Anda di halaman 1dari 36

1

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY


LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN SIGI)

MUHALIZA

PROPOSAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2023
ii

DAFTAR ISI

Sampul
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3. Tujuan penelitian............................................................................................4
1.4. Manfaat Penelitian..........................................................................................5
1.5. Batasan Istilah.................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................7
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN.............................................7
2.1. Penelitian yang Relevan..................................................................................7
2.2. Kajian Teori....................................................................................................9
2.3. Kerangka Pemikiran..........................................................................................26
BAB III........................................................................................................................27
METODE PENELITIAN............................................................................................27
3.1. Jenis Penelitian..............................................................................................27
3.2. Desain Penelitian..........................................................................................27
3.3. Waktu Dan Tempat Penelitian......................................................................28
3.4. Variabel Penelitian........................................................................................28
3.5. Populasi dan Sample.....................................................................................28
3.6. Instrumen Penelitian.....................................................................................29
3.7. Teknik Pengumpulan Data............................................................................29
3.8. Teknik Analisis Data.....................................................................................30
3.9. Analisis Statistik Inferensial.........................................................................31
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Era modern seperti sekarang ini, seorang pendidik tidak hanya dituntut untuk

meningkatkan kemampuan intelektual peserta didik, melainkan keaktifan dan

keterlibatan secara langsung dalam proses pembelajaran. Pendidik dengan

kemampuannya, harus mampu melakukan inovasi atau kreativitas untuk menciptakan

suasana belajar yang menimbulkan minat belajar dan daya tarik terhadap materi

pelajaran biologi yang akan diajarkan. Pelaksanaan proses pembelajaran yang

menyenangkan, akan menjadi modal utama dalam menciptakan pemahaman siswa

dalam usaha mencapai hasil belajar yang maksimal.

Penggunaan model pembelajaran, sangat diperlukan untuk mempermudah

berlangsungnya proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang lebih

optimal. Penggunaan model yang kurang tepat, maka proses pembelajaran tidak

terarah dengan baik sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai

secara optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif

dan efisien. Model yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan, akan

menimbulkan kesulitan bagi peserta didik untuk memahami konsep materi yang

diberikan sehingga ketercapaian kompetensi tidak sesuai dengan target yang

diinginkan. Proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, akan

mempermudah peserta didik untuk menerima informasi yang akan diberikan. Model

yang membuat proses pembelajaran berpusat pada peserta didik, diharapkan akan

menciptakan suasana belajar yang aktif, mempermudah penguasaan materi,


2

meningkatkan minat peserta didik dalam pembelajaran dan mencapai hasil belajar

yang optimal. Pendekatan saintifik dalam Kurikulum 2013, merupakan proses

pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif

mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan 5 M yang

meliputi: mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan.

Discovery Learning merupakan sebuah model pengajaran yang dirancang

dengan tujuan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir dan

mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari,

yang menekankan pada pentingnya membantu siswa untuk memahami struktur atau

ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa dalam

proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui penemuan

pribadi mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-

hari (Fitri & Darlina, 2015).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di SMA Negeri 1 Semendawai

Barat bahwa dilihat dari unsur pendidikan pada saat proses pembelajaran Biologi

berlangsung, proses belajar mengajar lebih banyak didominasi oleh guru, sedangkan

siswa pada umumnya cenderung pasif hanya menerima saja informasi-informasi yang

diberikan guru, siswa lebih banyak mendengar, diperoleh informasi bahwa siswa

cenderung pasif dan tidak termotivasi dalam belajar. Kebanyakan siswa hanya

mengandalkan temannya yang dianggap pintar dalam diskusi kelompok. Siswa

banyak yang malas untuk menjawab ataupun memberikan pertanyaan serta tanggapan

selama pembelajaran berlangsung, hanya satu atau dua orang saja yang berani
3

mengemukakan pendapatnya dalam setiap pertemuan, sehingga siswa masih banyak

yang kurang memahami materi menulis apa yang diinformasikan guru dan latihan

mengerjakan soal, soal-soal yang diberikanpun masih tingkatan ranah C1- C2 dan C3

yaitu ranah tingkat pengetahuan, pemahaman dan penerapan jadi siswa belum

dituntut untuk menganalisis soal-soal yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hasil

wawancara dengan guru di sekolah masih banyak siswa yang memiliki hasil

belajarnya rendah yaitu memperoleh hasil belajar dibawah kriteria ketuntasan

minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal (KKM) di sekolah yaitu 75, nilai siswa

pada ulangan akhir semester rata-rata nilai siswanya rendah pada Tahun Pelajaran

2018/2019. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu diterapkan pembaharuan dalam

pembelajaran biologi agar proses pembelajaran dapat melibatkan semua siswa. Salah

satu model yang dapat diterapkan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran

Discovery Learning.

Menurut Kemendikbud (2013: 10) model Discovery Learning mengarahkan

siswa untuk memahami konsep, arti dan hubungan, melalui proses intuitif untuk

akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Penemuan konsep terjadi bila konsep

tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi dengan penggunaan model pembelajaran

discovery learning ini menuntut siswa didorong untuk mengidentifikasi apa yang

ingin diketahui, dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian

mengorganisasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka

paham dalam suatu bentuk akhir.


4

Berdasarkan uraian maka peneliti tertarik untuk mengabil penelitian yang

berjudul “Pengaruh Pembelajaran Model Discovery Learning Terhadap Hasil

Belajar Siswa MAN SIGI”.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana hasil belajar peserta didik melalui penerapan model Discovery

Learning di MAN SIGI?

2. Adakah pengaruh model pembelajaran Discovery Learning terhadap hasil

belajar peserta didik di MAN SIGI?

1.3. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar peserta didik melalui penerapan

model Discovery Learning di MAN SIGI .

2. untuk mengetahui adakah pengaruh model pembelajaran Discovery Learning

di MAN SIGI.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Sebagai bahan alternative utuk mengetahui peningkatan hasil

belajar siswa pada materi ekosistem dengan menggunakan model Discovery

Learning

2. Manfaat Praktis
5

1) Bagi guru, untuk memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat

digunakan untuk meningkatkan hasill belajar siswa

2) Bagi siswa, untuk menciptakan suasana pembelajaran Discovery Learning

yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa MAN SIGI.

1.5. Batasan Istilah

Agar dapat mempermudah memahami pengertian dan permasalahan yang

akan di bahas ,maka istilah yang tercantum dalam judul di perlukan penjelasan

definisi istilah dan batasan – batasannya .adapun batasan istilah dalam penelitian ini,

antara lain sebagai berikut :

1. Model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan

melaksanakan aktivitas pembelajaran, Ibadullah Malawi & Ani Kadarwati

(2017 : 96),

2. Faktor internal yang mempengaruhi belajar efektif diantaranya; kecerdasan,

bakat, minat, motivasi, rasa percaya diri, stabilitas emosi, komitmen,

kesehatan fisik. Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar efektif,

diantaranya; kompetensi guru, kualifikasi guru, sarana pendukung, kualitas

teman sejawat, atmosfir belajar, kepemimpinan kelas biaya,Hanafiah dan

Cucu (2009 : 41)


6

3. Discovery Learning adalah metode mengajar yang mengatur pengejaran

sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya

belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, tetapi menemukan sendiri.

Agus N. Cahyo, (2013 : 100), dapat disimpulkan bahwa Discovery Learning

merupakan pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung kepada

siswa melalui praktek atau percobaan sehingga siswa akan menemukan

sendiri informasi yang sedang diajarkan dan dapat menarik suatu kesimpulan

dari informasi tersebut. Sehingga pemahaman suatu konsep informasi akan

bertahan lama dikarenakan siswa menemukan sendiri informasi tersebut.


7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Penelitian yang Relevan

Penelitian penelitian yang serupa dengan menggunakan Model Pembelajaran

Discovery Learning telah dilakukan peneliti – peneliti lain di antaranya Sebagai

berikut :

Menurut Fitri & Derlina (2015) dalam penelitiannya ia mengemukakan bahwa

ratarata hasil belajar siswa menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning

sebesar 75,83 (sedang) dengan kriteria tuntas, dimana 80% siswa yang tuntas dan

20% siswa yang tidak tuntas. Rata-rata hasil belajar siswa dengan menggunakan

model pembelajaran konvensional adalah sebesar 70,3 (rendah) dengan kriteria tidak

tuntas, dimana 36% siswa yang tuntas dan 64% siswa yang tidak tuntas. Hasil belajar

siswa pada pembelajaran dengan model pembelajaran Discovery Learning lebih baik

dari pada model pembelajaran konvensional. Sementara menurut Puspitadewi dkk

(2016) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa minat belajar siswa meningkat

dari 61,77 % menjadi 85,29% dan prestasi belajar siswa meningkat dari 64,71%

menjadi 82.35% Proses pembelajaran nantinya, diharapkan siswa dapat berperan aktif

dan mengkontruksi pemikirannya sendiri, sehingga kemampuan peserta didik dalam

mengolah informasi yang diperolehnya dapat meningkat, terciptanya proses

pembelajaran yang menyenangkan sehingga meningkatkan pula minat peserta didik

dalam proses pembelajaran.


8

Penelitian yang di lakukan Made Gautama Jayadiningrat (2019) Hal ini terlihat

dari adanya peningkatan persentase rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 10% dari

74% dalam kategori cukup aktif pada siklus I menjadi 84% atau berada pada kategori

sangat aktif pada siklus II. Penerapan model pembelajaran discovery learning juga

dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia kelas XI MIPA 2

SMA Negeri 2 Singaraja semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini terlihat

dari adanya peningkatan persentase rata-rata rata-rata hasil belajar siswa sebesar 13%

dari 75% dalam kategori cukup baik pada siklus I menjadi 88 % atau berada pada

kategori sangat baik pada siklus II.

Hal ini juga didukung oleh penelitian Putrayasa, Syahruddin dan Margunayasa

(2014: 1) juga menegaskan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari model

pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar IPA siswa yaitu sebesar

74,70% dibandingkan dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran

konvensional yaitu sebesar 70,38%. Hasil di atas menunjukkan bahwa secara

keseluruhan hasil belajar IPA kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran discovery learning lebih tinggi dibandingkan

dengan hasil belajar IPA kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran konvensional. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh model discovery learningterhadap hasil belajarsiswa kelas XI

SMK Negeri 3 Rambah Kabupaten Rokan Hulu. Oleh karena itu, dengan penerapan

model pembelajaran Discovery Learning pada pembelajaran biologi sebagai dasar

untuk membantu pendidik dalam menciptakan suasana belajar yang aktif,


9

membimbing peserta didik untuk dapat menemukan permasalahan yang sedang

dihadapinya, peserta didik dapat mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan

keadaan dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

2.2. Kajian Teori

2.2.1 Hakikat Model Pembelajaran Discovery Learning

1. Model Discovery Learning

Merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang

disajikan oleh guru. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan

taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka

terbentuklah apa yang disebut model pembelajaran. Dapat ditarik kesimpulan bahwa

model pembelajaran merupakan satu kesatuan dari penerapan suatu pendekatan,

metode, dan teknik pembelajaran. Kegiatan belajar-mengajar hendaknya tidak hanya

berfokus pada guru, tetapi juga harus melibatkan siswa. Artinya pembelajaran harus

melibatkan kemampuan siswa secara maksimal untuk menggali dan mengidentifikasi

sehingga mereka dapat menemukan pengetahuan dengan sendiri. Pembelajaran ini

disebut pembelajaran penemuan (Discovery Learning). Sejalan dengan hal tersebut

mengenai pembelajaran penemuan Siadari (2001, hlm. 4) mengatakan, “dalam

metode Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) siswa lebih aktif dalam

memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau

memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu”. Hal sependapat juga


10

dikemukakan oleh Bruner (2008) mengenai model Discovery Learning yang

mengatakan,

Discovery learning merupakan sebuah metode pengajaran yang


menekankan pentingnya membantu siswa untuk memahami struktur atau ide-
ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa dalam
proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui
personal discovery.
Berbagai pendapat telas dijelaskan oleh beberapa ahli mengenai pembelajraran

penemuan, sejalan dengan hal tersebut Agus N. Cahyo, (2013, hlm. 100) mengatakan

“Discovery Learning adalah metode mengajar yang mengatur pengejaran sedemikian

rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya

tidak melalui pemberitahuan, tetapi menemukan sendiri. Dari berbagai definisi di

atas, dapat disimpulkan bahwa Discovery Learning merupakan pembelajaran yang

memberikan pengalaman langsung kepada siswa melalui praktek atau percobaan

sehingga siswa akan menemukan sendiri informasi yang sedang diajarkan dan dapat

menarik suatu kesimpulan dari informasi tersebut. Sehingga pemahaman suatu

konsep informasi akan bertahan lama dikarenakan siswa menemukan sendiri

informasi tersebut.

2. Karakteristik model pembelajarn Discovery Learning

Pada pembelajaran discovery, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri

melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Hal ini tidak

berate bahwa guru menghentikan untuk memberikan suatu bimbingan setelah

masalah disajikan kepada peserta didik. Tetapi bimbingan yang diberikan tidak hanya
11

dikurangi porsinya melainkan pula siswa itu diberi responsibilitas yang lebih besar

untuk belajar sendiri. Mengenai hubungan guru dan siswa, Dahar (1989)

mengemukakan peranan guru dalam pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai

berikut:

1) Merencanakan pembelajaran sedemikian rupa sehingga pembelajaran itu

berpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa

2) Menyediakan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa

untuk memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi pembelajaran itu dapat

mengarah pada pemecahan masalah yang aktif dan belajar penemuan

misalnya dengan menggunakan faktafakta yang berlainan.

3) Guru juga harus memperhatikan cara penyajian yang enactive, iconic, dan

simbolik.

4) Bila siswa memecahkan masalah di laboraturium atau secara teoritis, guru

hendaknya berperan sebagai pembimbing atau tutor. Guru hendaknya jangan,

mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari,

tetapi ia hendaknya ia memberikan saran-saran bilamana diperlukan. Sebagai

tutor guru hendaknya memberikan umpan balik pada waktu yang tepat.

5) Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan.

Secara garis besar tujuan belajar penemuan adalah mempelajari generalisasi-

generalisasi dengan menemukan generalisasi-generalisasi.

Dari uraian tersebut disimpulkan bahwa karakteristik model discovery

learning adalah dengan merencanakan pembelajaran terlebih dahulu, dilanjut dengan


12

menyediakan materi pelajaran yang diperlukan. Ketika proses pembelajaran di kelas

berlangsung guru perperan sebagai pembimbing dan kemudian menilai hasil belajar

peserta didik.

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Discovery Learning

Langkah-langkah operasional implementasi dalam proses pembelajaran dalam

mengaplikasikan Discovery Learning dikelas ada beberapa prosedur yang disebutkan

oleh Menurut Syah (2004, hlm. 244) mengatakan yang harus dilaksanakan dalam

kegiatan belajar mengajar secara umum anatara lain sebagai berikut:

1) Stimulasi/Pemberian
Rangsangan Pertama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu
yang menimbulkan tanda tanya, kemudian dilanjutkan untuk tidak
memberikan generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.
Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan
pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
2) Pernyataan/Identifikasi
Masalah Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutnya adalah guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis. Permasalahan yang
dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau
hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang
diajukan. Memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan
menganalisis permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang
berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan
suatu masalah.
13

3) Pengumpulan data
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada
para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya yang relevan
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis pada tahap ini berfungsi
untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.
Dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan barbagai
informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara
dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi
dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu ynag
berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara
tidak sengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah
dimiliki
4) Pengolahan Data
Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya,semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila
perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
tertentu. Pengolahan data disebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang
berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi
tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif
jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
5) Pembuktian
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil pengolahan data. Pembuktian
menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep,
teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya.
6) Menarik kesimpulan/Generalisasi
14

Ditahap ini adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat


dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi
maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.
Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi

yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau

prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalamanpengalaman itu. Sedangkan

pendapat lain dikemukakan oleh Kurniasih dan Sani (2014, hlm. 68-71) mengenai

langkah-langkah discovery learning yaitu sebagai berikut:

1) Menentukan tujuan pembelajaran

2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa

3) Memilih materi pelajaran

4) Menentukan topic-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif

5) Mengembangkan bahan-bahan belajar berupa contoh-contoh, ilustrasi,

tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya

langkah-langkah pembelajaran akan mempermudah guru dalam melaksanakan

pembelajaran di kelas sesuai dengan tahapan.

4. Kelebihan-kelebihan Discovery Learning

Discovery learning menuntut siswa untuk berperan aktif, sehingga di dalam

kelas yang menjadi peran utama adalah siswa. Selain itu discovery learning

mempunyai berbagai macam kelebihan. Berikut beberapa kelebihan belajar-mengajar

discovery yang dikemukakan oleh Nana Syaodih (2005, hlm.184), yaitu:


15

1) Dalam penyampaian bahan discovery, digunakan kegiatan dan pengalaman


langsung. Kegiatan dan pengalaman tersebut akan lebih menarik perhatian
anak didik dan memungkinkan pembentukan konsep-konsep abstrak yang
mempunyai makna.
2) Dalam discovery lebih realistis dan mempunyai makna. Sebab, para anak
didik dapat bekerja langsung dengan contoh-contoh nyata
3) Discovery merupakan suatu model pemecahan masalah. Para anak didik
langsung menerapkan prinsip dan langkah awal dalam pemecahan masalah.
4) Dengan sejumlah transfer secara langsung, maka kegiatan discovery strategi
akan lebih mudah diserap oleh anak didik dalam memahami kondisi tertentu
yang berkenaan dengan aktivitas pembelajaran.
5) Discovery banyak memberikan kesempatan bagi para anak didik untuk terlibat
langsung dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan demikian akan banyak
membangkitkan motivasi belajar, karena disesuaikan dengan minat dan
kebutuhan mereka sendiri.
Sedangkan kelebihan model discovery learning menurut Roestiyah (1998,

hlm. 20) mengatakan

1) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak


kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam psroses kognitif/pengenalan
siswa
2) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual
sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut
3) Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa
4) Mampu memberikan kesempatan pada siswa untuk berkembang dan maju
sesuai dengan kemampuan masing-masing
5) Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi
yang kuat untuk belajar lebih giat
16

6) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri


sendiri dengan proses penemuan sendiri
7) Strategi itu berpusat pada siswa, tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman
belajar saja, membantu bila diperlukan.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bermacam kelebihan dari metode

discovery learning yang akan membantu anak untuk aktif dan dapat meningkatkan

hasil belajar.

5. Kelemahan Discovery Learning

Saat penerepan dan saat proses pembelajaran guru dituntut untuk royalitas

memberikan perhatian terhadap peserta didik dalam mengarahkan dan membina

peserta didik. Pada dasarnya kurikulum 2013 juga menuntut guru untuk aktif dalam

pembelajaran discovery learning, karena disini walaupun siswa yang harus lebih aktif

tetap saja guru perlu mengarahkan dan mengikuti kegiatan yang diikuti oleh

siswanya, bukan hanya berrlehaleha dan membiarkan siswanya begitu saja. Walau

demikian, masih ada pula kelemahan dari metode discovery learning yang perlu

diperhatikan menurut Roestiyah (1998, hlm.20) mengatakan :

1) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.

Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau

berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis

atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.


17

2) Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena

membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori

atau pemecahan masalah lainnya.

3) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan

dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang

lama.

4) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,

sedangkanmengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara

keseluruhan kurang mendapat perhatian.

5) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur

gagasan yang dikemukakan oleh para siswa

6) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan

ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru

Berikut beberapa kelemahan dalam penerapan menggunakan discovery

menurut Ibid (dalam Takdir Ilahi : 2012), yaitu:

1) Berkenaan dengan waktu, belajar mengajar menggunakan discovery memakan


waktu lebih lama dibandingkan dengan metode langsung. Hal ini disebabkan
untuk kita memahami strategi ini, dibituhkan tahapan-tahapan yang panjang
dan kemampuan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
2) Bagi anak didik yang berusia muda, kemampuan berpikir rasional mereka
masih terbatas. Dalam belajar discovery sering menggunakan empirisnya yang
sanagt subjektif untuk memperkuat pelaksanaan prakonsepnya. Hal ini
disebabkan usia mereka yang muda masih membutuhkan kematangan dalam
18

berpikir rasional mengenai suatu konsep dan teori. Kemampuan berfikir


rasional dapat mempermudah pemahaman discovery yang memerlukan
kemampuan intelektualnya.
3) Kesukaran dalam menggunakan faktor subjektiftas ini menimbulkan
kesukaran dalam memahami suatu persoalan yang berkenaan dengan
pengajaran discovery
4) Faktor kebudayaan dan kebiasaan. Belajar discovery menuntut kemandirian,
kepercayaan kepada diri sendiri, dan kebiasan bertindak sebagai subjek.
Tuntutan terhadap pembelajaran discovery, sesungguhnya membutuhkan
kebiasaan yang sesuai dengan kondisi anak didik. Tuntutan-tuntutan tersebut,
setidaknya akan memberikan keterpaksaan yang tidak biasa dalam proses
pembelajaran.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model discovery learning juga

memiliki banyak kelemahannya. Sehingga keberhasilan proses pembelajaran dikelas

tergantung pada kondisi kelas, kondisi peserta didik dan faktor yang lainnya.

6. Evaluasi model pembelajaran Discovery Learning

Evaluasi diperlukan untuk mengukur keberhasilan peserta didik yang telah

mengikuti pembelajaran. Untuk penilaian pencapaian hasil belajar siswa dengan

menggunakan model Discovery Learning dapat digunakan tes tertulis untuk

mengetahui pencapaian kemampuan peserta didik selama proses pembelajaran

berlangsung.

2.2.2 Hakikat Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar


19

Aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah dapat terlepas

dari kegiatan belajar. Aktifitas belajar dapat dilakukan oleh siapapun, dimanapun dan

kapanpun. Dalam menjalankan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan

kegiatan yang sangat penting di sekolah. Berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan

tergantung pada bagaimana proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik di

sekolah. Banyak para ahli yag mengemukakan tentang pengertian belajar meskipun

berbeda namun pada akhirnya terdapat kesamaan makna yang terkandung di

dalamnya.

Menurut Slameto (2010:2) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk melakukan sutau proses tingkah laku yang baru secara keseluruhan.

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”. Sedangkan

menurut Hilgard dalam Nana Syaodih Sukmadinata (2004:156) “Belajar adalah suatu

proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap

sesuatu situasi”. Selanjutnya menurut Djamarah dalam Muhammad Affandi. dkk

(2013:2) “Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi

dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik”.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh dari pengalaman dan pengetahuan

sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya. Jadi, belajar merupakan langkah-

langkah atau prosedur yang ditempuh.

2. Pengertian Mengajar
20

Pada proses pendidikan bukan hanya proses belajar saja yang penting, unsur

lain yang penting adalah mengajar. Hubungan antara belajar dan mengajar sangatlah

erat, dalam sebuah proses pembelajaran antara keduanya terjadi kaitan dan interaksi,

keduanya juga saling mempenagruhi dan menunjang satu sama lain. Berikut akan

dijelaskan mengenai beberapa pengertian menurut para ahli.

Menurut Alvin Howard dalam Slameto (2010:32) “Mengajar adalah suatu

aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan,

mengubah atau mengembangkan skiil, attitude, idelas (cita-cita), appreciations

(penghargaan) dan knowledege”. Sedangkan menurut John Pancella dalam Slameto

(2010:33) “Mengajar dapat dilukiskan sebagai membuat keputusan (decision making)

dalam interaksi, dan hasil dari keputusan guru adalah jawaban peserta didik atau

sekelompok peserta didik, kepada siapa guru berinteraksi”. Selanjutnya menurut

William Burton dalam Suyono (2011:16) “Mengajar adalah upaya memberikan

stimulus, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada peserta didik agar terjadi

proses belajar”.

Dari beberapa pendapat tentang pengertian mengajar di atas dapat

disimpulkan bahwa mengajar merupakan suatu kegiatan membimbing dan

mengorganisasikan lingkungan sekitar peserta didik, agar tercipta lingkungan belajar

yang kondusif untuk mencapai proses belajar yang optimal.

3. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sanjaya dalam Muhammad Affandi (2013:4) “Hasil belajar adalah

belajar tingkah laku sebagai hasil belajar dirumuskan dalam bentuk kemampuan dan
21

kompetensi yang dapat diukur atau dapat ditampilkan melalui performance peserta

didik”.

Menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (2006:118) menyatakan bahwa

Hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk


bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik
terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan
manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan;
2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasi,
kemampuan analitis-sintetis fakta konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip
keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan
aktivitas kognitif bersifat khas;
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah
dalam memecahkan masalah;
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani;
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi
dan mengeksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan
nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Menurut Bloom dalam Muhammad Affandi. dkk (2013:6) yang

menggolongkan ke dalam tiga ranah yang perlu diperhatikan dalam setiap proses

belajar mengajar.
22

Tiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.


Ranah kognitif mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan ingatan,
pengetahuan, dan kemampuan intelektual. Ranah afektif mencakup hasil
belajar yang berhubungan dengan sikap, nilai-nilai, perasaan, dan minat.
Ranah psikomotor mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan
keterampilan fisik atau gerak yang ditunjang oleh kemampuan psikis.
Secara garis besar Taksonomi Bloom (Muhammad Affandi. dkk 2013:7)

tujuan hasil belajar dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yakni:

1) Ranah kognitif yang terdiri dari enam tingkatan, yaitu: pengetahuan,


pemahaman, penerapan, analisa, sintetis, penilaian.
2) Ranah afektif yang terdiri dari lima tingkatan, yaitu: penerimaan,
penanggapan, penilaian, pengelolaan, bermuatan nilai.
3) Ranah psikomotor yang terdiri dari lima tingkatan yaitu: menirukan,
manipulasi, keseksamaan, artikulasi, naturalisasi.
Berdasarkan uraian hasil belajar di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

tujuan hasil belajar adalah mengevaluasi kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik

yang mencakup aspek kognitif, aspek afektif, dan psikomotor pada mata pelajaran di

sekolah setelah melalui proses belajar menggunakan metode pembelajaran. Dari

beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat

keberhasilan yang diperoleh seseorang dari kegiatan belajar yang dinyatakan dalam

bentuk nilai. Keberhasilan dalam suatu proses belajar mengajar dapat dilihat dari

hasil belajar peserta didik yang berupa nilai atau dapat ditentukan dengan mencakup

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor ini dilihat keaktifan peserta didik

selama mengikuti proses belajar mengajar.


23

4. Indikator-Indikator Hasil Belajar

Untuk mengukur hasil belajar digunakan teori Taksonomi Bloom yang telah

direvisi oleh Anderson, et.al dalam Ari Widodo (2005:1) yang dijelaskan dalam

Tabel,

Tabel 2.2
Indikator-Indikator Hasil Belajar
Taksonomi Bloom
Dimensi Pengetahuan Dimensi Proses Kognitif
1. Pengetahuan Faktual C.1. Mengingat (Remember)
a. Pengetahuan tentang terminologi b. 1.1 Mengenali (recognizing)1.2
Pengetahuan tentang bagian detail Mengingat (recalling)
dan unsur-unsur C.2. Memahami (Understand)
2. Pengetahuan Konseptual 1.3 Menafsirkan (interpreting)
a. Pengetahuan tentang klasifikasi 1.4 Memberi contoh
dan kategori (exampliying)
b. Pengetahuan tentang prinsip dan 1.5 Meringkas (summarizing)
generalisai 1.6 Menarik inferensi
c. Pengetahuan tentang teori, model (inferring)
& struktur 1.7 Membandingkan
3. Pengetahuan Prosedural (compairing)
a. Pengetahuan tentang keterampilan 1.8 Menjelaskan (explainning)
khusus yang berhubungan dengan C.3. Mengaplikasikan (Apply)
suatu bidang tertentu dan 1.9 Menjalankan (executing)
pengetahaun algoritma 1.10Mengimplementasikan
b. Pengetahuan tentang teknik dan (implementing)
metode C.4. Menganalisis (Analyze)
c. Pengetahaun tentang kriteria 1.11Menguraikan (diffrentiating)
penggunaan suatu prosedur 1.12Mengorganisir (organizing)
4. Pengetahuan Metakognitif 1.13Menemukan makna tersirat
a. Pengetahuan strategik (attributing)
b. Pengetahaun tentang operasi C.5. Mengevaluasi (Evaluate)
kognitif 1.14Memeriksa (checking)
c. Pengetahaun tentang diri sendiri 1.15Mengritik (critiquing)
C.6. Mencipta (Create)

Sumber : Anderson et.al dalam Ari Widodo (2005:2)


24

1.16Merumuskan (generating)
1.17Merencanakan (planning)
1.18Memproduksi (producing)

Dari Tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada hasil belajar ranah

kognitif dibagi dalam 2 dimensi, yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi proses

kognitif. Dalam dimensi pengetahuan hanya memuat jenis-jenis pengetahuan yaitu

berupa pada pengetahuan faktual (K1), pengetahuan konseptual (K2), pengetahuan

prosedural (K3), dan pengetahuan metakognitif (K4). Sedangkan pada dimensi proses

kognitif yang dibatasi pada aspek mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan

(C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Jadi kedua dimensi

tersebut dijadikan sebagai untuk mengukur hasil belajar.

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2010:54) Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor

intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu

yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

diantarannya yaitu:

Faktor Intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.

Faktor intern ini dibagi menjadi tiga faktor, yaitu:

1) Faktor Jasmaniah, dibagi menjadi dua, yaitu: Faktor Kesehatan,Cacat Tubuh

2) Faktor Psikologis, dibagi menjadi: Intelegensi,Perhatian,Minat,Bakat,Motif,

Kematangan,Kesiapan,Faktor Kelelahan
25

3) Faktor Ekstern adalah faktor yang berada diluar diri individu atau lingkungan

sekitar, faktor esktern diantaranya:

a. Faktor Keluarga, yaitu lembaga pendidikan yang pertama dan terutama.

Lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menetukan untuk

pendidikan dalam ukuran besar.

b. Faktor Sekolah, yaitu meliputi metode mengajar, kurikulum, hubungan

guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, dan

berdisiplin di sekolah.

c. Faktor Masyarakat, yang meliputi bentuk kehidupan masyarakat sekitar

yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Jika lingkungan

belajar peserta didik adalah terpelajar, maka peserta didik akan

terpengaruh dan terdorong untuk lebih belajar.

Pada dasarnya semua mengungkapakan terdapat banyak faktor yang dapat

mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Sehingga, dengan memperhatikan

faktorfaktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar seseorang dan

dapat mencegah peserta didik dari penyebab-penyebab terhambatnya pembelajaran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik dapat dikerucutkan menjadi

dua faktor, yaitu faktor dari dalam diri peserta didik (instrinsik) dan faktor dari luar

diri peserta didik (ekstrinsik).

Selain kedua faktor utama di atas, ada juga faktor pendukung seperti motivasi

belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi,

faktor fisik dan psikis. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar sangat
26

dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal peserta didik itu sendiri. Apabila

kedua faktor tersebut saling mendukung, akan tercipta hasil belajar peserta didik yang

optimal.

2.3. Kerangka Pemikiran

Kemampuan peserta didik mengelaborasi materi bersesuaian dengan

kehidupan nyata pada mata pelajaran Biologi sebuah tuntutan. Dalam discovery

learning mengarahkan peserta didik untuk menemukan problem-problem dalam

Pelajaran Biologi MAN Sigi yang kemudian dibimbing untuk mencari

pemecahannya. Sehingga peserta didik dibekali Materi yang kuat untuk

meningkatkan hasil beajar siswa dengan terbiasa menemukan masalah sekaligus

memecahkan atau mencari solusi setiap Materi yang diberikan.

KERANGKA PIKIR

Guru Siswa
1. Guru masih menggunakan  Siswa hanya duduk dan
metode ceramah secara terus mencatat pada saat
Kondisi Awal menerus pembelajaran
2. Guru masih menggunakan  Masih belum tumbuh sikap
model pemebalajaran yang percaya diri dalam diri siswa
berbasis teacher oriented.  Hasil belajar siswa belum
berkembang atau masih
rendah

Menggunakan model Siklus 1


Tindakan
Pembelajaran discovery learning Menggunakan model
discovery learning dan
dipadukan dengan media
power point.

Diduga dengan menggunakan Siklus 2


Kondisi model discovery learning dapat
Akhir meningkatkan hasil belajar Menggunakan model
discovery di padukan
dengan media, alat
peraga, dan lingkungan
sekitar.
27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu atau quasi

experiment.Pada eksperimen semu terdapat dua kelompok atau kelas, yaitu kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen sebagai kelas yang di beri perlakuan

model Discovery Learning untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa, sedangkan

kelas kontrol adalah kelas yang tidak diberi perlakuan dengan model pembelajaran

Discovery Learning.

3.2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah post-test Only control Design, dalam

rancangan penelitian ini ada dua kelompok objek yaitu kelas eksperimen dan kelas

yang di pilih secara random. Untuk melihat lebih jelasnya, desain penelitian ini

tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

R X O2
4
R O

(sumber: Sugiyono, 2018)

Keterangan:
O2 = post-test kelas eksperimen
X = Perlakuan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.
O4 = post-test kelas kontro
28

3.3. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester Genap tahun ajaran 2023 di MAN

Sigi yang berlokasi di Desa Karawana Kec Dolo Kab. Sigi.

3.4. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas adalah pengaruh model pembelajaran Discovery Learning, sedangkan

variabel terikat adalah hasil belajar.

3.5. Populasi dan Sample

Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu siswa MAN

SIGI. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai besar populasi dan penentuan sampel

yang akan digunakan dalam penelitian. Penjelasan mengenai populasi dan sampel

dalam penelitian ini selengkapnya dijelaskan sebagai berikut:

3.5.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa MAN SIGI tahun ajaran 2022-

2023 yang berjumlah sebanyak 141 siswa.

3.5.1 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan

tertentu yang akan diteliti Riduwan, (2015: 56). Sampel penelitian ini yaitu kelas
29

eksperimen (XI MIA 1) dengan Jumlah 15 siswa dan kelas kontrol (XI MIA 2)

dengan Jumlah 15 siswa.

3.5.1 Tehnik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan teknik purposive samplingPurposive sampling adalah teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu dalam Sugiyono, (2016: 85). Alasan

meggunakan teknik purposive sampling ini karena sesuai untuk digunakan untuk

penelitian kuantitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi

menurut Sugiyono, (2016: 85).

3.6. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dan non tes.

Tes berupa soal pilihan ganda sebanyak 25 butir soal untuk mengukur hasil

belajar kognitif biologi siswa pada materi sistem peredaran darah. Sedangkan

non tes dengan menggunakan lembar observasi. Tes diberikan pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan lembar observasi terdiri dari lembar

lembar observasi siswa.

3.7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan terdiri dari:

3.7.1 Tes

Tes dilakukan melalui pemberian posttest pada akhir materi


30

pembelajaran Sistem Peredaran Darah. Tes yang diberikan berupa soal

pilihan ganda yang terdiri dari 25 butir soal yang telah divalidasi.

3.7.2 Non Tes

1) Observasi

2) Dokumentasi

3.8. Teknik Analisis Data

3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan

gambaran umum megenai pencapaian hasil belajar kognitif siswa bagi

rombongan belajar eksperimen dan kelas kontrol. Selanjutnya, hasil

belajar yang diperoleh dikategorikan berdasarkan kriteria hasil belajar

seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 3.4: Kriteria Hasil Belajar Siswa

Interval Nilai Predikat Keterangan


93 – 100 A Sangat Baik
84 – 92 B Baik
75 – 83 C Cukup
<75 D Kurang

Sumber : Kemendikbud (2017)

Kriteria hasil belajar diatas memiliki batas nilai paling rendah yang

diberikan kepada siswa yang biasanya sudah ditetapkan pada awal tahun
31

ajaran baru yang sering disebut dengan Kriteria Ketuntaan Minimal (KKM)

hasil belajar. Berikut tabel pengkategorian standar KKM hasil belajar.

Tabel 3.3 Standar Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) Hasil Belajar

Nilai Kategori
≥75 Lulus
<75 Tidak lulus
Sumber : Kemendikbud (2017)

3.9. Analisis Statistik Inferensial

3.9.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang

diteliti berasal dari populasi yang terdistribusi secara normal atau tidak.Uji normalitas

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kolmogorovsmirnov dengan menggunakan

program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 25. Rumusan

hipotesis untuk uji normalitas :

H0 = data berasal dari sampel berdistribusi normal

H1 = data tidak berasal dari sampel berdistribusi normal

Dengan: Jika sig < maka H0 ditolak

Jika sig ≥ maka H0 diterima

Keteragan: tingkat sigifikan = 0,05

3.9.2 Uji Homogenitas


32

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data dari kedua

kelompok yang diteliti berasal dari populasi yang homogen atau

tidak. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini

meggunakan program Statistical Product and Service Solutions (SPSS)

versi 25.

Rumusan hipotesis untuk uji homogenitas:

H0 = tidak terdapat perbedaan variansi antara kedua kelompok sampel

(homogen)

H1 = terdapat perbedaan variansi antara kedua kelompok sampel (tidak

homogen)

Dengan: Jika sig < maka H0 ditolak

Jika sig ≥ maka H0 diterima

Keteragan: tingkat sigifikan = 0,05

3.9.3 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan T-Test

(uji perbedaan rata-rata). Cara menghitungnya dengan menggunakan

Independent samples T-Test program SPSS Statistics Base 25.

Rumusan hipotesis untuk T-Test.

H0 = tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa kelas

eksperimen dan kelas control

H1= terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol


33

Dengan :Jika sig <maka H0ditolak

Jika sig ≥maka H0diterima

Keterangan :tingkat signifikan = 0.05

DAFTAR PUSTAKA

Afriyani, T. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Disertai


Media Gambar Terhadap Kognitif Siswa Sman 1 Koto Xi Tarusan.
JurnalTa’dib. Vol.21 (2), ISSN: 1410-8208
Aminah, S. 2018. Efektivitas Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Hasil
Belajar pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah
Dasar.Journal Indragiri.Vol.1 (4), ISSN: 2549-0478
Aslam, D dan Auliandari, L. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Ekologi Berbantu Data
Penelitian Iklim Mikro Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Habitus
Vegetasi. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan. Vol.2(1), ISSN: 2527-
7553
Astuti, dkk. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning untuk
Meningkatkan Hasil Belajar pada Materi Biologi Siswa SMP. Jurnal
Pendidikan & Pembelajaran Biologi. Vol.2 (1), ISSN: 2598-9669
Cahyani, Tri, Marina Rizki, Dwi Astuti, Sri & Mariadi. 2015. Pengaruh
Pembelajaran Discovery Learning terhadap Kemampuan Berpikir Logis
Siswa Kelas X MIA Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun
Pelajaran2013/2014. Jurnal Pendidikan Biologi. Vol. 7 (1)
Darmadi, H. 2017. Pengembangan Model & Metode Pembelajaran dalam
Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta: Deepublish
Dina, Arifatud, Mawarsih, Dian Venissa & Suprapto, Rohmat. 2015. Implementasi
Kurikulum 2013 pada Perangkat Pembelajaran Model
34

Discovery Learning Pendekatan Scientific terhadap Kemampuan


Matematis Materi Geometri SMK. Jurnal JKPM. Vol. 2 (1).
Fadriati. 2017. A Model of Discovery Learning Based - Text Book of Character
and Islamic Education : An Accuracy Analysis of Student Book in
Elementary School. Jurnal Ta’dib. Vol. 20 (2), ISSN: 2580-2771
Fatma, Z, dkk. 2019. Pengaruh Pembelajaran Discovery Learning Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik
Pada Materi Sistem Peredaran Darah Manusia di SMA Negeri 12 Banda
Aceh. Vol.1(1), ISSN: 2656 – 5781
Firdianti, A. 2018. Impelementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Yogyakarta: CV GRE Publishing
Sardirman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Rajawali Press.
Jakarta
Setiadi. 2016. Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta.
Indomedia Pustaka
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Zarkasyi, M., W, dkk. 2017. Penelitian Pendidikan Maatematika. Bandung: PT
Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai