Anda di halaman 1dari 2

Nama : Zikra salsabila

Kelas : A
Mata kuliah : Biologi hutan tropis
Npm : 2108104010063

Tinjauan Kawasan Hutan Indonesia


Status Lahan hutan

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mengalokasikan


sekitar 64 persen atau seluas 120,5 juta hektare daratannya sebagai Kawasan
Hutan1 , sedangkan sisanya merupakan Areal Penggunaan Lain (APL)2. Selain itu, sekitar
5,3 juta hektare dari wilayah perairan Indonesia telah ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi
Perairan yang pengelolaannya dimandatkan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. berdasarkan fungsinya, Kawasan Hutan Indonesia diklasifikasikan menjadi 3
(tiga) fungsi pokok, yaitu: Hutan Produksi (HP) seluas 68,8 juta hektare, Hutan Lindung (HL)
seluas 29,6 juta hektare, dan Hutan Konservasi (HK) seluas 22,1 juta hektare. Kawasan
Hutan produksi terdiri dari Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT), dan
Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi (HPK). Kawasan Hutan konservasi diklasifikasikan
menjadi Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA). KSA terdiri dari
Cagar Alam (CA) dan Suaka Margasatwa (SM). Sementara itu, KPA terdiri dari Taman
Nasional (TN), Taman Wisata Alam (TWA), dan Taman Hutan Raya (Tahura).
Definisi hutan menurut Peraturan Menteri Kehutanan No. 14 Tahun 20015 digunakan
sebagai dasar penentuan “definisi praktis” hutan dalam konteks Indonesia pada
UNFCCC dengan sedikit penyesuaian, dengan tujuan untuk mendukung pelaksanaan
Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB), dan saat ini definisi yang telah disesuaikan
tersebut telah resmi digunakan dalam Tingkat Emisi Rujukan Hutan Nasional (FREL).
“Definisi praktis” hutan adalah “suatu areal daratan dengan luas lebih dari 6,25 hektare
yang ditumbuhi pepohonan dengan tinggi lebih dari 5 meter dan memiliki tutupan tajuk
lebih dari 30 persen”. Keputusan untuk memperluas menjadi 6,25 hektare sebagai luas
areal minimum hutan didorong oleh pertimbangan pengukuran dan interpretasi visual
di mana: 6,25 hektare adalah areal terkecil yang dapat diidentifikasi oleh citra satelit,
yang direpresentasikan dalam poligon 0,25 cm 2 pada peta skala 1:50.000. Buku Status
Hutan dan Kehutanan Indonesia 2020 menggunakan definisi hutan sesuai dengan “definisi
praktis” tersebut.

Potensi Keanekaragaman Hayati


Kawasan Hutan dan kawasan konservasi perairan ditetapkan berdasarkan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi
Perairan Indonesia. Sampai dengan Desember 2019, luas total Kawasan Hutan dan kawasan
konservasi perairan Indonesia adalah sekitar 125,8 juta hektare. Indonesia memiliki 13 tipe ekosistem
daratan dan 6 tipe ekosistem perairan (termasuk ekosistem perairan darat dan ekosistem perairan
laut). Sembilan belas tipe ekosistem tersebut kemudian terbagi menjadi 74 tipe vegetasi. Beberapa
satwa liar Indonesia termasuk di antaranya adalah harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae), gajah
Sumatra (Elephas maximus sumatrensis), badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis), badak Jawa
(Rhinoceros sondaicus), orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus), orangutan Sumatra (Pongo
abelii), Anoa (Bubalus quarlesi) di Sulawesi, Komodo (Varanus komodoensis) di Nusa Tenggara Timur
dan Cendrawasih (Paradisaea apoda) di Papua.

Kehutanan dan Pengelolaan Hutan di Indonesia


Agenda Pembangunan/Program Nasional (PN), yaitu: (1) Memperkuat ketahanan
ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan merata, (2) Pembangunan daerah untuk
mengurangi kesenjangan antar wilayah dan pemerataan, (3) Meningkatkan sumber daya
manusia yang berualitas, (4) Revolusi mental dan pembangunan kebudayaan, (5)
Membangun infrastruktur untuk mendukung pembangunan ekonomi dan pelayanan dasar, (6)
Membangun lingkungan hidup dan meningkatkan ketahanan terhadap bencana dan perubahan
iklim, dan (7) Memperkuat stabilitas politik, hukum, pertahanan dan keamanan, serta
transformasi pelayanan publik.

Tata Kelola Kawasan Hutan


Tutupan lahan di Kawasan Hutan, khususnya tutupan hutan, sangat dinamis dan dapat
berubah dengan cepat, di mana kondisi dan luas tutupan hutan saat ini semakin menurun.
Beberapa hal yang ditengarai sebagai penyebabnya antara lain: konversi Kawasan Hutan
untuk pengembangan sektor lain; pengelolaan hutan yang tidak lestari; penebangan liar;
kegiatan pertambangan; perambahan serta adanya karhutla. Ketidakefektifan kegiatan
reboisasi dan penghijauan juga berkontribusi pada peningkatan luas lahan yang terdegradasi.
han yang terdegradasi. Untuk mengatasi kondisi tersebut diperlukan perubahan tata kelola
hutan ke arah yang lebih baik, termasuk dalam hal pemantauan sumber daya hutan;
penggunaan informasi geospasial tematik lingkungan hidup dan kehutanan dalam mendukung
kebijakan Satu Peta (One Map Policy); dan kepastian hukum Kawasan Hutan.

Peran Sektor Kehutanan dalam Adaptasi dan mitigasi Perubahan Iklim


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat keanekaragaman
hayati tertinggi di dunia. Namun demikian, sumber daya alam dan lingkungan hidupnya
menghadapi gangguan serius yang disebabkan oleh kegiatan manusia (faktor-faktor
antropogenik) pada beberapa sektor, yang semuanya dapat secara langsung atau tidak
langsung berkontribusi pada pemanasan global. Untuk mengendalikan dan mengelola
faktor-faktor yang memengaruhi perubahan iklim dengan kompleksitas tinggi, berbagai
kebijakan dan program yang mengintegrasikan keterlibatan multi-sektor telah dilaksanakan.
Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmennya terhadap
kesepakatan-kesepakatan global tentang perubahan iklim melalui pengesahan Undang-
Undang No. 6 Tahun 1994 tentang UNFCCC (United Nations Framework Convention on
Climate Change) serta Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Anda mungkin juga menyukai