Anda di halaman 1dari 72

1. Trianto.2010. Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.

Jakarta: Pustaka
Publisher.
2. Pengajaran langsung adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru, yang
mempunyai 5 langkah dalam pelaksanaannya, yaitu menyiapkan siswa menerima
pelajaran, demontrasi, pelatihan terbimbing, umpan balik, dan pelatihan lanjut
(mandiri) (Nur, 2000:7).
3. Model Pembelajaran berasal dari kata Model dan Pembelajaran. ”Model diartikan
sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
suatu kegiatan” (Nur, 1996 : 78). Hakikat pembelajaran atau hakikat mengajar
adalah membentuk siswa untuk memperoleh informasi, ide, keterapilan, nilai,
cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara bagaimana
belajar (Joyce dan Weil dalam Nur, 1996 : 79). Berdasarkan pengertian di atas
dapat dipahami bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan dapat berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pendidik dalam merencanakan
dan melaksanakan aktifitas proses belajar mengajar.

4. Pengertian Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran secara langsung menurut Arend

Model pembelajaran langsung menurut Arends (Trianto, 2011 : 29) adalah “Salah satu
pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang
berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur
dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi
selangkah”. Sejalan dengan Widaningsih, Dedeh (2010:150) bahwa pengetahuan prosedural
yaitu pengetahuan mengenai bagaimana orang melakukan sesuatu, sedangkan pengetahuan
deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu.
Pembelajaran langsung tidak sama dengan metode ceramah, tetapi ceramah dan resitasi
(mengecek pemahaman dengan tanya jawab) berhubungan erat dengan model pembelajaran
langsung. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya
menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan,
dan sebagainya.

Widaningsih, Dedeh (2010:151) Ciri-ciri Pengajaran Langsung adalah sebagai berikut :

1. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.


2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan
berhasilnya pengajaran.
Pembelajaran langsung memiliki pola urutan kegiatan yang sistematis untuk mengetahui
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh guru atau peserta didik, agar pembelajaran
langsung tersebut terlaksana dengan baik. Menurut Kardi & Nur (Trianto 2011:31) fase-fase
pada model pembelajaran langsung dapat dilihat pada Tabel 2.4:
Tabel 2.4
Fase dan Peran Guru dalam Model Pembelajaran Langsung

No Fase Peran Guru

Menyampaikan Tujuan Menjelaskan Tujuan, Materi Prasyarat,


1 Pembelajaran dan memotivasi siswa, dan mempersiapkan
mempersiapkan siswa siswa

Mendemonstrasikan
2 Pengetahuan dan Mendemonstrasikan keterampilan atau
Keterampilan menyajikan informasi tahap demi tahap

3
Membimbing Pelatihan Guru memberi latihan terbimbing

Mengecek pemahaman
4 dan memberikan umpan Mengecek kemampuan siswa dan
balik memberikan umpan balik

Mempersiapkan latihan untuk siswa


5 Memberikan latihan dan dengan menerapkan konsep yang
penerapan konsep dipelajari pada kehidupan sehari-hari.

Sumber :Kardi & Nur (Trianto 2011:31)

Mengacu pada fase-fase tersebut, berikut merupakan ilustrasi pembelajaran dengan


menggunakan pembelajaran langsung yang akan digunakan dalam penelitian sebagai berikut :

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi peserta didik untuk belajar.
2. Guru menyampaikan materi dengan membahas bahan ajar melalui kombinasi ceramah dan
demonstrasi.
3. Setelah materi selesai disampaikan, guru memberikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
kepada peserta didik untuk dikerjakan sebagai latihan secara individu.
4. Selanjutnya guru bersama peserta didik membahas Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
5. Di akhir pembelajaran guru memberikan soal-soal latihan sebagai pekerjaan rumah.
Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Langsung Widaningsih, Dedeh (2010 : 153)
adalah sebagai berikut :

Kelebihan model pembelajaran langsung:

1. Relatif banyak materi yang bisa tersampaikan.


2. Untuk hal-hal yang sifatnya prosedural, model ini akan relatif mudah diikuti.
Kekurangan/kelemahan model pembelajaran langsung adalah jika terlalu dominan pada
ceramah, maka siswa merasa cepat bosan.

Pembelajaran langsung akan terlaksana dengan baik apabila guru mempersiapkan materi yang
akan disampaikan dengan baik pula dan sistematis, sehingga tidak membuat peserta didik cepat
bosan dengan materi yang dipelajari.

Daftar Pustaka:
Trianto. (2011).Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivitis. Jakarta:Prestasi
Pustaka.
Widaningsih, Dedeh. (2010). Perencanaan Pembelajaran matematika. Bandung: Rizqi Press.
https://anggitaata.wordpress.com/2012/09/04/pengertian-model-pembelajaran-langsung/

Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan
konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri
sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2) pembelajaran berorientasi
pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang
telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan
dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape
recorder, gambar, peragaan, dan sebaganya. Informasi yang disampaikan dapat berupa
pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau
pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip,
atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat
digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.
2. Bagaimana Tahapan Model Pembelajaran?

Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai
berikut:

 Orientasi. Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa jika guru
memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk
orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3)
memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan
materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan(5)
menginformasikan kerangka pelajaran.
 Presentasi. Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun
keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi dalam langkah-langkah kecil
sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek;(2) pemberian contoh-contoh konsep;
(3) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah
kerja terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
 Latihan terstruktur. Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru
yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan
penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah.
 Latihan terbimbing. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep
atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengases/menilai
kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan
memberikan bimbingan jika diperlukan.
 Latihan mandiri. Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui
siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan.

Di lain pihak, Slavin (2003) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran langsung,
yaitu sebagai berikut.

 Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa.Dalam tahap ini
guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja siswa yang diharapkan.
 Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan
untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa.
 Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi,
memberikan contoh-contoh, mendemontrasikan konsep dan sebagainya.
 Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk
menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.
 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara
individu atau kelompok.
 Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan reviu terhadap hal-hal yang
telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang
keterampilan jika diperlukan.
 Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada
siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari.
3. Pada situasi apa Pembelajaran Langsung dapat digunakan?

Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok untuk diterapkan
dalam pembelajaran:

 Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan memberikan garis besar
pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan keterkaitan di antara konsep-
konsep tersebut.
 Ketika guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki struktur yang jelas
dan pasti.
 Ketika guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilan-keterampilan dasar yang
diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa, misalnya penyelesaian masalah (problem
solving).
 Ketika guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan intelektual (misalnya menunjukkan
bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu
berujung pada jawaban yang logis)
 Ketika subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan dengan pola penjelasan,
pemodelan, pertanyaan, dan penerapan.
 Ketika guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik.
 Ketika guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum siswa melakukan suatu
kegiatan praktik.
 Ketika guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk memandu siswa dalam
melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau independen.
 Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan penjelasan yang sangat
terstruktur.
 Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada siswa atau ketika guru tidak
memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa.
4. Kelebihan dan Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung
Kelebihan model pembelajaran langsung:
 Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang
diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
 Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
 Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi
siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
 Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat
terstruktur.
 Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang
eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
 Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang
dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
 Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui
presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa.
 Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak
suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi.
 Secara umum, ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang
tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa. Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak
memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan berpartisipasi dan dipermalukan.
 Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang
studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana
informasi dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.
 Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan ”cara-cara disipliner dalam memandang dunia (dan)
dengan menggunakan perspektif-perspektif alternatif” yang menyadarkan siswa akan keterbatasan
perspektif yang inheren dalam pemikiran sehari-hari.
 Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar (misalnya ceramah) dan
mengamati (misalnya demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
 Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi
siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini.
 Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi) dapat memberi siswa tantangan untuk
mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di antara teori (yang seharusnya terjadi) dan observasi
(kenyataan yang mereka lihat).
 Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas dan bukan
teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan
diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.
 Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran
langsung digunakan secara efektif.
 Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru sehingga gurudapat terus
menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.
Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung:
 Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi
melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki
keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
 Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan,
pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
 Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
 Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung
pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur,
siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.
 Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan
pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif
terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa.
 Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk
cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi
kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif.
 Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model pembelajaran langsung
mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami
informasi yang disampaikan.
 Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang guru mengenai bagaimana materi disusun
dan disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami atau dikuasai oleh siswa. Siswa memiliki sedikit
kesempatan untuk mendebat cara pandang ini.
 Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian
setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan.
 Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru
akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung
jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri.
 Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit untuk
mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau
salah paham.
 Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya, banyak siswa
bukanlah pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.

==========

Sumber: Disarikan dari Depdiknas. 2009. Modul KKG/MGMP

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/model-pembelajaran-langsung/

PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INTRUCTION)

A. PENDAHULUAN
Dalam implementasi kurikulum, model, pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena suatu model
tertentu yang digunakan dalam implementasikan kurikulum membawa implikasi terhadap
penggunaan pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran tertentu pula.
Salah satu komponen penting dalam kurikulum pembelajaran adalah model
pembelajaran. Karena melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta
didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan
mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar.
Menurut Arends, model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya
tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model
pembelajaran berarti pula adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap
keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Pola
urutan dari macam-macam model pengajaran memiliki komponen yang sama. Salah satu dari
model pembelajaran adalah model pembelajaran langsung.[1]
Model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang
khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif
dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola
kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Kita sering mendengar atau membaca bahkan menggunakan istilah model pembelajaran
langsung, akan tetapi dalam prakteknya, model pembelajaran yang digunakan tidak sesuai
dengan teorinya. Hal ini dapat disebabkan karena kurang pahamnya guru dalam mempelajari
model pembelajaran langsung. Untuk itulah dalam makalah ini akan dijelaskan tentang model
pembelajaran langsung meliputi pengertian, unsur-unsur pembelajaran langsung, tahap-tahap
pembelajaran langsung, kelebihan dan kekurangan pembelajaran langsung dan contoh aplikasi
pembelajaran langsung

B. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG


Menurut Arend, Model pembelajaran langsung adalah Salah satu pendekatan mengajar
yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat
diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.[2] Pengetahuan
prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu. Dan pengetahuan
deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau
generalisasi.[3]
Ada beberapa istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan model pembelajaran
langsung diantaranya adalah active teaching (pengajaran aktiv) dengan tokohnya Good dan
Grows (1983) yang melaksanakan progam Missouri Mathematics Effektiveness Study, dimana
dalam studi ini 40 orang guru dibagi menjadi 2 kelompok. Salah satu kelompok mendapatkan
latihan active teaching sementara kelompok lainnya terus mengajar seperti sebelumnya. Studi
ini menemukan bahwa siswa dari kelompok pertama mendapatkan skor lebih tinggi dalam tes
prestasi dan muridnya terlibat aktiv di kelas dibanding siswa murid kelompok
kedua.[4] Disebut pembelajaran aktiv karena dalam model ini siswa diharapkan dan dituntut
untuk aktiv dalam pembelajaran terutama pada fase latihan terbimbing dan latihan mandiri.
Kemampuan siswa dalam fase ini menentukan keberhasilan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran langsung juga disebut dengan Explicit Instruction.Model ini
pertama kali diperkenalkan oleh Rosenshine dan Steven pada tahun 1986.Explicit
instruction menekankan strategi demonstrasi oleh guru, strategi latihan terpadu, dan praktek
mandiri atau penerapan strategi belajar. Explicit Instructionmenurut Kardi dapat berbentuk
“ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok ” Explicit
Instruction”digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh
guru kepada siswa.[5] Dalam model ini kejelasan intruksi guru kepada siswa sangat
menentukan keberhasilan pembelajaran. Begitu pula keseriusan siswa dalam
mendemonstrasikan materi turut andil mempengarui.
Termasuk model pembelajaran langsung adalah Mastery teaching yaitu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang
guru kepada siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara
optimal. Model ini merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada
guru (teacher centered approach).[6]Dikatakan demikian, sebab guru memegang peran yang
sangat dominan. Melalui model ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur
dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik.

Seringkali penggunaan pengetahuan prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan


prasyarat yang berupa pengetahuan deklaratif. Para guru selalu menghendaki agar siswa-siswa
memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, supaya mereka dapat melakukan suatu
kegiatan dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil.
Jadi, model pembelajaran Langsung (Direct Intruction) juga dikenal dengan Istilah lain
yang sering dipergunakan ialah, ceramah, pengajaran aktif (active Teaching), mastery
teaching, dan explicit instruction.[7] Dalam model Pengajaran langsung juga dikenal dengan
sebutan whole Class Teaching ( pengajaran seluruh kelas), yaitu mengacu pada gaya mengajar
dimana dimana guru terlibat aktiv mengusung isi pelajaran kepada muridnya dengan
mengajarkan secara langsung kepada seluruh kelas.[8]

C. LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN LANGSUNG


Pemikiran mendasar dari model pembelajaran langsung adalah bahwa siswa belajar
dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan tingkah laku guru. Atas dasar
pemikiran tersebut hal penting yang harus diingat dalam menerapkan model pembelajaran
langsung adalah menghindari penyampaian yang terlalu kompleks.
Diantara teori- teori belajar yang melandasi model pembelajaran Langsung adalah:
1. Teori Perkembangan Jean Piaget
Menurut Jean Piaget kemampuan untuk bergaul dengan hal-hal yang lebih
abstrak diperlukan untuk mencernakan gagasan- gasan dalam berbagai mata pelajaran
akademik.[9] Piaget meyakini bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi
lingkungan penting bagi terjadinya perubbahan perkembanagn peserta didik.
Dalam pembelajaran langsung guru menjelaskan materi dan melakukan pelatihan
terbimbing serta memberikan kesempatan siswa untuk mengadakan pelatihan mandiri sehingga
siswa dapat menemukan pengalaman- pengalaman nyata tentang suatu materi tertentu.
2. Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial yang digagas Albert
Bandura. Menurut Bandura sbagian besar manusi belajar melalui pengamatan secara selektiv
dan mengingat tingkah laku orang lain.[10]
Seorang belajar menurut Teori ini, dilakukan dengan mengamati tingkah laku orang
lain ( model), hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan dengan cara menghubungkan
pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-ulang kembali. Dengan
jalan ini memberikan kesempatan kepada orang tersebut untuk mengekspresikan tingkah laku
yang dipelajarinya. Dalam pembelajaran langsung pada fase kedua guru mendemonstrasikan
pembelajaran sehingga siswa mendapat pengalaman pembelajaran yang benar dan pada fase
kedua pengalaman yang telah diperoleh dipraktekkan siswa, meskipun tetap dalam
pengawasan guru.

D. TAHAP-TAHAP PEMBELAJARAN LANGSUNG


Salah satu karakteristik dari suatu model pembelajaran adalah adanya sintaks
atau tahapan-tahapan pembelajaran yang harus diperhatikan guru. Adapun Tahapan
atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai
berikut:[11]
Tahap Pertama : Orientation (Orientasi). Sebelum menyajikan dan menjelaskan
materi baru, akan sangat menolong siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran
dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat
berupa: (1) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (2) mendiskusikan atau
menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan penjelasan/arahan mengenai
kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan materi/konsep yang akan
digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan(5)
menginformasikan kerangka pelajaran.
Tahap Kedua: Presentation (Presentasi). Pada fase ini guru dapat menyajikan
materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi
dapat berupa: (1) penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi
dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek;(2) pemberian contoh-contoh
konsep; (3) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau
penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal
yang sulit.
Tahap Ketiga : Structured Practice (Latihan terstruktur). Pada fase ini guru
memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam
fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan
penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang
salah.
Tahap keempat: Guided Practice (Latihan terbimbing). Pada fase ini guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan.
Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengases/menilai
kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah
memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
Tahap Kelima: Independent Practice (Latihan mandiri). Pada fase ini siswa
melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika telah
menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan.
Sedangkan Borich mengemukakan sintak dalam pembelajaran langsung adalah
sebagai berikut:[12]
1. Reviu Harian
 Pengecekan pekerjaan yang lalu
 Pengarahan ulang
2. Penyajian bahan baru
 Memberi pandangan umum
 Menjabarkan langkah khusus
3. Membimbing kegiatan siswa
 Memberikan penegasan
 Memberikan umpan balik khusus
 Mengecek pengertian
 Melanjutkan kegiatan
4. Memberikan koreksi dan umpan balik
 Memberi koreksi
 Memberi umpan balik
5. Memberi latihan Bebas
6. Reviuw Mingguan dan Bulanan
Sejalan dengan Hal tersebut di atas, Soeparman Kardi dan M. Nur
mengelompokkan sintake dalam pembelajaran langsung ke dalam 5 Fase yaitu:[13]
Fase- Fase Perilaku Guru
Fase 1 Guru menjelaskan kompetensi dan tujuan
Menyampaikan Kompetensi dan Tujuan pembelajaran, informasi latar be;lakang
Pembelajaran serta mempersiapkan pelajaran, pentingnya pelajaran,
siswa mempersiapkan siswa untuk belajar
Fase 2 Guru mendemonstraasikan pengetahuan /
Mendemonstrasikan pengetahuan/ keterampilan yang benar atau
keterampilan menyajikan informasi tahap demi tahap
Fase 3 Guru merencanakan dan memberikan
Membimbing Pelatihan bimbingan pelatihan awal
Fase 4 Guru mengecek apakah siswa telah
Mengecek Pemahaman dan memberi berhasil melakukan tugas dengan baik,
Umpan Balik serta memberikan umpan balik
Fase 5 Guru mempersiapkan kesempatan
Memberikan kesempatan untuk pelatihan melakukan pelatihan lanjutan dengan
lanjutan dan penerapan perhatian khusus pada penerapan kepada
situasi lebih komplek dalam kehidupan
sehari-hari
Penjelasan dari Tabel Fase dan peran guru dalam Pembelajaran Langsung di
atas adalah:
a. Fase 1 = Memberitahukan Tujuan dan menyiapkan siswa
Kegiatan ini dilakukan untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta
memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran. (1) kegiatan
pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa; (2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan
pelajaran; (3) memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan
dilakukan; (4) menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan
kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan(5) menginformasikan
kerangka pelajaran.
b. Fase 2 = Presentasi dan Demonstrasi
Ada dua pengetahuan yang diberikan guru kepada siswa, Pertama, Pengetahuan
Deklaratif yaitu guru mempresentasikan informasi kepada siswa, keberhasilannya
terletak pada kemampuan guru dalam memberikan informasi dengan jelas dan
spesifik kepada siswa.[14]
Kedua, Pengetahuan Prosedural yakni guru mendemonstrasikan suatu konsep atau
keterampilan dengan berhasil. Dalam hal ini guru perlu sepenuhnya menguasai
konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan berlatih melakukan
demonstrasi untuk menguasai komponen-komponenya.[15]

c. Fase 3 = menyediakan latihan terbimbing


Prinsip-prinsip yang digunakan sebagai acuan bagi guru dalam melakukan pelatihan
terbimbing adalah:[16]
 Tugasi siswa melakukan latihan singkat, sederhana dan bermakna
 Berikan pelatihan sampai benar- benar menguasai konsep
 Guru harus pandai mengatur waktu selama pelatihan
 Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan
d. Fase 4 = Mengecek Pemahaman dan memberi Umpan balik
Pengecekan dan pemberian umpan balik dapat berupa pertanyaan kepada siswa dan
siswa memberi jawaban. Kemudian guru merespon kembali jawaban siswa tersebut.
Cara lain adalah dengan tes lisan maupun tertulis.
Agar umpan balik lebih efektif, ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan,
yaitu: [17]
 Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan
 Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik
 Konsentrasikan pada tingkah laku bukan maksud
 Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
 Berikan pujian pada hasil yang baik
 Jika umpan balik negative, tunjukkan bagaimana melakukan yang benar
 Bantu siswa memusatkan perhatian pada “proses” bukan “hasil”
 Ajari siswa cara memberikan umpan balik kepada diri sendiri dan bagaimana menilai
keberhasilan kinerjanya.
e. Fase 5 = memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan (mandiri) dan
penerapannya
Latihan mandiri yang diberikan kepada siswa sebagai fase akhir pelajaran pengajaran
langsung adalah pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah dan latihan mandiri dapat
digunakan untuk memperpanjang waktu belajar.[18]
Sebelum melaksanakan pembelajaran langsung guru perlu merencanakan proses
pembelajaran. Adapun tugas-tugas perencanaan guru adalah :[19]
a. Merumuskan Tujuan
Tujuan yang baik perlu berorientasi pada siswa yang spesifik, mengandung uraian
yang jelas tentang situasi penilaian (kondisi evaluasi), dan mengandung tingkat ketercapaian
kinerja yang diharapkan (kriteria keberhasilan).
b. Memilih Isi
Bagi guru pemula yang masih dalam proses penguasaan sepenuhnya materi ajar,
disarankan agar dalam memilih materi ajar mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan buku
ajar tertentu.[20]
c. Melakukan Analisis Tugas
Analisis tugas ini adalah alat yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi dengan
presisi yang tinggi hakikat yang setepatnya dari suatu keterampilan atau butir pengetahuan
yang terstruktur dengan baik, yang akan diajarkan oleh guru.
d. Merencanakan Waktu dan Ruang
Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh guru:
 Memastikan bahwa waktu yang disediakan sepadan dengan bakat dan kemampuan siswa
 Memotivasi siswa agar mereka tetap melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang
optimal.
E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG
Menurut Sudrajat, model explicit instruction memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan model explicit instruction :[21]
1. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi
dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus
mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
2. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
3. Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin
dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
4. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual
yang sangat terstruktur.
5. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-
keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
6. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif
singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
7. Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran
(melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme
siswa.
Sedangkan kelemahan model Direct instruction :
1. Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk
mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan,
mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal
tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
2. Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan
dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya
belajar, atau ketertarikan siswa.
3. Karena siswa hanya memiliki sedikit ksesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa
untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
4. Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran
ini bergantung pada image guru. Jika guru
tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat
menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.
5. Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali
guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi
karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif
terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa.
Berdasarkan kutipan diatas, maka penggunaan model Direct instructiondalam proses
pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan tersktruktur dimana isi materi penuh
disampaikan kepada anak didik dalam waktu yang relatif singkat
dan guru yang memiliki persiapan yang matang dalam penyampaian pelajaran
dapat menarik perhatian siswa. Namun tidak dipungkiri bahwa model Direct
instruction memiliki kelemahan yaitu ruang untuk siswa aktif memang terlalu
sempit yang berdampak tidak mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Walaupun Direct instruction memiliki kelemahan tidak mengembangkan keterampilan
sosial siswa tetapi itu tidak menjadi penghalang karena guru akan berperan aktif dalam
proses pengembangan diri setiap siswa untuk memperoleh hasil yang baik dengan
menggunakan pembelajaran ini.

F. CONTOH APLIKASI PEMBELAJARAN LANGSUNG


Banyaknya model pembelajaran yang dikembangkan para pakar tersebut tidaklah
berarti semua pengajar menerapkan semuanya
untuk setiap mata pelajaran karena tidak semua model cocok untuk
setiap topik atau mata pelajaran. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih model pembelajaran, yaitu: 1) tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, sifat
bahan/materi ajar, 2) Kondisi siswa, 3) Ketersediaan sarana-prasarana belajar.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pembelajaran langsung:
1. Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa.
2. Mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilan.
3. Membimbing pelatihan.
4. Mengecek dan memberikan umpan balik.
5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan.
Berpijak pada penjelasan di atas, maka rumpun mata pelajaran yang sesuai untuk model
pembelajaran langsung adalah MIPA (matematika, Fisika, Kimia). Sedangkan pada Mata
Pelajaran Agama Islam, maka Materi yang cocok dengan pembelajaran langsung ini
diantaranya:
 Materi Sholat
 Materi Taharah
 Materi Wudlu dan Tayammum
 Materi ibadah haji
 Dan lain-lain
Contoh aplikasi Direct Teaching pada Pembelajaran Agama Islam materi Wudlu bagi siswa
SD kelas 2
1. Fase Pertama, guru menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa mampu menyebutkan tata
cara berwudlu dan mempraktekkannya dengan benar. Pada tahap ini guru memberikan
deskripsi tentang pengertian wudlu, syarat sah dan syarat wajib berwudlu, rukun dan sunnah
wudlu serta hal-hal yang membatalkan wudlu.
2. Fase Kedua, guru mendemonstrasikan cara berwudlu melalui tepuk wudlu dan praktek
langsung
3. Fase Ketiga, guru membimbing dalam pelatihan berwudlu dengan memberikan instruksi
bertahap. Siswa mempraktekkan gerakan wudlu secara bersama- sama, tahap demi tahap sesuai
intruksi guru. Guru memastikan gerakan siswa tepat sesuai aturan yang benar.
4. Fase Keempat, guru mengecek pemahaman siswa dan memberi umpan balik tentang materi
wudlu yang diberikan. Misalnya dengan memberikan seatwork (latihan-latihan soal) atau
workbook (lembar kerja) seputar materi wudlu. Cara lain dengan Tanya jawab sesuai materi.
5. Fase kelima, guru memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dengan melalui tugas
rumah mengamati orang tua berwudlu setiap sebelum sholat dan menirunya.

PENUTUP
Model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang
dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedur yang terstruktur dengan baik yang
dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Adapun langkah atau sintaks dari pembelajaran langsung adalah:
Fase 1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
Fase 2. Mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilan.
Fase 3. Membimbing pelatihan.
Fase 4. Mengecek dan memberikan umpan balik.
Fase 5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan.
Pembelajaran langsung mempunyai keunggulan namun disisi lain ada keterbatasan
pada model ini. Diantaranya Relatif banyak materi yang bisa tersampaikan, dan Untuk hal-hal
yang sifatnya prosedural, model ini akan relatif mudah diikuti.
Pemikiran mendasar dari model pembelajaran langsung adalah bahwa siswa belajar
dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan tingkah laku gu ru. Atas dasar
pemikiran tersebut hal penting yang harus diingat dalam menerapkan model pembelajaran
langsung adalah menghindari penyampaian yang terlalu kompleks
Diantara Kekurangan/kelemahan model pembelajaran langsung adalah jika terlalu
dominan pada ceramah, maka siswa merasa cepat bosan.
Sebagai guru, hendaknya kita mempelajari berbagai macam model-model
pembelajaran dengan sungguh-sungguh, sehingga kita dapat mengaplikasikannya dalam
pembelajaran yang akan kita alami kemudian hari. Model pembelajaran sangat penting karena
dapat mempengaruhi keberhasilan pengajaran bagi guru, dan belajar bagi siswa. Penggunaan
model harus disesuaikan dengan keadaan sekolah, keadaan guru, keadaan siswa, serta
materi/kurikulum yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Bruce Joyce, Marsha Weil and Emily Calhoun, Models Of Teaching, (PHI Learning, tt
Hakim, Lukmanul, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: CV. Wacana Prima, 2009
Kardi, Soeparman dan Mohammad Nur, Pengajaran Langsung, Surabaya: PSMS Unesa, 2004
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosda Karya, 2009
Muijs, Daniel dan David Reynold, Terj. Nelly Prajitno, Effective Teaching,Teori dan
Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008
Prihatin, Eka, Guru Sebagai Fasilitator, (Bandung: Karsa Mandiri Persada, 2008
Sanjaya, Wina , Strategi Pembelajaran, (Bandung: Kencana Prenada Media Group, 2008
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima, 2009
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitis. (Jakarta:Prestasi Pustaka,
2011)
Trianto, Model Pembelajaran dalam Teori dan Praktek. jakarta:Prestasi Pustaka Publisher, 2007
Widianingsih, Dedeh, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Rizqi Press, 2010

http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.co.id/2015/06/model-pembelajaran-
langsung.html

MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG

Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang lebih berpusat pada guru dan
lebih mengutamakan strategi pembelajaran efektif guna memperluas informasi materi ajar.

- Macam-Macam Pembelajaran Langsung

Adapun macam-macam pembelajaran langsung antara lain :

1. Ceramah, merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seorang kepada
sejumlah pendengar.
2. Praktek dan latihan, merupakan suatu teknik untuk membantu siswa agar dapat menghitung
dengan cepat yaitu dengan banyak latihan dan mengerjakan soal.
3. Ekspositori, merupakan suatu cara penyampaian informasi yang mirip dengan ceramah,
hanya saja frekuensi pembicara/guru lebih sedikit.
4. Demonstrasi, merupakan suatu cara penyampaian informasi yang mirip dengan ceramah
dan ekspositori, hanya saja frekuensi pembicara/guru lebih sedikit dan siswa lebih banyak
dilibatkan.
5. Questioner
6. Mencongak

- Ciri-Ciri pada Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran langsung mempunyai ciri-ciri, antara lain :

1. Proses pembelajaran didominasi oleh keaktifan guru


2. Suasana kelas ditentukan oleh guru sebagai perancang kondisi.
3. Lebih mengutamakan keluasan materi ajar daripada proses terjadinya pembelajaran.
4. Materi ajar bersumber dari guru.

- Tujuan Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran langsung dikembangkan untuk mengefisienkan materi ajar agar sesuai dengan
waktu yang diberikan dalam suatu periode tertentu. Dengan model ini cakupan materi ajar yang
disampaikan lebih luas dibandingkan dengan model-model pembelajaran yang lain.

http://artikelin.blogspot.co.id/2012/10/model-pembelajaran-langsung-dan.html

Seperti yang telah diuraikan secara singkat pada artikel Mengenal Model Pembelajaran
Langsung, sintaks model pembelajaran langsung terdiri dari 5 fase (langkah), yaitu:
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mempresentasikan dan mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan
3. Membimbing pelatihan
4. Mencek pemahaman dan umpan balik
5. Memberi kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan

Nah, kelima fase atau langkah ini akan dibahas secara mendetail pada uraian di bawah ini.

1. Menyampaikan Tujuan Dan Mempersiapkan Siswa


Sebenarnya fase yang pertama dari model pengajaran langsung ini juga dilakukan pada model-
model pembelajaran yang lain, karena menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyiapkan
siswa untuk mengikuti pembelajaran adalah langkah pertama yang wajib dilakukan oleh setiap
guru.

Tujuan dari fase (langkah) pertama dari sintaks model pembelajaran langsung (direct instruction)
ini adalah untuk membuat perhatian siswa menjadi terpusat pada pembelajaran yang akan
dilaksanakan sehingga mereka selanjutnya akan memiliki motivasi belajar yang baik dalam
mengikuti pembelajaran. Ada 2 bagian dari fase ke-1 sintaks model pembelajarang langsung ini,
yaitu: (a) menyampaikan tujuan pembelajaran; dan (b) mempersiapkan siswa mengikuti
pembelajaran.

a. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran

Setiap guru wajib menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa selama atau
setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran. Dengan penyampaian tujuan pembelajaran
yang jelas dan lugas oleh guru maka siswa akan memiliki alasan mengapa mereka harus terlibat
secara aktif dalam kegiatan belajar. Selain itu, tentu saja membantu siswa untuk tahu persis apa
yang harus mereka kuasai dari kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan.

Bila siswa tahu apa yang akan mereka pelajari, maka mereka akan mencoba membuat
hubungan-hubungan materi pembelajaran itu dengan kehidupan mereka sendiri. Dengan
demikian, siswa akan berupaya untuk belajar dengan giat. Dengan mengetahui apa yang akan
dipelajari juga menolong siswa dalam menarik kembali pengetahuan awal (bekal awal) yang
telah mereka miliki dari sistem memori jangka panjang (long-term memory), di mana nantinya
bekal awal ini akan dipadukan dengan informasi dan hasil pengamatan yang diperoleh dari
presentasi dan demonstrasi yang dilakukan oleh guru selama kegiatan pembelajaran.

Untuk menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai secara lugas dan jelas, guru dapat
mengkomunikasikan tujuan tersebut di papan tulis, menjelaskan tahap-tahap kegiatan belajar
yang akan dilakukan, serta materi pembelajaran yang akan dipelajari. Bahkan lebih bagus lagi
apabila guru menjelaskan alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap tahap kegiatan belajar.
Melalui penjelasan guru inilah diharapkan siswa akan memiliki gambaran umum tentang
kegiatan belajar yang akan mereka ikuti, hingga tahap-tahap dan hubungan antar tahap-tahap
kegiatan belajar.

Guru dapat menulis, menempel di papan tulis, atau menyajikan slide dengan power point singkat
seperti contoh berikut:

Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat memfokuskan lensa mikroskop untuk melakukan pengamatan sel-sel tumbuhan

Kegiatan dan Alokasi Waktu:


 Pendahuluan, preview, penyampaian tujuan pembelajaran (3 menit)
 Rasional Pembelajaran (2 menit)
 Demonstrasi oleh guru tentang cara memfokuskan lensa mikroskop dan tanya jawab
(10 menit)
 Latihan memfokuskan lensa mikroskop oleh siswa dalam kelompok praktikum masing-
masing (20 menit)
 Kesimpulan/Rangkuman (3menit)
 Tugas Rumah / PR untuk pertemuan berikutnya (2 menit)

b. Mempersiapkan Siswa untuk Mengikuti Pembelajaran

Selain menyampaikan tujuan pembelajaran, hal kedua yang harus dilakukan guru adalah
menarik perhatian siswa. Guru harus memusatkan perhatian mereka sehingga mereka siap
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran penting sebab:
1) memudahkan siswa mengingat kembali pengetahuan yang telah mereka miliki (bekal awal)
yang ada kaitannya, yang terdapat di dalam sistem memori jangka panjang (long-term memory),
dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2) siswa masuk ke dalam kelas dengan berbagai macam pemikiran masing-masing. Pikiran-
pikiran ini perlu dihilangkan sehingga tidak mengganggu konsentrasi mereka selama mengikuti
kegiatan belajar nantinya.
3) membuat siswa menjadi termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan oleh guru.
Cara untuk mempersiapkan siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik sangat
variatif. Setiap guru akan mempunyai beragam ide untuk melaksanakan hal penting pada fase
pertama sintaks model pembelajaran langsung (direct instruction) ini. Makin kreatif guru, akan
makin bagus cara yang dilakukannya untuk mempersiapkan siswa.

2. Mempresentasikan dan Mendemontrasikan Pengetahuan atau Keterampilan


Agar guru berhasil melaksanakan fase kedua dari sintaks model pembelajaran langsung (direct
instruction) ini, maka guru perlu menerapkan teknik-teknik presentasi dan demonstrasi yang
efektif. Fase kedua sintaks model pembelajaran langsung ini (mempresentasikan dan
mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan) adalah fase yang sangat krusial.

a. Mempresentasikan Pengetahuan dengan Jelas

Apabila guru menyajikan informasi (pengetahuan) dengan jelas, maka dampaknya sangat besar
terhadap proses pembelajaran pada siswa. Penelitian telah banyak membuktikan hal ini.
Biasanya, kemampuan memberikan presentasi atau penyajian informasi yang jelas diperoleh
bersama waktu (pengalaman). Walaupun demikian, karena kemampuan mempresentasikan
informasi atau pengetahuan dengan jelas merupakan sebuah keterampilan, maka ini dapat
dipelajari dan dilatihkan oleh seorang guru muda (pemula) yang belum berpengalaman.

Syarat yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk mencapai kejelasan presentasi atau
penyajian informasi adalah: (1) menguasai teknik / keterampilan komunikasi dengan baik; dan
(2) menguasai sepenuhnya isi materi pembelajaran yang akan disajikan.

Selain kedua hal tersebut di atas, guru juga perlu melakukan perencanaan dan persiapan bila
akan melakukan presentasi. Berikut tips yang dapat digunakan agar sukses melakukan
presentasi:

1) Kejelasan tujuan dan poin -poin kunci.

Untuk mendapatkan hal ini, nyatakan tujuan presentasi dengan jelas. Buat fokus pada sebuah
titik (arah) dalam suatu waktu tertentu. Selalu berhati-hati saat presentasi agar tidak
menyimpang dari pokok pembicaraan (presentasi).

2) Presentasi dilakukan step by step (selangkah demi selangkah)

Caranya, buat presentasi dalam langkah-langkah kecil yang berurutan secara logis. Sajikan
terlebih dahulu outline (kerangka utama) bila bahan presentasi sangat kompleks.

3) Beri contoh kongkrit yang beragam dan pengulangan

Kejelasan presentasi dapat diperoleh melalui contoh kongkrit yang beragam, yang mudah
dipahami siswa. Bila perlu lakukan pengulangan untuk poin-poin sulit.

4) Cek pemahaman siswa

Sebelum melanjutkan presentasi pada langkah berikutnya, pastikan siswa telah paham langkah
sebelumnya. Gunakan pertanyaan agar siswa juga dapat memantau pemahaman mereka
masing-masing. Bila perlu minta siswa mengutarakannya dalam bahasa mereka sendiri.

b. Mendemontrasikan Keterampilan

Mendemonstrasikan suatu keterampilan adalah ruh dari model pembelajaran langsung yang
berpegang pada Teori Belajar Sosial (Teori Pemodelan Tingkah Laku). Asumsi dari teori belajar
pemodelan tingkah laku adalah, bahwasanya belajar dilakukan sesorang melalui proses
mengamati orang lain. Belajar dengan melakukan pemodelan (peniruan) akan sangat
mengehmat waktu, tenaga, biaya, bahkan menghindarkan pebelajar dari bahaya. Pebelajar tidak
perlu melakukan trial and error (coba-coba dan gagal).

Agar demonstrasi keterampilan yang dilakukan guru sukses, maka guru perlu memperhatikan 2
hal berikut: (1) melakukan demonstrasi keterampilan dengan benar; dan (2) berlatih sebelum
melakukan demonstrasi.

1) melakukan demonstrasi keterampilan dengan benar


Agar implementasi model pengajaran langsung (direct instruction) berhasil dilakukan guru harus
mendemonstrasikan keterampilan dengan benar (akurat). Melakukan demonstrasi secara akurat
bukan hal yang mudah. Untuk itu perlu diperhatikan tahapan-tahapan (komponen-komponen
bagian) keterampilan secara urut dan logis. Ini dapat dilakukan dengan analisis tugas (task
analyisis) saat guru merencanakan sebuah demonstrasi keterampilan yang rumit atau kompleks.

2) berlatih sebelum melakukan demonstrasi

Latihan yang dilakukan guru untuk melakukan demonstrasi suatu keterampilan akan membuat
pelaksanaan demonstrasi sukses. Latihan harus dilakukan oleh guru agar ia dapat yakin saat
mendemonstrasikan keterampilan tidak melakukan kesalahan. Semakin sulit dan kompleks
suatu keterampilan, semakin wajib guru melakukan latihan. Telah banyak penelitian
membuktikan, siswa tidak dapat melakukan suatu keterampilan kompleks dengan baik
dikarenakan guru kurang tepat atau kurang baik saat melakukan demonstrasi.

3. Membimbing Pelatihan
Fase ketiga sintak model pembelajaran langsung (direct instruction) adalah membimbing
pelatihan. Guru harus memberikan latihan terbimbing kepada siswa. Pada fase ini siswa tidak
sekedar berlatih saja, tetapi siswa harus berlatih di bawah bimbingan guru. Tujuan diberikan
pembimbingan adalah agar latihan yang dilakukan siswa dapat efektif. Setidaknya ada 4 (empat)
prinsip yang harus dipegang guru saat melakukan latihan terbimbing untuk siswanya, yaitu: (a)
latihan singkat tapi utuh; (b) keterampilan harus benar-benar dikuasai; (c) hati-hati terhadap
kelebihan dan kelemahan latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi
(distributed practice); dan (d) perhatikan tahap awal latihan.

a. Latihan Singkat Tapi Utuh

Suatu keterampilan yang baru dipelajari oleh siswa harus dilatihkan. Keterampilan yang sulit
atau kompleks perlu dilatihkan dengan cara disederhanakan, dilakukan secara singkat, akan
tetapi tetap utuh.

b. Keterampilan Harus Benar-Benar Dikuasai

Pada suatu keterampilan kompleks selalu terdapat sub keterampilan prasyarat. Misalnya, ketika
siswa belajar menggunakan mikroskop untuk melakukan pengamatan objek-objek berukuran
kecil, mereka terlebih dahulu harus menguasai sub keterampilan bagaimana memfokuskan lensa
mikroskop. Siswa tidak akan dapat melakukan pengamatan dengan mikroskop apabila lensa-
lensa mikroskop belum fokus. Sub keterampilan yang merupakan prasyarat bagi sub
keterampilan selanjutnya harus dilatihkan hingga benar-benar dikuasai oleh siswa. Bila tidak,
sia-sia saja guru melanjutkan untuk mengajarkan sub keterampilan berikutnya.

c. Latihan Berkelanjutan ( Massed Practice) Dan Latihan Terdistribusi


(Distributed Practice)

Bila suatu keterampilan amat kompleks dan rumit, maka dalam sekali kegiatan pembelajaran,
keterampilan itu tentu saja tak akan dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Karena itu diperlukan
latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi (distributed practice). Misalnya,
keterampilan menggunakan mikroskop dapat dilatihkan pada kegiatan-kegiatan belajar
selanjutnya di sepanjang semester atau tahun pembelajaran. Latihan dilakukan dengan tujuan
meningkatkan kemahiran mereka dengan meningkatkan tingkat kesulitan, dan juga dengan
membagi-bagi latihan ke dalam segmen-segmen. Hal ini perlu dilakukan karena bila suatu
keterampilan kompleks diajarkan dalam tempo yang lama tanpa berselang, maka siswa akan
bosan. Akibatnya latihan yang diberikan tidak lagi efektif.

d. Tahap Awal Latihan Sangat Penting


Perhatikan kemampuan siswa melakukan suatu keterampilan pada tahap-tahap awal. Ini sangat
penting karena siswa mungkin melakukannya tanpa sadar. Guru perlu memperbaiki
(membetulkan) kesalahan ini selagi masih di tahap awal, supaya lebih mudah terkoreksi.
Analoginya, lebih mudah meluruskan batang bambu yang masih muda dibandingkan batang
bambu yang sudah tua. Sebelum keterampilan yang keliru itu menjadi begitu terotomatisasi,
maka akan lebih mudah memperbaikinya.

4. Mencek Pemahaman dan Umpan Balik


Umpan balik amat diperlukan dan dilakukan pada fase keempat penerapan model pembelajaran
langsung (direct instruction). Pelatihan tidak akan efektif tanpa umpan balik dari siswa. Guru
harus menunjukkan di bagian mana kekeliruan itu, lalu mendemonstrasikan kembali bagaimana
seharusnya keterampilan itu dilakukan. Selain itu guru juga harus memberikan umpan balik
positif, sehingga kemampuan melakukan keterampilan yang sudah baik akan dipertahankan oleh
siswa.

Pengecekan pemahaman dapat dilakukan guru dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan.


Siswa diminta menjawab berdasarkan bahasa dan pemahaman mereka sendiri sehingga guru
dapat mengetahui hasil presentasi pengetahuan atau demonstrasi dan latihan-latihan yang telah
dilakukan.

5. Memberi Kesempatan Pelatihan Lanjutan dan Penerapan


Fase terakhir (kelima) dari sintaks model pembelajaran langsung adalah memberi kesempatan
pelatihan lanjutan dan penerapan kepada siswa. Jenis pelatihan lanjutan dan penerapan yang
sering diberikan oleh guru adalah pelatihan mandiri dalam bentuk penugasan rumah (PR).
Melalui pelatihan lanjutan siswa dapat berlatih secara mandiri untuk menerapkan keterampilan
yang baru diperolehnya. Pelatihan lanjutan sebenarnya juga dimaksudkan sebagai perpanjangan
waktu belajar di luar pembelajaran yang telah diberikan oleh guru di kelas.

Ada 3 hal yang dapat dijadikan panduan bagi guru saat memberikan pelatihan lanjutan dan
penerapan, yaitu: (a) PR bukan lanjutan proses pembelajaran; (b) memberi informasi kepada
orang tua siswa; dan (c) memberi umpan balik terhadap PR yang telah diberikan.

a. PR bukan lanjutan proses pembelajaran

Perlu dicatat, bahwa PR bukan kelanjutan dari sebuah proses pembelajaran yang dilakukan di
kelas. PR adalah latihan lanjutan, atau dapat juga difungsikan sebagai sarana untuk
mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran berikutnya.

b. Keterlibatan Orang Tua Siswa

Orang tua sebaiknya mengetahui sejauh mana mereka harus terlibat dalam PR yang diberikan
oleh guru. Guru perlu memberi tahu apakah orang tua membantu menjawabkan pertanyaan-
pertanyaan yang sulit ataukah hanya sekedar memberikan lingkungan belajar yang kondusif dan
memotivasi sehingga siswa dapat menyelesaikan PR yang diberikan.

c. Umpan Balik Terhadap PR yang Telah Diberikan

Umpan balik harus jelas. Guru tidak dapat hanya sekedar mencek apakah siswa mengerjakan
PR yang diberikan. Tetapi, guru juga harus betul-betul menelaahnya dengan baik, di mana
kelebihan siswa dan di mana kekurangan (kesulitan) yang masih dimiliki siswa. Bila guru hanya
mencek apakah siswa mengerjakan atau tidak PR yang diberikan, lambat laun siswa akan sadar
bahwa ia tidak perlu serius mengerjakan PR: cukup mengerjakan (yang penting mengerjakan)
atau sekedar menuliskan sesuatu di atas kertas, dan semuanya menjadi beres. Hasil telaah
penting untuk bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran berikutnya agar dapat sukses.

Pengertian Model Pengajaran Langsung


Model Pengajaran Langsung adalah Model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh
pengetahuan langkah demi langkah. Pengajaran langsung ini dilandasi pada teori perilaku belajar
yang berpandangan bahwa belajar tersebut bergantung pada pengalaman, termasuk pemberian
umpan balik. Penerapan teori perilaku dalam belajar adalah pemberian penguatan. Umpan balik
pada siswa dalam pembelajaran merupakan sebuah penguatan yang merupakan penerapan dari
teori perilaku tersebut.

Pada pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting dimana seorang guru dapat
mengawali pembelajaran dengan memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan latar
belakang pembelajaran serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan.

Pengajaran langsung dapat berupa ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek serta kerja
kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pembelajaran yang
ditransformasikan langsung oleh seorang guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan
untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang
dengan tepat waktu yang dibutuhkan. Adapun sintaks model pengajaran langsung sebagai
berikut.

Sintaks Model Pengajaran Langsung


Adapun sintaks ( en : syntax ) dari model pengajaran langsung adalah sebagai berikut ini :

Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa


Kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan dasar yang dimiliki siswa yang relevan
dengan pengajaran yang akan di berikan. Mendiskusikan atau menginformasikan tujuan
pembelajaran, menginformasikan materi atau konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang
akan dilakukan, memotivasi siswa.

Fase 2 : Mendemonstrasikan / mempresentasikan pengetahuan


dan keterampilan
Guru menyajikan materi, memberikan contoh konsep yang ada, memperlihatkan pemodelan /
peragaan keterampilan, serta menjelaskan ulang hal yang dianggap sulit bagi siswa atau kurang
dimengerti oleh siswa.

Fase 3 : Membimbing pelatihan


Guru membuat perencanaan dan memberi bimbingan pelatihan kepada siswa

Fase 4 : Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik


Guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, ini akan memberi
umpan balik kepada guru.

Fase 5 : Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan


dan penerapan
Guru kemudian mempersiapkan untuk melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus
pada penerapan untuk situasi yang lebih kompleks dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Secara umum tiap-tiap model pembelajaran tentu terdapat kelebihan-kelebihan yang membuat model
pembelajaran tersebut lebih baik digunakan dibanding dengan model pembelajaran yang lainnya. Seperti halnya
pada Model Direct Instruction atau model pembelajaran langsung pun mempunyai beberapa kelebihan yaitu
sebagai berikut:
1. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima
oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa
2. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil
3. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit
kepada siswa yang berprestasi rendah
4. Model Pembelajaran Direct Instruction menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) sehingga
membantu siswa yang cocok belajar dengan cara – cara ini. Dengan Ceramah dapat bermanfaat untuk
menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan
dalam menyusun dan menafsirkan informasi, serta untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia
secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini.
5. Model Pembelajaran Direct Instruction (terutama kegiatan demonstrasi) dapat memberikan tantangan untuk
mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan observasi. Dengan ini memungkinkan siswa untuk
berkonsentrasi pada hasil – hasil dari suatu tugas dan bukan teknik – teknik dalam menghasilkannya. Hal ini
penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas
tersebut
6. Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran
langsung digunakan secara efektif.
Selain memiliki kelebihan – kelebihan tersebut pembelajaran langsung juga memiliki kekurangan-
kekurangan diantaranya sebagai berikut:
1. Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan,
pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa
2. Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka
3. Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung
pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa
dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat
4. Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk
cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi
kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif
5. Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah
10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan

http://kumpulanilmukesahatan.blogspot.co.id/2015/05/kelebihan-dan-kekurangan-
model.html

Sejarah
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori belajar social dari Albert
Bandura. Pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang untuk
mengajarkan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang diajarkan
setahap demi setahap. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling, yaitu suatu
fase di mana Dosen memodelkan atau mencontohkan melalui demonstrasi bagaimana
suatu keterampilan itu dilakukan.
Pada saat Dosen melakukan modeling Mahasiswa melakukan pengamatan terhadap
keterampilan yang dimodelkan itu. Selanjutnya Mahasiswa diberi kesempatan untuk
meniru model yang dilakukan oleh Dosen melalui kesempatan latihan di bawah
bimbingan Dosen.
B. Definisi
Pembelajaran langsung adalah suatu proses dimana dalam melaksanakannya
dihadapkan pada contoh nyata. Pembelajaran ini dilakukan secara runtut dari awal
sampai akhir. Strategi pembelajaran langsung ini dirancang untuk mengenalkan siswa
terhadap mata pelajaran guna membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu, dan
merangsang mereka untuk berpikir. Siswa tidak bisa berbuat apa–apa jika pikiran
mereka jika dikembangkan oleh guru. Banyak guru yang membuat kesalahan dengan
mengajar, yakni sebelum siswa merasa terlibat dan siap secara mental guru langsung
memberikan materi pelajaran. Penggunaan beberapa strategi berikut ini akan
mengoreksi terjadi kecenderungan ini.
Menurut Silbernam (2006), strategi pembelajaran langsung melalui berbagai
pengetahuan secara aktif merupakan cara untuk mengenalkan siswa kepada materi
pelajaran yang akan diajarkan. Guru juga dapat menggunakannya untuk menilai tingkat
pengetahuan siswa sambil melakukan kegiatan pembentukan tim. Cara ini cocok pada
segala ukuran kelas dengan materi pelajaran apapun
C. Ciri-Ciri
Ciri-ciri pembelajaran langsung antara lain:
1. Adanya tujuan pembelajaran
2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
3. sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan
berhasilnya pembelajaran
D. Langkah-Langkah
I. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
Pada fase ini guru berperan dalam menjelaskan TPK, materi prasyarat, memotivasi
siswa dan mempersiapkan siswa.
II. Mendemonstrasi pengetahuan dan keterampilan.
Pada fase ini guru berperan dalam mendemonstrasikan keterampilan atau menyajikan
informasi tahap demi tahap.
III. Membimbing pelatihan.
Pada fase ini guru berperan memberikan latihan terbimbing
IV. Mengecek pemahaman dan memberikan umpanbalik.
Pada fase ini seorang guru berperan mengecek kemampuan siswa seperti memberi kuis
terkini dan memberi umpan balik seperti membuka diskusi untuk siswa.
V. Memberikan latihan dan penerapan konsep.
Pada fase ini guru berperan dalam mempersiapkn latihan untuk siswa dengan
menerapkan konsep yang dipelajari pada kehidupan sehari-hari.
E. Kelebihan dan Kelemahan
1. Kelebihan pembelajaran Langsung:
– Bagi siswa berkemampuan rendah bisa mengikuti pembelajaran karena dipantau
secara terus menerus.
– Situasi dan kondisi kels dapat terkontrol.
2. Kelemahan pembelajaran Langsung:
– Monoton jika penyampai kurang trampil dalam memberikan materi.
– Siswa kurang aktif.
F. Prinsip Dasar
Lima prinsip dasar yang dapat membimbing guru dalam merencana system penilaian
dalam model pembelajaran langsung yakni :
1. Sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Mencakup semua tugas pembelajaran.
3. Menggunakan soal tes yang sesuai.
4. Membuat soal sevalid (terukur) dan sereliabel (konsisten) mungkin.
Sumber : Kardi, S. dan Nur M. 2000a . Pengajaran Langsung. Surabaya : Universitas
Negeri Surabaya University Press.
Arends, R.I. 2001. Learning to Teach. New York:Mc graw Hill Companies, Inc.

https://gigyhardians.wordpress.com/2013/01/03/metode-pembelajaran-langsung/

PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION)

PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi

Dosen Pengampuh Dr. Suranto, M. Pd

Paper

Oleh:

NUR MA’RIFA 120210302087

KELAS B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS JEMBER

2014

1. Pengertian Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Model pembelajaran langsung atau Direct Instruction, juga dikenal dengan istilah strategi belajar
ekspositori dan whole class teaching.Pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran
yang terdiri dari penjelasan guru mengenai konsep atau keterampilan baru terhadap siswa. Menurut
Arends (dalam Trianto, 2009) adalah suatu model pembelajaran dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang
terstruktur dengan baik, dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi
selangkah.

Model pengajaran langsung (Direct Instruction) dilandasi oleh teori belajar perilaku yang
berpandangan bahwa belajar bergantung pada pengalaman termasuk pemberian umpan balik. Satu
penerapan teori perilaku dalam belajar adalah pemberian penguatan. Umpan balik kepada siswa
dalam pembelajaran merupakan penguatan yang merupakan penerapan teori perilaku tersebut.

Lebih lanjut Arends (2001) menyatakan: ”Direct instruction is a teacher-centered model that has
five steps: establishing set, explanation and/or demonstration, guided practice, feedback, and
extended practice a direct instruction lesson requires careful orchestration by the teacher and a
learning environment that businesslike and task-oriented”. Artinya: Pengajaran langsung adalah model
berpusat pada guru yang memiliki lima langkah: menetapkan tujuan, penjelasan dan/atau
demonstrasi, panduan praktek, umpan balik, dan perluasan praktek. Pelajaran dalam pengajaran
langsung memerlukan perencanaan yang hati-hati oleh guru dan lingkungan belajar yang
menyenangkan dan berorientasi tugas.

Sedangkan menurut Hamzah (2008) bahwa model pembelajaran langsung adalah program yang
paling efektif untuk mengukur pencapaian keahlian dasar, keahlian dalam memahami suatu materi
dan konsep diri sendiri. Model pembelajaran langsung ini sangat ditentukan oleh pendidik, artinya
pendidik berperan penting dan dominan dalam proses pembelajaran. Penyebutan ini mengacu pada
gaya mengajar di mana pendidik terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan
mengajarkannya kepada seluruh peserta didik dalam kelas. Sedangkan Joyce, Weil, Calhoun(1972)
berpendapat suatu model pembelajaran yang terdiri dari penjelasan guru mengenai konsep atau
keterampilan baru terhadap siswa.

Model pengajaran langsung memberikan kesempatan siswa belajar dengan mengamati secara
selektif, mengingat dan menirukan apa yang dimodelkan gurunya. Oleh karena itu hal penting yang
harus diperhatikan dalam menerapkan model pengajaran langsung adalah menghindari
menyampaikan pengetahuan yang terlalu kompleks. Di samping itu, model pengajaran langsung
mengutamakan pendekatan deklaratif dengan titik berat pada proses belajar konsep dan
keterampilan motorik, sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih terstruktur.

Guru yang menggunakan model pengajaran langsung tersebut bertanggung jawab dalam
mengidentifikasi tujuan pembelajaran, struktur materi, dan keterampilan dasar yang akan diajarkan.
Kemudian menyampaikan pengetahuan kepada siswa, memberikan permodelan/demonstrasi,
memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep/keterampilan yang telah
dipelajari, dan memberikan umpan balik.
2. Karakteristik Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Salah satu karakteristik dari suatu model pembelajaran adalah adanya sintaks/tahapan
pembelajaran. Selain harus memperhatikan sintaks, guru yang akan menggunakan pengajaran
langsung juga harus memperhatikan variabel-variabel lingkungan lain, yaitu fokus akademik, arahan
dan kontrol guru, harapan yang tinggi untuk kemajuan siswa, waktu dan dampak dari
pembelajaran. Joyce and Weil berpendapat beberapa keunggulan terpenting dari pembelajaran
langsung adalah adanya Fokus akademik merupakan prioritas pemilihan tugas-tugas yang harus
dilakukan siswa selama pembelajaran, aktivitas akademik harus ditekankan.

Pengarahan dan kontrol guru terjadi ketika memilih tugas-tugas siswa dan melaksanakan
pembelajaran, menentukan kelompok, berperan sebagai sumber belajar selama pembelajaran dan
meminimalkan kegiatan non akademik. Kegiatan pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan
sehingga guru memiliki harapan yang tinggi terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh
siswa. Dalam model pembelajaran langsung terdapat beberapa ciri-ciri khusus yang memberikan
keunggulan pada model ini. Adapun ciri-ciri tersebut, diantaranya:

a. Fokus akademik

Fokus akademik berarti prioritas tertinggi yang diletakkan dalam penugasan dan penyelesaian tugas
akademik. Dalam hal ini, penggunaan perangkat non akademik seperti misalnya mainan dan teka-teki
tidak terlalu ditekankan atau bahkan ditiadakan. Menurut beberapa para ahli, fokus yang kuat
terhadap masalah akademik menciptakan keterlibatan siswa yang semakin kuat dalam rangka
menghasilkan dan memajukan prestasi mereka (Fisher, Berliner, Filby, Marliave, Ghen, dan Dishaw,
1980; Madaus, Airasian, dan Kellaghan, 1980; Rosenshine, 1970, 1971, 1985).

b. Arahan dan kontrol guru

Kontrol dan arahan guru diberikan saat guru memilih dan mengarahkan tugas pembelajaran,
menegaskan peran inti selama memberi instruksi, dan meminimalisir jumlah percakapan siswa yang
tidak berorientasi akademik.

c. Harapan yang tinggi terhadap perkembangan siswa

Guru memiliki harapan besar kepada peserta didik serta concern dalam bidang tersebut akan
berupaya menghasilkan kemajuan akademik serta perilaku kondusif demi terciptanya kemajuan
dalam pendidikan.

d. Sistem manajemen waktu

Salah satu tujuan dari model pembelajaran langsung, yaitu memaksimalkan waktu belajar siswa.
Dalam hal ini, perilaku-perilaku guru yang tampak berhubungan langsung dengan waktu yang dimiliki
siswa dan rating kesuksesan dalam mengerjakan tugas, yang pada akhirnya juga berhubungan dengan
tingkat kemajuan prestasi siswa. Menurut Rosenshine (1970) siswa menghabiskan waktu 50% sampai
70% waktu untuk mengerjakan tugas seorang diri. Artinya, siswa dituntut untuk menyelesaikan tugas
dalam 50% sampai 70% dari jumlah waktu. Jika hal ini dimaksimalkan, akan berdampak pada kemajuan
prestasi siswa yang cukup signifikan.

e. Atmosfer akademik yang cukup netral

Lingkungan instruksi langsung adalah tempat dimana pembelajaran menjadi fokus utama dan tempat
diman siswa terlibat dalam tugas-tugas akademik dalam waktu tertentu dan mencapai rating
kesuksesan yang tinggi. Iklim sosial dalam lingkungan ini harus diciptakan secara positif dan bebas dari
pengaruh negatif. Dimana guru harus menghindari praktek-praktek negatif, seperti mencela perilaku
siswa.

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Langsung

Dalam setiap model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, pasti memiliki kelebihan dan
kelemahan. Tidak terkecuali model pembelajaran langsung. Adapun kelebihan dan kelemahan model
pembelajaran langsung, sebagai berikut:

a. Kelebihan

1) Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang
diterima oleh siswa sehingga guru dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai
oleh siswa.

2) Model Pembelajaran langsung (terutama kegiatan demonstrasi) dapat memberikan tantangan untuk
mempertimbangkan kesenjangan antara teori (hal yang seharusnya) dan observasi (kenyataan yang
terjadi).

3) Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran
langsung digunakan secara efektif. Karena disini, guru secara penuh memegang kendali siswa serta
menjadi guide bagi siswa untuk mencapai apa yang diharapkan.

b. Kelemahan

1) Dalam model pembelajaran langsung, guru sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan,
pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
Karena di dalam setiap kelas, terdapat bermacam-macam siswa yang memiliki tingkat intelegensi yang
berbeda-beda. Dan setiap siswa memiliki perlakuan yang berbeda pula. Jadi guru harus berpikir keras
untuk menemukan berbagai cara dalam mengatasi perbedaan-perbedaan di setiap siswa.

2) Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.

3) Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini
bergantung pada image guru. Artinya, guru harus memiliki kesiapan yang lebih dalam berhadapan
dengan siswa, lebih percaya diri, dan juga berpengetahuan yang luas pula. Selain itu, gaya
berkomunikasi guru juga mempengaruhi sukses tidaknya model ini. Jika hal ini tidak dicapai oleh guru,
maka pembelajaran akan terhambat, suasana kelas menjadi tidak kondusif, serta siswa akan menjadi
bosan.

4. Langkah-langkang atau Sintak Model Pembelajaran Langsung

Langkah-langkah atau sintak Pembelajaran langsung menurut Joyce & Weil (1972) terdiri
dari lima tahap-tahap, yang meliputi:

a. Orientasi
Dalam tahap ini, guru mulai membangun/membuat kerangka kerja pelajaran. Guru
menyampaikan harapan dan keinginannya, menjelaskan tugas-tugas yang ada dalam pembelajaran,
dan menentukan tanggung jawab siswa. Terdapat 3 langkah yang menjadi syarat untuk dapat
mencapai tujuan ini, yakni:

1) Guru memaparkan maksud dari pelajaran dan tingkat-tingkat performa dalam praktek.

2) Guru menggambarkan isi pelajaran dan hubungannya dengan pengalaman sebelumnya.

3) Guru mendiskusikan prosedur-prosedur pembelajaran.

b. Presentasi

Dalam tahap ini, guru menjelaskan konsep atau skill baru dan memberikan pemeragaan serta
contoh. Jika materi yang ada merupakan konsep yang baru, maka guru harus mendiskusikan
karakteristik-karakteristik dari konsep, aturan-aturan pendefinisian, dan beberapa contoh. Jika
materinya merupakan skill baru, maka guru harus menyampaikan langkah-langkah untuk memiliki skill
tersebut dengan menyajikan contoh di setiap langkah. Guru hendaknya mentransfer informasi materi
atau skill yang baru, baik secara lisan maupun visual, sehingga siswa akan dapat memiliki dan
mempelajari representasi visual sebagai referensi di awal pembelajaran. Selain itu, guru juga menguji
siswa dalam penguasaan informasi materi atau skill sebelum beralih ke tahap selanjutnya.

a. Praktek yang terstruktur

Dalam tahap ini, guru menuntun siswa melalui contoh-contoh praktek dan langkah-langkah
didalamnya. Biasanya, siswa menjalankan praktek dalam sebuah kelompok, kemudian menawarkan
diri untuk menulis jawaban. Cara yang paling efektif yaitu dengan menyajikan contoh praktek secara
transparan dan terbuka, sehingga semua siswa bisa melihat bagaimana tahap-tahap praktek dilalui.
Peran guru disini, yaitu memberikan respon balik terhadap respon siswa, baik untuk menguatkan
respon yang sudah tepat maupun memperbaiki kesalahan dan mengarahkan siswa pada performa
praktek yang tepat.

b. Praktek dibawah bimbingan guru

Dalam tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan praktek dengan
kemampuan sendiri. Praktek dibawah bimbingan dapat memudahkan guru dalam mempersiapkan
untuk mengembangkan kemamuan siswa dan menampilkan tugas pembelajaran. Hal ini biasa
dilakukan dengan meminimalisir jumlah dan ragam kesalahan yang dilakukan siswa. Peran guru dalam
tahap ini yaitu mengontrol kerja siswa dan memberikan respon balik yang bersifat korektif ketika
diperlukan.

c. Praktek mandiri

Dalam tahap ini, siswa melakukan praktek dengan caranya sendiri tanpa bantuan dan respon balik
dari guru. Adapun tahap ini dilakukan ketika siswa telah mencapai level akurasi 85% sampai 90% dalam
praktek dibawah bimbingan. Tujuan dari praktek mandiri adalah memberikan materi baru untuk
memastikan dan menguji pemahaman siswa terhadap praktek-praktek sebelumnya. Praktek mandiri
ini harus ditinjau sesegera mungkin setelah siswa menyelesaikan semua proses. Hal ini dilakukan
untuk memperkirakan dam mengetahui level akurasi siswa (stabil atau tidak), serta memberikan
respon balik yang bersifat korektif di akhir praktek kepada siswa yang membutuhkan. Aktivitas praktek
mandiri bisa dilakukan dengan waktu yang singkat namun dalam satu waktu.

5. Pelaksanaan Pembelajaran Langsung

Sebagaimana halnya setiap mengajar, pelaksanaan yang baik model pengajaran langsung
memerlukan tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang jelas dari guru selama berlangsungnya
perencanaan, pada saat melaksanakan pembelajaran, dan waktu menilai hasilnya. Ciri utama unik
yang terlihat dalam melaksanakan suatu pengajaran langsung adalan sebagai berikut.

a. Tugas-Tugas Perencanaan

Pengajaran langsung dapat diterapkan di bidang studi apa pun, namun model ini paling sesuai
untuk mata pelajaran yang berorientasi pada penampilan atau kinerja seperti menulis, membaca,
matematika, musik, dan pendidikan jasmani. Di samping itu pengajaran langsung juga cocok untuk
mengajarkan komponen-komponen keterampilan dan mata pelajaran sejarah dan sains.

1) Merumuskan Tujuan, dapat digunakan Model Mager dalam Kardi dan Nur (2000:18). Mager
mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran khusus harus sangat spesifik. Tujuan yang ditulis dalam
format Mager dikenal sebagai tujuan perilaku dan terdiri dari tiga bagian: Perilaku siswa, Situasi
pengetesan dan Kriteria kinerja.

2) Memilih Isi, kebanyakan guru pemula meskipun telah beberapa tahun mengajar, tidak dapat
diharapkan akan menguasai sepenuhnya materi pelajaran yang diajarkan. Bagi mereka yang masih
dalam proses menguasai sepenuhnya materi ajar, disarankan agar dalam memilih materi ajar
mengacu pada GBPP kurikulum yang berlaku, dan buku ajar tertentu Kardi dan Nur 2000:20).

3) Melakukan Analisis Tugas, analisis tugas ialah alat yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi
dengan presisi yang tinggi hakikat yang setepatnya dari suatu keterampilan atau butir pengetahuan
yang terstruktur dengan baik, yang akan diajarkan guru. Ide yang melatar belakangi analisis tugas
ialah, bahwa informasi dan keterampilan yang kompleks tidak dapat dipelajari semua dalam kurun
waktu tertentu.

4) Merencanakan Waktu dan Ruang, pada suatu pengajaran langsung, merencanakan dan mengelola
waktu merupakan kegiatan yang sangat penting. Ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh guru: (1)
bakat dan kemampuan siswa, (2) memotivasi siswa agar mereka tetap melakukan tugas-tugasnya
dengan perhatian yang optimal.

b. Langkah-langkah Pembelajaran Model Pengajaran Langsung

Langkah-langkah pembelajaran model langsung pada dasarnya mengikuti pola-pola


pembelajaran secara umum. Menurut Kardi dan Nur (2000:27-43), langkah-langkah pengajaran
langsung meliputi tahapan sebagai berikut:

1) Menyampaikan Tujuan dan Menyiapkan Siswa

2) Menyampaikan Tujuan
3) Menyiapkan Siswa

4) Presentasi dan Demonstrasi

5) Mencapai Kejelasan

6) Melakukan Demontrasi

7) Mencapai Pemahaman dan Penguasaan

8) Berlatih

9) Memberikan Latihan Terbimbing

10) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik

11) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri

Berikut contoh materi dari pembelajaran langsung dengan menggunakan model pembelajaran
langsung:

Standar Kompetensi Memahami Prinsip Dasar Ilmu Sejarah

Kompetensi Dasar Menjelaskan Pengertian dan Ruang Lingkup Sejarah

Indikator Mendeskripsikan sejarah sebagai peristiwa,kisah, ilmu, dan


seni

Langkah Kegiatan 1. Kegiatan Pendahuluan

a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk


mengikuti proses pembelajaran

b. memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai


manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-
hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal,
nasional dan internasional;

c. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan


pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari;

d. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar


yang akan dicapai; dan menyampaikan cakupan materi
dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

2. Kegiatan Inti
a. Sikap

Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu


alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari
menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga
mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi
pada tahapan kompetensi yang mendorong siswa untuk
melakuan aktivitas tersebut.

b. Pengetahuan

Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui,


memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar dalam
domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan
kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain
keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik,
tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk
menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta
didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik
individual maupun kelompok, disarankan menggunakan
pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya
berbasis pemecahan masalah (project based learning).

c. Keterampilan

Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati,


menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.
Seluruh isi materi (topik dan subtopik) mata pelajaran
yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong siswa
untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan.
Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu
melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar
berbasis
penyingkapan/penelitian(discovery/inquirylearning) dan
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning).

3. Kegiatan Penutup

a. Seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil


yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama
menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung
dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;

b. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil


pembelajaran;
c. Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian
tugas, baik tugas individual maupun kelompok; dan

d. Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk


pertemuan berikutnya.

6. Implementasi Pembelajaran Langsung dalam Pembelajaran Sejarah

a. Tahap Pertama: Orientasi

1) Guru menentukan materi pelajaran: menjelaskan pengertian dan ruang lingkup sejarah dengan cara
ceramah dan menjelaskan pengertian sejarah kepada peserta didik.

2) Guru meninjau pelajaran sebelumnya: menanyakan kembali materi sebelumnya dengan adanya
umpan balik antar guru dan siswa.

3) Guru menetukan tujuan pelajaran: menjelaskan cakupan materi yang akan di bahas.

4) Guru menentukan prosedur pengajaran: guru menjelaskan prosedur-prosedur materi pelajaran


sejarah dalam pembelajaran yang telah berlangsung.

b. Tahap Kedua: Presentasi

1) Guru menjelaskan konsep atau ketrampilan baru: guru menjelaskan sejarah sebagai peristiwa,kisah
,ilmu, dan seni. Serta guru memberikan contoh kepada siswa.

2) Guru menyajikan representasi visual atau tugas yang di berikan: guru menjelaskan dengan cara
ceramah.

3) Guru memastikan pemahan: untuk memastikan pemaham yang sudah di jelaskan guru menanyakan
kembali kepada peserta didik apa tadi yang sudah di jelaskan mengenai pengertian sejarah.

c. Tahap Ketiga: Praktek yang Terstruktur

1) Guru menentukan kelompok siswa dengan contoh praktik dalam beberapa langkah: guru menjelaskan
aturan-aturan dalam praktek dengan cara terstruktur.

2) Siswa merespon pertanyaan: ketika guru memberikan pertanyaan yang terkait dengan pengertian
sejarah kepada siswa, siswa merespon dengan pertanyaan.

3) Guru memberikan koreksi terhadap kesalahan dan memperkuat praktik yang telah benar: adanya
umpan balik antar guru dan siswa agar siswa dapat memahami apa yang sudah di praktikkan oleh
siswa.

d. Tahap Keempat: Praktek di Bawah Bimbingan Guru

1) Siswa berpraktik secara semi-independen: siswa melakukan peraktik dengan kemauan mereka sendiri.
2) Guru menggilir siswa untuk melakukan praktik dan mengamati praktik: dalam hal ini peran guru
mengontrol siswa, dan juka dibutuhkan, memberikan respons yang korektif ketika di butuhkan.

3) Guru memberikan tanggapan balik berupa pujian, bisikan, maupun petunjuk.

e. Tahap Kelima: Praktik Mandiri

1) Guru melakukan praktik secara mandiri di rumah atau di kelas: dalam hal ini guru memberikan
kesempatan latihan mandiri yang terkait dengan pengertian sejarah.

2) Guru menunda respons balik dan memberikannya di akhir rangkaian praktik: dalam hal ini guru
memberikan respon balik pada akhir parktik yang sudah dilakukan oleh siswa.

3) Praktik mandiri dilakukan beberapa kali dalam periode yang lama: praktik mandiri memerlukan jangka
waktu yang lama dalam hal pemahan materi.

7. Alasan Pemilihan Model Pembelajaran Langsung

Alasan saya karena model pembelajaran ini efektif untuk mengukur pencapaian kompetensi
dasar yang ada dalam kurikulum 2013, keahlian dalam memahami suatu materi dan konsep menurut
pemikirannya sendiri. Dalam pelaksanaan pembelajaran ini berlandaskan teori yang berpandangan
bahwa belajar bergantung kepada pengalaman peserta didik. Pengajaran pada model ini
mengutamakan pada pendekatan secara deklaratif dengan titik berat pada proses belajar konsep dan
keterampilan peserta didik sehingga dapat menciptakan suasana pembelajarn yang lebih terstruktur
sesuai dengan sifat pelajaran sejarah yang diakronis dan sinkronik. Selain peserta didik, pendidik harus
aktif juga dalam proses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas karena di sini pendidik di jadikan
contoh bagi peserta didik.

Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) merupakan salah satu pendekatan mengajar
yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan
deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan
pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Dengan penerapan model pembelajaran ini
peserta didik diberikan kesempatan untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan
berkomunikasi dengan cara melakukan umpan balik tentang materi yang telah dipelajarinya. Prioritas
dalam pembelajaran langsung ini adalah fous pada akademik artinya dalam pemilihan tugas-tugas
harus memiliki milai akademik yang dapat berarti bagi peserta didik.

http://nurmarifa8.blogspot.co.id/2014/12/pembelajaran-langsung-direct-instruction.html

tujuan dan Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi


mempersiapkan siswa latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar
Fase 2 Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan
Mendemostrasikan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap
pengetahuan dan
keterampilan
Fase 3 Guru merencanakan dan memberi bimbingan
Membimbing pelatihan pelatihan awal
Fase 4 Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan
Mengecek pemahaman tugas dengan baik, memberi umpan balik.
dan memberikan
umpan balik
Fase 5 Guru mempersiapkan kesempatan melakukan
Memberikan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada
kesempatan untuk penerapan kepada situasi lebih kompleks
pelatihan lanjut dan dalamkehidupan sehari-hari.
penerapan

Pada fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap menerima presentasi materi pelajaran
yang dilakukan melalui demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan
pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap
keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu
mencoba memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan
yang dipelajari kedalam situasi kehidupan nyata.
Langkah-langkah spesifik pembelajaran langsung, yaitu :
a. Menyiapkan Siswa
Tujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka
untuk berperan serta dalam pelajaran itu.
b. Menyampaikan Tujuan
Penyampaian tujuan kepada siswa dapat dilakukan guru melalui rangkuman rencara pembelajaran
dengan cara menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi tertulis pada papan bulletin,
yang berisi tahap-tahap dan isinya, serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap.
c. Menyiapkan Siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok
pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya, yang relevan
dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari.
d. Presentasi dan Demonstrasi
Kunci untuk berhasil ialah mempresentasikan informasi sejelas mungkin dan mengikuti langkah-
langkah demonstrasi yang efektif.
e. Mencapai Kejelasan
Kemampuan guru untuk memberika informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai
dampak yang positif terhadap proses belajar siswa. Sementara itu, para peneliti dan pengamat
terhadap guru pemula dan belum berpengalaman menemukan banyak penjelasan yang kabur dan
membingungkan. Hal ini pada umumnya terjadi pada saat guru tidak menguasai sepenuhnya isi pokok
bahasan yang dikerjakannya, dan tidak menguasai teknik komunikasi yang jelas.
f. Melakukan Demonstrasi
Agar dapat mendemonstrasikan suatu konsep atau keterampilan dengan berhasil, guru perlu
dengan sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan berlatih
melakukan demonstrasi untuk menguasai komponen-komponennya.
g. Mencapai Pemahaman dan Penguasaan
Untuk menjamin agar siswa akan mengamati tingkah laku yang benar dan bukan sebaliknya, guru
perlu benar-benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap demonstrasi.
h. Berlatih
Agar dapat mendemostrasikan sesuatu dengan benar diperlukan latihan yang intensif, dan
memperhatikan aspek-aspek penting dari keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan

7. Tugas-Tugas Perencanaan
Sebelum melaksanakan pembelajaran langsung guru perlu merencanakan proses pembelajaran.
Adapun tugas-tugas perencanaan guru adalah :
a. Merumuskan Tujuan
Menurut Mager tujuan yang baik perlu berorientasi pada siswa yang spesifik, mengandung
uraian yang jelas tentang situasi penilaian (kondisi evaluasi), dan mengandung tingkat ketercapaian
kinerja yang diharapkan (kriteria keberhasilan).
b. Memilih Isi
Bagi guru pemula yang masih dalam proses penguasaan sepenuhnya materi ajar, disarankan
agar dalam memilih materi ajar mengacu pada GBPP kurikulum yang berlaku, dan buku ajar tertentu
(Kardi & Nur,2000:20).

c. Melakukan Analisis Tugas


Analisis tugas ini adalah alat yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi dengan presisi
yang tinggi hakikat yang setepatnya dari suatu keterampilan atau butir pengetahuan yang terstruktur
dengan baik, yang akan diajarkan oleh guru.
d. Merencanakan Waktu
Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh guru:
 Memastikan bahwa waktu yang disediakan sepadan dengan bakat dan kemampuan siswa
 Memotivasi siswa agar mereka tetap melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang optimal.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhirnya yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode
dan teknik pembelajaran.
Macam-macam model pembelajaran diantaranya adalah model pembelajaran
kontekstual, Pembelajaran Langsung, Pembelajaran Kooperatif, Pembelajaran, Berdasarkan
Masalah, Pembelajaran Diskusi Kelas, Pembelajaran Inkuiri atau Belajar Melalui Penemuan,
dan Model OME-AKE.
Model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang
khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif
dan pengetahuan prosedur yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola
kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Ciri-ciri model pembelajaran langsung adalah 1)Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model
pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar 2)Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan
pembelajaran, dan 3)Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar
Teori yang melandasi pembelajaran langsung adalah teori belajar sosial yang juga disebut belajar
melalui observasi. Tokoh penyumbang dasar pengembangan model pembelajaran langsung adalah
Arends, John Dolard, Neal Miller, dan Albert Bandora yang percaya bahwa sebagian besar manusia
belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain.
Adapun jenis – jenis pembelajan langsung diantaranya ceramah, praktek, ekspositori, demonstrai,
kuesioner dan mencongak.
Langkah atau sintaks dari pembelajaran langsuns adalah:
Fase 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Fase 2: Mendemostrasikan pengetahuan dan keterampilan
Fase 3: Membimbing pelatihan
Fase 4: Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Fase 5: Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjut dan penerapan
B. SARAN
Sebagai calon guru, hendaknya kita mempelajari berbagai macam model-model
pembelajaran denagn sungguh-sungguh, sehingga kita dapat mengaplikasikannya dalam
pembelajaran yang akan kita alami kemudian hari. Model pembelajaran sangat penting
karena dapat mempengaruhi keberhasilan pengajaran bagi guru, dan belajar bagi siswa.
Penggunaan model harus disesuaikan dengan keadaan sekolah, keadaan guru,
keadaan siswa, serta kurikulum yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
http://bahtiar2385.wordpress.com
http://foto1.detik.com
http://one.indoskripsi.com
http://info.g.excess.com
http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/model-pengajaran-langsung.html

http://anggianggraeni26.blogspot.co.id/2016/01/pembelajaran-langsung.html
a. Definisi/Konsep
Model Discovery Learning adalah didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran
dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri.
Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be
defined as the learning that takes place when the student is not presented
with subject matter in the final form, but rather is required to organize
it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Ide dasar Bruner
ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan
aktif dalam belajar di kelas.
Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan
hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu
terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui
observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses
tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri
adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the
mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri
(inquiry). Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada kedua istilah ini, pada
Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau
prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan
discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan
kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan
pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus
mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan
temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian.

Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap


siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk
menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu
siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery
Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan
eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau
pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti
ini bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik
dan lebih kreatif. Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif
harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan
tingkat perkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran
bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir
(merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat
perkembangannya.

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga


tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactive,
iconic, dan symbolic. Tahap enaktive, seseorang melakukan aktivitas-
aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya, artinya,
dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan
motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui
gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami
dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan
perbandingan (komparasi). Tahap symbolic, seseorang telah mampu
memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi
oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami
dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika,
matematika, dan sebagainya.

Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol.


Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan
sistem simbolnya. Secara sederhana teori perkembangan dalam fase
enactive, iconic dan symbolic adalah anak menjelaskan sesuatu melalui
perbuatan (ia bergeser ke depan atau kebelakang di papan mainan untuk
menyesuaikan beratnya dengan berat temannya bermain) ini fase
enactive. Kemudian pada fase iconic ia menjelaskan keseimbangan pada
gambar atau bagan dan akhirnya ia menggunakan bahasa untuk
menjelaskan prinsip keseimbangan ini fase symbolic (Syaodih, 85:2001).

Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan


sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat
membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan
tujuan (Sardiman, 2005:145). Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan
belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Dalam
metode Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk
akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun
informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat
kesimpulan.

b. Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil


Pembelajaran.
Berdasarkan fakta dan hasil pengamatan, penerapan
pendekatan Discovery Learning dalam pembelajaran memiliki kelebihan-
kelebihan dan kelemahan-kelemahan, antara lain :

1) Kelebihan Penerapan Discovery Learning.

 Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan


keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha
penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang
tergantung bagaimana cara belajarnya.
 Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan
ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
 Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
 Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan
sesuai dengan kecepatannyasendiri.
 Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri
dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
 Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh
kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
 Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak
sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
 Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan)
karena mengarah padakebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
 Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
 Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada
situasi proses belajar yang baru.
 Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
 Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis
sendiri.
 Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
 Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
 Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya.
 Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
 Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis
sumber belajar.
 Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

2) Kelemahan Penerapan Discovery Learning.

 Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.


Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak
atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-
konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustasi.
 Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka
menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
 Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar
berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-
cara belajar yang lama.
 Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan
pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep,
keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat
perhatian.
 Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk
mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
 Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang
akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh
guru.

c. Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses


Pembelajaran.
Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan Discovery Learning di
kelas,ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan
belajar mengajar secara umum antara lain sebagai berikut :
1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan tanda tanya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Di
samping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan
pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

2) Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)


Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian
salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban
sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244). Permasalahan
yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan,
atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas
pertanyaan yang diajukan.
Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis
permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna
dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu
masalah.

3) Data Collection (Pengumpulan Data)


Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada
para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang
relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah,
2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis.
Dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan
(collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba
sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar
secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan
permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja
siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

4) Data Processing (Pengolahan Data)


Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya,
semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu
dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
tertentu (Djamarah, 2002:22). Data processing disebut juga dengan
pengkodean/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep
dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan
pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu
mendapat pembuktian secara logis.

5) Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah,
2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar
akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada,
pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian
dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

6) Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)


Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi
(Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan
prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik
kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang
menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah
atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang,
serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-
pengalaman itu.

d. Penilaian pada Model Pembelajaran Discovery Learning.


Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat
dilakukan dengan menggunakan tes maupun nontes, sedangkan
penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap,
atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penilaiannya berupa
penilaian kognitif, maka dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk
penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil
kerja siswa dapat menggunakan nontes.

Jangan lupa kunjungi juga postingan tentang :


1. PENGERTIAN PENILAIAN AUTENTIK
2. PENILAIAN AUTENTIK DAN BELAJAR AUTENTIK
3. PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
4. MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING
5. BURSA JUAL BELI MOBIL BEKAS DI BALI

Demikian, semoga bermanfaat dan mohon maaf kalau ada kekurangan


maupun tulisan yang kurang berkenan dalam menyajikan postingan
tentang Pembelajaran Model Discovery Learning ini.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Read more : http://www.ekaikhsanudin.net/2014/12/pembelajaran-model-


discovery-learning.html#ixzz4qJY9Q4OP
Under Creative Commons License: Attribution
Follow us: @ekaikhsanudin on Twitter | blog.ekaikhsanudin on Facebook
MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING ATAU
PENEMUAN
Posted by PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN on Jumat, 24 Juni 2016

A. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning atau Penemuan

Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning atau


Penemuanadalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi apabila materi
pembelajaran tidak disajikan dengan dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan peserta didik itu sendiri yang
mengorganisasi sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Bruner,
bahwa: “
Discovery Learning can be defined as the learning that takes place
when the
student is not presented with subject matter in the final form, but
rather is required to organize it him self
” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103).

Dasar pemikiran Bruner tersebut adalah pendapat dari Piaget yang


menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.
Bruner memakai metode yang disebutnya Discovery Learning,
dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan
suatu bentuk akhir (Dalyono, 1996:41).

Sedangkan menurut Budiningsih, (2005:43) Pengertian Model


Pembelajaran Discovery Learning atau Penemuan diartikan pula sebagai
cara belajar memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif
untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery
terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses me
ntalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery
dilakukan melalui observasi,
klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan daninferi. Proses tersebut
oleh Robert B. Sund (Malik, 2001:219) disebut cognitive process sedangkan
discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps
and principles in the mind

Model Pembelajaran Discovery Learning atau Penemuan merupakan


Salah Model yang Menuntut Siswa Aktif

Sebagai strategi belajar, Model Pembelajaran Discovery Learning


mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan
Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga ist
ilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya
konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui.

Perbedaannya dengan discovery learning dengan inkuiri learning ialah


bahwa pada discovery masalah yang dihadapi siswa atau peserta didik
adalah semacam masalah yang direkayasa oleh guru,
sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga s
iswa harus
mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatk
an temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian.
Sedangkan Perbedaannya dengan discovery learning dengan Problem
Solving. Pada model Problem Solving lebih memberi tekanan pada
kemampuan menyelesaikan masalah.

Prinsip belajar yang nampak jelas dalam Discovery Learning adalah


materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan
dalam bentuk final akan tetapi
siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa ya
ng ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri
kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka
ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.

Dengan mengaplikasikan metode Discovery Learning secara berulang-


ulang dapat
meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkuta
n. Penggunaan metode / model
Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menja
di aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke
student oriented. Mengubah modus Ekspositori
siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke
modus Discovery siswa menemukan informasisendiri.

Dalam Konsep Belajar, sesungguhnya metode Discovery Learning


merupakan pembentukan kategori-kategori atau konsep-
konsep, yang dapat memungkinkan
terjadinya generalisasi. Sebagaimana teori Bruner tentang kategorisas
i yang Nampak dalam Model Pembelajaran Discovery, bahwa Discovery
adalah pembentukan kategori-kategori, atau lebih sering disebut
sistem-sistem coding. Pembentukan kategori-kategori dan sistem-
sistem coding dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi (similaritas &
difference) yang terjadi diantara obyek-obyek dan kejadian-kejadian
(events).

Bruner memandang bahwa suatu konsep atau kategorisasi memiliki lima


unsur, dan siswa
dikatakan memahami suatu konsep apabila mengetahui semua unsur
dari konsep itu, meliputi: 1) Nama; 2) Contoh-
contoh baik yang positif maupun yang negatif; 3)
Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak; 4) Rentangan karakteri
stik; 5) Kaidah (Budiningsih, 2005:43). Bruner menjelaskan bahwa
pembentukan konsep merupakan dua
kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir
yang berbeda pula.
Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan menem
patkan contoh-contoh (obyek-obyek atau peristiwa-
peristiwa) ke dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria tertentu.

Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari


tiap siswa, dan
mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menu
njang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa
pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan
Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat
melakukan eksplorasi, penemuan-
penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian
yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini be
rtujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan
lebih kreatif.

Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berd
asarkan pada
manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan ko
gnitif siswa.
Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampua
n siswa dalam berpikir
(merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat
perkembangannya.

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tig


a tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu:
enactive, iconic, dan symbolic. Tahap
enaktive, seseorang melakukan aktivitas-
aktivitas dalam upaya untuk memahami
lingkungan sekitarnya, artinya, dalam
memahami dunia sekitarnya anak menggunakan
pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan,
dan sebagainya. Tahap iconic, seseorang memahami objek-
objek atau dunianya melalui gambar-gambar
dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarny
a anak belajar
melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi)
.Tahap symbolic, seseorang telah mampu memiliki ide-
ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dala
m memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-
simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.

Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Sem


akin matang
seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbol
nya. Secara
sederhana teori perkembangan dalam faseenactive, iconicdansymboli
cadalah anak menjelaskan sesuatu melalui perbuatan (ia bergeser ke
depan atau kebelakang di papan
mainan untuk menyesuaikan beratnya dengan berat temannya berm
ain) ini fase enactive. Kemudian pada faseiconic
ia menjelaskan keseimbangan pada gambar atau
bagan dan akhirnya ia menggunakan bahasa untuk menjelaskan pri
nsip keseimbangan ini fasesymbolic(Syaodih, 85:2001).
Dalam mengaplikasikan Model Pembelajaran Discovery Learning atau
Penemuan guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana
pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiata
n belajar siswa
sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005:145). Kondisi seperti ini ingin
merubah kegiatan belajar mengajar yangteacher orientedmenjadistudent
oriented.

Hal yang menarik dalam pendapat Bruner yang menyebutkan: hend


aknya guru harus
memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorangproblem s
olver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Dalam metode
Discovery Learning bahan ajar
tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan
berbagai kegiatan
menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganal
isis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat
kesimpulan-kesimpulan. Hal tersebut memungkinkan murid-murid
menemukan arti bagi diri mereka sendiri, dan
memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-
konsep di dalam bahasa yang
dimengerti mereka. Dengan demikian seorang guru dalam aplikasi
metode Discovery Learning harus dapat menempatkan siswa pada
kesempatan-kesempatan dalam belajar yanglebih mandiri. Bruner
mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik
dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu
konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-
contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41).

Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam metode Discovery Learning


menurut Bruner
adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya
untuk menjadi seorang problem solver, seorang
scientist, historian, atauahli matematika. Melalui
kegiatan tersebut siswa akan menguasainya, menerapkan, serta men
emukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.

Karakteristik yang paling jelas mengenai Discovery


sebagai metode mengajar ialah bahwa sesudah tingkat-
tingkat inisial (pemulaan) mengajar, bimbingan guru hendaklah
lebih berkurang dari pada metode-
metode mengajar lainnya. Hal ini tak berarti bahwa
guru menghentikan untuk memberikan suatu bimbingan setelah pro
blema disajikan
kepada pelajar. Tetapi bimbingan yang diberikan tidak hanya dikura
ngi direktifnya melainkan pelajar diberi responsibilitas yang lebih besar
untuk belajar sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, pengertian Model Pembelajaran Discovery


Learning atau Penemuan adalah pembelajaran untuk menemukan
konsep, makna, dan hubungan kausal melalui pengorganisasian
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik.
B. Ciri dan Karakteristik Model Pembelajaran Discovery Learning atau
Penemuan

Tiga ciri utama belajar dengan Model Pembelajaran Discovery Learning


atau Penemuan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk
menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2)
berpusat pada peserta didik; (3) kegiatan untuk menggabungkan
pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.

Model Pembelajaran Discovery Learning atau Penemuan Menjadi Salah


Satu Pilihan dalam Implementasi Kurikulum 2013
Karakteristik dari Model Pembelajaran Discovery Learning atau Penemuan
a) Peran guru sebagai pembimbing;

b) Peserta didik belajar secara aktif sebagai seorang ilmuwan;

c) Bahan ajar disajikan dalam bentuk informasi dan peserta didik melakukan
kegiatan menghimpun, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
serta membuat kesimpulan.

C. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Discovery Learning

1. Kelebihan Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning atau


Penemuan

a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-


keterampilan dan proses-
proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini
, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

b. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh
karenamenguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

c. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki


danberhasil.

d. Metode ini memungkinkan siswa berkembang


dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.

e. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan


melibatkanakalnya dan motivasi sendiri.

f. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, Kare


na memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
g. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-
sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat
bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.

h. Membantu siswamenghilangkanskeptisme (keragu-raguan) karena


mengarah padakebenaran yang final dan tertentuatau pasti.

i. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

j. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi


proses belajaryang baru.

k. Mendorong siswa berpikir danbekerja atas inisiatif sendiri.

l. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.

m. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsic.

n. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

o. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan


manusia seutuhnya.

p. Meningkatkan tingkat penghargaanpadasiswa.

q. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber


belajar.

r. Dapat mengembangkan bakat dankecakapan individu.

2. Kelemahan Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning atau


Penemuan

a. Metode inimenimbulkan
asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yangk
urang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atauberpikiratau
mengungkapkan hubunganantara konsep-
konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan meni
mbulkan frustasi.

b.
Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak,
karenamembutuhkan
waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau
pemecahan masalah lainnya.

c. Harapan-
harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapa
ndengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar
yang lama.

d. Pengajaran discovery
lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang mendapat perhatian.

e.
Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk me
ngukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa

f. Tidak menyediakan kesempatan-


kesempatanuntukberpikiryang akan ditemukanoleh siswa karena telah
dipilih terlebih dahulu oleh guru

D.Langkah-langkah Operasional Implementasi Model Pembelajaran


Discovery Learning atau Penemuan
Berikut ini langkah-langkah dalam mengaplikasikan model discovery
learning di kelas.

Langkah Persiapan Metode Discovery Learning

1. Menentukan tujuan pembelajaran.

2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa peserta didik (kemampuan awal,


minat, gaya belajar, dan sebagainya).

3. Memilih materi pelajaran

4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajarisiswapeserta didiksecara


induktif (dari contoh-contoh generalisasi)

5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,


ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajarisiswapeserta didik

6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang


konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.

7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajarsiswapeserta didik.

Prosedur Aplikasi Metode / Model Pembelajaran Discovery Learning atau


Penemuan

Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan metode


Discovery Learning di kelas, ada beberapa
prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar
secara umum sebagai berikut:
Pemberian Stimulasi dalam model Pembelajaran Discovery Learning atau Penemuan bisa dengan
cara membaca

1. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)

Pertama-
tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menim
bulkan
kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generali
sasi, agar timbul
keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat mem
ulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca
buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah. Stimulasi
pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar
yang dapat mengembangkan dan membantu siswa
dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner
memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu
dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal y
ang
mendorong eksplorasi. Dengan demikian seorang Guru harus mengu
asai teknik-teknik
dalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan sis
wa untuk mengeksplorasi dapat tercapai.

Identifikasi Masalah dalam model Pembelajaran Discovery Learning atau Penemuan bisa dengan cara
diskusi

2. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi


kesempatan kepada
siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-
agenda masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumu
skan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:2
44), sedangkan menurut
permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam b
entuk
pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jaw
aban sementara atas pertanyaan yang diajukan.

Memberikan kesempatan siswa untuk


mengidentifikasi dan menganalisis permasasalahan
yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam memb
angun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.

Pengumpulan Data dalam model Pembelajaran Discovery Learning atau Penemuan bisa dengan cara
wawancara, Studi Pustaka, dll.

3. Data Collection (Pengumpulan Data)


Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepad
a parasiswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi u
ntuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.

Dengan demikian anak didikdiberi kesempatan untuk mengumpulkan


(collection) berbagai
informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawan
cara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa
belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan d
engan permasalahan
yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa meng
hubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

4. Data Processing (Pengolahan Data)

Menurut Syah (2004:244)pengolahan


data merupakan kegiatan mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara,
observasi, dan
sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara
, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung
dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tert
entu (Djamarah, 2002:22).

Dataprocessing
disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi
sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi ters
ebut siswa akan
mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyele
saian yang perlu mendapat pembuktian secara logis

Ini contoh verifikasi data dalam model Pembelajaran Discovery Learning atau Penemuan

5. Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk


membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, di
hubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244).Verification
menurut Bruner, bertujuan agar proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemaham
an melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada,
pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian
dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

Contoh Proses Menarik Simpulan dalam model Pembelajaran Discovery Learning atau Penemuan

6. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebua


h kesimpulan yang
dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian at
au masalah yang sama,
dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244).
Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-
prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa
harus memperhatikan proses generalisasi yang
menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah
atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman
seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari
pengalaman-pengalaman itu.

Berdasarkan uraian di atas, Langkah-langkah Discovery Learning secara


singkat adalah sebagai berikut:

Tahap Deskripsi

Tahap 1 Guru Menentukan tujuan pembelajaran,


identifikasi karakteristik peserta didik
Persiapan
(kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan
sebagainya)

Guru dapat memulai kegiatan PBM dengan


Tahap 2 menga-jukan pertanyaan, anjuran membaca

Stimulasi/pemberian buku, dan aktivitas belajar lainnya yang

rangsangan mengarah pada persiapan pemecahan masalah.


Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu peserta didik
dalam mengeksplorasi bahan

Tahap 3 Guru Mengidentifikasi sumber belajardan


memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
Identifikasi masalah
mengiden-tifikasi sebanyak mungkin agenda-
agenda masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
Tahap Deskripsi

dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban


sementara atas pertanyaan masalah)

Tahap 4 Guru Membantu peserta


didik mengumpulan dan mengeksplorasi data.
Mengumpulkan
data

Tahap 5 Guru membimbing peserta didik dalam kegiatan


mengolah data dan informasi yang telah
Pengolahan data
diperoleh para peserta didik baik melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya

Tahap 6 Guru membimbing peserta didik melakukan


pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan
Pembuktian
benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan
dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan
hasil

Tahap 7 Guru membimbing peserta didik merumuskan


prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.
Menarik kesimpulan

D. Sistem Penilaian

Dalam Model Pembelajaran


Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan
tes
maupun nontes, sedangkan penilaian yang digunakan dapat berupa
penilaian kognitif, proses, sikap, atau
penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya berupa penilaian
kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery learning dapat
menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan
penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa, maka pelaks
anaan penilaian dapat menggunakan contoh-contoh format penilaian
seperti tersebut di bawah ini.

1. Penilaian Tertulis

Penilaian tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang di


berikan kepada
peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta di
dik tidak selalu
merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam
bentuk yang lain
seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu berikut ini

1. Soal dengan memilih jawaban.

a. pilihan ganda

b. dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)

c. menjodohkan

2.Soal dengan mensuplai-jawaban.

a. isian atau melengkapi

b. jawaban singkat

c. soal uraian
Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian
singkat, dan
menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpi
kir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan
ganda dapat digunakan untuk menilai
kemampuan mengingat dan memahami. Pilihan ganda mempunyai k
elemahan, yaitu peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya
tetapi cenderunghanya memilih jawaban yang benar dan jika peserta didik
tidak mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan menerka.

Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untu


k memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Alat
penilaian ini kurang dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas
karena tidak menggambarkan kemampuan peserta didik yang
sesungguhnya.

Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut pese
rta didik untuk
mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-
hal yang sudah
dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagas
an tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-
katanya sendiri. Alat ini dapat menilai
berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berp
ikir logis, dan menyimpulkan.Kelemahan alat ini antara lain cakupan
materi yang ditanyakan terbatas.
Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-
hal berikut:

a. materi, misalnya kesesuian soal dengan indikatorpada kurikulum;

b. konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.

c. bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/ kalimat yang


menimbulkanpenafsiran ganda.

2. PenilaianDiri

Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, subyek


yang ingin dinilai
diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status, pros
es dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata
pelajaran tertentu.

Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaia


n, yang berkaitan dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
Dalam proses pembelajaran di kelas,
berkaitan dengan kompetensi kognitif, misalnya: peserta didik dapat
diminta untuk
menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai
hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu, berdasarkan kriteria atau
acuan yang telah disiapkan.
Berkaitan dengan kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat
diminta untuk
membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu
obyek sikap
Proses penilaian dalam penerapan Model Pembelajaran Discovery
Learning atau Penemuan selain menggunakan jenis penilaian tertulis dan
penilian diri, dapat juga dilakukan melalui penilaian kinerja, penilaian
produk dan penilaian sikap.

Daftar Pustaka

Dahar, RW., 1991.Teori-Teori Belajar.Jakarta: Penerbit Erlangga.

Holiwarni, B., dkk., 2008.Penerapan Metode Penemuan Terbimbing p


ada Mata Pelajaran Sains untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas
IV SDN 016 Pekanbaru Kota(Laporan Penelitian).Pekanbaru:Lemlit UNRI

http://darussholahjember.blogspot.com/2011/05/aplikasi-metode-
discovery-learning.

http://ebookbrowse.com/pengertian-model-pembelajaran-discovery-
learning-menurut-para-ahli-pdf-d368189396

http://prismabekasi.blogspot.com/2012/10/definisi-belajar-menurut-para-
ahli.html

Jurnal Geliga Sains 3 (2), 8-13, 2009 Program Studi Pendidikan Fisika
FKIP Universitas Riau ISSN 1978-502X.

Rizqi, 2000.Pengembangan PerangkatPembelajaran Berorientasi


Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guide-Discovery Learning) yang
Mengintegrasikan Kegiatan Laboratorium untuk Fisika SLTP Bahan Kajian
Pengukuran. Tesis, UNESA (tidak dipublikasikan).

Syamsudini , 2012.Aplikasi Metode Discovery Learning dalam


Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah, Motivasi Belajar dan
Daya Ingat Siswa.

Syah, M., 1996.Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru.Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013. Materi Pelatihan Guru


Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Kemendikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016. Materi Pelatihan Guru


Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Kemendikbud.

Anda mungkin juga menyukai