Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan terluas di dunia, mencakup
hutan tropis dari hutan hujan Kalimantan. Salah satu kota yang berada di Kalimantan yang
memiliki luasan hutan lebih dari 90% yang mewakili areal hutan dipterokarpa yang paling
besar di kawasan Asia Tenggara adalah Kabupaten Malinau. Sebagian besar wilayah Malinau
dihuni oleh 40.000 penduduk yang melakukan praktek perladangan berpindah (swidden
agriculture), berburu dan mengumpulkan hasil hutan selain kayu. Di dalam hutan ini terdapat
kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang yang memiliki nilai konservasi tinggi bagi
tumbuhan dan satwa (Gunarso dkk, 2009).
Belakangan ini kesadaran masyarakat menyangkut jenis hidupan liar di Kalimantan yang
bisa memperoleh manfaat dari hutan yang dikelola untuk diambil kayunya secara lestari
semakin meningkat. Upaya konservasi dalam beberapa tahun terakhir difokuskan pada
kawasan yang dilindungi dengan ketat. Namun Jepson dkk (2002) menjelaskan bahwa luasan
areal yang dipertahankan untuk konservasi tersebut kurang memadai untuk melindungi jenis-
jenis tanaman langka dan/atau terancam. Alasan terjadinya fragmentasi jaringan areal
perlindungan dan kegagalan upaya konservasi adalah karena tidak mempertimbangkan
keterwakilan dan keberadaan jenis-jenis terancam sebagai kriteria utama dalam perencanaan.
Dalam Gunarso dkk (2009) dijelaskan bahwa lemahnya penegakan hukum/aturan di
dalam areal perlindungan yang berada pada banyak kawasan menjadi penyebab hutan
semakin menghilang bahkan hutan yang berada dikawasan yang dilindungi juga lenyap.
Banyak hidupan liar di hutan Kalimantan tetap bertahan dengan kepadatan populasi yang
sedikit berubah pada hutan yang di tebang secara selektif maupun tebang pilih dan hutan
produksi yang dikelola dengan baik dapat menyediakan habitat bagi sebagian besar spesies
hidupan liar (Meijaard dkk, 2006).
Namun, masih sedikit yang kita ketahui mengenai bagaimana pendekatan yang berbeda
dalam mengelola hutan dapat mempengaruhi hidupan liar tertentu dan bahkan semakin
sedikit yang membicarakan tentang upaya konservasinya yang memungkinkan untuk
menyelaraskan manfaat hutan untuk memproduksi secara komersial. Oleh karena itu dalam
makalah ini akan membahas mengenai konservasi pada hidupan liar yang berdampingan
dengan pemanenan kayu di hutan Kalimantan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana peluang konservasi di Kalimantan?
2. Bagaimana metode konservasi yang dilakukan di Kalimantan?
3. Bagaimana pengelolaan hutan dapat menjamin konservasi hidupan liar dan pemanenan
kayu dapat berjalan seimbang?
1.3 Tujuan
1. Mengkaji peluang konservasi di Kalimantan
2. Mengkaji metode konservasi yang dapat dilakukan di Kalimantan
3. Mengkaji pengelolaan hutan yang dapat menjamin konservasi hidupan liar dan
pemanenan kayu sehingga dapat berjalan seimbang
Dapus:

Petrus Gunarso, Titiek Setyawati, Terry Sunderland dan Charlie Shackleton. 2009. Pengelolaan
Sumberdaya Hutan di Era Desentralisasi.CIFOR: Bogor.

Meijaard, E., Sheil, D., Rosenbaum, B., Iskandar, D., Augeri, D., Setyawati T., Duckworth, W.,
Lamertink, M. J., Rachmatika, I., Nasi, R., Wong, A., Soehartono, T., Stanley, S., Gunawan, T.
dan O’Brien, T. 2006. Hutan Pasca Pemanenan: Melindungi Satwa Liar dalam Kegiatan Hutan
Produksi di Kalimantan. CIFOR, ITTO dan UNESCO: Bogor.

Jepson, P., Momberg, F. dan van Moord, H. 2002. A Review of Efficacy of the Protected Area
System od East Kalimantan Province. Natural Areas Journal 22: 28-42.

Anda mungkin juga menyukai