“Kebakaran Hutan”
Disusun Oleh :
WIWIT WIDIYANINGSIH
NIM : 23012096
2023
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatNya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah berjudul Kebakaran Hutan ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Bahasa Indonesia.
Semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat bermanfaat. Akhir kata
melalui kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
ii
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................20
3.1 Kesimpulan.............................................................................................20
3.2 Saran...................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hutan yang luas di
dunia. Luas hutan tersebut dulu mencapai 113 juta hektar dan terus
berkurang drastis akibat kebodohan oknum pemerintah dan penjahat yang
selalu haus uang dengan membabat dan menggunduli hutan demi mendapat
keuntungan yang besar tanpa melihat dampak bagi lingkungan global.
1. Hutan Bakau
2. Hutan Sabana
Hutan sabana adalah hutan padang rumput yang luas dengan jumlah
pohon yang sangat sedikit dengan curah hujan yang rendah. Contoh : Nusa
tenggara.
3. Hutan Rawa
Hutan hujan tropis adalah hutan lebat atau hutan rimba belantara yang
tumbuh di sekitar garis khatulistiwa (ekuator) yang memiliki curah hujan yang
sangat tinggi. Hutan jenis yang satu ini memiliki tingkat kelembapan yang
tinggi, bertanah subur, humus tinggi dan basah serta sulit untuk dimasuki oleh
manusia. Hutan ini sangat disukai pembalak hutan liar dan juga pembalak
legal jahat yang senang merusak hutan dan merugikan negara trilyunan
rupiah. Contoh : hutan kalimantan, hutan sumatera, dsb.
5. Hutan Musim
Hutan musim adalah hutan dengan curah hujan tinggi namun punya
periode musim kemarau yang panjang yang menggugurkan daun di kala
kemarau menyelimuti hutan.
1. Hutan Wisata
Hutan wisata adalah hutan yang dijadikan suaka alam yang ditujukan
untuk melindungi tumbuh-tumbuhan serta hewan / binatang langka agar tidak
musnah / punah di masa depan. Hutan suaka alam dilarang untuk ditebang
dan diganggu dialih fungsi sebagai buka hutan. Biasanya hutan wisata
menjadi tempat rekreasi orang dan tempat penelitian.
2. Hutan Cadangan
3. Hutan Lindung
Reaksi konversi gas karbon dioksida menjadi gas oksigen adalah sebagai
berikut :
Pada hasil reaksi terdapat glukosa yang digunakan oleh tumbuhan dan
pohon sebagai energi untuk tumbuh dan berkembang. Proses fotosintesis ini
berlangsung pada daun dari tumbuhan dan pepohonan. Laju fotosintesis ini
dipengaruhi dari luas permukaan dari daun tumbuhan dan pepohonan.
Semakin luas permukaan daun, semakin tinggi laju fotosintesis yang berarti
semakin tinggi laju penyerapan gas karbondioksida.
B. Habitat hewan
Siklus atau arus hidrologika adalah sirkulasi air yang tidak pernah
berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi,
presipitasi, evaporasi dan transpirasi.
Fungsi dari hutan dalam arus hidrologika ini sendiri adalah sebagai
modulator, yaitu salah satu tempat pemodifikasian dari uap air ke air begitu
seterusnya tidak berhenti. Dan jika arusnya dihentikan dengan terbakarnya
hutan dapat mengganggu siklus atau arus tersebut.
D. Pelestari tanah
Biosfer adalah bagian luar dari planet Bumi, mencakup udara, daratan,
dan air, yang memungkinkan kehidupan dan proses biotik berlangsung.
Dalam pengertian luas menurut geofisiologi, biosfer adalah sistem ekologis
global yang menyatukan seluruh makhluk hidup dan hubungan antarmereka,
termasuk interaksinya dengan unsur litosfer (batuan), hidrosfer (air), dan
atmosfer (udara) Bumi. Bumi hingga sekarang adalah satu-satunya tempat
yang diketahui yang mendukung kehidupan. Salah satu contoh biosfer yang
paling penting adalah hutan.
1
4. Untuk mengetahui proses terjadinya kebakaran.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan dalam bahasa Inggris berarti "api liar" yang berasal
dari sebuah sinonim dari Api Yunani, sebuah bahan seperti-napalm yang
digunakan di Eropa Pertengahan sebagai senjata maritim.
3
ataupun tidak disengaja sehingga menimbulkan kerusakan ekosistem yang
berdampak kurangnya produksi oksigen dan terjadinya pemanasan suhu
serta mengecilkan atau menghilangkan lingkungan bagi hewan yang hidup
didalam hutan.
Jenis lain kebakaran hutan adalah Crown Fire di mana mahkota pohon
dan semak terbakar, seringkali ditopang oleh api permukaan. Api mahkota
terutama sangat berbahaya di hutan jenis konifera karena bahan resinous
diberikan dari pembakaran kayu membakar marah. Pada lereng bukit, jika api
mulai menurun, menyebar dengan cepat seperti udara dipanaskan
berdekatan dengan lereng cenderung mengalir ke atas lereng penyebaran api
bersama dengan itu. Jika api mulai menanjak, ada kemungkinan kurang dari
itu menyebar ke bawah.
a. Sambaran petir
petir memiliki energi yang berubah menjadi percikan api yang apabila
terkena pada dedaunan dan kayu kering dapat menimbulkan titik api yang
lebih besar.
Batubara merupakan salah satu bahan bakar, apabila iklim suhu terlalu
tinggi dapat membakar batu bara dengan sendirinya.
f. Bara api yang tidak dipadamkan secara benar-benar padam dapat tertiup
udara bebas dan akhirnya menimbulkan nyala api yang lebih besar dan
menyambar ke dedaunan atau kayu kering yang ada dihutan.
Menurut De Bano et al. (1998), proses pembakaran terdiri dari lima fase yaitu.
3. Smoldering (Pembaraan)
“Smoldering” adalah fase awal di dalam pembakaran untuk tipe bahan bakar
duff dan tanah organic. Laju penjalaran api menurun karena bahan bakar tidak dapat
mensuplai gas-gas yang mudah terbakar. Panas yang dilepaskan menurun dan
suhunya pun menurun, gas-gas lebih terkondensasi ke dalam asap.
4. Glowing (Pemijaran)
Fase glowing merupakan bagian akhir dari proses smoldering. Pada fase ini
sebahagian besar dari gas-gas yang mudah menguap akan hilang dan oksigen
mengadakan kontak langsung dengan permukaan dari bahan bakar yang
mengarang. Produk utama dari fase “glowing” adalah CO, CO2 dan abu sisa
pembakaran. Pada fase ini temperature puncak dari pembakaran bahan bakar
berkisar antara 300 – 600 0C.
5. Extinction
Kebakaran akhirnya berhenti pada saat semua bahan bakar yang tersedia
habis, atau pada saat panas yang dihasilkan dalam proses smoldering atau flaming
tidak cukup untuk menguapkan sejumlah air dari bahan bakar yang basah. Panas
yang diserap oleh air bahan bakar, udara sekitar, atau bahan inorganik (seperti batu-
batuan dan tanah mineral) mengurangi jumlah panas yang tersedia untuk
pembakaran, sehingga mempercepat proses extinction.4
B. Reaksi oksidasi yang terjadi pada proses pembakaran zat organik pada kayu
atau daun kering akan menghasilkan gas CO dan CO2, terutama gas CO2 yang
akan membuat suhu bumi meningkat.
4
yang ikut musnah ini akibat terperangkap oleh asap dan sulitnya jalan keluar
karena api telah mengepung dari segala penjuru. Belum ada penelitian yang
mendalam seberapa banyak spesies yang ikut tebakar dalam kebakaran hutan
diIndonesia.
D. Ancaman erosi
5
Sejumlah spesies dikatakan sebagai hama bila keberadaan dan aktivitasnya
mengganggu proses produksi manusia. Bila tidak “mencampuri” urusan produksi
manusia maka ia akan tetap menjadi spesies sebagaimana spesies yang lain.
Sejumlah spesies yang potensial untuk menjadi hama tersebut selama ini berada
di hutan dan melakukan interaksi dengan lingkungannya membentuk rantai
kehidupan. Kebakaran yang terjadi justru memaksanya terlempar dari rantai
ekosistem tersebut. Dan dalam beberapa kasus ‘ia’ masuk dalam komunitas
manusia dan berubah fungsi menjadi hama dengan merusak proses produksi
manusia yang ia tumpangi atau dilaluinya.
D. Hama
Hama itu sendiri tidak harus berbentuk kecil. Gajah dan beberapa binatang
bertubuh besar lainnya ‘harus’ memporak porandakan kawasan yang dilaluinya
dalam upaya menyelamatkan diri dan dalam upaya menemukan habitat barunya
karena habitat lamanya telah musnah terbakar.
Dalam kebakaran hutan dikenal istilah segitiga api. Segitiga api adalah
bentuk sederhana untuk menggambarkan proses pembakaran dan aplikasinya.
Tiga unsur segitiga api itu adalah bahan bakar, oksigen dan panas/sumber
penyulut.
7
Gambar Segitiga Api
(Sumber: brainly.co.id)
Selain berpegang pada prinsip segitiga api, hal yang paling mungkin
dilakukan adalah dengan melakukan manajemen bahan bakar. Manajemen
bahan bakar adalah tindakan atau praktek yang ditujukan untuk mengurangi
kemudahan bahan bakar untuk terbakar (fuel flammability) dan mengurangi
kesulitan dalam pemadaman kebakaran hutan. Manajemen bahan bakar dapat
dilakukan secara mekanik, kimiawi, biologi atau dengan menggunakan api.
Perlakuan bahan bakar adalah setiap manipulasi bahan bakar agar bahan bakar
itu tidak mudah terbakar, dengan cara pemotongan, penyerpihan, penghancuran,
penumpukan dan pembakaran. Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan
dalam memanajemen bahan bakar yaitu, melakukan modifikasi, pengurangan
dan isolasi bahan bakar.
d. Bakar Balas. Strategi ini dilakukan jika sama sekali tidak tersedia peralatan
pemadam, serta personil yang sedikit, yaitu dengan cara membakar bahan bakar
berlawanan arah jalaran api. Dengan cara demikian api dari dua arah akan
bertemu ditengah dan karena bahan bakar habis maka api padam. Untuk
melakukan bakar balas biasanya areal pinggir sungai atau jalan yang merupakan
sekat bakar dengan areal penting untuk dilindungi.8
BAB 3
8
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai harganya karena
didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah,
sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan
erosi serta kesuburan tanah, dan sebagainya.
3.2 Saran
Adinugroho, Wahyu Catur dan INN Suryadiputra. 2003. Kebakaran Hutan dan
Lahan. Bogor: Seri Pengelolaan Hutan dan Lahan Gambut.
Tacconi, Luca. 2003. Kebakaran Hutan di Indonesia: Penyebab, Biaya dan Implikasi
Kebijakan. Bogor: Center For International Forestry Research (CIFOR). Paper.