Anda di halaman 1dari 26

Makalah Strategi Pembelajaran

Model – Model Pembelajaran

OLEH KELOMPOK 1 :

Adriana Tanditasik : 1701414203


Fitra : 1701414226
Hapila : 1701414311
Sopi : 1701414218
Ummul Fatimang : 1701414224

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Model – Model Pembelajaran” tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga
makalah ini dapat selesai.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Palopo, 19 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Model Pembelajaran Langsung .........................................................................3
2.2. Model Pembelajaran Kooperatif .......................................................................5
2.3. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah ....................................................19
2.4. Model Pembelajaran Kontekstual ...................................................................20

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ......................................................................................................22
3.2 Saran .................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dirancang oleh guru agar siswa
melakukan keiatan belajar, untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang
diharapkan . dalam merancang kegiatan pembeajaran ini, seorang guru semestinya
memahami karakteristik siswa, tujuan pembelajran, yang ingin dicapai atau
kompetensi yang harus dikuasai siswa, materi ajar yang akan disajikan, dan cara
yang digunakan terus mengemas penyajian materi serta penggunaan bentuk dan
jenis penilaian yang akan dipiih untuk melakukan mengukuran terhadap
ketercapaian tujuan pembelajaran atau kompetensi yang telah dimiliki siswa.
Berkaitan dengan cara atau metode apa yang akan dipilih dan digunakan
dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru harus terlebih dahulu memahami
berbagai pendakatan, strategi, dan model pembelajaran. Pemahaman tentang hal
ini akan memberikan tuntutan kepada guru untuk dapat memilah, memilih, dan
menetapkan dengan tepat metode pmbelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran.
Peru dipahami bahwa setiap pendekatan pembelajran memiliki pandangan
yang berbeda tentang konsepsi dan makna pembelajaran, pandangan tentang guru
, dan pandangan tentang siswa, perbedaan inilah kemudian mengakibatkan strategi
dan model pembelajaran yang dikembangkan menjadi berbeda juga, sehingga
proses pembelajaran akan berbeda walaupun strategi pembelajaran sama. Dalam
makalah ini kami membahas tentang model model pembelajaran yang digunakan
di Sekolah Dasar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian model pembelajaran langsung?
2. Apa pengertian model pembelajaran kooperatif?
3. Apa pengertian model pembelajaran berdasarkan masalah?
4. Apa pengerttian model pembelajaran konstekstual?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG


1. Pengertian Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang lebih
berpusat pada guru dan lebih mengutamakan strategi pembelajaran efektif guna
memperluas informasi materi ajar. Pada model pembelajaran langsung terdapat
lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan pekerjaan
tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk
menerima penjelasan guru.
1) Fase Pertama
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, guru menyampaikan
tujuan, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran ini,
mempersiapkan siswa untuk belajar
2) Fase kedua
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan, guru
mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi
tahap demi tahap
3) Fase ketiga
Membimbing pelatihan, Guru merencanakan dan memberi bimbingan
pelatihan awal
4) Fase Keempat
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, guru mengecek
apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan
balik
5) Fase Kelima
Memberikan kesempatan untuk pelatihan untuk pelatihan lanjutan dan
penerapan, Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan
lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih
kompleks dan kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Pembelajaran Langsung

2
Model pembelajaran langsung dikembangkan untuk mengefisienkan materi
ajar agar sesuai dengan waktu yang diberikan dalam suatu periode tertentu.
Dengan model ini cakupan materi ajar yang disampaikan lebih luas dibandingkan
dengan model-model pembelajaran yang lain
3. Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung pada dasarnya
mengikuti
pola-pola pembelajaran secara umum. Meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Menyiapkan dan memotivasi siswa, Tujuan langkah awal ini untuk
menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk
berperan serta dalam pelajaran itu.
2) Menyampaikan tujuan, Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa
mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu
mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan
serta dalam pelajaran.Presentasi dan Demonstrasi, Fase ini merupakan fase
kedua pengajaran langsung. Guru melaksanakan presentasi atau
demonstrasi pengetahuan dan keterampilan. Kunci keberhasilan kegiatan
demonstrasi ialah tingkat kejelasan demostrasi informasi yang dilakukan
dan mengikuti pola-pola demonstrasi yang efektif.
3) Mencapai kejelasan, Hasil-hasil penelitian secara konsisten menunjukkan
bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan
spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses
belajar mengajar.
4) Melakukan demonstrasi, Pengajaran langsung berpegang teguh pada
asumsi bahwa sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari
mengamati orang lain. Belajar dengan meniru tingkah laku orang lain
dapat menghemat waktu, menghindari siswa dari belajar melalui “trial and
error.”
5) Mencapai pemahaman dan penguasaan, Untuk menjamin agar siswa akan
mengamati tingkah laku yang benar dan bukan sebaliknya, guru perlu
benar-benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap
demonstrasi ini berarti, bahwa jika guru perlu berupaya agar segala sesuatu
yang didemonstrasikan juga benar.

3
6) Berlatih, Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan
latihan yang intensif, dan memperhatikan aspek-aspek penting dari
keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.
7) Memberikan latihan Terbimbing, Salah satu tahap penting dalam
pengajaran langsung ialah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan
“pelatihan terbimbing.” Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan
dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar,
dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi
yang baru.

2.2 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokan siswa dengan tingkat
kemampuan akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil . Kepada
siswa diajarkan keterampilan keterampilan khusus agar dapat bekerja sama
dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman
sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa
yang pandai membantu yang lebih lemah, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan
baik strategi ini dilengkapi dengan LKS yang berisi tugas atau pertanyaan yang
harus dikerjakan siswa. Selama bekerja dalam kelompok, setiap anggota
kelompok berkesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dan memberikan
respon terhadap pendapat temannya. Setelah menyelesaikan tugas kelompok,
masing-masing menyajikan hasil pekerjaannya didepan kelas untuk didiskusikan
dengan seluruh siswa.
Berikut ini model pembelajaran yang dapat mewakili model-model
cooperative learning :
1. Student teams achievement division (STAD);
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dkk.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD:
1) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada
siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual
sehingga akan diperoleh skor awal.

4
3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5
siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan
rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku
yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan jender.
4) Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok
untuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD
biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi
5) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
6) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.
7) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis
berikutnya (terkini)
2. Jigsaw (model tim ahli);
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini pertama kali dikembangkan oleh
Aronson dkk. Langkah-langkah mengaplikasikan tipe Jigsaw dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap
kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda
baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah serta jika mungkin
anggota berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap
mengutamakan kesetaraan jender. Kelompok ini disebut kelompok asal.
Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah
bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi
tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua
siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam
kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG).
2) Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran
yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada
temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson
disebut kelompok jigsaw (gigi gergaji).

5
3) Misal suatu kelas dengan jumlah siswa 40, dan materi pembelajaran yang
dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari dari 5 bagian
materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli
yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa.
Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan
informasi yang telah diperoleh dalam diskusi di kelompok ahli dan setiap
siswa menyampaikan apa yang telah diperoleh atau dipelajari dalam
kelompok ahli.
4) Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,
selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan
pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok
yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi
pembelajaran yang telah didiskusikan.
5) Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
6) Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor
dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
7) Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian
materi pembelajaran.
8) Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan tipe Jigsaw untuk belajar
materi baru, perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut
serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
3. Group investivigation go a round (infvestigasi kelompok)
Langkah-langkah:
1) Membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari ± 5 siswa
2) Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis
3) Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan
kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang
disepakati.
4. Think pair and share
Langkah-langkah:
1) Guru menyampaikan inti materi

6
2) Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang materi/permasalahan
yang disampaikan guru
3) Guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil
diskusinya
4) Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada
materi/permasalahan yang belum diungkap siswa
5) kesimpulan
5. Make a match (membuat pasangan)
Langkah-langkah:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang
cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi
sebaliknya berupa kartu jawaban)
2) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari
kartu yang dipegang.
3) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya (kartu soal/kartu jawaban)
4) Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
5) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya
6) Kesimpulan.
6. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together);
Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993).
Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan
pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran. Langkah-langkah penerapan tipe NHT :
1) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa
sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan
skor dasar atau skor awal.
3) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 4-5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor atau nama.

7
4) Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam
kelompok.
5) Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor
(nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa
yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.
6) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada akhir pembelajaran.
7) Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.
8) Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor
dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
7. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization atau
Team Accelerated Instruction)
Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini
mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran
idnidvidual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara
individual. Oleh karena itu, kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan
untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara
individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil
belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling
dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab
atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut:
1) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi
pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
2) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan
skor dasar atau skor awal.
3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5
siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan
rendah). Jika mungkin, anggota kelompok terdiri dari ras, budaya, suku
yang berbeda tetapi tetap mengutamakan kesetaraan jender.

8
4) Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam
diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban
teman satu kelompok.
5) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
6) Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.
7) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya
(terkini)
8. Model pembelajaran Bertukar Pasangan
Model pembelajaran bertukar pasangan termasuk pembelajaran dengan
tingkat mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan
pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan semula/pertamanya.
Langkah-langkah pembelajarannya :
1) Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa
menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2) Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan
pasangannya.
3) Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari
kempok yang lain.
4) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang
baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5) Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan
kepada pasangan semula.
6) Kesimpulan.
7) Penutup.
9. Model pembelajaran Two Stay Two Stray / Dua Tinggal Dua Tamu
Model pembelajaran two stay two stray / Dua Tinggal Dua Tamu merupakan
model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk
membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan
dengan cara saling mengunjungi/bertamu antar kelompok untuk berbagi
informasi. Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :

9
1) Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang.
2) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua
kelompok yang lain.
3) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja
dan informasi ke tamu mereka.
4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan
melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
5) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
6) Kesimpulan
10. Pair Check
Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model
pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan
memberi penilaian. Langkah-langkah Pembelajarannya sebagai berikut :
1) Bekerja Berpasangan
2) Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap
pasangan mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu
melatih siswa dalam menilai.
3) Pelatih Mengecek
4) Apabila patner benar pelatih memberi kupon.
5) Bertukar Peran
6) Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1 – 3.
7) Pasangan Mengecek
8) Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.
9) Penegasan Guru
10) Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep.
11. Model Pembelajaran Berpikir-Berpasangan-Berempat dalam
mengembangkan Kecakapan Komunikasi
Model Pembelajaran Berpikir-Berpasangan-Berempat merupakan
pengembangan dari Think-pair-share yang dikembangkan oleh Frank Lyman dan
Think-pair-square oleh Spencer Kagan. Anita Lie (Lie,2002:56)
mengkombinasikan kedua teknik tersebut menjadi teknik berpikir-berpasangan-
berempat sebagai struktur pembelajaran kooperatif. Teknik ini memberikan pada

10
kesempatan lebih banyak siswa untuk mengapresiasikan dirinya. Strategi Think-
pair-square yang dikembangkan oleh Spencer Kagan terdiri dari tiga tahap yaitu:
Tahap 1 : Thingking (Berpikir). Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang
berhubungan dengan palajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan
pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri beberapa saat.
Tahap 2 : Pairing (Berpasangan). Guru meminta siswa berpasangan dengan
siswa lain untuk dapat mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap
pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah
diajukan suatu pertanya atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah
diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4 sampai 5 menit untuk
berpasangan.
Tahap 3 : Sharing (Berbagi). Pada tahap akhir ini, guru meminta pasangan
siswa untuk membentuk kelompok yang lebih besar untuk berbagi yang tentang
apa yang telah mereka pelajari dan seterusnya sampai seluruh kelas.
Adapun prosedur pembelajaran kooperatif tipe Berpikir-Berpasangan-
Berempat adalah sebagai berikut:
1) Guru membagi siswa kedalam kelompok dimana satu kelompok terdiri
dari 4 orang dengan pengelompokkan heterogen berdasarkan kemampuan
akademiknya dan jenis kelaminnya.
2) Guru memberikan LKS kepada masing-masing siswa,
3) Dalam pengerjannya, mula-mula siswa diminta bekerja sendiri-sendiri lalu
berpasangan dengan salah satu teman kelompoknya dan selanjutnya
dengan kelompok berempat.
4) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang berhubungan dengan
LKS, kemudian siswa diminta untuk memikirkan jawabannya secara
mandiri beberapa saat. Lalu kembali berpasangan dengan salah satu teman
kelompoknya dan berdiskusi untuk meyakinkan jawabannya. Setelah
beberapa waktu siswa diminta kembali kedalam kelompok berempatnya
dan berbagi jawaban serta berdiskusi untuk saling meyakinkan dalam
mencari jawaban terbaik.
5) Guru memanggil salah satu kelompok atau perwakilannya untuk ke depan
kelas dan memberikan kesimpulan jawaban yang telah disepakati

11
kelompoknya dan ditanggapi oleh seluruh siswa sampai ditemukan suatu
kesimpulan.
12. Tipe Berkirim Salam dan Soal
Menurut Subandriyo (2006) tipe berkirim salam dan soal merupakan strategi
yang bertujuan untuk mensiasati agar semua terlibat aktif guna memperoleh
pengalaman belajar nyata yang menyenangkan. Selain itu, tipe berkirim salam dan
soal memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk melatih
pengetahuan dan keterampilan mereka.
Dalam tipe berkirim salam dan soal siswa diberi kesempatan untuk membuat
pertanyaan terhadap materi yang akan dibahas pada hari itu. Dengan demikian,
mereka lebih terdorong untuk belajar karena nantinya mereka akan bertukar soal
dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh kelompok lain. Adapun langkah-
langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan tipe berkirim salam dan soal menurut
Irmaika (2009) adalah sebagai berikut :
1) Guru menentukan topik yang akan dibahas.
2) Guru menyampaikan materi secara interaktif untuk memunculkan
pertanyaan yang terfikirkan oleh siswa.
3) Guru membagi siswa dalam kelompok dan disetiap kelompok ditugaskan
untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang akan dikirim ke kelompok
lain dan menciptakan sapaan dan sorak khas kelompok.
4) Masing-masing kelompok mengirimkan utusan yang akan memberikan
soal dan menyampaikan salam (sapaan dan sorak khas).
5) Setiap kelompok mengirimkan soal kiriman dari kelompok lain.
6) Setelah selesai, jawaban masing-masing kelompok dicocokkan dengan
jawaban kelompok yang membuat soal.
7) Di akhir pelajaran, guru memberikan penegasan terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang muncul.
13. Tipe Kepala Bernomor
Tehnik belajar mengajar kepala bernomor dikembangkan oleh Spencer Kagan
(1992). Tehnik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain

12
itu, tehnik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama
mereka. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor, yaitu :
1) Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor.
2) Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya, siswa
nomor
bertugas menyebutkan nama bendanya, siswa nomor 2 betugas
menyebutkan warnanya, siswa nomor 3 menyebutkan bentuknya
14. Kepala Bernomor Struktur
Model Pembelajaran Kepala Bernomor Struktur merupakan modifikasi dari
model pembelajaran Numbered Heads Together. Perbedaan yang mendasar antara
keduanya adalah pada penugasan dan masuk keluarnya anggota kelompok.
Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok beranggotakan 3-4 siswa. Siswa
dalam setiap kelompok mendapat nomor urut 1 sampai 4.
3) Guru memberi tugas siswa, penugasan diberikan kepada setiap siswa
berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : siswa
nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal
dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
4) Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh
keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa
bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan
tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama
mereka.
5) Melaporkan hasil kerja kelompok dan tanggapan dari kelompok yang lain.
6) Kesimpulan.
15. Model Pembelajaran Snowball Throwing
Model Pembelajaran Snowball Throwing melatih siswa untuk lebih tanggap
menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada
temannya dalam satu kelompok. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan
tongkat seperti model pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas

13
berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-
lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan
menjawab pertanyaannya. Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1) Guru menyampaikan pengantar materi yang akan disajikan, dan KD yang
ingin dicapai.
2) Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing
ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada
temannya.
4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok
5) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan
dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit.
6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas
berbentuk bola tersebut secara bergantian
7) Evaluasi.
8) Penutup.
16. Bola Salju (Snowballing)
Dinamakan metode snow balling dikarenakan dalam pembelajaran siswa
melakukan tugas individu kemudian berpasangan. Dari pasangan tersebut
kemudian mencari pasangan yang lain sehingga semakin lama anggota kelompok
semakin besar bagai bola salju yang menggelinding.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang dihasilkan dari siswa
secara bertingkat. Dimulai dari kelompok yang lebih kecil berangsur-angsur
kepada kelompok yang lebih besar sehingga pada akhirnya akan memunculkan
dua atau tiga jawaban yang telah disepakati oleh siswa secara kelompok.
Langkah-langkah penerapan:
1) Sampaikan topik materi yang akan diajarkan.
2) Minta siswa untuk menjawab secara berpasangan.

14
3) Setelah siswa yang bekerja berpasangan tadi mandapatkan jawaban,
pasangan tadi digabung dengan pasangan di sampingnya. Dengan
demikian terbentuk kelompok yang beranggotakan 4 orang.
4) Kelompok berempat ini bekerja mengerjakan tugas yang sama seperti
dalam kelompok 2 orang. Tugas ini dapat dilakukan dengan
membandingkan jawaban kelompok 2 orang dengan kelompok 2 orang
lainnya . Dalam kegiatan ini perlu dipertegas bahwa jawaban harus
disepakati oleh semua anggota kelompok yang baru.
5) Setelah kelompok berempat ini selesai mengerjakan tugas, setiap
kelompok digabung lagi dengan kelompok berempat lainnya. Dengan
demikian sekarang setiap kelompok baru beranggotakan 8 orang.
6) Yang dikerjakan pada kelompok baru ini sama dengan tugas pada langkah
ke-4 di atas. Langkah ini dapat dilanjutkan sesuai dengan jumlah siswa
dan waktu yang tersedia.
7) Masing-masing kelompok diminta menyampaikan hasil diskusinya di
depan kelas.
8) Guru akan membandingkan hasil dari masing-masing kelompok kemudian
memberikan ulasan-ulasan yang dianggap perlu.
17. Model Pembelajaran Round Club Atau Keliling Kelompok
Model Pembelajaran Round Club Atau Keliling Kelompok adalah kegiatan
pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu
mengkontruksi konsep. Menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Menurut teori dan
pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok
terdiri dari 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan gender, karakter) ada control
dan fasilitasi, serta meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau
presentasi. Langkah-langkah pembelajaran
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompotensi dasar
2) Guru membagi siswa menjadi kelompok
3) Guru memberikan tugas atau lembar kerja
4) Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan
memberikan pandangan dan pemikiran mengenai tugas yang sedang
mereka kerjakan

15
5) Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
6) Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran
jarum jam atau dari kiri ke kanan
18. Model Pembelajaran Model Picture and Picture
Langkah Model Pembelajaran Model Picture and Picture
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2) Menyajikan materi sebagai pengantar
3) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan
dengan materi
4) Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
5) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6) Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7) Kesimpulan/rangkuman
19. Lingkaran Besar Dan Lingkaran Kecil (Inside – Outside – Circle)
Langkah-langkah :
1) Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar
2) Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama,
menghadap ke dalam
3) Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi
informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan
dalam waktu yang bersamaan
4) Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa
yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah
jarum jam.
5) Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi.
Demikian seterusnya
20. Bercerita Berpasangan
Tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan antara lain:
1) Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi dua
bagian.

16
2) Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan
mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu.
Pengajar bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang
siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini
dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap
menghadapi bahan pelajaran yang baru. Dalam kegiatan ini, pengajar perlu
menekankan bahwa memberikan tebakan yang benar bukanlah tujuannya.
Yang lebih penting adalah kesiapan mereka dalam mengantisipasi bahan
pelajaran yang akan diberi hari itu.
3) Siswa dipasangkan.
4) Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama. Sedangkan
siswa yang kedua menerima bagian yang kedua.
5) Kemudian siswa disuruh mendengarkan atau membaca bagian mereka
masing-masing.
6) Sambil membaca/mendengarkan, siswa disuruh mencatat dan mendaftar
beberapa kata/frasa kunci yang ada dalam bagian masing-masing. Jumlah
kata/frasa bisa disesuaikan dengan panjang teks bacaan.
7) Setelah selesai membaca, siswa saling menukar daftar kata/frasa kunci
dengan pasangan masing-masing.
8) Sambil mengingat-ingat/memperhatikan bagian yang telah
dibaca/didengarkan sendiri, masing-masing siswa berusaha untuk
mengarang bagian lain yang belum dibaca/didengarkan (atau yang sudah
dibaca/didengarkan pasangannya) berdasarkan kata-kata/frasa-frasa kunci
dari pasangannya. Siswa yang telah membaca/mendengarkan bagian yang
pertama berusaha untuk menuliskan apa yang terjadi selanjutnya.
Sedangkan siswa yang membaca/mendengarkan bagian yang kedua
menuliskan apa yang terjadi sebelumnya.
9) Tentu saja, versi karangan sendiri ini tidak harus sama dengan bahan yang
sebenarnya. Tujuan kegiatan ini bukan untuk mendapatkan jawaban yang
benar, melainkan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan
belajar dan mengajar. Setelah selesai menulis, beberapa siswa bisa diberi
kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka.

17
10) Kemudian, pengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada
masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut.
11) Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan
pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilaksanakan antara pasangan atau dengan
seluruh kelas.
21. Bamboo Dancing
Pembelajaran dengan metode bamboo dancing sangat baik digunakan untuk
mengajarkan berkaitan informasi - informasi awal guna mempelajari materi
selanjutnya. Dengan menggunakan metode bamboo dancing diharapkan terjadi
pemerataan informasi atau topik yang diketahui oleh siswa. Metode bamboo
dancing tentunya sangat bermanfaat guna pembelajaran di kelas agar lebih variatif
sehingga tidak membosankan siswa. Adapun langkah-langkah metode
pembelajaran bamboo dancing adalah sebagai berikut :
1) Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oelh guru. Pada tahap ini
guru dapat menuliskan topik atau melakukan tanya jawab kepada siswa
berkaitan dengan pengetahuan peserta didik tentang topik yang diberikan.
Langkah ini perlu dilakukan agar siswa lebih siap menghadapi materi yang
baru.
2) Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Misalkan jika dalam
kelas terdapat 40 anak , maka tiap kelompok besar terdiri 20 orang.
3) Pada kelompok besar 20 orang, kemudian dibagi menjadi dua kelompok
masing-masing 10 orang diatur yang saling berhadap-hadapan dengan 10
orang yang lainnya, dengan posisi berdiri. Pasangan ini disebut dengan
pasangan awal.
4) Kemudian guru membagiakn topik yang berbeda-beda kepada masing-
masing pasangan untuk didiskusikan. Dalam langkah ini guru memberi
waktu yang cukup agar materi yang didiskusikan benar-benar dipahami
siswa.
5) Usai berdiskusi , 20 orang dari tiap-tiap kelompok besar yang yang berdiri
berjajar saling berhadapa itu bergeser mengikuti arah jarum jam . Dengan
cara ini tiap-tiap peserta didik mendapat pasangan baru dan saling berbagi
informasi yang berbeda, demikian seterusnya. Pergerakan searah jarum

18
jam baru berhenti ketika peserta didik kembali ke tempat asalnya. Gerakan
saling bergeser dan berbagai informasi inilah menyerupai gerakan pohon
bamboo yang menari-nari.
6) Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan
kepada seluruh kelas. Guru memfalitasi terjadinya intersubyektif, dialog
interaktif, tanya jawab dan sebagainya. Melalui kegaiatan ini dimaksudkan
agar pengetahuan hasil diskusi oleh tiap-tiap kelompok besar dapat
diobyektifkan dan menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas.
22. Kancing Gemerincing
Langkah-langkah pembelajaran tipe ini adalah :
1) Guru menyipkan satu kotak kecil berisi kancing-kancing.
2) Setiap siswa dalam kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing.
3) Setiap kali seorang siswa berbicara, dia harus menyerahkan salah satu
kancingnya.
4) Jika kancingnya sudah habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai kancing
semua rekannya habis.

2.3 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBL)


Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang paling
efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Guru menyajikan masalah
dalam pembelajaran yang bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar
melalui permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh
memberikan soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Macam-macam pembelajaran berdasarkan masalah Menurut Arends


(1997), antara lain :
1. Pembelajaran berdasarkan proyek (project-based instruction), pendekatan
pembelajaran yang memperkenankan siswa untuk bekerja mandiri dalam
mengkonstruk pembelajarannya.
2. Pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience-based instruction),
pendekatan pembelajaran yang memperkenankan siswa melakukan
percobaan guna mendapatkan kesimpulan yang benar dan nyata.

19
3. Belajar otentik (authentic learning), pendekatan pengajaran yang
memperkenankan siswa mengembangkan ketrampilan berpikir dan
memecahkan masalah yang penting dalam konsteks kehidupan nyata.
4. Pembelajaran bermakna (anchored instruction), pendekatan pembelajaran
yang mengikuti metodologi sains dan memberi kesempatan untuk
pembelajaran bermakna.

2.4 Model Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) atau CTL
merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi
pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata, sehingga siswa mampu
menghubungkan dan menerapkan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari
(Mulyasa: 2006: 102).

Menurut Sanjaya (2006: 109) mengemukakan bahwa CTL adalah suatu


konsep pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya
dengan situasi kehidupan nyata. Johnson (dalam Nurhadi: 2003: 12) merumuskan
bahwa CTL merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa
melihat makna/arti dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks
lingkungan pribadi, sosial, dan budayanya.

Sedangkan menurut Nurhadi (2003: 13) CTL adalah konsep belajar dari
guru yang menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan
dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses
mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Adapun menurut Muslich (2007: 41),
CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat

20
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran


kontekstual adalah pembelajaran yang menghadirkan dunia nyata di dalam kelas
untuk menghubungkan antara pengetahuan yang ada untuk diterapkan dalam
kehidupan siswa. Dengan CTL memungkinkan proses belajar mengajar yang
tenang dan menyenangkan, karena pembelajarannya dilakukan secara alamiah,
sehingga memungkinkan peserta dapat mempraktekkan secara langsung materi
yang dipelajarinya. CTL mendorong peserta memahami hakekat, makna, dan
manfaat belajar, sehingga memungkinkan mereka rajin, dan termotivasi dalam
belajar.

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan tentang penjelasan pada makalah ini tentang model – model
pembelajaran matematika pada Sekolah Dasar, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang
lebih berpusat pada guru dan lebih mengutamakan strategi
pembelajaran efektif guna memperluas informasi materi ajar
2. Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif merupakan strategi
pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokan siswa
dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda kedalam
kelompok-kelompok kecil
3. Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang
efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran
ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi
dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang
dunia sosial dan sekitarnya
4. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) atau
CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada
keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa
secara nyata, sehingga siswa mampu menghubungkan dan menerapkan
kompetensi dalam kehidupan sehari-hari
4.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawab kan

22
DAFTAR PUSTAKA

Affandi Muhammad. Chamalah Evi. Puspita Wardani Oktarina. 2013.


Model Dan Metode Pembelajaran Di Sekolah. Semarang. Unissula Press.
Anonim. http://www.karyatulisku.com/2016/04/makalah-model-model
pembelajaran.html. Diakses pada tangal 18 Oktober 2019
https://hrinovatif2.wordpress.com/2015/03/23/pembelajaran-inovatif-i/.
Diakses pada tanggal 17 Oktober 2019
https://www.matematrick.com/2016/10/macam-macam-model
pembelajaran.html. diakses pada tanggal 17 Oktober 2019
http://nnachieti-s-secret.blogspot.com/2013/01/model-model-pembelajaran
matematika-sd.html. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2019

23

Anda mungkin juga menyukai