaran konstekual
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu
proses pendidikan yang bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran
yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka
sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel da-pat diterapkan (ditransfer) dari satu
permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada kaitan antara materi
yang dipelajari dengan kondisi di kehidupan nyata yang bisa dilihat dan dianalisis oleh peserta
didik.
Artinya, saat kegiatan pembelajaran berlangsung peserta didik seolah bisa merasakan dan
melihat langsung aplikasi nyata materi yang sedang dipelajari. Adapun contoh pembelajaran
kontekstual di kelas adalah sebagai berikut.
▪ Guru mempraktikkan renang gaya kupu-kupu di hadapan para peserta didik.
▪ Guru menampilkan gambar rangka manusia untuk menunjukkan bagian-bagian
rangka manusia.
▪ Guru membawa bahan ajar berupa perkecambahan untuk menunjukkan proses
pertumbuhan biji.
▪ Guru membawa contoh koran atau majalah sebagai bahan untuk membahas berita.

▪ Guru mengajak peserta didik di daerah yang rawan banjir maupun longsor untuk
menjelaskan struktur tanah.

12
Pembelajaran Kontekstual Menurut Para AhliAdapun pengertian pembelajaran kontekstual
menurut ahli adalah sebagai berikut.
1. Menurut Depdiknas
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
materi yang diajarkan dengan situasi di dunia nyata siswa. Menurut Depdiknas, metode
pembelajaran ini harus mampu mendorong siswa menciptakan hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menurut Elaine B. Johnson
Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah proses pendidikan untuk menolong para
siswa/siswi melihat makna dalam pelajaran yang mereka pelajari. Caranya ialah dengan
menghubungkan subjek-subjek akademik yang sudah dipelajari dengan konteks kehidupan
sehari-hari.
3. Menurut Wina Sanjaya
Pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk
menerapkannya pada kehidupan mereka.
4. Menurut Suherman
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang diawali dengan mencontoh
kejadian di dunia nyata yang dialami siswa, lalu diangkat menjadi pembahasan konsep yang
sedang diajarkan. Siswa bisa mempraktikkan, menceritakan, berdialog, atau tanya jawab.

Tujuan Pembelajaran Kontekstual


Tujuan metode pembelajaran ini adalah sebagai berikut.
▪ Meningkatkan ketertarikan peserta didik untuk senantiasa belajar, sehingga mereka bisa
mendapatkan pengetahuan yang bersifat fleksibel dan aplikatif dalam kehidupan sehari-
hari.
▪ Memperbaiki hasil belajar peserta didik melalui peningkatan pemahaman makna materi
yang sedang dipelajari.

Manfaat Pembelajaran Kontekstual Adapun manfaat metode pembelajaran ini bagi


peserta didik adalah sebagai berikut.
▪ Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berpikir secara kritis, logis, dan
sistematis.
▪ Pemahaman yang diperoleh peserta didik bisa bertahan lebih lama karena memahami
dengan menerapkan.
▪ Peserta didik bisa lebih peka terhadap lingkungan sekitar.
▪ Meningkatkan kreativitas peserta didik berkaitan dengan permasalahan yang ada di
sekitar yang disesuaikan dengan keilmuan yang didapatkan.

13
Strategi Pembelajaran Kontekstual
Agar implementasi model pembelajaran kontekstual berhasil, Bapak/Ibu harus memiliki
strategi yang sesuai dengan kondisi di kelas yang diampu. Lantas, bagaimana strateginya?
Melalui pemecahan masalah, artinya Bapak/Ibu memberikan studi kasus yang biasa mereka
temui di kehidupan sehari-hari. Lalu, peserta didik diminta untuk mencari solusi atas studi
kasus yang Bapak/Ibu berikan dari berbagai sumber yang bisa diakses.Mengajak peserta didik
di tempat yang dekat dengan pemahaman materi, misalnya lingkungan sekitar sekolah,
perpustakaan, museum, dan sebagainya. Hal itu karena suasana belajar baru bisa memunculkan
pengalaman baru yang menyenangkan dan mudah diingat.
Menjadikan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat dan mandiri, sehingga guru
hanya berperan untuk mengarahkan dan mengontrol jalannya pembelajaran.
Membangun komunikasi efektif yang bisa diterima oleh semua peserta didik di kelas dengan
berbagai karakter, sosial, budaya, suku, dan sebagainya. Komunikasi yang dijalin oleh guru
pada peserta didiknya akan memengaruhi tingkat ketertarikan pada materi yang diajarkan.
Memberikan penilaian yang otentik pada peserta didik. Penilaian tersebut bisa membantu guru
dalam memetakan tingkat kemampuan dan motivasi peserta didik selama pembelajaran.

Langkah-Langkah Pembelajaran Kontekstual Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai


berikut.
▪ Mengenalkan sosok/figur yang terkait dengan mata pelajaran yang diajarkan. Hal
itu bertujuan untuk meningkatkan ketertarikan peserta didik pada kegiatan belajar
mengajar serta memotivasi agar peserta didik bisa meniru kesuksesan sosok/figur
tersebut.
▪ Merumuskan manfaat serta tujuan materi yang akan dipelajari serta
mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari.
▪ Memberikan umpan balik dengan cara membebaskan peserta didik untuk
bereksplorasi, sehingga nantinya mereka bisa menemukan cara belajar yang
sesuai.
▪ Mengarahkan dan membimbing peserta didik selama mereka belajar untuk
bereksplorasi.

Prinsip Pembelajaran Kontekstual


Menurut Elaine B. Johnson dalam Syaefudin, pembelajaran kontekstual harus memuat tiga
prinsip utama, yaitu sebagai berikut.

1. Prinsip ketergantungan
Sebagai suatu sistem, pasti ada keterikatan dan keterkaitan di dalam sekolah. Artinya,
setiap elemen di sekolah saling tergantung satu sama lain. Misalnya, antara peserta didik dan
guru, guru dan kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan, dan seterusnya.
Adanya ketergantungan ini bisa meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal-hal yang tidak
bisa dipisahkan saat pembelajaran berlangsung adalah bahan ajar, media ajar, sarana dan
prasarana, sumber belajar, dan iklim sekolah.

14
2. Prinsip diferensiasi

Artinya segala sesuatu di Bumi ini selalu berubah, tak terkecuali di dunia pendidikan. Hal
itu memicu terbentuknya perbedaan, keseragaman, dan keunikan. Oleh karena itu, pendidik
selalu dituntut untuk dinamis dan harmonis dengan prinsip diferensiasi.

3. Prinsip organisasi diri


Artinya guru harus mampu memberikan dorongan atau motivasi pada peserta didik agar
senantiasa menggali setiap potensi yang dimiliki secara optimal.

Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran


menuntut guru untuk mampu menyuguhkan gambaran dunia nyata di dalam kelas. Dengan
demikian, peserta didik lebih mudah memahami inti dari hal-hal yang sedang dipelajari.

Itulah mengapa, pada pendekatan kontekstual guru harus mengarahkan peserta didik agar:

▪ Selalu aktif bertanya;


▪ Aktif menggali pengetahuan secara konstruktif (dengan cara membangun);
▪ Aktif dalam menemukan konsep atau pengetahuan dengan menerapkan pola berpikir
kritis;
▪ Belajar bersama di dalam masyarakat pembelajar;
▪ Menggagas pemodelan;
▪ Mampu merefleksikan pengalaman belajar yang pernah dilalui; dan
▪ Menerapkan penilaian otentik.
▪ Tanpa komponen-komponen di atas, aplikasi pembelajaran kontekstual sulit untuk
dijalankan di kehidupan sehari-hari.

Artinya segala sesuatu di Bumi ini selalu berubah, tak terkecuali di dunia pendidikan. Hal
itu memicu terbentuknya perbedaan, keseragaman, dan keunikan. Oleh karena itu, pendidik
selalu dituntut untuk dinamis dan harmonis dengan prinsip diferensiasi.

15
4. Prinsip organisasi diri
Artinya guru harus mampu memberikan dorongan atau motivasi pada peserta didik agar
senantiasa menggali setiap potensi yang dimiliki secara optimal.

Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran


menuntut guru untuk mampu menyuguhkan gambaran dunia nyata di dalam kelas. Dengan
demikian, peserta didik lebih mudah memahami inti dari hal-hal yang sedang dipelajari.

Itulah mengapa, pada pendekatan kontekstual guru harus mengarahkan peserta didik agar:

▪ Selalu aktif bertanya;


▪ Aktif menggali pengetahuan secara konstruktif (dengan cara membangun);
▪ Aktif dalam menemukan konsep atau pengetahuan dengan menerapkan pola berpikir
kritis;
▪ Belajar bersama di dalam masyarakat pembelajar;
▪ Menggagas pemodelan;
▪ Mampu merefleksikan pengalaman belajar yang pernah dilalui; dan
▪ Menerapkan penilaian otentik.
▪ Tanpa komponen-komponen di atas, aplikasi pembelajaran kontekstual sulit untuk
dijalankan di kehidupan sehari-hari.

2.5 Pembelajaran diskusi kelas


A. Pengertian

Pembelajaran diskusi kelas adalah suatu situasi dimana guru dengan siswa atau siswa
dengan siswa saling bertukar gagasan dan pendapat untuk mencari pemecahan masalah,
jawaban kebenaran dalam suatu masalah.

B. Langkah-Langkah Penyelengarakan Model Diskusi Kelas

Tahap 1 : mengatur tujuan dan mengatur setingg

Tahap 2 : mengarahkan diskusi


Tahap 3 : menyelenggarakan diskusi
Tahap 4 : mengakhiri diskusi
Tahap 5 : melakukan Tanya jawab singkat tentang proses diskusi

16
C. Keunggulan Model Pembelajaran Diskusi Kelas
Menurut suryosubroto (Trianto, 2007:127-128) keunggulan model pembelajaran diskusi
kelas adalah:

a) Diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam KBK


b) Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajaran
masing- masing.
c) Diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir secara ilmiah.
d) Dengan mengajukan pertanyaan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi
diharapkan para siswa akan memperoleh kepercayaan akan kemampuan diri sendiri.
e) Diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial demokratis para siswa.
C. Kelemahan Model Pembelajaran Diskusi Kelas

Menurut suryosubroto (Trianto, 2007:127-128) kelemahan model pembelajaran diskusi


kelas adalah:

a) Suatu diskusi dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab


tergantung kepada kepemimpinan dan partisipasi anggota-anggotanya.
b) Suatu diskusi memerlukan ketrampilan-ketrampilan tertentu yang belum pernah
dipelajari.
c) Jalannya diskusi dapatdi domisili oleh bebrapa sisiwa yang menonjol.
d) Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak.
e) Jumlah siswa yang terlalu besar didalam kelas akan mempengaruhi kesempatan setiap
siswa untuk mengemukakan pendapat.

17
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Model pembelajaran adalah bentuk pembeelajran yang tergambar dari awal sampai akhir
ynag disajikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran dapar dikelompokkan model
interaksi social, model pengolahan informasi, model personal humanistic dan model
modifikasi tingkah laku. Pembelajaran yang diimplementasikan pada kurikulum tingkat
satuan Pendidikan adalah model pengajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pengajaran
berbasus masalah, dan strategi-strategi pembelajaran. Semua model ini didasarkan pada teori-
teori be;ajar dan pembelajaran.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/rizkynurafni/5e8d3e7ad541df3cdd09a6e2/pengajaran-
langsung-pengertian-sintaks-kelebihan-dan-kekurangan?page=3&page_images=1

https://id.wikipedia.org/wiki/Pemelajaran_kooperatif

https://www.padamu.net/model-pembelajaran-berbasis-masalah

https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/pembelajaran-kontekstual/

http://repository.ump.ac.id

19
20

Anda mungkin juga menyukai