Oleh:
SEKOLAH PASCASARJANA
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya sampaikan kepada Allah SWT karena atas
berkat dan limpahan rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan sebuah
makalah yang berjudul “Peran Hutan Tropis Terkait Ketahanan Pangan”
dengan tepat waktu.
Melalui kata pengantar ini penulis ingin meminta maaf dan memohon
memaklumi jika isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kurang tepat
atau menyinggung perasaan pembaca. Dengan ini saya mempersembahkan
makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi
makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ...................................................................................... 10
i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia
diamanatkan Undang-Undang (UU) Nomor 12/2012 tentang Pangan. UU
tersebut mewajibkan Pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan,
pengendalian, dan pengawasan terhadap ketersediaan pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, merata dan terjangkau oleh daya beli
masyarakat. Sementara itu, masyarakat berperan dalam menyelenggarakan
produksi dan penyediaan, perdagangan dan distribusi serta sebagai konsumen
yang berhak memperoleh pangan yang aman dan bergizi (Puspitojati et al.,
2014, p. 1).
Untuk lebih menjamin terwujudnya ketahanan pangan nasional maka
diluncurkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 83/2006 tentang Dewan
Ketahanan Pangan. Dewan ini beranggotakan 16 Menteri, termasuk Menteri
Kehutanan, dan dua Kepala Badan. Tugas Dewan adalah membantu Presiden
merumuskan kebijakan, melaksanakan evaluasi dan pengendalian dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional. Tugas Dewan meliputi
kegiatan di bidang penyediaan pangan, distribusi pangan, penganekaragaman
pangan, serta pencegahan dan penanggulangan masalah pangan. Adanya
peraturan perundangan tersebut menunjukkan ketahanan pangan telah menjadi
komitmen nasional dan sekaligus menunjukkan kompleksitas permasalahan
untuk mewujudkannya (Puspitojati et al., 2014, p. 1).
Sektor kehutanan yang mempunyai visi dan misi untuk menyejahterakan
masyarakat dan melestarikan hutan mempunyai peluang yang besar untuk
berkontribusi dalam memberikan solusi melalui pemanfaatan dan
pengembangan potensi bahan pangan yang ada dalam kawasan hutan (hutan
alam, hutan tanaman, hutan lindung dan kawasan konservasi) (Butarbutar,
2009, p. 170).
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari makalah
ini adalah:
1. Apa pengertian hutan tropis?
2. Apa pengertian ketahanan pangan?
3. Apa saja komponen utama dalam ketahanan pangan?
4. Bagaimana potensi sektor kehutanan untuk ketahanan pangan?
5. Bagaimana kontribusi agroforestri terhadap ketahanan pangan?
2
BAB II PEMBAHASAN
3
penting ekosistem secara lokal, regional dan global (Abdurachman et al., 2020,
p. 10). Hutan mempunyai peran penting dalam menunjang kehidupan dan
perkembangan peradaban manusia. Peran penting tersebut tercermin dalam
bentuk interaksi manusia dan hutan yang berlangsung sejak awal peradaban
hingga saat ini dan diperkirakan terus berlangsung di masa mendatang. Hutan
seakan menjadi media yang mengantarkan kehidupan manusia pada tingkat
peradaban yang lebih maju. Di masa mendatang, peran hutan dalam menunjang
kehidupan dan perkembangan peradaban manusia diperkirakan akan semakin
besar. Hal ini disebabkan makin tingginya pemanfaatan sumber daya alam,
termasuk hutan, dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia (Puspitojati et al.,
2014, p. 5)
Hutan alam menyediakan aneka jenis pangan nabati, yang berupa buah-
buahan, biji-bijian, umbi-umbian, pati-patian dan sayuran sebagai sumber
karbohidrat, protein dan vitamin nabati, serta menyediakan beragam jenis
pangan hewani yang berupa satwa liar, seperti: rusa, banteng, landak, tikus
tanah, trenggiling, kasuari dan aneka jenis burung sebagai sumber protein
hewani. Saat ini, sebagian masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan,
masih menggantungkan sebagian kebutuhan pangannya dari hutan (Puspitojati
et al., 2014, p. 3).
Menurut Subagiyo et al. (2019, pp. 2–4), ada beberapa ciri-ciri atau
karakteristik dari hutan hujan tropis, antara lain sebagai berikut:
1. Mempunyai pohon tinggi, rapat, serta berdaun lebat.
2. Atap hutan (kanopi), hutan ini memiliki vegetasi pohon-pohon yang rapat,
bercabang banyak, dan berdaun lebat.
3. Hutan tropis lembap disebut juga hutan basah karena sepanjang tahun hutan
ini selalu diguyur hujan.
4. Suhu udara yang ada di hutan ini berkisar antara 20-35°C, dengan
kelembaban antara 82-90%.
5. Selalu disinari matahari sepanjang tahun karena hutan tropis lembap terletak
di hampir sepanjang garis khatulistiwa atau di sekitar ekuator.
6. Memiliki beragam jenis tumbuhan tapi tidak ada yang dominan.
4
Menurut Subagiyo et al. (2019, pp. 5–10), secara umum peranan hutan
tropis adalah sebagai berikut:
1. Hutan tropis merupakan rumah bagi setengah populasi flora dan fauna di
dunia.
2. Hutan tropis memiliki kontribusi yang besar bagi kelangsungan hidup yaitu
sebagai penyuplai oksigen terbesar di bumi.
3. Hutan tropis mampu menstabilkan iklim di dunia yaitu dengan cara
menyerap karbon dioksida yang ada di atmosfer.
4. Hutan tropis memiliki peranan penting dalam menjaga peredaran siklus
hidrologi.
5. Hutan tropis dapat menyerap air hujan dan dapat mencegah terjadinya banjir
karena air hujan yang turun dalam jumlah yang banyak akan diserap oleh
hutan tropis.
6. Hutan tropis dapat menjadi sumber mata pencaharian, yaitu dengan cara
mencari kayu dan juga mencari makanan untuk dikonsumsi maupun
nantinya akan dijual.
7. Hutan tropis merupakan tempat yang cocok menjadi tempat wisata karena
keadaan alamnya yang asri, sejuk, dan tenang.
5
fisik ataupun ekonomi untuk mendapatkan pangan bagi seluruh anggota rumah
tangga dan tidak berisiko kehilangan keduanya. Sedangkan menurut UU No 8
tahun 2012 tentang pangan, telah dijelaskan beberapa konsep mengenai
kedaulatan pangan, kemandirian pangan, ketahanan pangan, keamanan pangan,
produksi pangan dan ketersediaan pangan. Ketahanan pangan didefinisikan
sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perorangan,
baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, beragam, bergizi, terjangkau,
tidak bertentangan dengan agama, aktif, sehat dan produktif secara
berkelanjutan (Kristiawan et al., 2021, p. 87).
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah
tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, naik jumlah
maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau (Mayrowani & Ashari, 2011,
p. 86). Ketahanan pangan merupakan sistem ekonomi pangan yang terdiri dari
beberapa sub sistem yang saling terintegrasi satu dengan yang lainnya. Sub
sistem yang dimaksud adalah ketersediaan pangan, distribusi pangan dan
konsumsi pangan. Ketahanan pangan merupakan kebutuhan yang paling dasar
bagi manusia sehingga pangan sangat berperan dalam pertumbuhan ekonomi
nasional. Oleh karena itu peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas
utama dalam pembangunan nasional (Kristiawan et al., 2021, p. 87).
6
2. Akses makanan di mana berkaitan dengan bagaimana individu dan rumah
tangga dapat memperoleh makanan yang cukup dengan pola makan yang
sehat, bergizi, atau memiliki akses ke sumber daya yang cukup yang
dibutuhkan untuk menanam makanan mereka sendiri.
3. Pemanfaatan pangan berkaitan dengan bagaimana masyarakat memiliki
akses ke jumlah dan keragaman makanan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya, serta metabolisme makanan tersebut dengan benar.
4. Stabilitas makanan yang berhubungan dengan ketersediaan makanan yang
dapat diakses oleh orang-orang yang mampu memanfaatkannya secara
efektif, namun juga bagaimana memenuhinya secara permanen dan
konsisten.
7
Berdasarkan kondisi pedroagroklimat, Indonesia seharusnya menjadi
sumber pangan yang dapat memenuhi konsumsi sendiri maupun untuk ekspor.
Secara teknis pengembangan potensi pangan di Indonesia tidak ada masalah.
Faktor lain yang menyebabkan menurunnya produksi pangan didominasi oleh
non teknis seperti kurangnya dukungan kebijakan, perubahan sosial budaya dan
pemanfaatan kemajuan teknologi yang tidak disesuaikan terhadap potensi
sumber daya alam dan potensi sosial budaya (lahan yang subur, ragam potensi
kelautan dan budaya agraris). Indonesia memiliki areal sumber daya hutan
seluas 143 juta hektar, dengan 77 jenis bahan pangan sumber karbohidrat, 26
jenis kacang-kacangan, 75 jenis minyak dan lemak, 389 jenis biji-bijian dan
buah-buahan, 228 jenis sayur-sayuran, 110 jenis rempah-rempah dan bumbu-
bumbuan, 40 jenis bahan minuman, dan 1260 jenis tanaman obat. Alternatif
kontribusi sektor kehutanan dalam bentuk berbagai jenis pangan tersebut
potensial untuk dikembangkan di hutan alam, hutan tanaman, hutan lindung
dan kawasan konservasi. Selain itu, agar diantisipasi pengadaan lahan atau
kawasan hutan untuk pengembangan pangan terpadu (Butarbutar, 2009, p.
171).
8
langsung telah berperan sebagai penyedia pangan (Forest for Food
Production). International Council for Research in Agroforestry (ICRAF)
mendefinisikan agroforestri sebagai suatu sistem pengelolaan lahan yang
berasaskan kelestarian, untuk meningkatkan hasil lahan secara keseluruhan,
melalui kombinasi produksi (termasuk tanaman pohon-pohonan) dan tanaman
hutan dan atau hewan secara bersamaan atau berurutan pada unit lahan yang
sama, dan menerapkan cara-cara pengelolaan yang sesuai dengan kebudayaan
penduduk setempat (Rudiansah et al., 2018).
Kontribusi sektor kehutanan terhadap ketersediaan pangan nasional dari
jenis padi, jagung, kacang-kacangan, umbi-umbian mencapai lebih dari
3.270.000 ton setara pangan per tahun. Agroforestri adalah sistem pengelolaan
lahan yang ditujukan untuk mengatasi masalah pangan, mengombinasikan
antara tanaman pertanian dan tanaman kehutanan (pohon) dalam suatu unit
lahan yang melibatkan petani, ternak, pohon dan hutan pada berbagai skala.
Agroforestri ditujukan untuk memberi manfaat langsung kepada manusia,
sehingga diharapkan dapat membantu mengoptimalkan suatu bentuk
penggunaan lahan secara berkelanjutan untuk menjamin kebutuhan pangan
(Alfatikha et al., 2020, p. 56).
Menurut Butarbutar (2009, pp. 176–177), berikut ini adalah beberapa
model agroforestri:
1. Model Sylvofishery, apabila tanahnya bukan merupakan tanah mineral
seperti gambut dan mangrove dapat dikembangkan silvofishery seperti
sistim empang parit.
2. Model Sylvopasture, model ini adalah perpaduan kehutanan dengan
peternakan.
3. Tumpangsari, program Perhutanan Sosial Perum Perhutani dalam bentuk
tumpangsari, secara potensial dapat membuktikan bahwa hutan mampu
berperan dalam menyediakan bahan makanan (padi dan palawija) bagi
masyarakat sekitar hutan.
9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hutan tropis adalah hutan yang terletak di wilayah tropis, yaitu suatu
wilayah yang terletak pada lintang 23,5 derajat LU23,5 derajat LS yang
dicirikan hijau sepanjang tahun, setidaknya setinggi 30 m, kaya akan liana
bertangkai tebal, dan epifit berkayu serta herba.
2. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga
yang tercermin dari kecukupan persediaan, baik jumlah maupun mutunya,
aman merata dan terjangkau.
3. Komponen utama dalam ketahanan pangan adalah berkaitan dengan
ketersediaan, akses, pemanfaatan, dan stabilitas; di mana dalam kondisi
ketahanan pangan ada, semua komponen ini harus tersedia secara memadai.
4. Sektor kehutanan dapat berkontribusi terhadap ketahanan pangan melalui
fungsinya sebagai penopang, produsen dan sebagai pelestari keragaman
potensi pangan.
5. Hutan memiliki potensi sebagai penghasil pangan yakni dengan
mengembangkan pola agroforestri.
10
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, Akbar, A., Supriadi, A., Santoso, A., Ismanto, A., Salim, A. G.,
Andianto, Wibowo, A., Soka, A., Hidayat, A., Sukmana, A., Widiarti, A.,
Utari, A. D., Windyoningrum, A., Harjadi, B., Bintoro, Narendra, B. H.,
Leksono, B., Lastiantoro, C. Y., … Yuniawati. (2020). Vademecum
Kehutanan Indonesia 2020. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Alfatikha, M., Herwanti, S., Febryano, I. G., & Yuwono, S. B. (2020). Identifikasi
Jenis Tanaman Agroforestri Untuk Mendukung Ketahanan Pangan Rumah
Tangga Di Desa Pulau Pahawang. Gorontalo Journal of Forestry Research,
3(2), 55–63. https://doi.org/10.32662/gjfr.v3i2.1097
Butarbutar, T. (2009). Potensi Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap Ketahanan
Pangan Nasional Melalui Pengembangan Agroforestry. Jurnal Analisis
Kebijakan Kehutanan, 6(3), 169–179.
Dwiprabowo, H., Effendi, R., Hakim, I., & Bangsawan, I. (2011). Kontribusi
Kawasan Hutan dalam Menunjang Ketahanan Pangan: Studi Kasus Propinsi
Jawa Barat. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 8(1), 47–61.
https://doi.org/10.20886/jakk.2011.8.1.47-61
Kristiawan, Prasetijo, A., & Suthiningsih, D. (2021). Ketahanan Pangan Keluarga
Orang Rimba Selatan Taman Nasional Bukit Dua Belas Jambi. Jurnal
Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya, 23(1), 83–92.
https://doi.org/10.25077/jantro.v23.n1.p74-82.2021
Mayrowani, H., & Ashari. (2011). Pengembangan Agroforestry untuk
Mendukung Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Petani Sekitar Hutan.
Forum Penelitian Agro Ekonomi, 29(2), 83–98.
https://doi.org/10.21082/fae.v29n2.2011.83-98
Puspitojati, T., Rachman, E., & Gingoa, K. L. (2014). Hutan Tanaman Pangan
(D. Darusman (ed.)). Yogyakarta: PT Kanisius.
Rudiansah, D., Nurlaila, A., & Karyaningsih, I. (2018). Keanekaragaman
Tanaman Pangan Kehutanan Pada Lahan Agroforestri Di Desa Haurkuning
Kecamatan Nusaherang Kabupaten Kuningan. Wanaraksa, 12(2).
https://doi.org/10.25134/wanaraksa.v12i2.4571
Subagiyo, L., Herliani, Sudarman, & Haryanto, Z. (2019). Literasi Hutan Tropis
Lembab & Lingkungannya. Samarinda: Mulawarman University Press.
Syahputra, O. H. (2021). Masa Depan Kedaulatan Pangan: Dukungan
Agroforestri dalam Produksi Pangan Melalui Perhutanan Sosial. Prosiding
Seminar Nasional Pertanian Universitas Samudra Ke-VI, 255–266.
https://ejurnalunsam.id/index.php/psn/article/view/4824
11