Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“MODEL-MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING)”

Dosen Pengampu: Dr. Syamsurizal, M.Biomed.

DISUSUN OLEH :
Sintia Putri
NIM. 21177023

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
URAIAN MATERI........................................................................................................................1
A. Model Pembelajaran.............................................................................................................1
B. Ciri-ciri Model Pembelajaran...............................................................................................1
C. Bentuk Model Pembelajaran.................................................................................................2
D. Manfaat Model Pembelajaran...............................................................................................5
E. Model Pembelajaran Aktif (Active Learning)......................................................................6
KESIMPULAN............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................17
URAIAN MATERI

A. Model Pembelajaran

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, memaparkkan bahwa: :

“pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada

suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan

diawasi. Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan

pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.”

Menurut Helmiati (2012: 9), model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang

menggambarkan dari awal sampai akhir yang dipaparkan secara khas oleh guru. Helmiati juga

memaparkan bahwa model pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan suatu

pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran. Sejalan dengan Octavia, (2020: 13),

model pembelajaran dirancang untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) dapat

berjalan dengan lancar, menarik, mudah dipahami, dan sesuai urutan. Dengan adanya model

pembelajaran diharapkan peserta didik mampu menerapkan kemampuan berpikir tingkat

tinggi, melatih kekompakan dan kerja sama dalam sebuah tim/kelompok.

B. Ciri-ciri Model Pembelajaran

Pada umumnya model-model pembelajaran yang baik dapat dicirikan sebagai berikut

(Octavia, 2020: 14-15):

1. Memiliki prosedur yang sistematik. Jadi, sebuah model mengajar merupakan prosedur

yang sistematik untuk memodifikasi perilaku siswa, yang didasarkan pada asumsi-asumsi

tertentu.

1
2. Hasil belajar ditetapkan secara khusus. Setiap model mengajar menentukan tujuan-tujuan

khusus hasil belajar yang diharapkan dicapai siswa secara rinci dalam bentuk unjuk kerja

yang dapat diamati. Apa yang harus dipertunjukkan oleh siswa setelah menyelesaikan

urutan pengajaran disusun secara rinci dan khusus.

3. Penetapan lingkungan secara khusus. Menetapkan keadaan lingkungan secara spesifik

dalam model mengajar.

4. Ukuran keberhasilan. Menggambarkan dan menjelaskan hasil-hasil belajar dalam bentuk

perilaku yang seharusnya ditunjukkan oleh siswa setelah menempuh dan menyelesaikan

urutan pengajaran.

5. Interaksi dengan lingkungan. Semua model mengajar menetapkan cara yang

memungkinkan siswa melakukan interaksi dan bereaksi dengan lingkungan.

C. Bentuk Model Pembelajaran

Ada 3 bentuk model pembelajaran aktif, kreatif, dan inovatif, yaitu:

1. Model Pembelajaran Langsung

Ciri- ciri pembelajaran langsung: 1) Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur

penilaian hasil belajar; 2) Adanya sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan

pembelajaran 3) Adanya sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung

berlangsungnya dan berhasilnya proses pembelajaran.

Pada model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang penting. Hal ini dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Fase-fase Pembelajaran


Fase Peran Guru
1. Menyampaikan tujuan dan Menjelaskan tujuan, materi prasyarat,
mempersiapkan siswa memotivasi siswa dan mempersiapkan
siswa
2. Mendemosntasikan pengetahuan dan Memvisualisasikan keterampilan atau

2
keterampilan menyajikan informasi tahap demi tahap
3. Memberikan bimbingan Mengarahkan siswa
4. Mengecek pemahaman dan memberikan Mengecek kemampuan siswa dan
umpan balik memberikan umpan balik
5. Memberikan latihan dan penerapan Mempersiapkan latihan untuk siswa.
konsep Mengoprasikan konsep yang dipelajari
pada kehidupan sehari-har
(Suyanto, 2013: 160)

2. Model Pembelajaran Tidak Langsung

Berbeda dengan model pembelajaran langsung seperti yang sudah diuraikan

sebelumnya, model pembelajaran tidak langsung berpusat pada siswa. Peran guru dalam

pembelajaran ini bukan memberikan informasi melainkan mengajukan pertanyan-

pertanyaan, dan mendengarkan siswa serta memberikan penghargaan/ pujian kepada

siswa.

Melalui pembelajaran ini siswa lebih terlibat aktif, siswa menjadi terbiasa,

mengeksplorasi kemungkingan-kemungkinan yang terjadi dan dapat mengatasi rasa takut

memberikan jawaban yang tidak benar. Selain itu, pembelajaran ini juga dapat

mengembangkan kreativitas, keterampilan dan kemampuan siswa secara perorangan.

Model pembalajaran ini sangat cocok digunakan oleh guru karena memungkinkan

munculnya hasil-hasil pemikiran atau penemuan para siswa yang tidak diketahui guru.

Fokus pembelajaran adalah pemahaman materi dan ingatan jangka panjang.

Kelemahan model pembelajaran tidak langsung, yaitu:

a. Dalam masalah waktu, model atau pendekatan ini lebih menyita waktu dibandingkan

dengan pendekatan langsung.

b. Dari segi hasil akan dijumpai hasil-hasil yang tidak terduga dan kurang aman, akibat

dari guru yang melepas kontrol terhadap siswanya.

3
c. Model pembelajaran ini kurang baik digunakan dalam memberikan informasi yang

detail

d. Model ini juga kurang sesuai digunakan untuk penghafal isi pelajaran dan mengingat

kembali informasi yang segera diinginkan.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan model pembelajaran

yang mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran

(Suyanto, 2013 : 163). Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif 1) Bertujuan menuntaskan

materi yang dipelajari dengan cara siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif; 2)

Kelompok yang dibentuk terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah; 3) Dalam kelas, terdapat siswa yang berbeda baik ras, suku, budaya

jenis kelamin. Untuk itu, dalam tiap kelompokpun diupayakan teridiri dari ras, suku,

budaya, jenis kelamin yang berbeda pula; 4) Penghargaan atas keberhasilan belajar lebih

diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan (Suyanto, 2013 : 163).

Slavin 2002 dalam Suyanto (2013 : 163-164) mendefinisikan bahwa belajar

kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang heterogen.

Kelompok yang heterogen bisa dibentuk dengan memperhatikan aspek gender, latar

belakang sosio-ekonomi dan etnik serta kemampuan akademik. Secara umum, kelompok

yang heterogen disukai oleh para guru yang telah memakai metode pembelajaran

kooperatif. Alasannya: 1) kelompok yang heterogen memberi kesempatan yang luas bagi

siswa untuk saling mengajar dan saling mendukung. 2) kelompok ini meningkatkan relasi

dan interaksi antara ras, etnik dan gender, sehingga sangat baik untuk siswa yang plural.

4
3) Kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu

orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu sistem untuk setiap

tiga orang (Suyanto,2013:164).

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif disajikan dalam tabel 2 berikut

ini (Suyanto, 2013 : 166):

Tabel 2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif


Fase Ke- Indikator Aktivitas/Kegiatan Guru
1 Menyampaikan tujuan dan Guru mengomunikasikan semua tujuan
memotivasi siswa pelajaran yang ingin di capai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa untuk belajar dengan baik.
2 Menyajikan informasi Guru menyampaikan informasi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan
3 Mengorganisasikan siswa ke Guru menjelaskan bagaimana caranya
dalam kelompok-kelompok membentuk kelompok belajar dan
belajar membantu setiap kelompok agar
melakukan tugas belajar secara efisien
4 Membimbing kelompok bekerja Guru membimbing kelompokkelompok
dan belajar belajar pada saat mengerjakan tugas
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari dengan
masing-masing kelompok
6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk
menghargai upaya belajar individu
maupun kelompok secara proporsional

D. Manfaat Model Pembelajaran

Manfaat model pembelajaran adalah sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan

pembelajaran (Octavia, 2020: 15).

1. Bagi Guru

a. Memudahkan dalam melaksanakan tugas pembelajaran sebab langkah-langkah yang

akan ditempuh sesuai dengan waktu yang tersedia, tujuan yang hendak dicapai,

kemampuan daya serap siswa, serta ketersediaan media yang ada.

5
b. Dapat dijadikan sebagai alat untuk mendorong aktivitas siswa dalam pembelajaran.

c. Memudahkan untuk melakukan analisis terhadap perilaku siswa secara personal

maupun kelompok dalam waktu relatif singkat.

d. Memudahkan untuk menyusun bahan pertimbangan dasar dalam merencanakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam rangka memperbaiki atau menyempurnakan

kualitas pembelajaran.

2. Bagi Siswa

a. Kesempatan yang luas untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

b. Memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran.

c. Mendorong semangat belajar serta ketertarikan mengikuti pembelajaran secara penuh.

d. Dapat melihat atau membaca kemampuan pribadi di kelompoknya secara objektif.

E. Model Pembelajaran Aktif (Active Learning)

Menurut Yetti & Juniasih (2016: 388), pembelajaran aktif (active learning) memiliki nilai

karakter inti yaitu peserta didik mampu mengaktualisasikan diri secara aktif dalam proses

pembelajaran. Aktif yang dimaksud adalah cerminan kerja keras, kemandirian, tanggung

jawab, dan hasrat ingin tahu. Prinsip-prinsip belajar peserta didik aktif meliputi anak didik

harus lebih aktif dan berperan dalam semua aktivitas belajar, sedangkan guru hanya sebagai

fasilitator yang bertugas mengarahkan proses belajar mengajar (Rosida & Suprihatin, 2011:

93). Peserta didik dapat berperan aktif dalam mencari sesuatu informasi guna memecahkan

suatu permasalahan (Yunus & Ilham, 2013: 22).

1. Model Pembelajaran Group Investigation (GI)

Herlina dkk (2019: 148) memaparkan bahwa pelaksanaan Group Investigation

yaitu siswa lebih banyak diberikan kebebasan untuk terlibat langsung dalam proses

6
pembelajaran seperti menentukan topik, menginvestigasi dan memperoleh informasi

serta mendiskusikan jawaban dari permasalah yang diperoleh. Karena adanya

keterlibatan seluruh siswa di dalam diskusi kelompok sehingga dapat membuat siswa

menjadi lebih aktif. Dengan demikian dapat memberi pengaruh pada kemampuan

berpikir kritis siswa. Selain itu, model pembelajaran Group Investigation merupakan

model pembelajaran yang dapat melibatkan pengalaman kehidupan sehari-hari siswa

dalam proses pembelajaran.

Siswa dalam kelompok diberikan kebebasan untuk menentukan topik

permasalahan, merencanakan penyelesaian dengan metode ilmiah, dengan melakukan

pengumpulan data dengan melakuakan investigasi, menganilisis, mensitesis, dan

mengambil keputusan/kesimpulan dari dari data yang telah diperoleh untuk

permasalahan yang telah ditentukan, melakukan pelaporan dan evaluasi dalam

kelompok. Dari proses pembelajaran seperti itu akan menumbuhkan cara berpikir

kritis siswa dan kerjasama kelompok yang tercipta dalam proses pembelajaran sangat

membantu membangun keterampilan sosial (Herlina dkk, 2019: 148).

Model pembelajaran Group Investigation yang kembangkan oleh Sharan dan

Sharen pada tahun 1970 juga dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang banyak

memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah dan

mengembangkan konsep atau gagasan siswa yang akan memicu rasa keingintahuan

siswa dan mendukung pengembangan kerjasama kelompok yang akan berpengaruh

terhadap kemampuan berpikir kritis siswa (Herlina dkk, 2019: 148).

7
Gambar 1. Group Investigation Model (Joyce dan Wil, 1992: 52)

2. Model Pembelajaran Giving Question and Getting Answer (GQGA)

Model pembelajaran Giving Question and Getting Answer merupakan salah


satu model yang melibatkan siswa secara aktif, karena setiap siswa memiliki
tanggung jawab dalam memberikan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari
temannya. Model ini secara tidak langsung menantang siswa untuk mengingat
kembali apa yang telah dipelajari dalam setiap pelajaran (Wajdi, 2021: 118-119).

Berdasarkan penelitian oleh Wajdi (2021: 124) memaparkan bahwa pada saat
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran Giving
Question and Getting Answer, siswa lebih aktif dan antusias. Model pembelajaran
ini lebih banyak melibatkan keikutsertaan siswa dibandingkan guru selama proses
belajar mengajar berlangsung (Wajdi, 2021: 124).

Pelaksanaan model pembelajaran Giving Question and Getting Answer yaitu


dengan membagikan kartu indeks kepada masing-masing siswa kemudian
mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang beranggotakan
4-5 orang siswa. Setiap siswa menuliskan materi yang belum mereka pahami
dalam bentuk pertanyaan pada kartu indeks tersebut. Siswa juga diberi

8
kesempatan untuk menjelaskan atau mengutarakan pendapat, sehingga siswa
dapat memperoleh pengetahuan dan tidak terlalu bergantung pada guru (Wajdi,
2021: 124).

Model pembelajaran Giving Question and Getting Answer menuntut siswa


agar mampu melaksanakan proses pembelajaran secara kooperatif dengan teman
kelompoknya. Kerjasama yang terjalin antara siswa yang memiliki tingkatan
kemampuan yang berbeda-beda tidak akan menimbulkan kesan minder bagi siswa
yang tingkat kemampuannya tinggi bahkan sedang. Pada model pembelajaran Giving
Question and Getting Answer lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berpartisipasi baik dalam kelompok maupun dalam kelas, sehingga materi
yang diajarkan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, yang pada akhirnya lebih
memudahkan mereka dalam memahami materi yang diajarkan (Wajdi, 2021: 124).

3. Model Pembelajaran Jigsaw

Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu mengatasi masalah dalam
proses pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar siswa adalah model
pembelajaran kooperatif jigsaw. Pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan model
pembelajaran yang bisa melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Keunggulan
kooperatif jigsaw dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Jadi, kegiatan tersebut
dapat menumbuhkan kebersamaan dalam belajar dan aktivitas belajar menjadi
lebih baik. Dalam proses pembelajaran siswa dapat berpikir, menemukan, dan
menggunakan pengetahuan. Dengan demikian diakhir belajar diharapkan hasil
belajar siswa menjadi lebih baik (Rahmi, 2017: 180).

Pembelajaran jigsaw ini dimulai dengan membagi siswa ke dalam kelompok


kecil dengan perbedaan jenis kelamin dan kemampuan, dan menugaskan siswa untuk
bertanggung jawab pada salah satu tugas saja, tapi harus menguasai tugas siswa yang
lain. Pembelajaran ini mengharuskan semua anggota kelompok berinteraksi satu
sama lain, menjelaskan bagian materi yang dikuasainya dan mendengarkan saat orang
lain menjelaskan materi bagian yang lain karena jika tidak maka anggota kelompok

9
itu tidak dapat melaksanakan tugas kelompok dengan sempurna (Hasanah, 2018:
1119).

4. Model Pembelajaran Number Head Together (NHT)

Model pembelajaran Numbered Heads Together memiliki keunggulan adanya


interaksi antar peserta didik dalam proses belajar, peserta didik yang pandai dapat
membantu peserta didik yang kurang pandai, adanya saling melengkapi antar peserta
didik.

Menurut Suyatno (2009: 53) tipe NHT (Numbered Head Together) adalah salah
satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan langkah sebagai berikut:

1) Mengarahkan.
2) Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa, memiliki nomor tertentu.
3) Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi
untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan
nomor sama mendapat tugas yang sama.
4) Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan nomor siswa yang sama
sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas.
5) Mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap siswa.
6) Mengumumkan hasil kuis dan memberikan reward
5. Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) atau kooperatif terpadu
membaca dan menulis yaitu suatu model pembelajaran menyeluruh dengan cara
membaca dan menulis yang melibatkan kerja sama murid dalam suatu kelompok
dimana kesuksesan kelompok tergantung pada kesuksesan masing-masing individu
dalam kelompok tersebut (Slavin, 2010: 5).
Langkah-langkah dalam proses pembelajaran yang menggunakan Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah (Afandi dkk, 2013: 62):
1) Guru membentuk kelompok yang anggotanya empat atau lima orang
secara heterogen (berbeda jenis kelamin, latar belakang, status sosial,
kemampuan akademik dan lain-lain).

10
2) Guru memberikan wacana sesuai dengan topik atau materi yang akan
diajarkan.
3) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberikan tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada selembar kertas.
4) Perhatian siswa tehadap pelajaran guru, aktifitas siswa terhadap situasi
kelompok, membantu teman yang kesulitan, kemampuan siswa bertanya
materi yang belum jelas, kemampuan siswa mengemukakan pendapat,
siswa mampu memberi sanggahan dan tanggapan, keberanian siswa
mempresentasikan hasil diskusinya, membuat kesimpulan sendiri,
kemampuan siswa dalam mengerjakan soal.
5) Guru membuat kesimpulan bersama.

6) Pada akhir pembelajaran, guru memberikan kuis atau soal untuk


mengetahui tingkat kepahaman siswa pada materi yang telah diajarkan.
6. Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Menurut Slavin (2010: 143) pembelajaran Student Teams Achievement Divisions


(STAD) merupakan salah satu dari tipe pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana, sehingga tipe ini dapat digunakan oleh guru-guru yang baru mulai
menggunakan pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD
siswa perlu ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat orang yang
merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku. Guru
menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja di kelompok mereka untuk
memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi tersebut.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD Menurut Slavin (2010:


143) belajar kooperatif tipe STAD melalui 5 tahap yang meliputi:

1) Presentasi Kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam
kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan
atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru. Bedanya presentasi kelas
dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-

11
benar fokus pada unit STAD. Dengan cara ini siswa akan menyadari bahwa
mereka harus benar-benar member perhatian penuh selama presentasi kelas,
karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan
kuiskuis.
2) Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili bagian dari seluruh
kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi
utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar
belajar, dan untuk mempersiapkananggotanya untuk bisa mengerjakan kuis
dengan baik. Setelah itu guru menyampaikan materi, tim berkumpul untuk
mempelajari lembar kegiatan. Pembelajaran itu melibatkan pembahasan
permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap
kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
3) Kuis
Setelah guru mempresentasikan materi dan praktek tim atau kerja kelompok
para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan
untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, setiap siswa
bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.
4) Skor Kemajuan Individual
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada
setiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja
lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. tiap
siswa diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa
tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya
akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan
skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.
5) Rekognisi Tim
Menurut Slavin (2010: 159) Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk
penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai criteria
tertentu. Skor tim siswa bisa juga digunakan untuk menentukan duapuluh
persen dari peringkat mereka.

12
7. Model Pembelajaran Think-Pair-Share

Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Lyman et al. (1985) dari Universitas
Maryland. Langkah-langkahnya adalah (Lufri dkk, 2020: 80):

a. Thinking
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan materi pelajaran,
kemudian peserta didik diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut
secara mandiri untuk beberapa saat.
b. Pairing
Guru meminta peserta didik berpasangan dengan temannya untuk mendiskusikan
sekitar 4-5 menit apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama.
c. Sharing
Guru meminta kepada pasangan untuk berbagi ide, informasi, pengetahuan atau
pemahaman dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Ini
dilakukan secara bergiliran pasangan demi pasangan sampai sekitar 25%
pasangan mendapat kesempatan.
8. Model Pembelajaran Picture and Picture

Picture and picture ini berbeda dengan media gambar dimana picture and picture
berupa gambar yang belum disusun secara berurutan dan yang menggunakannya
adalah siswa, sedangkan media gambar berupa gambar utuh yang digunakan oleh
guru dalam proses pembelajaran. Dengan adanya penyusunan gambar guru dapat
mengetahui kemampuan siswa dalam memahami konsep materi dan melatih berpikir
logis dan sistematis, dapat melihat kemampuan siswa dalam menyusun gambar secara
berurutan, menunjukkan gambar, memberi keterangan dan menjelaskan gambar,
Sehingga siswa dapat menemukan konsep materi sendiri dengan membaca gambar.
Adanya gambar-gambar yang berkaitan dengan materi belajar siswa lebih aktif dan
dapat tercapai tujuan akhir dari proses pembelajaran yaitu hasil belajar akan
meningkat (Natalina dkk, 2011).

13
9. Model Pembelajaran Make a Match

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini membuat siswa
belajar sambil bermain, karena siswa diberikan kesempatan untuk berfikir dengan
jawaban kartu yang dipegang, kemudian mencari pasangan dari kartu yang mereka
pegang. Ketika siswa mencari pasangan jawaban kartu yang mereka pegang siswa
melatih diri untuk berfikir dan berinteraksi dengan teman-teman yang lain, siswa
lebih aktif dalam proses belajar mengajar karena diberikan kesempatan untuk mencari
teman pasangannya untuk mendiskusikan jawaban dari soal dan pernyataan yang
mereka dapatkan, sehingga melatih siswa untuk berfikir dan memahami materi yang
diajarkan. Setelah mendapatkan jawaban yang dianggap pasangan yang benar,
mereka mendapat kesempatan untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas
duduk-duduk sambil bermain tanpa memperhatikan jalannya diskusi. Sebagian Ada
sebagian siswa yang ribut dan tidak memperhatikan saat diskusi berlangsung. Siswa
hanya berkumpul-kumpul dan tidak melaksanakan tugasnya. Siswa cenderung bosan
dengan kegiatan diskusi yang monoton tanpa ada unsur permainan pada saat belajar
(Berlian dkk, 2017: 15).

10. Model Pembelajaran Course Review Horay

Model pembelajaran Course Review Horay adalah salah satu model pembelajaran
kooperatif yang tepat untuk meningkatkan evaluasi konsep materi pelajaran biologi.
Model pembelajaran Course Review Horay salah satu model pembelajaran dengan
cara pengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay diharapkan siswa
lebih semangat dalam belajar karena pembelajarannya tidak monoton selain itu
pembelajaran menarik dan mendorong siswa untuk dapat terjun langsung ke
dalamnya serta melatih kerjasama siswa dengan begitu penyampain teori tidak akan
monoton, sehingga dapat menarik perhatian siswa dan meningkatkan motivasi siswa
untuk fokus pada pelajaran tersebut. Hal ini menyebabkan pemahaman siswa

14
menjadi lebih optimal dan akan berpengaruh terhadap meningkatnya hasil belajar
siswa (Lestari, 2018).

Langkah-langkah model pembelajaran course review horay yaitu (Suprijono,


2013):

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai


b. Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi
c. Memberikan kesempatan siswa untuk tanya jawab
d. Untuk menguji pemahaman siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai
dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-
masing siswa
e. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak
yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi
tanda ceklis () dan salah diisi tanda silang (x)
f. Siswa yang telah mendapatkan tanda () vertikal, horizontal atau diagonal
harus berteriak hore... atau yel-yel lainnya
g. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah hore yang diperoleh
h. Penutup

15
KESIMPULAN
1. Model pembelajaran adalah suatu pola yang dirancang dengan menggunakan pendekatan atau
metode atau strategi pembelajaran yang lain disertai langkah-langkah (sintaks) dan perangkat
pembelajarannya.
2. Model pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru cenderung tidak mampu membuat
siswa aktif dalam menyampaikan pendapatnya ketika mendapat permasalahan dari guru,
dengan demikian kemampuan berfikir siswa, termasuk kemampuan berpikir kritis akan sulit
untuk berkembang.
3. Ada 3 macam bentuk model pembelajaran aktif, kreatif, dan inovatif, yaitu: 1) Model
pembelajaran lansung 2) Model pembelajaran tak langsung 3) Model pembelajaran
kooperatif.
4. Suatu model pembelajaran mungkin terdiri dari satu atau beberapa
pendekatan/metode/perpaduan antara keduanya.
5. Perbandingan antara model dengan pendekatan dan metode pembelajaran adalah model
pembelajaran bersifat operasional.

16
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, M., Chamalah, E., dan Wardani, O.P. 2013. Model dan Metode Pembelajaran di
Sekolah. Semarang: UNISSULA PRESS.
Berlian, Z., Aini, K., dan Nurhikmah, S. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Make a Match terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Biologi di SMP Negeri 10
Palembang, Bioilmi., 3(1): 13-17.
Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Hasanah, S. 2018. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Sistem Ekskresi pada Mata Pelajaran Biologi, JMP
Online., 2(10): 1114-1130.
Herlina, M., Rahayu, I.Y., dan Wiksya, D. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Group
Investigation (GI) terhadap Berpikir Kritis dan Keterampilan Sosial Siswa dalam
Pembelajaran IPA Biologi Kelas X SMAN 2 Argamakmur, Diklabio: Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran Biologi., 3(2): 142-152.
Lestari. 2018. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Grasindo.
Lufri, dkk. 2020. Metodologi Pembelajaran: Strategi, Pendekatan, Model, Metode
Pembelajaran. Malang: CV IRDH.
Natalina, M., Yusuf, Y., dan Rahmayani, D. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Picture and Picture untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas
XI IPA SMA N 1 Ukui Tahun Ajaran 2009/2010, BIOGENESIS., 7(02).
Octavia, S.A. 2020. Model-model Pembelajaran. Sleman: Deepublish Publisher.
Rahmi, E.G. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kemampuan
Awal Siswa Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Bonjol, Jurnal
Pendidikan Rokania., II(2): 177-185.
Rosida, P., dan Suprihatin, T. 2011. Pengaruh Pembelajaran Aktif dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Fisika pada Siswa Kelas 2 SMU, Proyeksi., 6(2): 89-102.
Slavin. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Penerbit Nusa Media.
Suprijon, A. 2013. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Suyanto, dkk. 2013. Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional. Yogyakarta: Multi

17
Pressindo.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka.
Wajdi, M. 2021. Pengaruh Model Pembelajaran Giving Question and Getting Answer terhadap
Hasil Belajar Biologi Konsep Sistem Sirkulasi Darah pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1
Makassar, SAINTIFIK: Jurnal Matematika, Sains, dan Pembelajarannya., 7(2): 118-125.
Yetti, E., dan Juniasih, I. 2016. Implementasi Model Pembelajaran Tari Pendidikan untuk
Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini melalui Metode Pembelajaran Aktif,
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI., 10(2): 385-400.
Yunus, M., dan Ilham, K. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Tipe Giving Question and
Getting Answers Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Bajeng, Jurnal
Chemica., 14(1): 20-26.

18

Anda mungkin juga menyukai