DISUSUN OLEH :
RIZKA PUTRI ALTI
NIM.21177022
ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
URAIAN MATERI........................................................................................................................1
A. Karakteristik Hutan Hujan Tropis........................................................................................1
B. Peran Masyarakat Tradisional dalam Konservasi Hutan Hujan Tropis................................2
KESIMPULAN..............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................8
ii
URAIAN MATERI
1
10. Lapis tajuk kedua merupakan kanopi utama yang umumnya terdiri dari jenis-jenis pohon
yang ramping dengan tinggi antara 30-40 m.
11. Lapisan tajuk di bawahnya terdiri dari jenis-jenis pohon yang sangat toleran, dengan
batang yang ramping, tinggi dan tajuk yang kecil, terdapat banyak epifit pada cabang
yang tinggi.
12. Pada lantai hutan banyak terdapat jenis-jenis tumbuhan bawah seperti palem kecil, jenis-
jenis bambu, rotan, paku-pakuan dan jenis-jenis lainnya, atau mungkin hampir tanpa
tumbuhan bawah.
Manfaat / Fungsi Hutan Hujan Tropis
1. Pengatur tata air
2. Penyerap karbondioksida
3. Pencegah erosi dan banjir
4. Bioindikator terjadinya hujan asam dan pencemaran udara yang lain
5. Perlindungan flora dan fauna
6. Menstabilkan iklim dunia
7. Menjadi sumber makanan bagi kehidupan makhluk hidup, dll.
2
Indonesia adalah bagian dari 10% hutan tropis dunia yang masih ada. Hutan tropis indonesia
banyak sekali keanekaragaman hayatinya, yang terdiri atas 12% spesies hewan mamalia, 16%
spesies reptil dan amphibi, 1.519 spesies burung, dan 25% spesies ikan dunia.
Kearifan lokal merupakan hal penting bagi masyarakat dalam beradaptasi dengan alam
dan menjadi suatu warisan budaya dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam
dengan pengetahuan atau ide, norma adat, dan nilai budaya yang terkandung dalam konsep
berfikir masyarakat (Nurdin & Ng, 2013). Pengetahuan lokal dan praktik manajemen masyarakat
sangatlah mendukung sebagai upaya konservasi lingkungan. Pengelolaan lingkungan melalui
konsep pengetahuan ekologi tradisional dianggap berperan penting, dikarenakan lebih mengacu
pada praktek, pengetahuan, nilai-nilai dan keyakinan individu dalam mengembangkan suatu
lingkungan secara historis, konsepsi maupun persepsi oleh masyarakat setempat (Richeri et al.,
2013).
Peran serta masyarakat dalam upaya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan akan
memberikan hasil positif di masa depan. Namun, dalam membudayakan masyarakat diperlukan
ketelatenan dan juga kesabaran dalam membina, karena masyarakat tidak serta-merta dapat
berubah secara drastis begitu saja. Proses yang dilakukan sangatlah panjang, serta perlu
pendampingan yang terus menerus supaya masyarakat mempunyai pemahaman sesuatu dalam
pengalamannya sehingga masyarakat dapat membudayakan dirinya dalam memanfaatkan suatu
potensi ekosistem secara bijaksana (Rookes & Wilson, 2000).
Penerapan sistem pembangunan berkelanjutan pada masyarakat ini dapat diterapkan
dengan cara mengintegrasi pengetahuan lokal masyarakat dan pengetahuan ilmiah dalam
memanajemen lingkungannya. Hal tersebut diharapkan dapat menghasilkan pemahaman yang
lebih baik dari sistem tertentu yang dimiliki oleh masyarakat (Taylor & Loe, 2012). Pengetahuan
lokal yang dipahami oleh masyarakat diterapkan berdasarkan pengalaman dan praktek dalam
kehidupan sehari-hari yang menyesuaikan dengan ekosistem atau lingkungan lokal masyarakat
tersebut (Ballard et al., 2008). Kearifan lokal yang melekat pada masyarakat dalam menjaga
lingkungan berdasarkan potensi hasil sumber daya alamnya, dapat menarik untuk di dalami lebih
lanjut guna mempertahankan adat istiadat tanpa mengurangi upaya konservasi sehingga menjadi
objek daya tarik tersendiri untuk dikembangkan sebagai produk atraksi ekowisata dalam
meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat lokal. Pengetahuan masyarakat lokal dapat
dijadikan sebagai salah satu upaya dalam mendukung upaya integrasi konservasi dan
3
pengembangan potensi sumber daya alam hayati. Masyarakat lokal harus dijadikan subjek dalam
pengelolaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya sehingga pemanfaatan sumber daya
alam dalam upaya pengembangan sebagai objek wisata dapat dilakukan secara berkelanjutan
untuk kepentingan bersama. Adapun beberapa cara dalam mewujudkannya yaitu: (1) kearifan
lokal masyarakat yang ada saat ini sangat perlu direvitalisasi dan direaktualisasi; (2) kearifan
lokal perlu diberi payung hukum sebagai dasar kekuatan agar dapat terjaga dan berdampak
positif pada lingkungan kehidupan masyarakat; dan (3) perlunya dukungan penelitian untuk
menyajikan bukti ilmiah atas dampak positif dari kearifan lokal dalam pengelolaan dan
konservasi sumber daya alam hayatinya. Kearifan lokal masyarakat tersebut dapat dipertahankan
dengan cara membentuk masyarakat hukum adat yang diatur oleh undang-undang dalam rangka
memberi penguatan terhadap pengakuan dan perlindungan atas hak-hak masyarakat hukum adat
pada saat mengakses atau memanfaatkan sumber daya alam (Sabardi, 2013).
Adopsi Prinsip-prinsip Masyarakat Adat dalam Melestarikan Hutan Masyarakat adat
menganut prinsip-prinsip pelestarian hutan yang berkembang secara evolusioner serta diwariskan
secara turun temurun.
a. Prinsip utama yang mereka anut adalah manusia dan alam memiliki hubungan yang
selaras dan seimbang.
b. Prinsip kedua adalah ilmu pengetahuan lokal dan struktur pemerintahan masyarakat adat
dianggap mampu untuk memecahkan masalah pemanfaatan sumberdaya hutan.
c. Prinsip ketiga adalah wilayah hutan adat dibagi-bagi menurut fungsinya.
d. Prinsip keempat adalah untuk mengurangi kecemburuan sosial maka dilakukan
pendistribusian hasil hutan.
e. Prinsip kelima adalah alokasi fungsi hutan dan penegakan hukum adat dalam memelihara
hutan milik bersama. (Nababan, 2003)
Dalam usaha penanganan konservasi hutan memiliki berbagai bentuk dari partisipasi
masyarakatnya yang dapat dilihat dari berbagai aspek seperti dilihat dari mata pencaharian yang
berkaitan langsung dengan hutan. Dari data yang ditemukan, terdapat berbagai pekerjaan yang
berkaitan dengan hutan seperti pesanggrem, pembuat arang, pengrajin kursi akar, buruh pencari
tunggak dimana pekerjaan ini tentunya memerlukan sumber daya alam dari hutan seperti kayu
pohon sebagai bahan utama mereka. Sebagai contoh yang terjadi di Ngeblur dimana mata
pencaharian mereka berhubungan dengan kawasan hutan, sehingga dapat menjadi salah satu
4
alasan mereka untuk berpartisipasi dalam penanganan konservasi hutan. Tak hanya itu,
partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat di Kalimantan yaitu dengan adanya kepercayaan
mereka terhadap roh-roh. Kepercayaan inilah yang membuat mereka takut untuk melakukan
perbuatan jahat yang dapat merusak ekosistem yang ada di hutan. Kepercayaan masyarakat di
Lamandau yang menjaga kelestarian hutan dengan adat istiadat mereka seperi Tajahan, Kaleka,
Sepah-pahewan, dan Pukung Himba. Jika diresapi secara mendalam, betapa masyarakat Suku
Dayak telah memberikan pelajaran tentang pentingnya perlindungan flora dan fauna di
lingkungan demi menjaga keseimbangan dan pelestarian alam. Bangka juga menerapkan
konservasi dengan mengkaitkan kearifan lokal masyarakat daerah dalam melakukan pelestarian
serta pengelolaan hutan ini. Hal ini juga sangat penting tentunya bagi pengembangan kawasan
konservasi yang mana perlu memperhatikan kondisi sosial budaya daerah setempat. Selain itu,
pelestarian dengan kearifan lokal ini berguna untuk mempertahankan adat istiadat yang telah
dilestarikan sejak dulu dan tentunya sangat erat kaitaanya dengan masyarakat daerah setempat.
Di Bangka sendiri, terdapat berbagai macam cara untuk melestarikan keindahan alamnya.
Seperti, mengkaitkan dengan sejarah dari Hutan Pelawan itu sendiri yang mana dikatakan bahwa
hutan ini dikenal dengan sebutan Hutan Kalung oleh masyarakat setempat. Kemudian ada juga
dengan mengkaitkan kearifan lokal kegiatan masyarakat seperti kegiatan memanen madu yang
disebut dengan Musung Madu, dan tentunya hal ini tidak sedikitpun mengubah fungsi ekosistem
yang terdapat di dalamnya. Selain terdapat tradisi Musung Madu, Bangka juga mempercayai
tentang mitos Tumbuh Jamur Pelawan, yang mana jamur ini memiliki nilai jual yang tinggi. Ada
juga dengan cara integrasi konservasi secara berkelanjutan, hal ini bertujuan untuk mengurangi
kerusakan alam yang terjadi (Henri et al., 2018).
Secara umum, usaha partisipasi masyarakat dalam usaha konservasi hutan akan
mengalami berbagai macam kendala. Hal ini terjadi jika faktor yang menghambat seperti pada
tingkat pendidikan yang berkaitan dengan pengetahuan masyarakat terhadap konservasi yang
rendah, ketersediaan infrastruktur yang kurang memadai, seta penghasilan masyarakat yang
rendah. Hal ini tentunya menjadi alasan masyarakat untuk beralih mengunakan sumber daya
yang ada di hutan sebagai penghasilan. Seperti pembuatan berbagai macam perlengkapan rumah
yang diolah di meubel, usaha ukir kayu dan lainnya yang berdampak terhadap ekosistem yang
ada di hutan. Dikarenakan unsur penunjang ekonomi yang sebagian besar bersumber dari
pemanfaatan sumber daya alam, sehingga masyarakat memiliki hak penuh untuk berpartisipasi
5
dalam konservasi guna menjaga kelestarian hutan yang ada. Bagi pemerintah hendaknya
memberikan sanksi terhadap oknum yang telah melakukan perbuatan yang tidak bertanggung
jawab. Hal ini guna untuk mencegah adanya pemanfaatan secara liar terhadap hutan, dan sebagai
efek jera terhadap oknum yang melakukan penebangan pohon secara liar.
6
KESIMPULAN
1. Konservasi hutan hujan tropis adalah upaya pelestarian hutan hujan, yaitu tetap menjaga,
memperhatikan, manfaat yang dapat di peroleh pada saat itu dengan tetap
mempertahankan keberadaan setiap komponen dalam hutan hujan tropis agar tetap dapat
dimanfaatkan di masa depan.
2. Adanya unsur kebudayaan masyarakat dalam melestarikan hutan serta menjaga hutan
agar sumberdaya yang ada didalamnya dapat terjaga keberadannya. Unsur kebudayaan
masyarakat ini tidak lepas dari adat istiadat yang telah turun temurun ada pada suatu
daerah tersebut seperti tradisi Musung Madi di Bangka yang memanen madu dengan cara
tradisional yang tidak merusak ekosistem yang ada di hutan. Dan seperti di daerah
Kalimantan yang percaya bahwa adanya roh-roh hutan yang membuat mereka takut
untuk merusak hutan serta ekosistemnya, dll.
7
DAFTAR PUSTAKA