Anda di halaman 1dari 14

MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG

Jika kita melihat Standar Isi Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 mata pelajaran
matematika SMP/MTs dari kelas VII sampai dengan kelas IX terdiri dari 59
kompetensi dasar (KD) yang akan diberikan kepada siswa SMP/MTs, dimana dari
kompetensi dasar tersebut masih dijabarkan lagi dalam indikator-indikator
pencapaian kompetensi dasar. Dalam membelajarkan 59 kompetensi dasar
tersebut kepada siswa pastilah guru tidak lepas menggunakan model yang sudah
tidak asing lagi yaitu model pembelajaran langsung. Model Pembelajaran langsung
tidak sama dengan metode ceramah, tetapi metode ceramah merupakan bagian
dari model pembelajaran langsung. Metode ceramah merupakan cara
penyampaian keterangan atau informasi secara lisan dari guru kepada siswa. Model
pembelajaran langsung sangat diperlukan dalam membelajarkan materi mata
pelajaran matematika terutama yang terkait dengan membelajarkan operasi
(aturan pengerjaan hitung, aljabar, matematika, dll.). Operasi sering disebut dengan
skill (keterampilan) yaitu keterampilan dalam matematika berupa kemampuan
pengerjaan (operasi) dan melakukan suatu prosedur atau aturan yang harus
dikuasai oleh siswa dengan kecepatan dan ketepatan yang tinggi untuk
memperoleh suatu hasil tertentu.

PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INTRUCTION)


A. PENDAHULUAN
Dalam implementasi kurikulum, model, pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena suatu model tertentu
yang digunakan dalam implementasikan kurikulum membawa implikasi terhadap penggunaan
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran tertentu pula.
Salah satu komponen penting dalam kurikulum

pembelajaran adalah model

pembelajaran. Karena melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik
mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model
pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan
digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran berarti
pula adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya
disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Pola urutan dari macam-macam model
pengajaran memiliki komponen yang sama. Salah satu dari model pembelajaran adalah model
pembelajaran langsung.[1]
Model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang
khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan
yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Kita sering mendengar atau membaca bahkan menggunakan istilah model pembelajaran
langsung, akan tetapi dalam prakteknya, model pembelajaran yang digunakan tidak sesuai
dengan teorinya. Hal ini dapat disebabkan karena kurang pahamnya guru dalam mempelajari
model pembelajaran langsung. Untuk itulah dalam makalah ini akan dijelaskan
tentang model pembelajaran langsung meliputi pengertian, unsur-unsur
pembelajaran langsung, tahap-tahap pembelajaran langsung, kelebihan dan
kekurangan pembelajaran langsung dan contoh aplikasi pembelajaran
langsung
B. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG

Menurut Arend, Model pembelajaran langsung adalah Salah satu pendekatan mengajar
yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat
diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.[2] Pengetahuan
prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu. Dan pengetahuan
deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau
generalisasi.[3]
Ada beberapa istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan model pembelajaran
langsung diantaranya adalah active teaching (pengajaran aktiv) dengan tokohnya Good dan
Grows (1983) yang melaksanakan progam Missouri Mathematics Effektiveness Study, dimana
dalam studi ini 40 orang guru dibagi menjadi 2 kelompok. Salah satu kelompok mendapatkan
latihan active teaching sementara kelompok lainnya terus mengajar seperti sebelumnya. Studi ini
menemukan bahwa siswa dari kelompok pertama mendapatkan skor lebih tinggi dalam tes
prestasi dan muridnya terlibat aktiv di kelas dibanding siswa murid kelompok kedua.[4] Disebut
pembelajaran aktiv karena dalam model ini siswa diharapkan dan dituntut untuk aktiv dalam
pembelajaran terutama pada fase latihan terbimbing dan latihan mandiri. Kemampuan siswa
dalam fase ini menentukan keberhasilan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran langsung juga disebut dengan Explicit Instruction. Model ini
pertama kali diperkenalkan oleh Rosenshine dan Steven pada tahun 1986. Explicit instruction
menekankan strategi demonstrasi oleh guru, strategi latihan terpadu, dan praktek mandiri atau
penerapan strategi belajar. Explicit Instruction menurut Kardi dapat berbentuk ceramah,
demonstrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok Explicit Instructiondigunakan untuk
menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa.[5] Dalam
model ini kejelasan intruksi guru kepada siswa sangat menentukan keberhasilan pembelajaran.
Begitu pula keseriusan siswa dalam mendemonstrasikan materi turut andil mempengarui.
Termasuk model pembelajaran langsung adalah

Mastery teaching yaitu strategi

pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang
guru kepada siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Model ini merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru
(teacher centered approach).[6] Dikatakan demikian, sebab guru memegang peran yang sangat

dominan. Melalui model ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan
harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik.
Seringkali

penggunaan

pengetahuan

prosedural

memerlukan

penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa pengetahuan deklaratif.


Para guru selalu menghendaki agar siswa-siswa memperoleh kedua macam
pengetahuan tersebut, supaya mereka dapat melakukan suatu kegiatan dan
melakukan segala sesuatu dengan berhasil.
Jadi, model pembelajaran Langsung (Direct Intruction) juga dikenal dengan Istilah lain
yang sering dipergunakan ialah, ceramah, pengajaran aktif (active Teaching), mastery teaching,
dan explicit instruction.[7] Dalam model Pengajaran langsung juga dikenal dengan sebutan
whole Class Teaching ( pengajaran seluruh kelas), yaitu mengacu pada gaya mengajar dimana
dimana guru terlibat aktiv mengusung isi pelajaran kepada muridnya dengan mengajarkan secara
langsung kepada seluruh kelas.[8]
C. LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN LANGSUNG
Pemikiran mendasar dari model pembelajaran langsung adalah bahwa
siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan
tingkah laku guru. Atas dasar pemikiran tersebut hal penting yang harus
diingat

dalam

menerapkan

model

pembelajaran

langsung

adalah

menghindari penyampaian yang terlalu kompleks.


Diantara teori- teori belajar yang melandasi model pembelajaran
Langsung adalah:
1. Teori Perkembangan Jean Piaget
Menurut Jean Piaget kemampuan untuk bergaul dengan hal-hal yang
lebih abstrak

diperlukan untuk mencernakan gagasan- gasan dalam

berbagai mata pelajaran akademik.[9] Piaget meyakini bahwa pengalamanpengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya
perubbahan perkembanagn peserta didik.
Dalam

pembelajaran

langsung

guru

menjelaskan

materi

dan

melakukan pelatihan terbimbing serta memberikan kesempatan siswa untuk

mengadakan

pelatihan

mandiri

sehingga

siswa

dapat

menemukan

pengalaman- pengalaman nyata tentang suatu materi tertentu.


2. Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial yang
digagas Albert Bandura. Menurut Bandura sbagian besar manusi belajar
melalui pengamatan secara selektiv dan mengingat tingkah laku orang lain.
[10]
Seorang belajar menurut Teori ini, dilakukan dengan mengamati
tingkah

laku

orang

lain

model),

hasil

pengamatan

itu

kemudian

dimantapkan dengan cara menghubungkan pengalaman baru dengan


pengalaman sebelumnya atau mengulang-ulang kembali. Dengan jalan ini
memberikan kesempatan kepada orang tersebut untuk mengekspresikan
tingkah laku yang dipelajarinya. Dalam pembelajaran langsung pada fase
kedua guru mendemonstrasikan pembelajaran sehingga siswa mendapat
pengalaman pembelajaran yang benar dan pada fase kedua pengalaman
yang telah diperoleh dipraktekkan siswa, meskipun tetap dalam pengawasan
guru.
D. TAHAP-TAHAP PEMBELAJARAN LANGSUNG
Salah satu karakteristik dari suatu model pembelajaran adalah adanya sintaks atau
tahapan-tahapan pembelajaran yang harus diperhatikan guru. Adapun Tahapan atau sintaks
model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai berikut:[11]
Tahap Pertama : Orientation (Orientasi). Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi
baru, akan sangat menolong siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi
terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan
pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa; (2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan
penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan materi/konsep
yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan(5)
menginformasikan kerangka pelajaran.
Tahap Kedua: Presentation (Presentasi). Pada fase ini guru dapat menyajikan materi
pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1)

penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu
relatif pendek;(2) pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan keterampilan
dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan (4)
menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
Tahap Ketiga : Structured Practice (Latihan terstruktur). Pada fase ini guru memandu
siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah
memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon
siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah.
Tahap keempat: Guided Practice (Latihan terbimbing). Pada fase ini guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik
juga digunakan oleh guru untuk mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya.
Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
Tahap Kelima: Independent Practice (Latihan mandiri). Pada fase ini siswa melakukan
kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap
pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan.
Sedangkan Borich mengemukakan sintak dalam pembelajaran langsung adalah sebagai
berikut:[12]
1.

2.

3.

4.

5.
6.

Reviu Harian
Pengecekan pekerjaan yang lalu
Pengarahan ulang
Penyajian bahan baru
Memberi pandangan umum
Menjabarkan langkah khusus
Membimbing kegiatan siswa
Memberikan penegasan
Memberikan umpan balik khusus
Mengecek pengertian
Melanjutkan kegiatan
Memberikan koreksi dan umpan balik
Memberi koreksi
Memberi umpan balik
Memberi latihan Bebas
Reviuw Mingguan dan Bulanan

Sejalan dengan Hal tersebut di atas, Soeparman Kardi dan M. Nur mengelompokkan
sintake dalam pembelajaran langsung ke dalam 5 Fase yaitu:[13]
Fase- Fase
Fase 1
Menyampaikan Kompetensi dan
Tujuan
Pembelajaran
serta
mempersiapkan siswa

Perilaku Guru
Guru menjelaskan kompetensi
dan
tujuan
pembelajaran,
informasi
latar
be;lakang
pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan
siswa
untuk
belajar
Fase 2
Guru
mendemonstraasikan
Mendemonstrasikan
pengetahuan
/
keterampilan
pengetahuan/ keterampilan
yang benar atau menyajikan
informasi tahap demi tahap
Fase 3
Guru
merencanakan
dan
Membimbing Pelatihan
memberikan
bimbingan
pelatihan awal
Fase 4
Guru mengecek apakah siswa
Mengecek
Pemahaman
dan telah berhasil melakukan tugas
memberi Umpan Balik
dengan baik, serta memberikan
umpan balik
Fase 5
Guru
mempersiapkan
Memberikan kesempatan untuk kesempatan
melakukan
pelatihan
lanjutan
dan pelatihan
lanjutan
dengan
penerapan
perhatian
khusus
pada
penerapan kepada situasi lebih
komplek
dalam
kehidupan
sehari-hari
Penjelasan dari Tabel Fase dan peran guru dalam Pembelajaran Langsung di atas adalah:
a.

Fase 1 = Memberitahukan Tujuan dan menyiapkan siswa

Kegiatan ini dilakukan untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi
mereka untuk berperan serta dalam pelajaran. (1) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui
pengetahuan

yang

relevan

dengan

pengetahuan yang

telah

dimiliki

siswa; (2)

mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan penjelasan/arahan


mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan materi/konsep yang akan
digunakan

dan

kegiatan

yang

akan

menginformasikan kerangka pelajaran.


b.

Fase 2 = Presentasi dan Demonstrasi

dilakukan

selama

pembelajaran;

dan(5)

Ada dua pengetahuan yang diberikan guru kepada siswa, Pertama, Pengetahuan Deklaratif yaitu
guru mempresentasikan informasi kepada siswa, keberhasilannya terletak pada kemampuan guru
dalam memberikan informasi dengan jelas dan spesifik kepada siswa.[14]
Kedua, Pengetahuan Prosedural yakni guru mendemonstrasikan suatu konsep atau keterampilan
dengan berhasil. Dalam hal ini guru perlu sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang
akan didemonstrasikan, dan berlatih melakukan demonstrasi untuk menguasai komponenkomponenya.[15]
c.

Fase 3 = menyediakan latihan terbimbing

Prinsip-prinsip yang digunakan sebagai acuan bagi guru dalam melakukan pelatihan terbimbing
adalah:[16]
Tugasi siswa melakukan latihan singkat, sederhana dan bermakna
Berikan pelatihan sampai benar- benar menguasai konsep
Guru harus pandai mengatur waktu selama pelatihan
Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan
d.

Fase 4 = Mengecek Pemahaman dan memberi Umpan balik

Pengecekan dan pemberian umpan balik dapat berupa pertanyaan kepada siswa dan siswa
memberi jawaban. Kemudian guru merespon kembali jawaban siswa tersebut. Cara lain adalah
dengan tes lisan maupun tertulis.
Agar umpan balik lebih efektif, ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan, yaitu: [17]
Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan
Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik
Konsentrasikan pada tingkah laku bukan maksud
Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
Berikan pujian pada hasil yang baik
Jika umpan balik negative, tunjukkan bagaimana melakukan yang benar
Bantu siswa memusatkan perhatian pada proses bukan hasil
Ajari siswa cara memberikan umpan balik kepada diri sendiri dan bagaimana menilai keberhasilan
kinerjanya.
e.

Fase 5 = memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan (mandiri) dan penerapannya

Latihan mandiri yang diberikan kepada siswa sebagai fase akhir pelajaran pengajaran langsung
adalah pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah dan latihan mandiri dapat digunakan untuk
memperpanjang waktu belajar.[18]
Sebelum

melaksanakan

pembelajaran

langsung

guru

perlu

merencanakan proses pembelajaran. Adapun tugas-tugas perencanaan guru


adalah :[19]
a. Merumuskan Tujuan
Tujuan yang baik perlu berorientasi pada siswa yang spesifik,
mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian (kondisi evaluasi),
dan mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan (kriteria
keberhasilan).
b. Memilih Isi
Bagi guru pemula yang masih dalam proses penguasaan sepenuhnya
materi ajar, disarankan agar dalam memilih materi ajar mengacu pada
kurikulum yang berlaku, dan buku ajar tertentu.[20]
c. Melakukan Analisis Tugas
Analisis tugas ini adalah alat yang digunakan oleh guru untuk
mengidentifikasi dengan presisi yang tinggi hakikat yang setepatnya dari
suatu keterampilan atau butir pengetahuan yang terstruktur dengan baik,
yang akan diajarkan oleh guru.
d. Merencanakan Waktu dan Ruang
Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh guru:

Memastikan bahwa waktu yang disediakan sepadan dengan bakat dan


kemampuan siswa

Memotivasi siswa agar mereka tetap melakukan tugas-tugasnya dengan


perhatian yang optimal.

E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG


Menurut Sudrajat, model explicit instruction memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan model explicit instruction :[21]

1. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi
yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus
dicapai oleh siswa.
2. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
3. Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin
dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
4. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual
yang sangat terstruktur.
5. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilanketerampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
6. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif
singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
7. Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran
(melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme
siswa.
Sedangkan kelemahan model Direct instruction :
1. Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan
informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua
siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada
siswa.
2. Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan,
pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan
siswa.
3. Karena siswa hanya memiliki sedikit ksesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa
untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
4. Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini
bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri,
antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran
mereka akan terhambat.
5. Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam
kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung, dapat
berdampak

negatif terhadap

kemampuan

penyelesaian

masalah,

kemandirian,

dan

keingintahuan siswa.
Berdasarkan kutipan diatas, maka penggunaan model Direct instruction dalam proses
pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan tersktruktur dimana isi materi penuh

disampaikan kepada anak didik dalam waktu yang relatif singkat dan guru yang memiliki
persiapan yang matang dalam penyampaian pelajaran dapat menarik perhatian siswa.
Namun tidak dipungkiri bahwa model Direct instruction memiliki kelemahan yaitu ruang
untuk siswa aktif memang terlalu sempit yang berdampak tidak mengembangkan
keterampilan

sosial

siswa. Walaupun

Direct

instruction

memiliki

kelemahan

tidak

mengembangkan keterampilan sosial siswa tetapi itu tidak menjadi penghalang karena guru
akan berperan aktif dalam proses pengembangan diri setiap siswa untuk memperoleh hasil yang
baik dengan menggunakan pembelajaran ini.
F. CONTOH APLIKASI PEMBELAJARAN LANGSUNG
Banyaknya model pembelajaran yang dikembangkan para pakar tersebut tidaklah
berarti semua pengajar menerapkan semuanya untuk setiap mata pelajaran karena tidak
semua model cocok untuk setiap topik atau mata pelajaran. Ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih model pembelajaran, yaitu: 1) tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai, sifat bahan/materi ajar, 2) Kondisi siswa, 3) Ketersediaan sarana-prasarana belajar.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pembelajaran langsung:
1. Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa.
2. Mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilan.
3. Membimbing pelatihan.
4. Mengecek dan memberikan umpan balik.
5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan.
Berpijak pada penjelasan di atas, maka rumpun mata pelajaran yang sesuai untuk model
pembelajaran langsung adalah MIPA (matematika, Fisika, Kimia). Sedangkan pada Mata
Pelajaran Agama Islam, maka Materi yang cocok dengan pembelajaran langsung ini diantaranya:
Materi Sholat
Materi Taharah
Materi Wudlu dan Tayammum
Materi ibadah haji
Dan lain-lain
Contoh aplikasi Direct Teaching pada Pembelajaran Agama Islam materi Wudlu bagi siswa SD
kelas 2
1. Fase Pertama, guru menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa mampu menyebutkan tata
cara berwudlu dan mempraktekkannya dengan benar. Pada tahap ini guru memberikan deskripsi

tentang pengertian wudlu, syarat sah dan syarat wajib berwudlu, rukun dan sunnah wudlu serta
hal-hal yang membatalkan wudlu.
2. Fase Kedua, guru mendemonstrasikan cara berwudlu melalui tepuk wudlu dan praktek langsung
3. Fase Ketiga, guru membimbing dalam pelatihan berwudlu dengan memberikan instruksi
bertahap. Siswa mempraktekkan gerakan wudlu secara bersama- sama, tahap demi tahap sesuai
intruksi guru. Guru memastikan gerakan siswa tepat sesuai aturan yang benar.
4. Fase Keempat, guru mengecek pemahaman siswa dan memberi umpan balik tentang materi
wudlu yang diberikan. Misalnya dengan memberikan seatwork (latihan-latihan soal) atau
workbook (lembar kerja) seputar materi wudlu. Cara lain dengan Tanya jawab sesuai materi.
5. Fase kelima, guru memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dengan melalui tugas
rumah mengamati orang tua berwudlu setiap sebelum sholat dan menirunya.
G. PENUTUP
Model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang
khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedur yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan
yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Adapun langkah atau sintaks dari pembelajaran langsung adalah:
Fase 1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
Fase 2. Mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilan.
Fase 3. Membimbing pelatihan.
Fase 4. Mengecek dan memberikan umpan balik.
Fase 5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan.
Pembelajaran langsung mempunyai keunggulan namun disisi lain ada keterbatasan pada
model ini. Diantaranya Relatif banyak materi yang bisa tersampaikan, dan Untuk hal-hal yang
sifatnya prosedural, model ini akan relatif mudah diikuti.
Pemikiran mendasar dari model pembelajaran langsung adalah bahwa
siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan
tingkah laku gu ru. Atas dasar pemikiran tersebut hal penting yang harus
diingat

dalam

menerapkan

model

pembelajaran

langsung

adalah

menghindari penyampaian yang terlalu kompleks


Diantara Kekurangan/kelemahan model pembelajaran langsung adalah jika terlalu
dominan pada ceramah, maka siswa merasa cepat bosan.

Sebagai guru, hendaknya kita mempelajari berbagai macam modelmodel

pembelajaran

dengan

sungguh-sungguh,

sehingga

kita

dapat

mengaplikasikannya dalam pembelajaran yang akan kita alami kemudian


hari. Model pembelajaran sangat penting karena dapat mempengaruhi
keberhasilan pengajaran bagi guru, dan belajar bagi siswa. Penggunaan
model harus disesuaikan dengan keadaan sekolah, keadaan guru, keadaan
siswa, serta materi/kurikulum yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Bruce Joyce, Marsha Weil and Emily Calhoun, Models Of Teaching, (PHI Learning,
tt)
Hakim, Lukmanul, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2009)
Kardi, Soeparman dan Mohammad Nur, Pengajaran Langsung, (Surabaya: PSMS Unesa, 2004)
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosda Karya, 2009)
Muijs, Daniel dan David Reynold, Terj. Nelly Prajitno, Effective Teaching,Teori dan
Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008)
Prihatin, Eka, Guru Sebagai Fasilitator, (Bandung: Karsa Mandiri Persada, 2008)
Sanjaya, Wina , Strategi Pembelajaran, (Bandung: Kencana Prenada Media Group,
2008)
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009)
Trianto, Model-Model Pembelajaran
(Jakarta:Prestasi Pustaka, 2011)

Inovatif

Berorientasi

Konstruktivitis.

Trianto, Model Pembelajaran dalam Teori dan Praktek. (Jakarta:Prestasi Pustaka


Publisher, 2007)
Widianingsih, Dedeh, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rizqi Press, 2010)

Anda mungkin juga menyukai