Anda di halaman 1dari 36

PELATIHAN METODOLOGI PEMBELAJARAN

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 1


I Wayan Arya Adnyana
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan tuntunan sehingga Bahan Ajar ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Bahan Ajar ini diharapkan dapat memberikan tuntunan kepada
peserta Pelatihan Metodelogi Pembelajaran khususnya mata diklat Model -
Pembelajaran sehingga diharapkan kedepan guru dapat merancang serta
menyelenggarakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien serta
dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa.

Kami sangat menyadari bahwa bahan ajar ini memerlukan


penyempurnaan sehingga saran dan masukan sangat diperlukan untuk
perbaikan proses system pembelajaran kediklatan. Kami berharap bahan
ajar ini dapat bermanfaat bagi peserta diklat sebagai salah satu referensi
dalam mewujudkan proses pembelajaran efektif dalam membentuk generasi
emas bangsa.

Denpasar, Maret 2021

Penyusun

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 2


BAB I

PENDAHULUAN

Tenaga pendidik professional diharapkan mampu mengemas pembelajaran dengan


baik, menarik dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada anak. Proses
pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karena itu Kurikulum 2013
mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik
diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah,
Pengembangan indikator dan materi pembelajaran merupakan 2 (dua) kemampuan yang harus
dikuasai seorang guru sebelum mengembangkan rancangan pembelajaran dan melaksanakan
pembelajaran. Analisis yang dilakukan guru terhadap SKL, KI dan KD dapat membantu guru
dalam mengembangkan IPK yang dijadikan dasar untuk menetapkan tujuan pembelajaran.
Tujuan Pembelajaran merupakan dasar dalam menentukan model – model pembelajaran yang
tepat sesuai karakteristik materi pembelajaran. Peningkatkan nilai-nilai karakter melalui
kegiatan literasi dan pengembangan keterampilan Abad 21 Diharapkan mampu mencapai
kompetensi pengetahuan terkait dengan dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif serta
indikator keterampilan berkaitan tidak hanya keterampilan bertindak, tetapi juga keterampilan
berpikir yang juga dikatakan sebagai keterampilan abstrak dan konkret.
Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan
manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang seharusnya terjadi, sejalan dengan perubahan
budaya kehidupan manusia. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua
tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai upaya untuk mengantisipasi kepentingan
dimasa yang akan datang. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa yang
akan datang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik,
sehingga mampu menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan yang dihadapinya.
Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik sehingga
seluruh ranah dalam pendidikan yaitu, kognitif, afektif dan psikomotorik dapat
dikembangkan secara bersamaan sesuai dengan tujuan pendidikan.

Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajaran


pola urutannya dan sudut pandang terhadap sifat lingkungan belajar. Model pembelajaran
Problem Based Learning adalah salah satu diantara keempat model yang direkomendasikan
dalam kurikulum 2013 yang diterapkan dalam pembelajaran untuk mengarahkan siswa

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 3


mendapatkan informasi berdasarkan permasalahan yang dihadapi dengan pendekatan
berbasis keilmuan sebagai dasar dan tuntunan dalam setiap tahapan realisasi kegiatan
pembelajaran.

Adapun Tujuan Mata Diklat ini adalah : setelah mengikuti mata proses kediklatan,
peserta diharapkan mampu menganalisis model – model pembelajaran abad 21, merancang
dan menerapkan Model - model Pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi dan Langkah
– Langkah sintak yang telah ditetapkan.

B. Kompetensi Mata Pelatihan


Menganalisis model-model pembelajaran Abad 21

C. Indikator Pencapaian Kompetensi


Setelah mengikuti proses pembelajaran, Peserta diharapkan mampu :
1. Menjelaskan model-model pembelajaran
2. Menjelaskan konsep dan implementasi pembelajaran abad 21
3. Menganalisis model –model pembelajaran melalui study kasus dalam pembelajaran

C. Materi Pokok
Dalam bahan ajar ini akan dianalisis Model - model pembelajaran abad 21 terkait
Pengertian, Karakteristik, Tahapan dan teknis penerapannya meliputi :
1. Model Pembelajaran Discovery Learning
2. Model Pembelajaran Inquiry Learning
3. Model Pembelajaran Problem Based Learning
4. Model Pembelajaran Project Based Learning

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 4


BAB II
MODEL – MODEL PEMBELAJARAN ABAD 21

1. Model Pembelajaran Discovery Learning


a. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning
Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyingkap atau
mencari tahu tentang suatu permasalahan atau sesuatu yang sebenarnya ada namun
belum mengemuka dan menemukan solusinya berdasarkan hasil pengolahan informasi
yang dicari dan dikumpulkannya sendiri, sehingga siswa memiliki pengetahuan baru
yang dapat digunakannya dalam memecahkan persoalan yang relevan dalam
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran penemuan (Discovery Learning) adalah
pembelajaran untuk menemukan konsep, makna, dan hubungan kausal melalui
pengorganisasian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Tiga ciri utama
belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk
menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada
peserta didik; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan
yang sudah ada. Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme.

Model discovery merupakan pembelajaran yang menekankan pada


pengalaman langsung dan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting
terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam
pembelajaran. Bahan ajar yang disajikan dalam bentuk pertanyaan atau
permasalahan yang harus diselesaikan. Jadi siswa memperoleh pengetahuan yang
belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, melainkan melalui penemuan sendiri.
Bruner (dalam Kemendikbud, 2013b: 4) mengemukakan bahwa proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang
dijumpai dalam kehidupannya. Penggunaan discovery learning, ingin merubah kondisi
belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher
oriented ke student oriented. Mengubah modus Ekspositori, siswa hanya menerima
informasi secara keseluruhan dari guru ke modus discovery, siswa menemukan informasi
sendiri.

Sardiman (Kemendikbud, 2013) mengungkapkan bahwa dalam


mengaplikasikan model discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, guru harus dapat

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 5


membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Model
discovery learning yaitu dapat melatih siswa belajar secara mandiri, melatih
kemampuan bernalar siswa, serta melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran.

Discovery Learning merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif.
Mengubah pembelajaran teacher oriented ke student oriented, mengubah modus
ekspository diamana siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke
modus discovery siswa menemukan informasi sendiri dalam konsep
belajar.Sesungguhnya discovery Learning merupakan pembentukan konsep – konsep
yang dapat memngkinkan terjadinya generalisasi. Berdasarkan uraian datas Discovery
Learning merupakan pembelajaran untuk mnemukan konsep, makna dan hubungan
kausal melalui penggorganisasian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik.
Adapun Karakteristik dari Discovery Learning adalah Peran guru sebagai pembimbing,
eserta didik belajar secara aktif sebagai seorang ilmuwan, bahan ajar disajikan dalam
bentuk informasi dan peserta didik melakukan kegiatan menghimpun, membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, serta membuat kesimpulan.

Model pembelajaran Discovery learning merupakan model yang menggiring


peserta didik memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk
akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat
terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep
dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi,
penentuan dan inferensi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery
itu sendiri adalah the mental process of assimilating concepts and principles in the mind
(Robert Sund dalam Malik, 2001:219).

b. Sintak Model Discovery Learning


Langkah kerja (sintak) model pembelajaran penyingkapan/penemuan adalah
sebagai berikut:

1) Pemberian rangsangan (Stimulation);


2) Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement);
3) Pengumpulan data (Data Collection);
4) Pengolahan data (Data Processing);
5) Pembuktian (Verification), dan

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 6


6) Menarik simpulan/generalisasi (Generalization).

o Stimulation
guru memberikan stimulus berupa masalah untuk diamati dan disimak siswa
melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat gambar, dan
lain-lain.
o Problem Statement
siswa menemukan permasalahan, mencari informasi terkait permasalahan,
dan merumuskan masalah.
o Data Collection
siswa mencari dan mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan
untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi (mencari atau
merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah, terutama jika satu
alternatif mengalami kegagalan).
o Data Processing
siswa mencoba dan mengeksplorasi kemampuan pengetahuan
konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata (melatih
keterampilan berfikir logis dan aplikatif).
o Verification siswa mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan
data melalui berbagai kegiatan, atau mencari sumber yang relevan baik
dari buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu
kesimpulan.
o Generalization
siswa digiring untuk menggeneralisasikan hasil berupa kesimpulan pada
suatu kejadian atau permasalahan yang sedang dikaji.

Langkah-langkah pembelajaran discovery learning

LANGKAH
AKTIVITAS GURU AKTIVITAS SISWA
KERJA

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 7


Pemberian Guru memulai kegiatan -Peserta didik dihadapkan pada
rangsangan pembelajaran dengan sesuatu yang menimbulkan
(Stimulation) mengajukan pertanyaan, kebingungannya, kemudian
anjuran membaca buku, dan dilanjutkan untuk tidak memberi
aktivitas belajar lainnya generalisasi, agar timbul keinginan
yang mengarah pada untuk menyelidiki sendiri.
persiapan pemecahan -Stimulasi pada fase ini berfungsi
masalah untuk menyediakan kondisi interaksi
belajar yang dapat mengembangkan
dan membantu peserta didik dalam
mengeksplorasi bahan.

Pernyataan/ Guru memberi kesempatan Permasalahan yang dipilih itu


Identifikasi kepada peserta didik untuk selanjutnya harus dirumuskan dalam
masalah mengidentifikasi sebanyak bentuk pertanyaan, atau hipotesis,
(Problem mungkin agenda-agenda yakni pernyataan sebagai jawaban
Statement) masalah yang relevan sementara atas pertanyaan yang
dengan bahan pelajaran, diajukan
kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis (jawaban
sementara atas pertanyaan
masalah).
Pengumpulan Ketika eksplorasi Pada tahap ini berfungsi untuk
data berlangsung guru juga menjawab pertanyaan atau
(Data Collection) memberi kesempatan membuktikan benar tidaknya
kepada para peserta didik hipotesis. Dengan demikian peserta
untuk mengumpulkan didik diberi kesempatan untuk
informasi yang relevan mengumpulkan (collection) berbagai
sebanyak-banyaknya untuk informasi yang relevan, membaca
membuktikan benar atau literatur, mengamati objek,
tidaknya hipotesis. wawancara dengan nara
sumber, melakukan uji coba sendiri
dan sebagainya.
Pengolahan Guru melakukan bimbingan Pengolahan data merupakan
data pada saat peserta didik kegiatan mengolah data dan
(Data melakukan pengolahan data. informasi baik melalui wawancara,
Processing) observasi, dan sebagainya, lalu
ditafsirkan. Semua informasi hasil
bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semuanya diolah,
diacak, diklasifikasikan, ditabulasi,
bahkan bila perlu dihitung dengan
cara tertentu serta ditafsirkan pada
tingkat kepercayaan
tertentu.

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 8


Pembuktian Verifikasi bertujuan agar Peserta didik melakukan pemeriksaan
(Verification) proses belajar akan berjalan secara cermat untuk membuktikan
dengan baik dan kreatif jika benar atau tidaknya hipotesis yang
guru memberikan ditetapkan tadi dengan temuan
kesempatan kepada peserta alternatif, dihubungkan dengan hasil
didik untuk menemukan suatu pengolahan data.
konsep, teori, aturan atau
pemahaman melalui contoh-
contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya.
Menarik Menarik kesimpulan adalah Berdasarkan hasil verifikasi maka
simpulan/ proses menarik sebuah dirumuskan prinsip-prinsip yang
generalisasi kesimpulan yang dapat mendasari generalisasi.
(Generalization) dijadikan prinsip umum dan
berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama,
dengan memperhatikan hasil
verifikasi.

c. Keunggulan Model Pembelajaran Discovery Learning


Pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran
harus diiringi dengan suatu pertimbangan untuk mendapatkan suatu kebaikan ataupun
kelebihan. Hosnan (2014) mengemukakan beberapa kelebihan dari model discovery
learning yakni sebagai berikut :

• Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan


dan proses-proses kognitif
• Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah.
• Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan
bekerja sama dengan yang lain.
• Mendorong keterlibatan keaktifan siswa.
• Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
• Melatih siswa belajar mandiri.
• Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena ia berpikir dan menggunakan
kemampuan untuk menemukan hasil akhir.

d. Kelemahan Penerapan Discovery Learning


1) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan
pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep,

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 9


keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat
perhatian.
2) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk
mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
3) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang
akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu
oleh guru.
e. Assessment/ penilaian dalam pembelajaran Discovery
Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan
dengan menggunakan tes maupun non tes. Penilaian yang digunakan dapat berupa
penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk
penilaiannya berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery
learning dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan
penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian
dapat dilakukan dengan pengamatan.

2. Model Pembelajaran Inquiry Learning


a. Pengertian Model Pembelajaran Inquiry Learning
Model penemuan merupakan suatu kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistemik, kritis,
logis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya. Siswa
dilatih dapat mengumpulkan informasi tambahan, membuat hipotesis dan mengujinya.
Peran guru selain sebagai pengarah dan pembimbing juga dapat menjadi sumber
informasi yang diperlukan. Inkuiri merupakan proses pembelajaran yang didasarkan
pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan
bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan
sendiri. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi
secara mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkan peserta didik berkembang
secara utuh baik intelektual, mental, emosi, maupun pribadinya. Oleh karena itu dalam
proses perencanaan pembelajaran, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi
yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Pembelajaran adalah
proses memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) agar peserta didik memperoleh
pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat
sejumlah fakta).

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 10


Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat,
dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan
penyelidikan. Inkuiri merupakan metode mengajar yang melibatkan siswa secara
maksimal. Hosnan (2014: 341) mengemukakan bahwa inkuiri merupakan rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan
siswa. Karakteristik dari Pembelajaran Inkuiri: Menekankan kepada proses mencari dan
menemukan. Pengetahuan dibangun oleh peserta didik melalui proses pencarian. Peran
guru sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik dalam belajar. Menekankan
pada proses berpikir kritis dan analitis untuk merumuskan kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang


melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan yang meliputi sikap, pengetahuan,dan
keterampilan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau
peristiwa), secara sistematis, kritis, logis, dan analitis serta dapat merumuskan sendiri
temuannya. Penerapan pembelajaran inquiry sesuai sintax akan dapat memberikan
pembelajaran bermakna kepada siswa melalui proses penekanan pengalaman belajar
yang dinamis dan sistematis.

b. Sintax Model Pembelajaran Inkuiri


Hosnan (2014: 342-344) mengemukakan langkah pembelajaran dengan
metode inkuiri yakni sebagai berikut.

• Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran
yang responsif. Guru mengondisikan siswa agar siap melaksanakan proses
pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan
masalah.
• Merumuskan masalah
Langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka teki.
Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir
memecahkan masalah dan mencari jawaban yang tepat.
• Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji dan
perlu diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan,

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 11


tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh sehingga hipotesis yang
dimunculkan itu bersifat rasional dan logis.

• Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Dalam metode inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
Oleh karena itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari
informasi yang dibutuhkan.

• Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Menguji hipotesis berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya,
kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan
tetapi harus didukung data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
• Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan tujuan
akhir dalam proses pembelajaran.

Langkah – Langkah Model Pembelajaran Inquiry


Tahap Deskripsi

Tahap 1 Guru mengondisikan agar peserta didik siap melaksanakan


proses pembelajaran, menjelaskan topik, tujuan, dan hasil
Orientasi
belajar yang diharapkan dapat tercapai oleh peserta didik,
menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh
peserta didik untuk mencapai tujuan, menjelaskan pentingnya
topik dan kegiatan belajar, hal ini dapat dilakukan dalam
rangka memberikan motivasi belajar peserta didik.

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 12


Tahap Deskripsi

Tahap 2 Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik untuk


merumuskan dan memahami masalah nyata yang telah
Merumuskan
disajikan.
masalah

Tahap 3 Guru membimbing peserta didik untuk mengembangkan


kemampuan berhipotesis dengan cara menyampaikan
Merumuskan
berbagai pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik
hipotesis
untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat
merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari
suatu permasalahan yang dikaji.

Tahap 4 Guru membimbing peserta didik dengan cara mengajukan


pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik
Mengumpulkan
untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
data

Tahap 5 Guru membimbing peserta didik dalam proses menentukan


jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data dan
Menguji hipotesis
informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari
tingkat keyakinan peserta didik atas jawaban yang diberikan.

Tahap 6 Guru membimbing peserta didik dalam proses mendeskripsikan


temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Merumuskan
Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebiknya guru mempu
kesimpulan
menunjukkan pada peserta didik data mana yang relevan.

Dapat disimpulkan yang dimaksud dengan metode inkuiri adalah salah satu
cara mengajar dengan rangkaian kegiatan belajar yang menempatkan siswa sebagai
subjek pembelajaran, sehingga melibatkan siswa secara aktif untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan melalui investigasi. Model
pembelajaran inquiry learning seringkali disamakan dengan model discovery learning.
Padahal sesungguhnya ada perbedaan yang mendasar dalam proses
pembelajarannya. Dalam discovery learning, temuan yang akan diperoleh siswa telah
dirancang sehingga temuan satu siswa dengan siswa lainnya atau temuan kelompok
satu dengan kelompok lainnya sama. Sedangkan dalam inquiry learning, proses

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 13


penemuannya lebih alami dan hasil temuannya bisa saja berbeda antara satu orang
atau kelompok dengan orang atau kelompok lainnya. Dalam artian, proses penemuan
dalam inquiry learning lebih dalam dan luas. Penemuan dalam inquiry mengandung
proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema
sendiri, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat
ingin tahu dan terbuka.

c. Keunggulan Model Pembelajaran Inquiry


Hosnan (2014: 344) mengungkapkan beberapa kelebihan metode inkuiri
yaitu sebagai berikut :

a. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada pengembangan aspek


pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara seimbang. Pembelajaran inkuiri
dapat memberikan ruang bagi siswa untuk belajar sesuai dengan gaya
belajar mereka.
b. Pembelajaran ini dapat melayani siswa yang memiliki kemampuan diatas
rata-rata.
c. Inkuiri merupakan model yang dianggap paling sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah
proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

d. Kelemahan Model Pembelajaran Inquiry


a. Sulit dalam perencanaan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar
b. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang
panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah
ditentukan
c. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran inkuiri terkesan sulit di
implementasikan oleh guru.

e. Assessment/ penilaian dalam pembelajaran Inquiry


Dalam Model Pembelajaran Inquiry Learning, penilaian dapat dilakukan dengan
menggunakan tes maupun non tes. Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 14


kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penilaiannya
berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran Inquiry learning dapat
menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses,
sikap, atau penilaian hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian dapat dilakukan
dengan pengamatan.

3. Model Pembelajaran Problem Based Learning

A. Pengertian Problem Based Learning

Keterampilan berpikir kritis dan kreatif berperan penting dalam mempersiapkan


peserta didik agar menjadi pemecah masalah yang baik dan mampu membuat keputusan
maupun kesimpulan yang matang dan mampu dipertanggungjawabkan secara akademis.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagai problem solving diperlukan dalam proses
pembelajaran, karena pembelajaran yang dirancang dengan pendekatan pembelajaran
berorientasi pada keterampilan tingkat tinggi tidak dapat dipisahkan dari kombinasi
keterampilan berpikir dan keterampilan kreativitas untuk pemecahan masalah. Keterampilan
pemecahan masalah merupakan keterampilan para ahli yang memiliki keinginan kuat untuk
dapat memecahkan masalah yang muncul pada kehidupan sehari- hari. Peserta didik secara
individu akan memiliki keterampilan pemecahan masalah yang berbeda.

Model pembelajaran Probblem Based Learning (PBL) bertujuan mendorong siswa untuk
belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari, atau
permasalahan yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya.
Permasalahan yang diajukan pada model PBL, bukanlah permasalahan “biasa” atau bukan
sekedar “latihan” yang diberikan setelah contoh-contoh soal disajikan oleh guru. Permasalahan
dalam PBL menuntut penjelasan atas sebuah fenomena.

Dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan yang sistematik untuk


memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan
kehidupan sehari hari. PBL merupakan model pembelajaran yang memberikan berbagai situasi
permasalahan kepada siswa dan dapat berfungsi sebagai batu loncatan dalam penyelidikan.
Model PBL menyuguhkan situasi atau berbagai masalah otentik yang mendorong siswa untuk
melakukan investigasi dan penyelidikan. Istiqomah (2018) mendeskripsikan pembelajaran
berbasis masalah sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan masalah riil yang
memiliki konteks dengan dunia nyata. Semakin dekat dengan dunia nyata, akan semakin baik
pengaruhnya pada peningkatan kecakapan siswa.

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 15


Model pembelajaran ini dilandasi oleh teori konstruktivistik yang mengakomodasi
keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik. Proses pembelajarannya
menggunakan pendekatan yang sistematis untuk memecahkan masalah atau menghadapi
tantangan yang nantinya diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari-hari. Dalam
pemerolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, siswa belajar
bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi
masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi
mengenai pemecahan masalah, dan bekerja secara individual atau kolaborasi dalam
pemecahan masalah. PBL memeprsiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analistis dan untuk
mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.

Mengacu pada pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model


pembelajaran berbasis masalah merupakan kerangka konseptual tentang proses pembelajaran
yang menggunakan masalah-masalah riil dalam kehidupan nyata (otentik), bersifat tidak tentu,
terbuka dan mendua untuk merangsang dan menantang siswa berpikir kritis dan keterampilan
memecahkan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi
yang dipelajarinya. Jadi adanya masalah nyata yang dipecahkan dengan penyelidikan dan
diterapkan menggunakan pendekatan pemecahan masalah untuk memperoleh pengetahuan
baru.

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menggunakan


berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta
lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual
(Tan Onn Seng, 2000). Adapun landasan teori pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
adalah kolaborativisme, suatu pandangan yang berpendapat bahwa siswa akan menyusun
pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari semua pengetahuan yang sudah
dimilikinya dan dari semua yang diperoleh sebagai hasil kegiatan beriteraksi dengan sesama
individu. Hal tersebut menyiratkan bahwa proses pembelajaran berpindah dari transfer
informasi fasilitator kepada siswa menjadi proses konstruksi pengetahuan yang sifatnya sosial
dan individual. Diharapkan proses tersebut menghasilkan yang lebih baik, karena menurut
paham kontruktivisme, manusia hanya dapat memahami melalui segala sesuatu yang
dikonstruksinya sendiri.

B. Karakteristik Problem Based Learning


Karakteristik yang tercakup dalam PBL menurut Tan (dalam Amir, 2009) antara lain:
1. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 16


2. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara
mengambang (ill-structured)
3. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple-perspective)
4. Masalah membuat pembelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah
pembelajaran yang baru
5. Sangat mengutamakan belajar mandiri
6. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja
7. Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif dan kooperatif, Karakteristik ini menuntut
peserta didik untuk dapat menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, terutama
kemampuan pemecahan masalah.
Pada PBL guru berperan sebagai guide on the side daripada sage on the stage. Hal ini
menegaskan pentingnya bantuan belajar pada tahap awal pembelajaran. Peserta didik
mengidentifikasi apa yang mereka ketahui maupun yang belum berdasarkan informasi dari
buku teks atau sumber informasi lainnya.

Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min Liu (2005) dalam Aris Shoimin
(2014:130) menjelaskan karakteristik dari PBM, yaitu:
a). Learning is student-centered
Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada siswa sebagai orang
belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana siswa
didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.

b). Autenthic problems from the organizing focus for learning


Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang autentik sehingga siswa
mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam
kehidupan profesionalnya nanti.

c). New information is acquired through self-directed learning


Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja belum mengetahui dan memahami semua
pengetahuan prasayaratnya sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui
sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya

d). Learning occurs in small group

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 17


Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha mengembangkan
pengetahuan secara kolaboratif, PBM dilaksanakan dalam kelompok kecil. Kelompok
yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penerapan tujuan yang jelas.
e). Teachers act as facilitators
Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Meskipun begitu guru
harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong mereka agar
mencapai target yang hendak dicapai.
Dari beberapa penjelasan mengenai karakteristik proses Problem Based Learning
dapat disimpulkan bahwa tiga unsur yang esensial dalam proses Problem Based Learning
yaitu adanya suatu permasalahan, pembelajaran berpusat pada siswa, dan belajar
dalam kelompok kecil berkolaborasi dengan teman lainnya. Permasalahan bisa
dimunculkan oleh siswa atau guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya dan
apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah yang dianggap menarik
untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.

Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa


melalui kelompok kerja sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman yang
beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping
pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat
hipotesa, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data,
menginterprestasi data, berdiskusi dan membuat laporan. Keadaan tersebut
menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning memberikan
pengalaman belajar kepada siswa. Dengan kata lain penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang
mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi
nyata pada kehidupan sehari-hari.

Bila pembelajaran yang dimulai dengan suatu masalah apalagi kalau masalah
tersebut bersifat kontekstual, maka dapat terjadi ketidakseimbangan kognitif pada diri
siswa. Keadaan ini dapat mendorong rasa ingin tahu sehingga memunculkan bermacam-
macam pertanyaan di sekitar masalah seperti “Apa yang dimaksud dengan?”,
“Bagaimana mengetahuinya?” dan seterusnya.

Bila pertanyaan-pertanyaan tersebut telah muncul dalam diri siswa maka motivasi
instrinsik siswa akan tumbuh. Pada kondisi tersebut diperlukan peran guru sebagai
fasilitator untuk mengarahkan siswa tentang “konsep apa yang diperlukan untuk
memecahkan masalah”, “Apa yang harus dilakukan” atau “Bagaimana melakukannya”
dan seterusnya. Model pembelajaran Problem Based Learning akan melahirkan

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 18


pengalaman belajar. Pengalaman belajar ini sangat diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari dimana berkembang pola pikir dan pola kerja seseorang bergantung pada
bagaimana dia membelajarkan dirinya.

Siswa yang belajar memecahkan masalah akan membuat mereka menerapkan


pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang
diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada konteks aplikasi konsep. Belajar dapat
semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi
dimana konsep tersebut diterapkan. Selain itu melalui Model Pembelajaran Problem
Based Learning siswa dapat mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilannya
secara berkesinambungan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan,
Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan aplikasi suatu konsep atau teori yang
mereka temukan selama pembelajaran berlangsung. Model Pembelajaran Problem
Based Learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
siswa dalam bekerja, memotivasi internal untuk belajar dan dapat mengembangkan
hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

C. Tujuan Model Pembelajaran PBL


Tujuan PBL adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-
konsep pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep Higher Order
Thinking Skills (HOT’s), keinginan dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri dan
keterampilan (Norman and Schmidt).
Tujuan yang ingin dicapai oleh PBL adalah kemampuan siswa untuk berpikir
kreatif, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah
malalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Berikut ini beberapa tujuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL):

a). Mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan


masalah,
Proses-proses berpikir tentang ide-ide abstrak berbeda dari proses-
proses yang digunakan untuk berpikir tentang situasi-situasi dunia nyata. Resnick
menekankan pentingnya konteks dan keterkaitan pada saat berpikir tentang
berpikir yaitu meskipun proses berpikir memiliki beberapa kasamaan antara
situasi, proses itu bervariasi tergantung dengan apa yang dipikirkan seseorang
dalam memecahkan masalah

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 19


b). Belajar peran orang dewasa
Problem Based Learning (PBL) juga dimaksudkan untuk membantu siswa
berkinerja dalam situasi-situasi kehidupan nyata dan belajar peran-peran
penting yang biasa dilakukan oleh orang dewasa. Resnick mengemukakan
bahwa bentuk pembelajaran ini penting untuk menjembatani kerjasama dalam
menyelesaikan tugas, memiliki elemen-elemen belajar magang yang mendorong
pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga dapat memahami peran di
luar sekolah.
c). Keterampilan-keterampilan untuk belajar mandiri
Guru yang secara terus menerus membimbing siswa dengan cara
mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
memberi penghargaan untuk pertanyaan-pertanyaan berbobot yang mereka
ajukan, dengan mendorong siswa mencari solusi/penyelesaian terhadap
masalah nyata yang dirumuskan oleh siswa sendiri, maka diharapkan siswa
dapat belajar menangani tugas-tugas pencarian solusi itu secara mandiri dalam
hidupnya kelak.

D. Kelebihan dan Kelamahan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, sebagaimana


model PBL juga memiliki kelebihan dan kelemahan yang perlu dicermati untuk
keberhasilannya.

Kelebihan model ini menurut Akinoglu & Tandogan (2006) antara lain:
a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik;
b. Mengembangkan pengendalian diri peserta didik;
c. Memungkinkan peserta didik mempelajari peristiwa secara multidimensi dan
mendalam;
d. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah;
e. Mendorong peserta didik mempelajari materi dan konsep baru ketika
memecahkan masalah;
f. Mengembangkan kemampuan sosial dan keterampilan berkomunikasi yang
memungkinkan mereka belajar dan bekerja dalam tim;
g. Mengembangkan keterampilan berpikir ilmiah tingkat tinggi/kritis;
h. Mengintegrasikan teori dan praktek yang memungkinkan peserta didik
menggabungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru;

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 20


i. Memotivasi pembelajaran;
j. Peserta didik memeroleh keterampilan mengelola waktu;
k. Pembelajaran membantu cara peserta didik untuk belajar sepanjang hayat.

Adapun kelemahan-kelemanan dari penggunaan model pembelajaran Problem


Based Learning adalah sebagai berikut (Sanjaya, 2006:221)

a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau siswa berasumsi bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka akan merasa enggan untuk mencoba
b. Keberhasilan model pembelajaran melalui Problem Based Learning membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan,
c. Tanpa pemahaman mengapa siswa berusaha memecahkan masalah yang
dipelajari, maka siswa tidak akan belajar apa yang ingin dipelajari

D. Sintaks atau Langkah-langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Problem Based


Learning
Sintak model Problem-based Learning menurut Arends (2012) sebagai berikut:
1. Orientasi peserta didik pada masalah
2. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Berdasarkan sintaks tersebut, langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah yang bisa


dirancang oleh guru adalah sebagai berikut:

Alur kegiatan model pembelajaran Problem Based Learning

Mengorientasi peserta didik pada masalah

Tahap ini untuk memfokuskan peserta didik mengamati masalah


yang menjadi objek pembelajaran

Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran;


Pengorganisasian pembelajaran merupakan salah satu
kegiatan dimana peserta didik menyampaikan berbagai
pertanyaan (atau menanya) terhadap masalah yang dikaji

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 21


Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok
Pada tahap ini peserta didik mengumpulkan
informasi/melakukan percobaan untuk memperoleh data
dalam rangka menjawab atau menyelesaikan masalah
yang dikaji

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya


Peserta didik mengasosiasi data yang ditemukan dari
percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber

Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah


Setelah peserta didik mendapat jawaban terhadap masalah
yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi

Langkah-langkah Problem-based Learning

LANGKAH
AKTIVITAS GURU AKTIVITAS SISWA
KERJA
Orientasi Guru menyampaikan Kelompok mengamati dan
peserta didik masalah yang akan memahami masalah yang
pada masalah dipecahkan secara disampaikan guru atau yang
kelompok. Masalah yang diperoleh dari bahan bacaan yang
diangkat hendaknya disarankan.
kontekstual. Masalah bisa
ditemukan sendiri oleh
peserta didik melalui bahan
bacaan atau lembar
kegiatan.

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 22


Mengorganisa Guru memastikan setiap Peserta didik berdiskusi dan
sikan peserta anggota memahami tugas membagi tugas untuk mencari
didik untuk masing-masing. data/bahan-bahan/alat yang
belajar diperlukan untuk menyelesaikan
masalah.
Membimbing Guru memantau Peserta didik melakukan
penyelidikan keterlibatan peserta didik penyelidikan (mencari
individu dalam pengumpulan data/referensi/sumber) untuk
maupun data/bahan selama proses bahan diskusi kelompok.
kelompok penyelidikan
Mengembang Guru memantau diskusi Kelompok melakukan diskusi untuk
kan dan dan membimbing menghasilkan solusi pemecahan
menyajikan pembuatan laporan masalah dan hasilnya
hasil karya sehingga karya setiap dipresentasikan/disajikan dalam
kelompok siap untuk bentuk karya.
dipresentasikan
Menganalisis Guru membimbing Setiap kelompok melakukan
dan presentasi dan mendorong presentasi, kelompok yang lain
mengevaluasi kelompok memberikan memberikan apresiasi. Kegiatan
proses penghargaan serta dilanjutkan dengan merangkum/
pemecahan masukan kepada kelompok membuat kesimpulan sesuai
masalah lain. Guru bersama peserta dengan masukan yang diperoleh
didik menyimpulkan materi. dari kelompok lain.

Arends dalam istiqomah (2018:210) merinci sintaks atau langkah-langkah model


pembelajaran Problem Based Learing dalam 5 fase. Fase-fase tersebut merujuk pada
tahap-tahapan sebagai berikut:

•Mengorientasikan Siswa pada Masalah


Fase 1

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Menjelaskan tujuan pembelajaran; Mengamati dan menelaah fenomena


Menjelaskan logistic yang diperlukan; yang disajikan guru dan
memotivasi siswa terlibat aktif pada mengidentifikasi masalah melalui
aktivitas pemecahan masalah yang kegiatan diskusi
dipilih

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 23


•Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Fase 2

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Membantu siswa membatasi dan Berkelompok dan berkolaborasi


mengorganisasi tugas belajar yang untuk menyelesaikan tugas,
berhubungan dengan masalah yang memecahkan masalah yang disajikan
dihadapi

• Membimbing penyelidikan individu maupun


kelompok
Fase 3

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Mendorong siswa mengumpulkan Melakukan penyelidikan baik dengan


informasi yang sesuai, membaca buku, menelaah data dari
melaksanakan eksperimen, dan berbagai referensi seperti buku,
mencari untuk penjelasan dan majalah, ensiklopedia, Koran,
pemecahan internet, wawancara dll

•Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya


Fase 4

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Membantu siswa merencanakan dan Mengolah hasil temuannya baik


menyiapkan karya yang sesuai berupa data, informasi, maupun
seperti laporan, video, dan model, alasan logis serta menyusunnya
dan membantu mereka untuk dalam bentuk laporan tertulis dan
berbagi tugas dengan temannya. lisan baik berupa makalah, mind
mapping atau infografis

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 24


•Menganalisis dan Mengevaluasi Proses
Fase 5

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Membantu siswa melakukan Secara bergantian, setiap kelompok


refleksi terhadap penyelidikan mempersentasikan hasil kerjanya;
dan proses-proses yang digunakan kelompok lain memberikan
selama berlangsungnya tanggapan baik berupa pertanyaan,
pemecahan masalah. Guru juga tanggapan, maupun usulan. Kegiatan
memberikan penguatan dan dilanjutkan dengan
membimbing siswa membuat merangkum/membuat kesimpulan
simpulan sesuai dengan masukan yang
diperoleh dari kelompok lain

Dari 5 fase atau tahapan-tahapan di atas, dapat dilihat bahwa guru mengawali
pembelajaran dengan menjelaskan tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran,
mendeskripsikan, memotivasi siswa untuk terlihat pada aktivitas dalam kegiatan
mengatasi masalah. Berdasarkan masalah yang dipelajari, siswa berusaha untuk
membuat rancangan, proses, penelitian yang mengarah ke penyelesaian masalah,
sehingga membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman nyata,
kemudian siswa mengidentifikasi permasalahan dengan cara apa saja hal-hal yang
diketahui, yang ditanyakan, dan mencari cara yang cocok untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut. Dalam menginvestigasikan dan menyelesaikan masalah, dalam
prosesnya siswa menggunakan banyak keterampilan sehingga termotivasi untuk
memecahkan masalah nyata dan guru mengapresiasi aktivitas siswa sehingga senang
bekerjasama.
Selanjutnya dengan tahap-tahap pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di
atas dapat dijelaskan dengan memberikan masalah pada awal pembelajaran, siswa
diberikan kesempatan untuk mendiskusikannya agar dapat menentukan kata-kata kunci
apa yang dimaksud dalam soal tersebut, guru membantu siswa mengkonseptualisasi
kembali materi sebagai masalah, dan siswa harus menentukan lebih dari satu kata kunci
dengan pertanyaan dengan materi dan merumuskan dugaan dan analisis. Kemudian
siswa baik secara individu ataupun kelompok kecil menentukan masalah apa yang ingin
mereka investigasikan, sumber dan cara yang akan digunakan untuk menyelesaikan
investigasi, dan apa yang akan mereka hasilkan, masalah yang harus siswa selesaikan

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 25


harus bermakna, relevan dengan topik. Pada bagian akhir siswa menyelesaikan
investigasi dan siap menampilkan apa yang mereka telah kerjakan atau temukan.

D. Penilaian Pembelajaran Berbasis Masalah

Penilaian dilakukan dengan memandukan tiga aspek penilaian yang mencakup


pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan ketrampilan (skill). Penilaian pengetahuan
dapat dilakukan dengan Teknis Test maupun Non Test melalui butir – butir soal maupun
penugasan. Penilaian ketrampilan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran,
baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan
penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan
partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam
pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata
pelajaran yang bersangkutan.

Penilaian pembelajaran dengan (knowledge) dilakukan dengan authentic assesment.


Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis
pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam
kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dengan
Model Problem Based Learning dilakukan dengan cara Penilaian diri (self-assessment) dan
peer-assessment. Penilaian diri (Self-assessment) dilakukan oleh siswa itu sendiri terhadap
usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai
oleh siswa itu sendiri dalam belajar sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan. Peer-
assessment yaitu penilaian yang dilakukan dimana pembelajar berdiskusi untuk
memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah
dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya.

4. Model Pembelajaran Project Based Learning

A. Definisi Model Pembelajaran Project Based Learning

Model Project-based Learning adalah model pembelajaran yang melibatkan


keaktifan peserta didik dalam memecahkan masalah, dilakukan secara
berkelompok/mandiri melalui tahapan ilmiah dengan batasan waktu tertentu yang
dituangkan dalam sebuah produk untuk selanjutnya dipresentasikan kepada orang lain.
Goodman dan Stivers (2010) mendefinisikan Project Based Learning (PjBL) merupakan

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 26


pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan pembelajaran dan tugas nyata
yang memberikan tantangan bagi peserta didik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari
untuk dipecahkan secara berkelompok.
Menurut Afriana (2015), pembelajaran berbasis proyek merupakan model
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan memberikan pengalaman belajar
yang bermakna bagi peserta didik. Pengalaman belajar peserta didik maupun konsep
dibangun berdasarkan produk yang dihasilkan dalam proses pembelajaran berbasis
proyek. Grant (2002) mendefinisikan project based learning atau pembelajaran berbasis
proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik untuk
melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik. Peserta didik secara
konstruktif melakukan pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset
terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan.
Sedangkan Made Wena (dalam Lestari, 2015: 14) menyatakan bahwa model
Project Based Learning adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada pendidik untuk mengelola pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek.
Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas kompleks
berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan
menuntun peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan,
melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja
secara mandiri.
Model pembelajaran berbasis proyek (PjBL) menciptakan lingkungan belajar
"konstruktivis" dimana peserta didik membangun pengetahuan mereka sendiri dan pendidik
menjadi fasilitator. (Goodman dan Stivers, 2010). Model pembelajaran berbasis proyek
adalah model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menerapkan pengetahuan yang
sudah dimiliki, melatih berbagai keterampilan berpikir, sikap, dan keterampilan konkret.
Sedangkan pada permasalahan kompleks, diperlukan pembelajaran melalui investigasi,
kolaborasi dan eksperimen dalam membuat suatu proyek, serta mengintegrasikan berbagai
subjek (materi) dalam pembelajaran (Kemendikbud , 2017)
Model pembelajaran project based learning (PjBL) dapat digunakan ketika
pendidik ingin mengkondisikan pembelajaran aktif yang berpusat pada peserta didik
dimana peserta didik memiliki pengalaman belajar yang lebih menarik dan menghasilkan
sebuah karya berdasarkan permasalahan nyata (kontekstual) yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran ini juga dapat digunakan ketika pendidik ingin
lebih menekankan pada keterampilan ilmiah yaitu pada kegiatan mengamati,

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 27


menggunakan alat dan bahan, menginterpretasikan, merencanakan proyek, menerapkan
konsep, mengajukan pertanyaan dan berkomunikasi dengan baik.
Selain itu pendidik juga dapat menggunakan model PjBL ketika ingin
mengembangkan kemampuan berfikir kreatif peserta didik dalam merancang dan
membuat sebuah proyek yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan secara
sistematis. Sehingga model PjBL ini dapat membudayakan berpikir tingkat tinggi (high order
thinking/HOT) dalam mengimplementasikan pembelajaran. Pembelajaran Project based
Learning dapat dilaksanakan dengan beberapa syarat berikut :
a. Pendidik harus terampil mengidentifikasi kompetensi dasar yang lebih
menekankan pada aspek keterampilan atau pengetahuan pada tingkat
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi
b. Pendidik mampu memilih materi atau topik-topik yang akan dijadikan tema
proyek sehingga menjadi menarik
c. Pendidik harus terampil menumbuhkan motivasi peserta didik dalam
mengerjakan proyekdan danya fasilitas dan sumber belajar yang cukup
d. Pendidik harus melihat kesesuaian waktu proyek dengan kalender akademik
sehingga kegiatan proyek memungkinkan akan dilakukan.

Model Project based Learning pada dasarnya merupakan pembelajaran yang


menghasilkan suatu karya berbasis proyek, untuk mendorong kemampuan peserta didik
menghasilkan karya kontekstual baik individu maupun kelompok. Peran guru dalam
pembelajaran adalah sebagai fasilitator, menyediakan ruang untuk berekspresi dan
memberikan pengalaman bekerja, mendorong siswa berdiskusi dan memecahkan masalah,
serta memastikan siswa tetap bersemangat selama mereka melaksanakan proyek.

B. Prinsip – Prinsip Pembelajaran Project Based Learning


Pengalaman belajar peserta didik selama pelaksanaan model pembelajaran
project based learning antara lain peserta didik diajak untuk peduli terhadap masalah-
masalah di lingkungan sekitar dalam kehidupan mereka sehari hari, berlatih untuk peka
pada lingkungan, belajar mencari pertanyaan esensial, peserta didik berlatih berpikir logis,
kritis, dan detil, berfikir tentang detil pekerjaan yang harus dilakukan, berfikir asosiatif
yakni menghubungkan satu aspek pekerjaan dengan pekerjaan lainnya, berpikir tentang
urutan waktu, belajar membagi tugas sesuai minat dan kemampuan, inisiatif peserta didik
untuk mengarahkan sendiri dalam belajar, berusaha mencari sumber informasi dan
pengetahuan, peserta didik mencoba cara kerja sesuai pemahaman mereka, saling

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 28


berdiskusi dan bekerjasama, dan belajar dari kesalahan untuk kemudian memperbaikinya
sendiri.
Seperti yang sudah di uraikan bahwa model Project Based Learning merupakan
model pembelajaran yang lebih menekankan pada keterampilan proses ilmiah dan
berkaitan dengan kehidupan nyata atau sehari-hari sehingga karakteristik materi yang
sesuai dalam penerapan model Project Based learning ini yaitu:
a. Memiliki kompetensi dasar yang lebih menekankan pada aspek keterampilan
atau pengetahuan pada tingkat penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi
(memodifikasi, mencoba, membuat, menggunakan, mengoperasikan,
memproduksi, merekonstruksi, mendemonstrasikan, menciptakan,
merancang,menguji,dll
b. Dapat menghasilkan sebuah produk
c. Memiliki keterkaitan dengan permasalahan nyata atau kehidupan sehari-hari

Real-world Student choice Project


problem Project Goal

Karakteristik PjBL antara lain:


1. Penyelesaian tugas dilakukan secara mandiri dimulai dari tahap perencanaan,
penyusunan, hingga pemaparan produk
2. Peserta didik bertanggung jawab penuh terhadap proyek yang akan dihasilkan
3. Proyek melibatkan peran teman sebaya, guru, orang tua, bahkan masyarakat
4. Melatih kemampuan berpikir kreatif
5. Situasi kelas sangat toleran dengan kekurangan dan perkembangan gagasan
Pada model PjBL peserta didik tidak hanya memahami konten, tetapi juga
menumbuhkan keterampilan pada peserta didik bagaimana berperan di masyarakat.
Keterampilan yang ditumbukan dalam PjBl diantaranya keterampilan komunikasi dan
presentasi, keterampilan manajemen organisasi dan waktu, keterampilan penelitian dan
penyelidikan, keterampilan penilaian diri dan refleksi, partisipasi kelompok dan
kepemimpinan, dan pemikiran kritis.

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 29


Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis proyek
Menurut Thomas, pembelajaran berbasis proyek memiliki beberapa prinsip
dalam penerapan-nya, yaitu (Wena, 2011):
a. Sentralistis.
Model pembelajaran ini merupakan pusat dari strategi pembelajaran,
karena siswa mempelajari konsep utama dari suatu pengetahuan melalui
kerja proyek. Pekerjaan proyek merupakan pusat dari kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di kelas.
b. Pertanyaan Penuntun.
Pekerjaan proyek yang dilakukan oleh siswa bersumber pada pertanyaan
atau persoalan yang menuntun siswa untuk menemukan konsep mengenai
bidang tertentu. Dalam hal ini aktivitas bekerja menjadi motivasi eksternal
yang dapat membangkitkan motivasi internal pada diri siswa untuk
membangun kemandirian dalam menyelesaikan tugas.
c. Investigasi Konstruktif.
Pembelajaran berbasis proyek terjadi proses investigasi yang dilakukan
oleh siswa untuk merumuskan pengetahuan yang dibutuhkan untuk
mengerjakan proyek. Oleh karena itu guru harus dapat merancang strategi
pembelajaran yang mendorong siswa untuk melakukan proses pencarian
dan atau pendalaman konsep pengetahuan dalam rangka menyelesaikan
masalah atau proyek yang dihadapi.
d. Otonomi.
Pembelajaran berbasis proyek, siswa diberi kebebasan atau otonomi untuk
menentukan target sendiri dan bertanggung jawab terhadap apa yang
dikerjakan. Guru berperan sebagai motivator dan fasilitator untuk
mendukung keberhasilan siswa dalam belajar.
e. Realistis.
Proyek yang dikerjakan oleh siswa merupakan pekerjaan nyata yang sesuai
dengan kenyataan di lapangan kerja atau di masyarakat. Proyek yang
dikerjakan bukan dalam bentuk simulasi atau imitasi, melainkan pekerjaan
atau permasalahan yang benar-benar nyata

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 30


Keuntungan model pembelajaran berbasis proyek
1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu
untuk dihargai.
2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem yang kompleks.
4. Meningkatkan kolaborasi.
5. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam
mengelola sumber.
6. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-
sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
7. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara
kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
8. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan
dengan dunia nyata.
9. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik
maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

Kelemahannya Model pembelajaran berbasis proyek


1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak
3. Banyak pendidik yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana
instruktur memegang peran utama di kelas.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan.
6. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
7. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.
Dengan mempertimbangkan keuntungan dan kelemahan pada setiap model
pembelajaran dikaitkan dengan karakteristik materi dan keluasan materi terkait tujuan

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 31


pembelajaran yang ingin dicapai adalah dasar setiap pengembangan model untuk
menciptakan pembelajaran yang dinamis dan bermakna yang dapat memberikan
pengalaman belajar kepada siswa

C. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek

Sintaks atau Langkah – Langkah pembelajaran Model Project Based Learning sebagai
Berikut :
1. Penentuan Pertanyaan Mendasar
2. Mendesain Perencanaan Proyek
3. Menyusun Jadwal
4. Memonitoring keaktifan dan perkembangan proyek
5. Menguji Hasil
6. Evaluasi Pengalaman Belajar
Langkah kerja (sintaks) project-based learning adalah:

LANGKAH KERJA AKTIVITAS GURU AKTIVITAS SISWA


Penentuan Pertanyaan Guru menyampaikan topik Mengajukan pertanyaan
Mendasar dan mengajukan pertanyaan mendasar apa yang harus
bagaimana cara memecahkan dilakukan peserta didik
masalah terhadap topik/ pemecahan
masalah
Mendesain Perencanaan Guru memastikan setiap Peserta didik berdiskusi
Proyek peserta didik dalam kelompok menyusun rencana pembuatan
memilih dan mengetahui proyek pemecahan masalah
prosedur pembuatan meliputi pembagian tugas,
proyek/produk yang akan persiapan alat, bahan, media,
dihasilkan sumber yang dibutuhkan
Menyusun Jadwal Guru dan peserta didik Peserta didik menyusun jadwal
membuat kesepakatan tentang penyelesaian proyek dengan
jadwal pembuatan proyek memperhatikan batas waktu
(tahapan-tahapan dan yang telah ditentukan
pengumpulan) bersama
Memonitoring Keaktifan dan Guru memantau keaktifan Peserta didik melakukan
Perkembangan proyek peserta didik selama pembuatan proyek sesuai
melaksanakan proyek, jadwal, mencatat setiap
memantau realisasi tahapan, mendiskusikan
perkembangan dan masalah yang muncul selama
membimbing jika mengalami penyelesaian proyek dengan

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 32


kesulitan guru

Menguji Hasil Guru berdiskusi tentang Membahas kelayakan proyek


prototipe proyek, memantau yang telah dibuat dan
keterlibatan peserta didik, membuat laporan produk/
mengukur ketercapaian karya untuk dipaparkan
standard kepada orang lain
Evaluasi Pengalaman Belajar Guru membimbing proses Setiap peserta didik
pemaparan proyek, memaparkan laporan, peserta
menanggapi hasil, selanjutnya didik yang lain memberikan
guru dan peserta didik tanggapan, dan bersama guru
merefleksi/ kesimpulan menyimpulkan hasil proyek

Penerapan project-based learning sebagai berikut:


a. Topik/ materi yang dipelajari peserta didik merupakan topik yang bersifat
kontekstual dan mudah didesain menjadi sebuah proyek/ karya yang menarik
b. Peserta didik tidak digiring untuk menghasilkan satu proyek saja, (satu peserta didik
menghasilkan satu proyek)
c. Proyek tidak harus selesai dalam 1 pertemuan (diselesaikan 3-4 pertemuan)Proyek
merupakan bentuk pemecahan masalah sehingga dari pembuatan proyek bermuara
pada peningkatan hasil belajar
d. Bahan, alat, dan media yang dibutuhkan untuk membuat proyek diusahakan tersedia
di lingkungan sekitar dan diarahkan memanfaatkan bahan bekas/ sampah yang tidak
terpakai agar menjadi bernilai guna
e. Penilaian autentik menekankan kemampuan merancang, menerapkan, menemukan dan
menyampaikan produknya kepada orang lain

D. Sistem Penilaian Model Project Based Learning


Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
1. Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
2. Relevansi

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 33


Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3. Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap
proyek peserta didik.
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan
dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,
kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan
menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Penilaian kinerja pada Project based learning dapat dilakukan secara individual
maupun kelompok dengan memperhitungkan kualitas produk yang dihasilkan,
kedalaman pemahaman konten yang ditunjukkan, dan kontribusi yang diberikan pada
proses realisasi proyek yang sedang berlangsung.
Project based learning juga memungkinkan peserta didik untuk merefleksikan
ide dan pendapat mereka sendiri, dan membuat keputusan yang mempengaruhi hasil
proyek dan proses pembelajaran secara umum, dan mempresentasikan hasil akhir
produk.

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 34


BAB III

PENUTUP

Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar siswa dan gaya
mengajar guru. Melalui model pembelajaran, guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan
informasi, keterampilan, cara berpikir, dan mengekpresikan idenya. Model Pembelajaran
discovery dan inkuiri merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan. Discovery
merupakan adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang
diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Inkuiri adalah proses menjawab pertanyaan
dan menyelesaikan masalah berdasarkan fakta dan pengamatan. Jadi belajar dengan
menemukan (discovery) merupakan bagian dari proses inkuiri. Guru dituntut memahami setiap
karakteristik materi pelajaran dan pengimplementasian kompetensi dasar terhadap tujuan
pembelajaran yang ditetapkan akan sangat berpengaruh terhadap pemilihan model
pembelajaran yang sesuai. Pemilihan Model yang tepat diharapkan mampu memberikan
pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa.

Model Pembelajaran Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang


berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model Pembelajaran Problem
Based Learning fokus pembelajaran ada pada masalah tetapi metode ilmiah untuk memecahkan
masalah tersebut. Pada pembelajaran ini melatih siswa terampil menyelesaikan masalah. Oleh
karenanya pembelajarannya selalu dihadapkan pada permasalahan-permasalahan
kontekstual. Oleh sebab itu, siswa tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan
masalah tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan ketrampilan
menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis,
menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Model Project based Learning pada dasarnya merupakan pembelajaran yang


menghasilkan suatu karya berbasis proyek, untuk mendorong kemampuan peserta didik
menghasilkan karya kontekstual baik individu maupun kelompok yang menekankan pada
keterampilan proses ilmiah dan berkaitan dengan kehidupan nyata atau sehari-hari. Model
Project based learning merupakan pembelajaran yang dapat digunakan untuk menerapkan
pengetahuan yang sudah dimiliki, melatih berbagai keterampilan berpikir, sikap, dan
keterampilan konkret, dilakukan secara berkelompok atau mandiri melalui tahapan ilmiah
dengan batasan waktu tertentu yang dituangkan dalam sebuah produk untuk selanjutnya
dipresentasikan kepada orang lain.

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 35


Referensi
Afandi & Sajidan. 2017. Stimulasi Keterampilan Tingkat Tinggi. UNSPRESS. [3]. Amir,
T.M, 2009. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning:
Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pembelajar di Era Pengetahuan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Akinoglu, O.,& Tandogan, O.R, 2006. The Effect of Problem Based Learning in Science
Education Student’s Academic Achievement, Attitude and Concept Learning.
Eurasia Journal of Mathematics, Science &Technology Education, 3 (1): 71-81.
Arends, R.I. 2012. Learning to Teach. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. [5]. Ditjen
GTK. Direktorat PG Dikdas. 2017. Peningkatan Kompetensi Pedagogik
Melalui PKB Guru Sekolah Dasar

Fathurrohman, M. 2007. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University Press.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad


21: Ghalia Indonesia

Istiqomah. 2018. Pembelajaran dan Penilaian Higher Order Thingking Skills Teori dan
Inspirasi Pembelajaran untuk Menyongsong Era Revolusi Industri 4.0. Surabaya:
Pustaka Media Guru

Kamdi, 2007. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press.

Sanjaya, W. 2006. Model-model Pembelajaran Interaktif. Jakarta: STIA LAN Press

Suparmin, A. 2007. Model-Model Pembelajaran Interaktif. Jakarta: STIA LAN

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Direktorat Jenderal Pendidikan Atas dan
Menengah. 2017. Model – Model Pembelajaran, Jakarta: Kemendikbud

Direktoral Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan.2018. Buku Pegangan Pembelajaran


Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi, Jakarta: Kemendikbud

Sri-bdkdps/2021 Model – Model Pembelajaran 36

Anda mungkin juga menyukai