DISUSUN OLEH :
Sintia Putri
NIM. 21177023
A. Model Pembelajaran
Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, memaparkkan bahwa: :
“pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan
Menurut Helmiati (2012: 9), model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang
menggambarkan dari awal sampai akhir yang dipaparkan secara khas oleh guru. Helmiati juga
pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran. Sejalan dengan Octavia, (2020: 13),
model pembelajaran dirancang untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) dapat
berjalan dengan lancar, menarik, mudah dipahami, dan sesuai urutan. Dengan adanya model
Pada umumnya model-model pembelajaran yang baik dapat dicirikan sebagai berikut
1. Memiliki prosedur yang sistematik. Jadi, sebuah model mengajar merupakan prosedur
yang sistematik untuk memodifikasi perilaku siswa, yang didasarkan pada asumsi-asumsi
tertentu.
1
2. Hasil belajar ditetapkan secara khusus. Setiap model mengajar menentukan tujuan-tujuan
khusus hasil belajar yang diharapkan dicapai siswa secara rinci dalam bentuk unjuk kerja
yang dapat diamati. Apa yang harus dipertunjukkan oleh siswa setelah menyelesaikan
perilaku yang seharusnya ditunjukkan oleh siswa setelah menempuh dan menyelesaikan
urutan pengajaran.
penilaian hasil belajar; 2) Adanya sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan
Pada model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang penting. Hal ini dapat
2
keterampilan menyajikan informasi tahap demi tahap
3. Memberikan bimbingan Mengarahkan siswa
4. Mengecek pemahaman dan memberikan Mengecek kemampuan siswa dan
umpan balik memberikan umpan balik
5. Memberikan latihan dan penerapan Mempersiapkan latihan untuk siswa.
konsep Mengoprasikan konsep yang dipelajari
pada kehidupan sehari-har
(Suyanto, 2013: 160)
sebelumnya, model pembelajaran tidak langsung berpusat pada siswa. Peran guru dalam
siswa.
Melalui pembelajaran ini siswa lebih terlibat aktif, siswa menjadi terbiasa,
memberikan jawaban yang tidak benar. Selain itu, pembelajaran ini juga dapat
Model pembalajaran ini sangat cocok digunakan oleh guru karena memungkinkan
munculnya hasil-hasil pemikiran atau penemuan para siswa yang tidak diketahui guru.
a. Dalam masalah waktu, model atau pendekatan ini lebih menyita waktu dibandingkan
b. Dari segi hasil akan dijumpai hasil-hasil yang tidak terduga dan kurang aman, akibat
3
c. Model pembelajaran ini kurang baik digunakan dalam memberikan informasi yang
detail
d. Model ini juga kurang sesuai digunakan untuk penghafal isi pelajaran dan mengingat
materi yang dipelajari dengan cara siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif; 2)
Kelompok yang dibentuk terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah; 3) Dalam kelas, terdapat siswa yang berbeda baik ras, suku, budaya
jenis kelamin. Untuk itu, dalam tiap kelompokpun diupayakan teridiri dari ras, suku,
budaya, jenis kelamin yang berbeda pula; 4) Penghargaan atas keberhasilan belajar lebih
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
Kelompok yang heterogen bisa dibentuk dengan memperhatikan aspek gender, latar
belakang sosio-ekonomi dan etnik serta kemampuan akademik. Secara umum, kelompok
yang heterogen disukai oleh para guru yang telah memakai metode pembelajaran
kooperatif. Alasannya: 1) kelompok yang heterogen memberi kesempatan yang luas bagi
siswa untuk saling mengajar dan saling mendukung. 2) kelompok ini meningkatkan relasi
dan interaksi antara ras, etnik dan gender, sehingga sangat baik untuk siswa yang plural.
4
3) Kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu
orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu sistem untuk setiap
1. Bagi Guru
akan ditempuh sesuai dengan waktu yang tersedia, tujuan yang hendak dicapai,
5
b. Dapat dijadikan sebagai alat untuk mendorong aktivitas siswa dalam pembelajaran.
kualitas pembelajaran.
2. Bagi Siswa
Menurut Yetti & Juniasih (2016: 388), pembelajaran aktif (active learning) memiliki nilai
karakter inti yaitu peserta didik mampu mengaktualisasikan diri secara aktif dalam proses
pembelajaran. Aktif yang dimaksud adalah cerminan kerja keras, kemandirian, tanggung
jawab, dan hasrat ingin tahu. Prinsip-prinsip belajar peserta didik aktif meliputi anak didik
harus lebih aktif dan berperan dalam semua aktivitas belajar, sedangkan guru hanya sebagai
fasilitator yang bertugas mengarahkan proses belajar mengajar (Rosida & Suprihatin, 2011:
93). Peserta didik dapat berperan aktif dalam mencari sesuatu informasi guna memecahkan
yaitu siswa lebih banyak diberikan kebebasan untuk terlibat langsung dalam proses
6
pembelajaran seperti menentukan topik, menginvestigasi dan memperoleh informasi
keterlibatan seluruh siswa di dalam diskusi kelompok sehingga dapat membuat siswa
menjadi lebih aktif. Dengan demikian dapat memberi pengaruh pada kemampuan
berpikir kritis siswa. Selain itu, model pembelajaran Group Investigation merupakan
kelompok. Dari proses pembelajaran seperti itu akan menumbuhkan cara berpikir
kritis siswa dan kerjasama kelompok yang tercipta dalam proses pembelajaran sangat
Sharen pada tahun 1970 juga dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang banyak
mengembangkan konsep atau gagasan siswa yang akan memicu rasa keingintahuan
7
Gambar 1. Group Investigation Model (Joyce dan Wil, 1992: 52)
Berdasarkan penelitian oleh Wajdi (2021: 124) memaparkan bahwa pada saat
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran Giving
Question and Getting Answer, siswa lebih aktif dan antusias. Model pembelajaran
ini lebih banyak melibatkan keikutsertaan siswa dibandingkan guru selama proses
belajar mengajar berlangsung (Wajdi, 2021: 124).
8
kesempatan untuk menjelaskan atau mengutarakan pendapat, sehingga siswa
dapat memperoleh pengetahuan dan tidak terlalu bergantung pada guru (Wajdi,
2021: 124).
Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu mengatasi masalah dalam
proses pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar siswa adalah model
pembelajaran kooperatif jigsaw. Pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan model
pembelajaran yang bisa melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Keunggulan
kooperatif jigsaw dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Jadi, kegiatan tersebut
dapat menumbuhkan kebersamaan dalam belajar dan aktivitas belajar menjadi
lebih baik. Dalam proses pembelajaran siswa dapat berpikir, menemukan, dan
menggunakan pengetahuan. Dengan demikian diakhir belajar diharapkan hasil
belajar siswa menjadi lebih baik (Rahmi, 2017: 180).
9
itu tidak dapat melaksanakan tugas kelompok dengan sempurna (Hasanah, 2018:
1119).
Menurut Suyatno (2009: 53) tipe NHT (Numbered Head Together) adalah salah
satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan langkah sebagai berikut:
1) Mengarahkan.
2) Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa, memiliki nomor tertentu.
3) Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi
untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan
nomor sama mendapat tugas yang sama.
4) Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan nomor siswa yang sama
sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas.
5) Mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap siswa.
6) Mengumumkan hasil kuis dan memberikan reward
5. Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) atau kooperatif terpadu
membaca dan menulis yaitu suatu model pembelajaran menyeluruh dengan cara
membaca dan menulis yang melibatkan kerja sama murid dalam suatu kelompok
dimana kesuksesan kelompok tergantung pada kesuksesan masing-masing individu
dalam kelompok tersebut (Slavin, 2010: 5).
Langkah-langkah dalam proses pembelajaran yang menggunakan Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah (Afandi dkk, 2013: 62):
1) Guru membentuk kelompok yang anggotanya empat atau lima orang
secara heterogen (berbeda jenis kelamin, latar belakang, status sosial,
kemampuan akademik dan lain-lain).
10
2) Guru memberikan wacana sesuai dengan topik atau materi yang akan
diajarkan.
3) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberikan tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada selembar kertas.
4) Perhatian siswa tehadap pelajaran guru, aktifitas siswa terhadap situasi
kelompok, membantu teman yang kesulitan, kemampuan siswa bertanya
materi yang belum jelas, kemampuan siswa mengemukakan pendapat,
siswa mampu memberi sanggahan dan tanggapan, keberanian siswa
mempresentasikan hasil diskusinya, membuat kesimpulan sendiri,
kemampuan siswa dalam mengerjakan soal.
5) Guru membuat kesimpulan bersama.
1) Presentasi Kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam
kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan
atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru. Bedanya presentasi kelas
dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-
11
benar fokus pada unit STAD. Dengan cara ini siswa akan menyadari bahwa
mereka harus benar-benar member perhatian penuh selama presentasi kelas,
karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan
kuiskuis.
2) Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili bagian dari seluruh
kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi
utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar
belajar, dan untuk mempersiapkananggotanya untuk bisa mengerjakan kuis
dengan baik. Setelah itu guru menyampaikan materi, tim berkumpul untuk
mempelajari lembar kegiatan. Pembelajaran itu melibatkan pembahasan
permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap
kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
3) Kuis
Setelah guru mempresentasikan materi dan praktek tim atau kerja kelompok
para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan
untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, setiap siswa
bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.
4) Skor Kemajuan Individual
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada
setiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja
lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. tiap
siswa diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa
tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya
akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan
skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.
5) Rekognisi Tim
Menurut Slavin (2010: 159) Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk
penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai criteria
tertentu. Skor tim siswa bisa juga digunakan untuk menentukan duapuluh
persen dari peringkat mereka.
12
7. Model Pembelajaran Think-Pair-Share
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Lyman et al. (1985) dari Universitas
Maryland. Langkah-langkahnya adalah (Lufri dkk, 2020: 80):
a. Thinking
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan materi pelajaran,
kemudian peserta didik diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut
secara mandiri untuk beberapa saat.
b. Pairing
Guru meminta peserta didik berpasangan dengan temannya untuk mendiskusikan
sekitar 4-5 menit apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama.
c. Sharing
Guru meminta kepada pasangan untuk berbagi ide, informasi, pengetahuan atau
pemahaman dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Ini
dilakukan secara bergiliran pasangan demi pasangan sampai sekitar 25%
pasangan mendapat kesempatan.
8. Model Pembelajaran Picture and Picture
Picture and picture ini berbeda dengan media gambar dimana picture and picture
berupa gambar yang belum disusun secara berurutan dan yang menggunakannya
adalah siswa, sedangkan media gambar berupa gambar utuh yang digunakan oleh
guru dalam proses pembelajaran. Dengan adanya penyusunan gambar guru dapat
mengetahui kemampuan siswa dalam memahami konsep materi dan melatih berpikir
logis dan sistematis, dapat melihat kemampuan siswa dalam menyusun gambar secara
berurutan, menunjukkan gambar, memberi keterangan dan menjelaskan gambar,
Sehingga siswa dapat menemukan konsep materi sendiri dengan membaca gambar.
Adanya gambar-gambar yang berkaitan dengan materi belajar siswa lebih aktif dan
dapat tercapai tujuan akhir dari proses pembelajaran yaitu hasil belajar akan
meningkat (Natalina dkk, 2011).
13
9. Model Pembelajaran Make a Match
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini membuat siswa
belajar sambil bermain, karena siswa diberikan kesempatan untuk berfikir dengan
jawaban kartu yang dipegang, kemudian mencari pasangan dari kartu yang mereka
pegang. Ketika siswa mencari pasangan jawaban kartu yang mereka pegang siswa
melatih diri untuk berfikir dan berinteraksi dengan teman-teman yang lain, siswa
lebih aktif dalam proses belajar mengajar karena diberikan kesempatan untuk mencari
teman pasangannya untuk mendiskusikan jawaban dari soal dan pernyataan yang
mereka dapatkan, sehingga melatih siswa untuk berfikir dan memahami materi yang
diajarkan. Setelah mendapatkan jawaban yang dianggap pasangan yang benar,
mereka mendapat kesempatan untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas
duduk-duduk sambil bermain tanpa memperhatikan jalannya diskusi. Sebagian Ada
sebagian siswa yang ribut dan tidak memperhatikan saat diskusi berlangsung. Siswa
hanya berkumpul-kumpul dan tidak melaksanakan tugasnya. Siswa cenderung bosan
dengan kegiatan diskusi yang monoton tanpa ada unsur permainan pada saat belajar
(Berlian dkk, 2017: 15).
Model pembelajaran Course Review Horay adalah salah satu model pembelajaran
kooperatif yang tepat untuk meningkatkan evaluasi konsep materi pelajaran biologi.
Model pembelajaran Course Review Horay salah satu model pembelajaran dengan
cara pengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay diharapkan siswa
lebih semangat dalam belajar karena pembelajarannya tidak monoton selain itu
pembelajaran menarik dan mendorong siswa untuk dapat terjun langsung ke
dalamnya serta melatih kerjasama siswa dengan begitu penyampain teori tidak akan
monoton, sehingga dapat menarik perhatian siswa dan meningkatkan motivasi siswa
untuk fokus pada pelajaran tersebut. Hal ini menyebabkan pemahaman siswa
14
menjadi lebih optimal dan akan berpengaruh terhadap meningkatnya hasil belajar
siswa (Lestari, 2018).
15
KESIMPULAN
1. Model pembelajaran adalah suatu pola yang dirancang dengan menggunakan pendekatan atau
metode atau strategi pembelajaran yang lain disertai langkah-langkah (sintaks) dan perangkat
pembelajarannya.
2. Model pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru cenderung tidak mampu membuat
siswa aktif dalam menyampaikan pendapatnya ketika mendapat permasalahan dari guru,
dengan demikian kemampuan berfikir siswa, termasuk kemampuan berpikir kritis akan sulit
untuk berkembang.
3. Ada 3 macam bentuk model pembelajaran aktif, kreatif, dan inovatif, yaitu: 1) Model
pembelajaran lansung 2) Model pembelajaran tak langsung 3) Model pembelajaran
kooperatif.
4. Suatu model pembelajaran mungkin terdiri dari satu atau beberapa
pendekatan/metode/perpaduan antara keduanya.
5. Perbandingan antara model dengan pendekatan dan metode pembelajaran adalah model
pembelajaran bersifat operasional.
16
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, M., Chamalah, E., dan Wardani, O.P. 2013. Model dan Metode Pembelajaran di
Sekolah. Semarang: UNISSULA PRESS.
Berlian, Z., Aini, K., dan Nurhikmah, S. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Make a Match terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Biologi di SMP Negeri 10
Palembang, Bioilmi., 3(1): 13-17.
Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Hasanah, S. 2018. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Sistem Ekskresi pada Mata Pelajaran Biologi, JMP
Online., 2(10): 1114-1130.
Herlina, M., Rahayu, I.Y., dan Wiksya, D. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Group
Investigation (GI) terhadap Berpikir Kritis dan Keterampilan Sosial Siswa dalam
Pembelajaran IPA Biologi Kelas X SMAN 2 Argamakmur, Diklabio: Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran Biologi., 3(2): 142-152.
Lestari. 2018. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Grasindo.
Lufri, dkk. 2020. Metodologi Pembelajaran: Strategi, Pendekatan, Model, Metode
Pembelajaran. Malang: CV IRDH.
Natalina, M., Yusuf, Y., dan Rahmayani, D. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Picture and Picture untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas
XI IPA SMA N 1 Ukui Tahun Ajaran 2009/2010, BIOGENESIS., 7(02).
Octavia, S.A. 2020. Model-model Pembelajaran. Sleman: Deepublish Publisher.
Rahmi, E.G. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kemampuan
Awal Siswa Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Bonjol, Jurnal
Pendidikan Rokania., II(2): 177-185.
Rosida, P., dan Suprihatin, T. 2011. Pengaruh Pembelajaran Aktif dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Fisika pada Siswa Kelas 2 SMU, Proyeksi., 6(2): 89-102.
Slavin. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Penerbit Nusa Media.
Suprijon, A. 2013. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Suyanto, dkk. 2013. Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional. Yogyakarta: Multi
17
Pressindo.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka.
Wajdi, M. 2021. Pengaruh Model Pembelajaran Giving Question and Getting Answer terhadap
Hasil Belajar Biologi Konsep Sistem Sirkulasi Darah pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1
Makassar, SAINTIFIK: Jurnal Matematika, Sains, dan Pembelajarannya., 7(2): 118-125.
Yetti, E., dan Juniasih, I. 2016. Implementasi Model Pembelajaran Tari Pendidikan untuk
Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini melalui Metode Pembelajaran Aktif,
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI., 10(2): 385-400.
Yunus, M., dan Ilham, K. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Tipe Giving Question and
Getting Answers Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Bajeng, Jurnal
Chemica., 14(1): 20-26.
18