Disusun Oleh:
Hafsah Anas
20129032
Kelompok 1
Seksi:
20 Internasional 11
Dosen Pengampu:
Yesi Anita, M.Pd.
Kata desain berasal dari bahasa Inggris yaitu design, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
dapat diartikan kerangka, bentuk, rancangan, motif, pola, model, menata, memaksudkan dan
konstruksi. Dalam bahasa Arab, desain diartikan dengan tashmim yaitu teknik mengatur
sesuatu (pembelajaran) dengan cara yang sesuai dengan ketentuan kurikulum yang menjadi
dasar pembelajaran. Gagne, Briggs, & Wager mengembangkan konsep desain pembelajaran
dengan menyatakan bahwa desain pembelajaran membantu proses belajar seseorang, di mana
proses tersebut memiliki tahapan segera dan jangka panjang. Menurut mereka proses belajar
terjadi karena adanya kondisi-kondisi belajar : internal dan eksternal. Kondisi internal :
kemampuan dan kesiapan diri pebelajar. Sedangkan kondisi eksternal : pengaturan
lingkungan yang didesain. Penyiapan kondisi eksternal inilah yang menurut mereka sebagai
desain pembelajaran yang disusun secara sistematis, dan menerapkan konsep pendekatan
system agar berhasil meningkatkan mutu kinerja seseorang. Dan mereka percaya bahwa
proses belajar yang terjadi secara internal dapat ditumbuhkan jika faktor eksternal dapat
didesain dengan efektif.
Model pembelajaran demonstrasi adalah model mengajar yang menggunakan peragaan untuk
memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu
kepada peserta didik.
1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik dansetelah proses demonstrasi
berakhir.
3) Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala sesuatu peralatan yang diperlukan.
4) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua peserta didik dapat melihat dengan jelas
apa yang didemonstrasikan.
6) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, misalnya ditugaskan
untuk mencatat hal-hal yang penting dari pelaksanaan demonstran.
10) Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut
sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi.
11) Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan
memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan
proses pencapaian tujuan pembelajaran.
1) Peserta didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
3) Sukar dimengerti apabila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai materi.
4) Demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang
memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan model ini tidak efektif lagi.
6) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus sehingga guru
dituntut untuk bekerja lebih professional.
2) Demonstrasi dapat menghidupkan pelajaran karena peserta didik tidak hanya mendengar
tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
3) Demonstrasi dapat mengaitkan teori dengan peristiwa alam lingkungan sekitar. Dengan
demikian, peserta didik dapat lebih meyakini kebenaran materi pelajaran.
5) Demonstrasi seringkali mudah teringat daripada bahasa dalam buku pegangan atau
penjelasan pendidik.
Model pembelajaran Direct Instraction adalah model pembelajaran yang menekankan pada
penguasaan konsep atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif.
Guru berperan sebagai penyampai informasi, dalam hal ini guru seyogianya menggunakan
berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder, alat peraga, dan sebagainya.
3. Model Pembelajaran Group Investigation
Model pembelajaran group investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan
mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam katerampilan proses kelompok
(group process skills). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota
serta pembelajaran kelompok yang lebih mengasah kemampuan intelektual siswa
dibandingkan belajar secara individual dan pada akhir pembelajaran guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memberi penjelasan sebagai bentuk tanggung jawab atas
diskusi yang dilaksanakan.
Model pembelajaran ini menggunakan gambar yang disusun secara sistematis. Artinya siswa
secara aktif menyusun gambar yang tidak beraturan menjadi keadaan yang utuh atau yang
sebenarnya.
Model pembelajaran ini siswa dituntut untuk mellakukan berbagai kegiatan menghimpun
informasi, menelaah, menganalisis, mengkategorikan, dan mengintegrasikan bahan suatu
pelajaran yang dijelaskan oleh guru dan mampu untuk membuat suatu kesimpulannya.
Artinya suksesnya suatu pembelajaran tersebut disebabkan adanya interaksi. Yang membuat
siswa untuk menemukan suatu konsep maupun teori melalui contoh-contoh yang mereka
jumpai di lingkungan.
Model pembelajaran yang menggunakan media kartu teka-teki yang berpasangan dengan
kartu jawaban teka-teki. Permainan tebak kata dilaksanakan dengan cara siswa menjodohkan
kartu soal tekateki dengan kartu jawaban yang tepat. Melalui permainan tebak kata, selain
anak menjadi tertarik untuk belajar juga memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran
PPKn dalam ingatan siswa.Jadi , guru mengajak siswa untuk bermain tebak kata dengan
menggunakan media kartu dari kertas karton dalam mata pelajaran PPKn.
5. Apabila jawabannya maka pasangan itu boleh duduk. Jika belum maka boleh digantikan
dengan kata atau kartu yang lain.
2. Bila siswa tidak menjawab demgan benar maka tidak semua siswa dapat maju karena
waktu terbatas.
Model pembelajaran yang paling relevan untuk kelas rendah MI/SD adalah model
pembelajaran picture and picture, karena anak-anak itu menyukai dengan yang namanya
warna-warni,dengan begitu anak-anak akan senang melihat gambargambar tersebut dan akan
aktif menerima materi yang akan diberikan oleh guru. Dengan begitu seorang guru akan lebih
mudah menjalan proses belajar mengajar. Contoh penerapan model pembelajaran Picture and
Picture pada jaringan tema kelas 1 SD/MI semester Ganjil Tema 1 Kegemaranku PPKn.
Selain itu model Tebak kata, demonstrasi maupun model berbasis permainan sangat relevan
untuk pembelajaran dikelas rendah.
Daftar Pustaka
Abdul Halim Hanafi dan Amrina. 2013. Desain Pembelajaran Bahasa Arab. Jakarta : Diadit
Media Press
Dewi Salma Prawiradilaga. 2007. Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group
Arends.2013.Belajar untuk Mengajar, diterjemahkan oleh: Made Frida Yulia. Jakarta Selatan:
Salemba Humanika.