Anda di halaman 1dari 13

TUGAS IPS

HUTAN LINDUNG

Disusun Oleh;
KELOMPOK III

FAUZAN RAMADHAN S. (09) NAJWA BILKKIS (20)


ANISSA SAFANA (03) RAMADANI PUTRI (24)
M.RICIBASIH PRATAMA (15) ANGGIE ALYA NABILA (02)
NUR YASIN HIDAYAT (23) M. MIRZA ABDILLAH (07)

KELAS VII F

UPTD SPF SMP NEGERI 4


2022
Hutan Lindung

Berdasarkan pembagian hutan menurut fungsinya, hutan dibedakan menjadi beberapa jenis,
seperti hutan lindung, hutan, konservasi dan hutan produksi. Pengelompokkan tersebut
mengacu pada status hutan menurut negara yang dibagi kedalam status dan fungsi hutan.

Sebelum membahas lebih jelas mengenai pengertian hutan lindung, kita akan menyinggung
sedikit mengenai apa itu hutan konservasi dan hutan produksi.

Hutan konservasi adalah hutan yang berfungsi sebagai cadangan kebutuhan pengawetan
ekosistem dan keanekaragaman hayati.

Sedangkan, hutan produksi adalah kawasan hutan yang berfungsi untuk memproduksi atau
mengeksploitasi hasil hutan, seperti Hak Pengusahaan Hutan (HPH), Hutan Tanaman
Industri (HTI), serta jenis hutan produksi lainnya yang dapat menghasilkan berbagai jenis
kayu dan nonkayu.

Pengertian Hutan Lindung

Hutan lindung adalah hutan yang dilindungi keberadaannya karena bermanfaat dalam
menjaga ekosistem. Penetapan kawasan hutan menjadi hutan lindung didasari oleh fungsi
hutan sebagai penyedia cadangan air bersih, penahan erosi, habitat flora dan fauna, serta
fungsi lainnya.

Wilayah hutan lindung dapat berada di dalam wilayah hutan produksi, hutan rakyat, hutan
adat dan daerah yang berbatas dengan pemukiman masyarakat. Hutan ini dapat dikelola
oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah atau komunitas yang peduli terhadap kelestarian
hutan. Contohnya adalah hutan larangan atau hutan tutupan yang biasanya dikelola oleh
masyarakat adat.

Hutan lindung merupakan wilayah hutan yang luas dan berisi aneka ragam flora dan fauna
yang bisa terbentuk secara alami maupun buatan. Manfaat perlindungan dari hutan ini
berupa pepohonan yang berfungsi untuk menahan laju erosi, longsor, banjir dan
sebagainya.

Hutan Lindung Menurut UU Kehutanan

Menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan, pengertian hutan lindung
adalah:

“Kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga
kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah
intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.”

Hutan berdasarkan fungsinya dapat dibedakan sebagai berikut:

 Hutan Produksi: Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Porduksi Terbatas (HPT),
Hutan Porduksi Konversi (HPK)
 Hutan Konservasi: Kawasan Suaka Alam (Cagar Alam dan Suaka Marga Satwa),
Kawasan Pelestarian Alam (Taman Nasional, Hutan Raya, Hutan Wisata)
 Hutan Buru atau Taman Buru
 Hutan Lindung

Hutan Lindung dan Kawasan Lindung

Pengertian hutan lindung dan kawasan lindung seringkali dianggap sama dan salin tertukar
satu sama lain, padahal kedua istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda.
Secara sederhana, hutan lindung bisa
termasuk dalam kawasan lindung. Namun
kawasan lindung dapat mencakup kawasan
hutan konservasi dan jenis hutan lainnya.

Kesimpulan tersebut didasarkan pada


pengertian kawasan lindung yang tertulis
di Undang-undang No 26 tahun 2007
mengenai penataan ruang, sebagai berikut:

“Kawasan lindung adalah wilayah yang


ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup
yang mencakup sumber daya alam dan
sumber daya buatan.”

Selain itu, berdasarkan Keputusan Presiden No 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan


Kawasan Lindung, yang dimaksud kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup, mencakup sumber alam,
sumber daya buatan dan nilai sejarah, serta budaya bangsa untuk kepentingan
pembangunan berkelanjutan.

Penetapan Status Hutan Lindung

Kawasan hutan yang ditetapkan sebagai hutan lindung dapat diputuskan oleh Pemerintah
melalui Menteri terkait berdasarkan usulan yang memenuhi syarat-syarat tertentu.
Penetapan status hutan secara teknis diatur dalam Keputusan Menteri meliputi pengaturan
skoring dalam menentukan kawasan hutan.

Tiga faktor utama dalam menentukan skoring, antara lain:

 Kemiringan Lahan
 Kepakaan Terhadap Erosi
 Intensitas Curah Hujan

Metode skoring umumnya diterapkan pada kawasan hutan produksi yang memiliki area-
area yang harus dilindungi. Metode skoring tidak dapat digunakan pada hutan yang telah
ditetapkan sebagai hutan konservasi, seperti cagar alam, suaka margasatwa, taman
nasional, taman hutan raya, taman wisata alam dan taman buru.

Kriteria penetapan hutan lindung juga dapat dilakukan jika memenuhi persyaratan dalam
PP No 44 tahun 2004, berikut ini:

 Kawasan hutan dengan kelas lereng, jenis tanah, serta intensitas hujan setelah
masing-masing dikalikan dengan angka penimbang memiliki jumlah skor 175 atau
lebih.
 Kawasan hutan memiliki lereng lapangan sebesar 40% atau lebih.
 Kawasan hutan berada pada ketinggian 2000 mdpl.
 Kawasan hutan memiliki tanah yang sangat peka terhadap erosi dan memiliki
lereng lapangan lebih dari 15%.
 Kawasan hutan merupakan daerah perlindungan pantai.
 Kawan hutan merupakan daerah resapan air.

Fungsi dan Manfaat Hutan Lindung

Dampak positif adanya hutan lindung akan berpengaruh terhadap kualitas lingkungan
ekosistem, antara lain:
 Mencegah banjir – Hutan lestari bermanfaat untuk menyerap air hujan agar tidak
turun langsung ke daerah bawahnya. Hutan memiliki kemampuan menampung air
hujan sehingga dapat menjadi pengendali banjir yang efektif.
 Menyimpan air tanah – Karena memiliki kemampuan menyerap air, maka kawasan
hutan juga dapat menjadi area simpanan air tanag yang bermanfaat ketika musim
kemarau dan terhindar dari bencana kekeringan.
 Mencegah erosi dan longsor – Risiko erosi dan tanah longsor akan semakin
meningkat jika suatu lahan memiliki tanah yang terbuka dan tidak adanya tutupan
diatasnya. Selain itu, kawasan lereng pegunungan juga memiliki potensi longsor
yang lebih besar jika tidak ada vegetasi di wilayah tersebut. Adanya hutan dapat
meredam dan memperkuat struktur tanah berkat akar-akar pohon sebagai penahan
tanah.
 Aspek kesuburan tanah – Berbagai bahan organik hasil hutan berupa ranting, kayu,
dedaunan, serta jasad hewan yang matik akan terurai secara alami dan menjadi
humus. Kandungan unsur hara tersebut akan mejadikan tanah hutan menjadi subur.
 Habitat flora dan fauna – Hutan merupakan tempat tinggal alami flora dan fauna
yang merupakan sumber keanekaragaman hayati di bumi.
 Kawasan penelitian dan wisata – Hutan menyimpan hal-hal yang belum dipelajari
oleh ilmu pengetahuan, seperti flora dan fauna yang belum teridentifikasi
keberadaannya. Selain itu, hutan juga memiliki manfaat sebagai lokasi wisata untuk
mengenalkan fungsi hutan bagi generasi mendatang.

Hutan Lindung di Indonesia

Indonesia memiliki beberapa wilayah yang telah ditetapkan statusnya menjadi hutan
lindung, beberapa contohnya adalah:

1. Hutan Lindung Sungai Wain

Balikpapan, Kalimantan Timur memiliki kawasan Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW)
yang menjadi obyek wisaya andalan. Hutan seluas 9.782,8 hektar ini merupakan habitat
bagi berbagai satwa khas Kalimantan, seperti orangutan, bekantan, kantong semar dan
tumbuhan endemik, seperti Eltingera Balikpapanensis.

2. Hutan Lindung Wehea

Lahan hutan seluas 38.000 hektar di Kutai Timur, Kalimantan Timur menjadi kawasan
hutan lindung pada tahun 2004 oleh masyarakat Dayah Wehea yang diawali dengan
adanyan konsesi penebangan hutan.

Pada tahun 2005, pemenrintah kabupaten Kutai Timur membentuk Badan Pengelola
Wehea yang terdiri dari stakeholder, seperti pemerintah, masyarakat adat, lembaga dan
organisasi lingkungan. Hutan Lindung Wehea pernah menerima penghargaan Kalpataru
dari pemerintah puast pada tahun 2009, sebagai penghargaan tertinggi bidang lingkungan
hidup.

Hutan Wehea merupakan penopang tiga Sub Daerah Aliran Sungai, yakni sungai Seleq,
Melinyiu dan Sekung yang keseluruhannya bermuara ke Sungai Mahakam.

3. Hutan Lindung Alas Kethu

Hutan yang terletak di daerah Wonogiri, Jawa Tengah merupakan hutan lindung yang
sebagian besar ditumbuhi oleh pepohonan, seperti jati, mahoni, kayu putih dan akasia. Luas
hutan ini cukup kecil, hanya sekitar 30 hektar. Akan tetapi, bermanfaat terhadap menjaga
lingkungan Wonogiri yang seringkali mengalami kesulitan sumber air ketika musim
kemarau.
4. Taman Raya Bung Hatta

Hutan seluas 70.000 hektar yang memiliki kondisi alam berupa lereng serta perbukitan ini
menjadi habitat bagi 352 jenis flora dan 170 jenis fauna. Hutan Lindung Taman Raya Bung
Hatta terletak di Padang, Sumatera Barat yang memiliki keunikan berupa tumbuhnya
byngai raksasa Rafflesia Arnoldi.

5. Hutan Lindung Baning

Hutan ini berada di tengah kota Sintang, Kalimantan Barat. Hutan seluas 215 hektar
didominasi dengan lahan datar dan pepohonan hijau. Hutan Baning merupakan sarana
wisata alam yang dapat dinikmati masyarakat karena memberikan kesejukan udara di
tengah kota.

6. Hutan Lindung Betung Kerihun

Kawasan hutan ini sekaligus menjadi cagar alam nasional yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Hutan yang terbentang dari Gunung Betung hingga Gunung Keihun ini
menjadi habitat berbagai macam flora dan fauna.

7. Hutan Lindung Langsa

Hutan Langsa, Aceh merupakan tujuan favorit liburan masyarakat lokal dan mancanegara.
Hutan ini berada di Desa Paya Bujok Seulemak, Langsa Baro, Langsa, Aceh. Sebenanya,
hutan ini adalah hutan kota yang dijadikan tempat wisata kehutanan di tengah kota.

Dasar Hukum dan Peraturan

Di Indonesia, kelestarian hutan lindung diatur dalam berbagai peraturan perundangan,


antara lain:

Pertama adalah Undang-undang No 22 tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No 5


mengenai kewenangan daerah atas pengelolaan hutan lindung.

Kedua adalah Keputusan Presiden No 32 tahun 1999 mengenai pengelolaan untuk


pemahaman fungsi dan manfaat kawasan lindung.

Selanjutnya yang ketiga, peraturan hukum mengenai fungsi hutan lindung terdapat dalam
Undang-undang 32 tahun 2009 mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.

Dalam peraturan ini, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya
sistematis dan terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah
terjadinya penceamran atau kerusakan lingkungan. Cara yang ditempuh meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan
hukum.

Bahkan sebelum tiga dasar hukum diatas, pemerintah telah membuat Keputusan Presiden
32 tahun 1990 mengenai Pengelolaan Kawasan Lindung dalam bentuk pengelolaan
kawasan mencakup kawasan dibawahnya (hutan lindung, kawasan gambut, kawasan
resapan air), kawasan perlindungan setempat (sempadan pantai, sepadan sungai dan
wilayah danau, serta kawasan mata sumber mata air, suaka alam dan cagar budaya, hutan
bakau, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, serta kawasan rawan bencana
alam.

Kepres No 32 tahun 1990 juga mengacu pada penggunaan sumber daya alam yang selaras,
serasi dan seimbang sesuai fungsi lingkungan hidup.
Berdasarkan mandat UU No. 41 Tahun 1999 yang berisi tentang salah satu dimensi dari
empat pilar pokok penyelenggaraan pengelolaan sumberdaya hutan melalui implementasi
perencanaan kehutanan harus dilaksanakan secara transparan, bertanggungjawab,
pasrsitipatif, terpadu serta memperhatikan kekahsan dan aspirasi daerah.

Tujuannya adalah agar upaya pengelolaan hutan mengarah kepada kemakmuran rakyat
yang berkeadilan dan berkelanjutan.

Empat kegiatan pokok dalam penyelenggaraan perencaaan hutan, antara lain:

1. Inventarisasi hutan
2. Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan
3. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan
4. Penyusunan rencana kehutanan, serta pengendalian penggunaan kawasan hutan

Peraturan Hutan Lindung

Berbagai kajian juga telah dihasilkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
perihal kebijakan dan peraturan terkait pemanfaatan hutan lindung, yaitu:

 Mewujudkan persamaan persepsi tentang fungsi hutan antar instansi terkait dalam
pengelolaan hutan lindung
 Kebijakan yang komprehensif serta terintegrasi maupun yang tidak terintegrasi
mengacu pada dasar hukum hutan lindung

Kondisi Hutan Indonesia

Hutan Indonesia memiliki laju pengurangan luas hutan terbesar kedua di dunia setelah
Brazil, berdasarkan data dari Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) yang bersumber
dari Global Forest Resources Assessment (FRA).

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga memberikan pernyataan serupa,


dalam kurun waktu 5 tahun sejak 2010 hingga 2015, Indonesia kehilangan hutan seluas
684.000 hektar setiap tahunnya. Penurunan luas hutan tersebut juga termasuk luasan hutan
lindung yang terus berkurang akibat laju deforestasi yang sangat cepat.

Selain itu, kawasan hutan lain seperti hutan produksi dan hutan konservasi juga tak luput
dari deforestasi.

Tantangan Kelestarian Hutan

Pengelolaan sejumlah kawasan hutan di Indonesia dapat dikatakan belum berhasil. Upaya
yang gagal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kebijakan pemerintah, kesadaran
masyarakat, implementasi dan lain sebagainya.

Dapat disimpulkan, pemerintah tidak cukup efektif dalam mengelola kawasan lindung dan
konservasi karena birokrasi yang terbatas dalam menjalankan manajemen kehutanan.
Keterbatasan tersebut meliputi berbagai aspek, seperti ilmu pengetahuan, kurangnya
informasi, sumber daya manusia pegawai kehutanan yang tidak memadai, serta lembaga
pengelola kawasan hutan yang memiliki manajemen yang buruk.

Selain itu, pola pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat saat ini teleh bergeser dari
kebutuhan dasar (basic needs) menjadi keinginan (desire). Hal tersebut menjadikan
kawasan hutan semakin terdesak untuk memenuhi keinginan manusia.
TUGAS IPS
TAMAN NASIONAL

Disusun Oleh;
KELOMPOK III

FAUZAN RAMADHAN S. (09) NAJWA BILKKIS (20)


ANISSA SAFANA (03) RAMADANI PUTRI (24)
M.RICIBASIH PRATAMA (15) ANGGIE ALYA NABILA (02)
NUR YASIN HIDAYAT (23) M. MIRZA ABDILLAH (07)

KELAS VII F

UPTD SPF SMP NEGERI 4


2022
Taman Nasional
Kerusakan alam terjadi hampir di setiap daerah di Indonesia. Kerusakan yang terjadi pun
lebih banyak dipengaruhi oleh kegiatan manusia daripada alam yang menyeimbangkan diri.
Misalnya kebakaran hutan, penggundulan hutan, perburuan satwa yang dilindungi, dan lain
sebagainya. Tidak hanya itu, aktivitas-aktivitas manusia modern turut menyumbang
kerusakan alam.

Kerusakan alam dapat dilihat


dari perubahan iklim yang
esktrem, musim yang datang
tidak pada waktunya, tingkat
suhu bumi yang semakin tinggi,
kenaikan muka air laut,
menipisnya jumlah satwa dan
tanaman di dunia, dan bencana-
bencana lainnya Oleh sebab itu,
dibutuhkan cara untuk
melindungi alam yang masih
lestari ataupun yang memasuki
tahap kritis. Salah satunya dengan membangun taman nasional. Berikut akan dibahas lebih
detailnya.

Pengertian Taman Nasional Menurut Ahli

Menurut MacKinnon, taman nasional merupakan kawasan yang dikhusukan untuk


melindungi kawasan alami dan pemandangan indah sekaligus mempunyai nilai bagi
pemanfaatan rekreasi, ilmiah, dan pendidikan. 

Pristiyanto mendefinisikannya sebagai daerah atau lokasi yang digunakan untuk


melestarikan alam yang memiliki ekosistem alami sehingga dapat membantu
perkembangan ilmu pengetahuan, tenpat wisata bagi masyarakat, menambah wawasan
pendidikan, dan menjadi pusat budi daya. 

Adapun menurut Departemen Kehutanan, taman nasional dijadikan sebagai jaminan masa
depan keanekaragaman Sumber Daya Alam (SDA) baik di wilayah daratan maupun
perairan.

Dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990, didefinisikan sebagai kawasan yang


diperuntukan untuk melestarikan alam sehingga ekosistem alami tetap terjaga atau
membaik (jika rusak). Tidak hanya melestarikan alam, taman nasional juga berfungsi
sebagai tempat penelitian ilmiah, pelestarian budidaya, peningkatan ilmu pegetahuan,
tempat rekreasi, dan pariwisata.

Sistem pengelolaannya didasarkan pada sistem zonasi untuk pengaturan keruangan di


dalam kawasan taman nasional menjadi zona-zona pengelolaan. 

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun
2016, taman nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli
atau alami dengan pengelolaan berdasarkan sistem zonasi. Taman nasional dapat
dimanfaatkan sebagai tempat penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, penunjang
budidaya, pariwisata, pendidikan, dan rekreasi. 

The International Union for Conservation of Nature (IUCN) merumuskan taman nasional
sebagai daerah atau area alami di daratan dan/atau lautan untuk melindungi integritas
ekologis dari satu dan/atau lebih ekosistem sehingga dapat terjaga untuk generasi sekarang
dan yang akan datang.

Dalam taman nasional dilarang untuk mengeksploitasi dan mengokupasi yang berlawanan
dengan tujuan kawasan tersebut. Taman nasional juga diharapkan dapat memberikan
keuntungan untuk ilmu pengetahuan , rekreasi, pendidikan, kegiatan spiritual, dan
memberikan peluang sebagai tempat wisata dengan catatan sesuai dengan budaya dan
lingkungan setempat.

Prinsip Taman Nasional

Fungsinya berdasarkan kategorinya di kategori II kawasan konservasi menurut IUCN


sebagai berikut. 

1. Suatu area yang memiliki keunikan dengan nilai tinggi pada keberadaan jenis yang
dikonservasi, tipe habitat, layanan ekosistem, pemandangan yang indah, bentangan
alam yang menarik, dan budaya/tradisi masyarakat yang menarik pula.
2. Area yang cukup luas untuk menjamin kesendirian atau dengan dukungan tambahan
dari jaringan kawasan lindung lainnya yang telah ditetapkan.
3. Konservasi dari kelangsungan hidup dan dinamika lingkungan alam dari
keanekaragaman hayati yang sesuai dengan tujuan rancangan keruangan alam dan
skala sementara. 

Ciri-ciri Taman Nasional

Suatu kawasan dapat dikenali sebagai taman nasional berdasarkan ciri-ciri yang nampak
ataupun tidak. Berikut ciri-cirinya.

1. Ekosistem di dalamnya masih alami atau asli sehingga dapat dimanfaatkan untuk
berbagai bidang mulai dari pendidikan sampai pariwisata. 
2. Dikelola dengan sistem zonazi kawasan sesuai dengan fungsinya.
3. Tidak jarang dalam ekosistemnya terdapat flora dan fauna yang khas, unik, dan
dilindungi.
4. Memiliki ekosistem dan gejala alam yang alami dan utuh.
5. Memiliki cakupan wilayah yang cukup luas sehingga dapat menunjang proses
ekologi. 
6. Memiliki satu atau lebih ekosistem yang masih utuh dan alami.

Zonasi Taman Nasional di Indonesia

Merujuk pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 56 Tahun 2006 tentang Pedoman
Zonasi Taman Nasional sebagai berikut. 

1. Zona Inti

Zona inti merupakan bagian tanam nasional yang mana kondisinya masih asli atau alami.
Kawasan tersebut tidak boleh diganggu oleh aktivitas manusia. Zona tersebut secara mutlak
dilindungi dan berfungsi sebagai kawasan perlindungan keterwakilan kenakeragaman
hayati yang asli dan khas. Tidak hanya itu, zona inti juga berfungsi sebagai sumber plasma
nutfah dari jenis tumbuhan dan satwa liar untuk menunjang kepentingan pengembangan
ilmu pengetahuan, penelitian, serta budidaya.

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam zona inti meliputi perlindungan dan pengamanan;
inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam hayati dengan ekosistemnya; penelitian dan
pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan atau penunjang budidaya; dapat
dibangun sarana dan prasarana tidak permamen dan terbatas untuk kegiatan penelitian dan
pengelolaan. Berikut kriteria zona inti berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 56
Tahun 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional pasal 5. 

1. Bagian taman nasional yang mempunyai yang efektif dan menjamin


keanekaragaman jenis tumbuhan dan berlangsungnya proses ekologis secara
satwa beserta ekosistemnya;  alami; 
2. Mewakili formasi biota tertentu dan atau 5. Mempunyai ciri khas potensinya dan
unit-unit penyusunnya yang merupakan dapat merupakan contoh yang
ciri khas ekosistem dalam kawasan keberadaannya memerlukan upaya
taman nasional yang kondisi fisiknya konservasi; 
masih asli dan belum diganggu oleh 6. Mempunyai komunitas tumbuhan dan
manusia;  atau satwa liar beserta ekosistemnya
3. Mempunyai kondisi alam, baik biota yang langka yang keberadaannya
maupun fisiknya yang masih asli dan terancam punah; 
tidak atau belum diganggu manusia;  7. Merupakan habitat satwa dan atau
4. Mempunyai luasan yang cukup dan tumbuhan tertentu yang prioritas dan
bentuk tertentu yang cukup untuk khas/endemik;
menjamin kelangsungan hidup jenis-jenis 8. Merupakan tempat aktivitas satwa
tertentu untuk menunjang pengelolaan migran.

2. Zona Rimba

Zona rimba untuk wilayah perairan laut disebut zona perlindungan bahari adalah bagian
taman nasional yang karena letak, kondisi, dan potensinya mampu mendukung kepentingan
pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan. Zona ini menjadi pendukung kepentingan
pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan dengan pertimbangan letak, potensi, dan
kondisinya.

Dalam zona rimba dapat melakukan berbagai kegiatan di antaranya perlindungan dan
pengamanan; inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam, hayati dengan ekosistemnya;
pengembangan penelitian, pendidikan, wisata alam terbatas, pemanfaatan jasa lingkungan
dan kegiatan penunjang budidaya; pembinaan habitat dan populasi dalam rangka
meningkatkan keberadaan populasi hidupan liar; pembangunan sarana dan prasarana
sepanjang untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan wisata alam terbatas.

Berikut kriteria zona rimba berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 56 Tahun
2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional pasal 5.

1. Kawasan yang merupakan habitat atau daerah jelajah untuk melindungi dan
mendukung upaya perkembangbiakan dari jenis satwa liar; 
2. Memiliki ekosistem dan atau keanekaragaman jenis yang mampu menyangga
pelestarian zona inti dan zona pemanfaatan; 
3. Merupakan tempat kehidupan bagi jenis satwa migran

3. Zona Pemanfaatan

Zona pemanfaatan adalah bagian taman nasional yang letak, kondisi dan potensi alamnya,
yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan kondisi/jasa
lingkungan lainnya. Tidak hanya itu, zona pemanfaatan juga dapat digunakan untuk
kepentingan penelitian, pendidikan, dan kebudayaan.

Dalam zona pemanfaatan dapat dilakukan kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian alam
di antaranya perlindungan dan pengamanan; inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam
hayati dengan ekosistemnya; penelitian dan pengembangan pendidikan, dan penunjang
budidaya; pengembangan potensi dan daya tarik wisata alam; pembinaan habitat dan
populasi; pengusahaan pariwisata alam dan pemanfatan kondisi/jasa lingkungan;
pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan, penelitian, pendidikan, wisata alam dan
pemanfatan kondisi/jasa Iingkungan.

Berikut kriteria zona pemanfaatan berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 56


Tahun 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional pasal 5.

1. Mempunyai daya tarik alam berupa pengembangan pariwisata alam,


tumbuhan, satwa atau berupa formasi penelitian dan pendidikan;
ekosistem tertentu serta formasi 4. Merupakan wilayah yang
geologinya yang indah dan unik;  memungkinkan dibangunnya sarana
2. Mempunyai luasan yang cukup untuk prasarana bagi kegiatan pemanfaatan
menjamin kelestarian potensl dan daya jasa lingkungan, pariwisata alam,
tarik untuk dimanfaatkan bagi rekreasi, penelitian dan pendidikan; 
pariwisata dan rekreasi alam;  5. Tidak berbatasan langsung dengan zona
3. Kondisi Iingkungan yang mendukung inti.
pemanfaatan jasa lingkungan,

4. Zona Tradisional

Zona tradisional adalah bagian dari taman nasional yang ditetapkan untuk kepentingan
pemanfaatan tradisional oleh masyarakat yang karena kesejarahan mempunyai
ketergantungan dengan sumber daya alam.

Dalam zona tradisional dapat dilakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan upaya
pelestarian alam di antaranya perlindungan dan pengamanan; inventarisasi dan monitoring
potensi jenis yang dimanfaatkan oleh masyarakat; pembinaan habitat dan populasi;
penelitian dan pengembangan; pemanfaatan potensi dan kondisi sumberdaya alam sesuai
dengan kesepakatan dan ketentuan yang berlaku.

Berikut kriteria zona tradisional berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 56


Tahun 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional pasal 5.

1. Adanya potensi dan kondisi sumberdaya alam hayati non kayu tertentu yang telah
dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat setempat guna memenuhi
kebutuhan hidupnya; 
2. Di wilayah perairan terdapat potensi dan kondisi sumberdaya alam hayati tertentu
yang telah dimanfaatkan melalui kegiatan pengembangbiakan, perbanyakan dan
pembesaran oleh masyarakat setempat guna memenuhi kebutuhan hidupnya.

5. Zona Rehabilitasi

Zona rehabilitasi adalah bagian dari taman yang karena mengalami kerusakan, sehingga
perlu dilakukan kegiatan pemulihan komunitas hayati dan ekosistemnya yang mengalami
kerusakan.

Masyarakat dan pengelola taman dapat melakukan kegiatan yang berkaitan dengan upaya
pelestarian alam di antaranya melakukan budidaya satwa maupun tanaman sebagai upaya
menjaga kelangsungan hidup dan spesies mereka; melindungi dan mengamankan hal-hak
yang masih bisa diselamatkan dari kepunahan; melakukan pemulihan bagian-bagian taman
yang mengalami kerusakan.

Berikut kriteria zona rehabilitasi berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 56


Tahun 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional pasal 5.

1. Adanya perubahan fisik, sifat fisik dan hayati yang secara ekologi berpengaruh
kepada kelestarian ekosistem yang pemulihannya diperlukan campur tangan
manusia; 
2. Adanya invasif spesies yang mengganggu jenis atau spesies asli dalam kawasan; 
3. Pemulihan kawaasan pada huruf a dan b sekurang-kurangnya memerlukan waktu
5(lima) tahun.

6. Zona Religi, Budaya, dan Sejarah

Zona religi, budaya dan sejarah adalah bagian dari taman nasionai yang didalamnya
terdapat situs religi, peninggalan warisan budaya dan atau sejarah yang dimanfaatkan untuk
kegiatan keagamaan, perlindungan nilai-nilai budaya atau sejarah.

Masyarakat dan pengelola taman dapat melakukan berbagai kegiatan yang menunjang
keberlangsungan taman nasional di antaranya perlindungan dan pengamanan; pemanfaatan
pariwisata alam, penelitian, pendidikan dan religi; penyelenggaraan upacara adat;
pemeliharaan situs budaya dan sejarah, serta keberlangsungan upacara-upacara ritual
keagamaan/adat yang ada.

Berikut kriteria zona religi, budaya, dan sejarah berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor 56 Tahun 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional pasal 5.

1. Adanya lokasi untuk kegiatan religi yang masih dipelihara dan dipergunakan oleh
masyarakat; 
2. Adanya situs budaya dan sejarah baik yang dilindungi undang-undang mapun tidak
dilindungi undang-undang.

7. Zona Khusus

Zona khusus adalah bagian dari taman yang  karena kondisi yang tidak dapat dihindarkan
telah terdapat kelompok masyarakat dan sarana penunjang kehidupannya yang tinggal
sebelum wilayah tersebut ditetapkan sebagai taman nasional antara lain sarana
telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik.

Dalam zona khusus, masyarakat dan pengelola dapat melakukan berbagai kegiatan untuk
menunjang pelestarian taman nasional di antaranya perlindungan dan pengamanan;
pemanfaatan untuk menunjang kehidupan masyarakat dan; rehabilitasi; monitoring
populasi dan aktivitas masyarakat serta daya dukung wilayah.

Berikut kriteria zona khusus berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 56 Tahun
2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional pasal 5.

1. Telah terdapat sekelompok masyarakat dan sarana penunjang kehidupannya yang


tinggal sebelum wilayah tersebut ditunjuk/ditetapkan sebagai taman nasional; 
2. Telah terdapat sarana prasarana antara lain telekomunikasi, fasilitas transportasi dan
listrik, sebelum wilayah tersebut ditunjuk/ditetapkan sebagai taman nasional;
3. Lokasi tidak berbatasan dengan zona inti.

Taman Nasional di Indonesia 

Indonesia memiliki 50 taman nasional dengan luas keseluruhan mencapai 16 juta ha. Enam
dari lima pulun taman nasional masuk ke dalam warisan alam dunia atau World Heritage
Site. Berikut daftar taman nasional di Indonesia.

1. Bukit Barisan Selatan, Lampung 7. Ujung Kulon, Banten


2. Wakatobi, Sulawesi Tenggara 8. Kerinci Seblat mencakup wilayah
3. Baluran, Situbondo, Jawa Timur Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
4. Lorentz, Papua Jambi, dan Bengkulu
5. Teluk Cendrawasih, Papua Barat 9. Gunung Leuser, Sumatera Utara
6. Karimun Jawa, Jawa Tengah 10. Komodo,Nusa Tenggara Timur
11. Siberut, Kabupaten Mentawai, 16. Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur
Sumatera Barat yang mencakup beberapa wilayah di
12. Bukit Tigapuluh, yang terletal di Riau antaranya Kabupaten Malang,
dan Jambi Kabupaten Lumajang, Kabupaten
13. Bukit Duabelas dan Berbak, Jambi Probolinggo, dan Kabupaten Pasuruan 
14. Kepulauan Seribu, DKI Jakarta 17. Alas Purwo, Kabupaten Banyuwangi,
15. Gunung Merapi yang mencakup Jawa Timur Taman Nasional Kelimutu
beberapa wilayah di Jawa Tengah yang ada di Nusa Tenggara Timur
(kabupaten Magelang, Kabupaten Taman Nasional Bukit Baka – Bukit
Klaten, dan Kabupaten Boyolali) dan Raya, Kabupaten Kotawaringin Timur
Yogyakarta (Kabupaten Sleman)  dan Kabupaten Sintang
18.

Anda mungkin juga menyukai