Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MANAJEMEN BENCANA

BENCANA ALAM
KEBAKARAN HUTAN

Dosen Pengampuh :

Disusun Oleh :
Kelompok

FALKUTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2023
Kata Pengantar

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
kemudahan dan Kesehatan yang telah diberikan-Nyamkepada kami sehingga kami
mampu menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok
Manajemen Bencana dengan topik “Kebakaran Hutan”, tidak lupa kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu selaku Dosen
Pengampuh.
Ditengah pergumulan diskusi yang alot dan Panjang sesame anggota
kelompok 10, kami pun akhirnya berhasil menyelesaikan Tugas ini.
Kamipun menyadari isi makalah ini jauh dari sempurna karena
keterbatasan kami, oleh sebab itu kami mengharapkan adanya umpan balik berupa
kritikan dan saran yang membangun agar dikemudian hari kami dapat membuat
makalah yang lebih maksimal.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hutan adalah salah satu nikmat yang sangat besar yang dianugerahkan oleh
Tuhan Yang Maha Kuasa kepada seluruh umat Manusia terkhususnya bangsa
Indonesia. Dari Hutan manusia dapat menghirup oksigen dengan leluasa dan juga
sebagai tempat yang sangat berharga bagi hewan yang hidup di dalamnya. Hutan
adalah sebuah Kawasan uang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan
tumbuhan. Hutan juga berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon
dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah,
dan merupakan salah satu aspek biofer bumi yang paling penting.
Indonesia menjadi salah satu Negara yang memiliki sumber daya hutan yang
terbesar ke-2 di dunia yang merupakan paru-paru dunia. Kurang lebih 4000 jenis
tumbuhan yang tumbuh pada berbagai formasi hutan dan tipe hutan telah
diketahui (terutama Hutan Tropis) dan sekiat 400 jenis pohon telah diketahu nilai
komersial kayunya.
Kebakaran hutan adalah satu peristiwa yang sangat merugikan semua pihak,
baik dari Manusia yang berekonimi rendah, sedang, bahkan yang tingkat atas juga
merasakan dampak turunnya populasi hewan bahkan bisa punah. Kebakaran hutan
terkhususnya di Indonesia umumnya dilatar belakangi oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab seperti, penambang kayu liar, para petani yang membuat lahan
baru atau memperluas lahan dan juga para pendiri pabrik yang hanya dengan
modal kecil dan membangun pabrik dengan cara melakukan pembakaran liar.
Kebakaran Hutan merupakan fenomena yang mengganggu aktivitas manusia, baik
dari segi ekologi, sosial, budaya, ekonomi maupun kerusakan lingkungan.
Wawasan yang kurang pada masyarakat tentang pentingnya pengetahuan
penyebab, dampak, proses, pencegahan, dan penanggulangan bahkan tidak ada
rasa kepedulian sama sekali. Walaupun sudah ditetapkan dalam peraturan dan
perundang-undangan (UU nomor 41 tahun 1999 Tentang Kehutanan) masih saja
ada masyarakat yang belum mengetahui isi seluruh peraturan tersebut.
1.1 Jenis Hutan

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan yang luas di
dunia. Luas hutan tersebut dulu mencapai 113 juta hektar dan terus berkurang
drastic akibat oknum pemerintah dan penjahat yang selalu haus uang dengan
membabat dan menggunduli hutan hanya demi mendapat keuntungan yang besar
tanpa melihat dampak bagi lingkungan global.
Berikut dibawah ini adalah pembagian macam-macam atau jenis-jenis hutan
yang ada di Indonesia :
1. Hutan Bakau
Hutan bakau adalah hutan yang tumbuh di daerah pantai
berlumpur. Contoh : Hutan mangrove di Kawasan pantai hamadi.
2. Hutan Sabana
Adalah hutan padang rumput yang luas dengan jumlah pohon yang
sangat sedikit dengan curah hujan yang rendah, contoh : Pantai timur
Kalimantan, pantai selatan cilacap.
3. Hutan Rawa
Hutan rawa adalah hutan yang berada di daerah berawa dengan
tumbuhan nipah tumbuh di hutan rawa. Contoh : Papua selatan,
Kalimantan, dsb.
4. Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropis adalah hutan lebat atau hutan rimba belantara
yang tumbuh di sekitar garis khatulistiwa (ekuator) yang memiliki curah
hujan yang sangat tinggi. Hutan jenis yang satu ini memiliki tingkat
kelembapan yang tinggi, bertanah subur, humus tinggi dan basah serta
sulit untuk dimasuki oleh manusia. Hutan ini sangat disukai pembalak
hutan liar dan juga pembalak legal jahat yang senang merusak hutan dan
merugikan negara trilyunan rupiah. Contoh : hutan kalimantan, hutan
sumatera, dsb.
5. Hutan Musim
Hutan musim adalah hutan dengan curah hujan tinggi namun punya
periode musim kemarau yang panjang yang menggugurkan daun di kala
kemarau menyelimuti hutan.

Di samping itu hutan terbagi atau dibagi berdasarkan fungsinya, yaitu :

I. Hutan Wisata.
Hutan wisata adalah hutan yang dijadikan suaka alam yang
ditujukan untukmelindungi tumbuh-tumbuhan serta hewan /
binatang langka agar tidak musnah / punah di masa depan. Hutan
suaka alam dilarang untuk ditebang dan diganggu dialih fungsi
sebagai buka hutan. Biasanya hutan wisata menjadi tempat rekreasi
orang dan tempat penelitian.
II. Hutan Cadangan.
Hutan cadangan merupakan hutan yang dijadikan sebagai
lahan pertanian dan pemukiman penduduk. Di pulau jawa terdapat
sekitar 20 juta hektar hutan cadangan.
III. Hutan Lindung.
Hutan lindung adalah hutan yang difungsikan sebagai
penjaga ketaraturan air dalam tanah (fungsi hidrolisis), menjaga
tanah agar tidak terjadi erosi serta untuk mengatur iklim (fungsi
klimatologis) sebagai penanggulang pencematan udara seperti CO2
(karbon dioksida) dan CO (karbon monoksida). Hutan lindung
sangat dilindungi dari perusakan penebangan hutan membabibuta
yang umumnya terdapat di sekitar lereng dan bibir pantai.
IV. Hutan Produksi
atau Hutan Industri Hutan produksi
yaitu adalah hutan yang dapat dikelola untuk menghasilkan
sesuatu yang bernilai ekonomi. Hutan produksi dapat dikategorikan
menjadi dua golongan yakni hutan rimba dan hutan budidaya.
Hutan rimba adalah hutan yang alami sedangkan hutan budidaya
adalah hutan yang sengaja dikelola manusia yang biasanya terdiri
dari satu jenis tanaman saja. Hutan rimba yang diusahakan manusia
harus menebang pohon denga sistem tebang pilih dengan memilih
pohon yang cukup umur dan ukuran saja agar yang masih kecil
tidak ikut rusak.

2.1 Fungsi hutan.

A. Penampung Karbon Dioksida (Carbon Dioxide Sink)


Karbondioksida diketahui sebagai salah satu gas yang dapat
menyebabkan efek rumah kaca. Karbondioksida dihasilkan dari hasil
pernapasan makhluk hidup, dalam hal ini manusia dan hewan, dan dari
sisa buangan industri dan kendaraan bermotor.
Lain halnya dengan tumbuhan dan pepohonan. Tumbuhan dan
pepohonan memerlukan gas karbondioksida untuk dapat hidup. Fungsi
hutan sebagai penampung karbondioksida ini erat kaitannya dengan
keberadaan tumbuhan dan pepohonan di tempat tersebut.
Seperti yang telah kita ketahui bersama pohon dan tumbuhan akan
mengkonversi gas karbondioksida menjadi gas oksigen melalui proses
fotosintesis. Gas oksigen diketahui sebagai gas yang sangat diperlukan
oleh manusia untuk melangsungkan hidupnya.
Reaksi konversi gas karbon dioksida menjadi gas oksigen adalah
sebagai berikut :
12 H2O + 6 CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6 O2 + 6 H2O

Pada hasil reaksi terdapat glukosa yang digunakan oleh tumbuhan


dan pohon sebagai energi untuk tumbuh dan berkembang. Proses
fotosintesis ini berlangsung pada daun dari tumbuhan dan pepohonan.
Laju fotosintesis ini dipengaruhi dari luas permukaan dari daun
tumbuhan dan pepohonan. Semakin luas permukaan daun, semakin
tinggi laju fotosintesis yang berarti semakin tinggi laju penyerapan gas
karbondioksida.

B. Habitat Hewan
Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup tinggal dan
berkembang biak. Pada dasarnya, habitat adalah lingkungan paling
tidak lingkungan fisiknya di sekeliling populasi suatu spesies yang
mempengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut. Menurut
Clements dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang
ada di sekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok
spesies, atau komunitas. Hutan merupakan salah satu contoh habitat
hewan.

C. Modulator Arus Hidrologika.


Siklus atau arus hidrologika adalah sirkulasi air yang tidak pernah
berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui
kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.
Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses
siklus hidrologika tersebut dapat berjalan secara kontinu. Fungsi dari hutan
dalam arus hidrologika ini sendiri adalah sebagai modulator, yaitu salah
satu tempat pemodifikasian dari uap air ke air begitu seterusnya tidak
berhenti. Dan jika arusnya dihentikan dengan terbakarnya hutan dapat
mengganggu siklus atau arus tersebut.

D. Pelestarian Tanah.
Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa
yang berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan
pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak
pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari
permukaan bumi.
Tanah longsor disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan
lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Akar-
akar dari pohon di hutan berfungsi sebagai unsur yang menahan lapisan
tanah pada tempatnya. Sehingga peristiwa seperti diatas tidak terjadi.
merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.2 Biosfer
adalah bagian luar dari planet Bumi, mencakup udara, daratan, dan air,
yang memungkinkan kehidupan dan proses biotik berlangsung. Dalam
pengertian luas menurut geofisiologi, biosfer adalah sistem ekologis global
yang menyatukan seluruh makhluk hidup dan hubungan antarmereka,
termasuk interaksinya dengan unsur litosfer (batuan), hidrosfer (air), dan
atmosfer (udara) Bumi.
Bumi hingga sekarang adalah satu-satunya tempat yang diketahui
yang mendukung kehidupan. Salah satu contoh biosfer yang paling
penting adalah hutan.

3.1 Rumusan Masalah.


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang
dicantumkan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Apa definisi dari kebakaran hutan ?
2) Apa saja jenis kebakaran hutan ?
3) Apa penyebab terjadinya kebakaran hutan ?
4) Apa dampak kebakaran hutan?
5) Bagaimana cara menanggulangi kebakaran hutan?

4.1 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini ialah sebagai berikut:
I. Untuk mengetahui definisi kebakaran hutan.
II. Untuk mengetahui jenis kebakaran hutan.
III. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya kebakaran hutan.
IV. Untuk mengetahui proses terjadinya kebakaran.
V. Untuk mengetahui dampak dari kebakaran hutan.
VI. Untuk mengetahui upaya pengendalian dan pencegahan kebakaran
hutan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kebakaran Hutan
Kebakaran liar, atau juga kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, kebakaran
rumput, atau kebakaran semak, adalah sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar,
tetapi dapat juga memusnahkan rumah-rumah atau sumber daya pertanian.
Penyebab umum termasuk petir, kecerobohan manusia, dan pembakaran. Musim
kemarau dan pencegahan kebakaran hutan kecil adalah penyebab utama
kebakaran hutan besar.
Kebakaran hutan dalam bahasa Inggris berarti "api liar" yang berasal dari
sebuah sinonim dari Api Yunani, sebuah bahan seperti-napalm yang digunakan di
Eropa Pertengahan sebagai senjata maritim. Kebakaran dan pembakaran
merupakan sebuah kata dengan kata dasar yang sama tetapi mempunyai makna
yang berbeda. Kebakaran indentik dengan kejadian yang tidak disengaja
sedangkan pembakaran identik dengan kejadian yang sengaja diinginkan tetapi
tindakan pembakaran dapat juga menimbulkan terjadinya suatu kebakaran.
Penggunaan istilah kebakaran hutan dengan pembakaran terkendali merupakan
suatu istilah yang berbeda. Penggunaan istilah ini sering kali mengakibatkan
timbulnya persepsi yang salah terhadap dampak yang ditimbulkannya.
Kebakaran hutan adalah “Suatu keadaan dimana hutan dilanda api
sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan atau hasil hutan yang menimbulkan
kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan.
Adapun definisi oleh pakar kehutanan, Saharjo B.H bahwa kebakaran
hutan adalah “Pembakaran yang penjalaran apinya bebas serta mengkonsumsi
bahan bakar alam dari hutan seperti serasah, rumput, ranting/cabang pohon mati
yang tetap berdiri, log, tunggak pohon, gulma, semak belukar, dedaunan dan
pohon-pohon.
Dapat dijabarkan definisi dari kebakaran hutan adalah terkabakarnya
pepohonon, rumput dan sejenisnya didalam hutan baik yang disengaja ataupun
tidak disengaja sehingga menimbulkan kerusakan ekosistem yang berdampak
kurangnya produksi oksigen dan terjadinya pemanasan suhu serta mengecilkan
atau menghilangkan lingkungan bagi hewan yang hidup didalam hutan.

2.2 Jenis Kebakaran Hutan


Jenis Kebakaran Hutan dikategorikan menjadi tiga tipe, yaitu Surface Fire,
Crown Fire dan Ground Fire.
Atau dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Surface Fire (Kebakaran Permukaan) Kebakaran permukaan


mengkonsumsi bahan bakar yang terdapat di lantai hutan, baik berupa
serasah, jatuhan ranting, dolok-dolok yang bergelimpangan di lantai hutan,
tumbuhan bawah, dan sebagainya yang berada di bawah tajuk pohon dan
di atas permukaan tanah.
B. Crown Fire (Kebakaran Tajuk) Jenis lain kebakaran hutan adalah Crown
Fire di mana mahkota pohon dan semak terbakar, seringkali ditopang oleh
api permukaan. Api mahkota terutama sangat berbahaya di hutan jenis
konifera karena bahan resinous diberikan dari pembakaran kayu
membakar marah. Pada lereng bukit, jika api mulai menurun, menyebar
dengan cepat seperti udara dipanaskan berdekatan dengan lereng
cenderung mengalir ke atas lereng penyebaran api bersama dengan itu.
Jika api mulai menanjak, ada kemungkinan kurang dari itu menyebar ke
bawah.
C. Ground Fire (Kebakaran Bawah) Kebakaran ini biasanya berkombinasi
dengan kebakaran permukaan, kebakaran yang terjadi dipermukaan akan
merambat mengkonsumsi bahan bakar berupa material organik yang
terdapat di bawah permukaan tanah/lantai hutan melalui pori-pori tanah
atau akar pohon sehingga kadang hanyai dijumpai asap putih yang keluar
dari permukaan tanah. Kebakaran ini umum terjadi pada lahan gambut.

2.3 Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan.


Kebakaran Hutan terjadi bukan dikarenakan illegal loging saja, tetapi
sangat banyak penyebab mulai dari faktor alam sampai yang disebabkan oleh
manusia. Berikut uraian penyebab terjadinya kebakaran hutan.
I. Faktor Alam
a. Sambaran Petir
Petir memiliki energi yang berubah menjadi percikan api
yang apabila terkena pada dedaunan dan kayu kering dapat
menimbulkan titik api yang lebih besar.
b. Benturan Longsoran Batu.
Satu batu dengan batu lainnya yang berubah menjadi
percikan api yang apabila terkena pada dedaunan dan kayu
kering dapat menimbulkan titik api yang lebih besar.
c. Singkapan Batu Bara.
Batu bara merupakan salah satu bahan bakar, apa bila iklim
suhu terlalu tinggi dapat membakar batu bara dengan
sendirinya.
d. Tumpukan Daun Kering.
Tumpukan daun kering yang terkena panas mata hati secara
langsung ataupun pantulan matahari dapat terbakar dan
menimbulkan api yang besar apabila daun kering bertumpuk
dengan jumlah yang sangat banyak.
e. Fenomena Iklim El-Nino
El Nino adalah fenomena alam dan bukan badai, secara
ilmiah diartikan dengan meningkatnya suhu muka laut di
sekitar Pasifik Tengah dan Timur sepanjang ekuator dari nilai
rata-ratanya dan secara fisik El Nino tidak dapat dilihat.
Fenomena El Nino menyebabkan curah hujan di sebagian besar
wilayah Indonesia berkurang, tingkat berkurangnya curah hujan
ini sangat tergantung dari intensitas El Nino tersebut.
Namun karena posisi geografis Indonesia yang dikenal
sebagai benua maritim, maka tidak seluruh wilayah Indonesia
dipengaruhi oleh fenomena El Nino yang pernah menimbulkan
kekeringan panjang di Indonesia. dan Curah hujan berkurang
dan keadaan bertambah menjadi lebih buruk dengan meluasnya
kebakaran hutan asap yang ditimbulkannya.

II. Faktor Ulah Tangan Dan Kecerobohan Manusia.


a. Sistem perladangan tradisional
Sistem perladangan dari penduduk setempat yang
berpindah-pindah. Perladangan berpindah merupakan upaya
pertanian tradisional di kawasan hutan dimana pembukaan
lahannya selalu dilakukan dengan cara pembakaran karena
cepat, murah dan praktis.
Namun pembukaan lahan untuk perladangan tersebut
umumnya sangat terbatas dan terkendali karena telah mengikuti
aturan turun temurun (Dove, 1988). Kebakaran liar mungkin
terjadi karena kegiatan perladangan hanya sebagai kamuflasa
dari penebang liar yang memanfaatkan jalan HPH dan berada
di kawasan HPH.
b. Pembukaan hutan.
Pembukaan hutan yang dilakukan oleh para pemegang Hak
Pengusaha Hutan (HPH) untuk idustri kayu maupun kelapa
sawit. Pembukaan hutan oleh pemegang HPH dan perusahaan
perkebunan untuk pengembangan tanaman industri dan
perkebunan umumnya mencakup areal yang cukup luas.
Metoda pembukaan lahan dengan cara tebang habis dan
pembakaran merupakan alternatif pembukaan lahan yang
paling murah, mudah dan cepat. Namun metoda ini sering
berakibat kebakaran tidak hanya terbatas pada areal yang
disiapkan untuk pengembangan tanaman industri atau
perkebunan, tetapi meluas ke hutan lindung, hutan produksi
dan lahan lainnya.
c. Kecerobohan dengan merokok.
Sikap waspada di hutan dengan tidak menyalakan sumber
api sembarangan sangat di perlukan, karena menghindari
terjadinya sambaran api dari sumber api ke dedaunan atau kayu
kering yang ada dihutan.
d. Membiarkan bara api setelah berkemah, dll. f. Bara api yang
tidak dipadamkan secara benar-benar padam dapat tertiup udara
bebas dan akhirnya menimbulkan nyala api yang lebih besar
dan menyambar ke dedaunan atau kayu kering yang ada
dihutan.

2.4 Proses Terjadinya Kebakaran Hutan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Bencana Alam


Berdasarkan Pasal 1 UU No. 24 Tahun 2007, bencana alam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam,
antara lain berupa banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
kekeringan, dan angin topan.
Bencana alam merupakan peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi
manusia. Korban dapat berupa perorangan, keluarga atau kelompok masyarakat
yang menderita baik secara fisik, mental, maupun sosial ekonomi. Sebagai akibat
dari terjadinya bencana, menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam
melaksanakan tugas kehidupannyaIndonesia sebagai negara kepulauan, memiliki
karakteristik geografis beragam baik secara tatanan tektonik, dinamika
meteorologis, maupun klimatologis yang rawan terhadap bencana alam.
Pengertian bencana dalam Kepmen Nomor 17/kep/Menko/Kesra/x/95 adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia, dan atau
keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta
benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum
serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan
masyarakat.
Sedangkan definisi bencana (disaster) menurut WHO (2002) adalah setiap
kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa
manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada
skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang
terkena. Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003) yang dikutip Wijayanto
(2012), bencana adalah suatu gangguan serius terhadap masyarakat yang
menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat,
berbagai material dan lingkungan (alam) dimana dampak yang ditimbulkan
melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya dengan sumber daya yang ada.
B.Jenis-Jenis Bencana
Jenis-jenis bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana adalah sebagai berikut:
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,
dan tanah longsor;
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa gagal teknologi,gagal
modernisasi. dan wabah penyakit;
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat.
4. Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan
oleh kesalahan desain, pengoprasian, kelalaian dan kesengajaan, manusia
dalam penggunaan teknologi dan atau insdustri yang menyebabkan
pencemaran, kerusakan bangunan, korban jiwa, dan kerusakan lainnya.
C.Klasifikasi Bencana
1. Klasifikasi Bencana berdasarkan penyebabnya
 Bencana Alam
 Badai
 Tsunami
 Gempa bumi
 Gunung berapi
 Suhu ekstrem
 Kemarau panjang
2. Bencana Alam yang Dipicu oleh Manusia
 Tanah longsor akibat penggundulan hutan
 Kelaparan
 Kegersangan tanah
3. Bencana Akibat Ulah Manusia
 Konflik
 Kecelakaan industri
 Transportasi
4. Klasifikasi bencana menurut kecepatan terjadinya
 Mendadak
 Bertahap
5. Klasifikasi bencana berdasarkan skala bobotnya
 Besar (major)
 Kecil (minor)
 Bencana Primer
D.Pencegahan Bencana
Perka BNPN No. 4 tahun 2008 membagi pasif dan aktif dalam tindakan
pencegahan bencana:
1. Tindakan pencegahan pasif antara lain:
1. Penyusunan peraturan perundang-undangan;
2. Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah;
3. Pembuatan pedoman/standar/prosedur;
4. Pembuatan brosur/leaflet/poster;
5. Penelitian/ pengkajian karakteristik bencana;
6. Pengkajian / analisis risiko bencana;
7. Internalisasi PB dalam muatan lokal pendidikan;
8. Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana;
9. Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti forum;
10. Pengarus-utamaan PB dalam perencanaan pembangunan;
2. Tindakan pencegahan aktif antara lain:
1. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, larangan
memasuki daerah rawan bencana dsb.
2. Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang penataan
ruang, ijin mendirikan bangunan (IMB), dan peraturan lain yang berkaitan
dengan pencegahan bencana.
3. Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat.
4. Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke daerah yang
lebih aman.
5. Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat.
6. Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur evakuasi jika
terjadi bencana.
7. Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah,
mengamankan dan mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana,
seperti: tanggul, dam, penahan erosi pantai, bangunan tahan gempa dan
sejenisnya.

E.Kebakaran Hutan
1.Pengertian
Kebakaran hutan merupakan suatu peristiwa yang sangat merugikan semua pihak,
baik dari kalangan manusia yang berekonomi rendah, sedang bahkan tingkat
atasdan juga sangat berdampak pada turunnya populasi hewan bahkan bisa
punah.Kebakaran hutan terkhusus di Indonesia umumnya dilatarbelakangi oleh
pihak yangtidak bertanggung jawab dan seperti penambang kayu hutan, para
petani yang inginmembuat lahan baru atau memperluas lahan dan juga para
pendiri pabrik yangmenginginkan keuntungan yang sangat besar dengan
mendirikan pabriknya hanyadengan modal yang kecil bahkan tanpa modal.
Pembabat hutan secara ilegal disebut dengan Illegal Loging.Kebakaran
merupakan salah satu fenomea yang menggangu aktivitas manusia, baik dari segi
ekologi, sosial, budaya, ekonomi maupun kerusakkanlingkungan dan lain-lain.
Hanya saja wawasan masyarakat akan pentingnya pengetahuan penyebab,
dampak, proses, pencegahan dan penanggulangan dinilai masihcukup kurang
bahkan tidak ada rasa kepedulian sama sekali. Walaupun sudah diteapkan
peraturan dan perundangan tentang kehutanan (Undang-undang Republik
Indonesia nomor 41 tahun 1999 Tentang kehutanan)
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
1. Bahwa sesuai Pasal 50 ayat (3) huruf d menyatakan bahwa “Setiap orang
dilarang membakar hutan”
2. Bahwa sesuai Pasal 50 ayat (3) huruf l menyatakan bahwa “Setiap orang
dilarang membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan
kerusakan serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi hutan ke
dalam kawasan hutan”.
3. Bahwa sesuai Pasal 78 ayat (3) menyatakan bahwa “Barang siapa dengan
sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3)
huruf d, diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan
denda paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah)”.
4. Bahwa sesuai Pasal 78 ayat (4) menyatakan bahwa “Barang siapa karena
kelalaiannya melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3)
huruf d, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah)”.
5. Bahwa sesuai Pasal 78 ayat (11) menyatakan bahwa “Barang siapa dengan
sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3)
huruf l, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”. tetap saja masyarakat
belum mengetahui isi keseluruhan peraturan tersebut.
2.Contoh Kasus
Kebakaran lahan seluas 7,5 Ha terjadi di Kecamatan Sukamara, Desa Natai
Sedawak Kabupaten Sukamara, Provinsi Kalimantan Tengah, pada Kamis, (18/8).
Penyebab kebakaran diduga lahan gambut yang mudah terbakar saat musim
kemarau.
Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB melaporkan pada Kamis (18/8)
pukul 17.30 WIB sebanyak 4 Ha lahan berhasil dipadamkan. BPBD turut
mengerahkan mobil pemadam kebakaran (damkar) dari posko induk guna
mempercepat proses pemadaman titik api. Upaya pemadaman kebakaran masih
terus dilanjutkan BPBD Kabupaten Sukamara bersama tim gabungan dari
TNI/Polri, Manggala Agni, Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
Sukamara-Lamandau, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA),
OrangUtan Foundation United Kingdom (OF UK Indonesia) dan Masyarakat
Peduli Api (MPA). Tidak ada laporan korban jiwa maupun masyarakat yang
mengungsi akibat kejadian ini.
Badan Meterologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan prakiraan cuaca untuk
wilayah Kabupaten Sukamara, untuk Sabtu (20/8), kondisi hujan ringan dan
berawan, sedangkan pada Minggu (21/8) cuaca akan berawan. Sementara itu hasil
dari Inarisk BNPB, wilayah Kabupaten Sukamara memiliki level risiko dengan
tingkat sedang dan tinggi dengan wilayah 5 kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Sukamara berisiko kebakaran hutan dan lahan.
BNPB mengimbau Pemerinah daerah dan masyarakat untuk melakukan
pemantauan dan peninjauan lapangan bersama dinas-dinas terkait untuk
mengantisipasi dan menangani terjadinya kekeringan serta potensi kebakaran
hutan dan lahan. Kesiapsiagaan juga dilakukan melalui pengecekan serta
penyiapan sarana dan prasarana pemadaman kebakaran.

Anda mungkin juga menyukai