Anda di halaman 1dari 33

Makalah Pend.

Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kondisi hutan sebagai paru-paru dunia sudah rusak parah. Salah satu
negara yang mempunyai kawasan hutan terluas adalah Indonesia. Angka
statistic menunjukkan Indonesia mengalami deforestasi paling tinggi.
Meskipun moratorium penebangan hutan sudah diberlakukan tetapi angka
deforestasi Indonesia mencapai 15,8 juta hektar antara tahun 2000 dan
2012. Hal ini dibuktikan oleh sebuah penelitian yang dilakukan Matt Hansenn
dari Universitas Maryland, menunjukkan Indonesia berada pada peringkat
pertama dari laju kehilangan hutan yaitu 8,4%.
Menurut Greenpeace, sebuah organisasi pemerhati lingkungan yang
ternama, angka deforestasi yang tinggi ini salah satunya disebabkan oleh
pola pembangunan yang terjadi selama selama 30 tahun terakhir ini. Pola
pembangunan Indonesia selama ini yaitu eksploitasi sektor kehutanan untuk
bisnis sawit, kertas dan bubur kertas, pertambangan, dan lain-lain.
Akibat dari pola ini banyak terjadi penyalahgunaan Hak Pengelolaan
Hutan (HPH). Pihak industry timber banyak yang tidak menerapkan tata
kelola hutan yang baik yang sudah diatur pemerintah. Di lain pihak
pemerintah pun lemah dalam pengawasan tata kelola hutan. Padahal sudah
diberlakukan moratorium tentang penebangan hutan. Ditengarai banyak
perusahaan yang izin HPH sudah habis masih melakukan ekploitasi. Sudah
banyak terjadi perambahan oleh industry pada kawasan hutan non-produksi
seperti hutan lindung. Padahal seharusnya hutan lindung tidak boleh
terjamah oleh industry.
Selain itu banyak masyarakat yang melakukan pencurian kayu dengan
melakukan penebangan pohon secara iilegal. Biasanya warga melakukan
penebangan hanya seperlunya untuk keperluan rumah. Tetapi ternyata
mereka menjual lagi ke penadah kayu. Tendensi sekarang penebangan ini
tidak dilakukan dengan arif tetapi dengan motif ekonomi.

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

Hampir setiap tahun terjadi bencana alam di Indonesia seperti longsor,


banjir, penyakit flu burung, perubahan iklim ekstrim. Beberapa ahli
lingkungan mengatakan hal tersebut disebabkan oleh penggundulan hutan.
Fungsi yang diberikan untuk alam ini memang sangat besar. Pola pikir
selama ini yang berkembang adalah melihat hutan dari fungsi ekonomis saja.
Sehingga fungsi yang lain sebagai penyeimbang ekosistem dan iklim
terabaikan. Sehingga manusia tinggal menunggu akibatnya.

B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini penulis akan membahas beberapa hal yang terkait dengan
penggundulan hutan. Untuk itu rumusan masalah dari makalah ini:
1. Apa yang dimaksud penggundulan hutan
2. Apa faktor penyebab penggundulan hutan
3. Bagaimana efek dari penggundulan hutan
4. Bagaimana upaya untuk mengurangi penggundulan hutan
5. Bagaimana menanamkan sikap mencintai hutan di dunia pendidikan

C. Tujuan Penulisan Makalah


Pada makalah ini penulis akan membahas beberapa hal yang terkait dengan
penggundulan hutan. Untuk itu rumusan masalah dari makalah ini:
1. Mengetahui arti dari penggundulan hutan
2. Mengetahui faktor penyebab penggundulan hutan
3. Mengetahui efek dari penggundulan hutan
4. Mengetahui upaya untuk mengurangi penggundulan hutan
5. Menanamkan sikap mencintai hutan pada dunia pendidikan

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

BAB II
PENGERTIAN TENTANG HUTAN

A. Definisi Hutan
Ada beberapa definisi mengenai hutan. Menurut Undang-undang
nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan disebutkan bahwa Hutan adalah
suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Menurut Food and Agriculture Organizatio (FAO) tahun 2010: The
forest is a land spanning more than 0.5 hectares with trees higher than 5
meters and a canopy cover of more than 10 percent, or trees able to reach
these thresholds in situ. It does not include land that is predominantly under
agricultural or urban land use.
Hutan merupakan suatu kawasan yang sangat luas yang rapat
dengan jenis tumbuhan besar yang melindungi kehidupan lain di dalamnya
dan di luarnya yang membentuk suatu ekosistem yang saling terkait.
Jadi dari definisi ini jelaslah bahwa hutan itu tidak hanya sekumpulan
pepohonan semata tetapi merupakan ekosistem yang merupakan system
kehidupan dari berbagai organism dan habitatnya yang saling membutuhkan.
Manusia termasuk dalam ekosistem tersebut walaupun manusia tidak
bermukim di hutan. Jika ada salah satu sistem yang terancam maka akan
berpengaruh pada system lainnya.
Sedangkan kehutanan adalah system pengurusan yang bersangkut
paut dengan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang diselenggarakan
secara terpadu. Adapun kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang
ditunjuk dan atau ditetapkan keberadaannya sebagai hutan tetap.

B. Jenis Hutan
Menurut Arief (2011), jenis-jenis hutan dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu hutan tidak sejenis (heterogen) dan hutan sejenis (homogen)

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

(1) Hutan tak sejenis (heterogen) atau hutan campuran terdiri atas
bermacam-macam jenis tumbuhan seperti pada hutan alam atau hutan
tanaman.
(2) Hutan sejenis (homogen) atau hutan murni, yaitu hutan yang banyak
didominasi oleh beberapa jenis tumbuhan yang banyaknya 80% dari
seluruh populasi yang ada. Contohnya : hutan tati, hutan mahoni dan lain
sebagainya. Hutan sejenis dapat juga disebut hutan alam karena hutan
ini kadang juga berasal dari bentukan alam.

Jenis-jenis hutan berdasarkan cara permudaannya, yaitu :


(1) Hutan Alam adalah jenis hutan yang tumbuh secara alami tanpa
adanya campur tangan manusia. Hutan ini berisi bermacam-macam
jenis, umur dan ukuran pohon.
(2) Hutan Buatan ialah jenis hutan yang umumnya diadakan pada bekas
tebangan hutan alam. Pada hutan buatan, pohon-pohon yang tumbuh
sengaja ditanam oleh manusia atau terdapat campur tangan manusia
dan dikelola secara intensif.
(3) Hutan Permudaan Alam merupakan jenis hutan yang termasuk hutan
alam,

akan

tetapi

terdapat

campur

tangan

manusia

di

dalam

pengaturannya, sehingga sering disebut dengan hutan buatan dari


permudaan alam.

Jenis-jenis hutan berdasarkan jenis iklim dimana hutan tersebut tumbuh,


yaitu :
(1) Hutan tropis adalah jenis hutan yang tumbuh di daerah tropis yang
beriklim lebih dari 24 derajat celcius.
(2) Hutan sub-tropis ialah jenis hutan yang tumbuh di daerah sub-tropis
yang beriklim 18 sampai dengan 24 derajat celcius.
(3) Hutan daerah sedang merupakan jenis hutan yang tumbuh di daerah
yang beriklim 12 samapi dengan 18 derajat celcius.
(4) Hutan daerah dingin adalah jenis hutan yang tumbuh di daerah yang
beriklim 6 sampai dengan 12 derajat celcius.

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

(5) Hutan daerah boreal ialah jenis hutan yang tumbuh di daerah yang
beriklim 3 sampai dengan 6 derajat celcius.
(6) Hutan daerah sub-kutub merupakan jenis hutan yang tumbuh di
daerah sub-kutub yang beriklim 1,5 sampai dengan 3 derajat celcius.
(7) Hutan daerah kutub yaitu hutan yang tumbuh di daerah kutub yang
beriklim kurang dari 1,5 derajat celcius.

Jenis-jenis hutan berdasarkan ketinggian tempatnya, yaitu :


(1) Hutan dataran rendah adalah jenis hutan yang tumbuh di daerah
yang berketinggian 0 m - 1000 m di atas permukaan laut.
(2) Hutan dataran tinggi ialah jenis hutan yang tumbuh di daerah yang
berketinggian 1000 m - 1750 m di atas permukaan laut.
(3) Hutan pegunungan tinggi merupakan jenis hutan yang tumbuh di
daerah yang berketinggian 3000 m - 4000 m di atas permukaan laut.
(4) Hutan sub-alpine adalah jenis hutan yang tumbuh di daerah yang
berketinggian 4000 m - 4500 m di atas permukaan laut.
(5) Hutan salju ialah jenis hutan yang tumbuh di daerah yang
berketinggian lebih dari 5000 m di atas permukaan laut .

Adapun hutan menurut fungsinya dibegi ke dalam beberapa jenis yaitu:


a. Hutan Lindung
Hutan Lindung adalah hutan yang berfungsi menjaga kelestarian tanah
dan tata air wilayah. Sedangkan menurut UU 41 Th 1999, Hutan lindung
adalah

kawasan

hutan

yang

mempunyai

fungsi

pokok

sebagai

perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,


mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah
b. Hutan Suaka Alam
Hutan Suaka alam adalah kawasan hutan yang karena sifat-sifatnya yang
khas diperuntukan secara khusus untuk perlindungan alam hayati atau
manfaat-manfaat yang lainnya. Hutan suaka alam terdiri dari cagar alam
dan suaka margasatwa.

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

Cagar Alamiah kawasan suaka alam yang keadaan alamnya mempunyai


kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistem atau ekosistem tertentu yang
perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.
Suaka margasatwa ialah kawasan suaka alam yang mempunyai cirri khas
berupa keanekaragaman

atau keunikan jenis satwa

yang untuk

kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.


c. Hutan Wisata
Hutan Wisata adalah hutan yang diperuntukan untuk dibina dan dipelihara
guna kepentingan pariwisata atau wisata baru. Hutan wisata terdiri dari
Taman Wisata, Taman Baru dan Taman Laut.
Taman Wisata adalah hutan wisata yang memiliki keindahan alam baik
keindahan nabati, keindahan hewani, maupun keindahan alamnya sendiri
yang mempunyai corak khas yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
rekreasi dan kebudayaan.
Taman Baru adalah hutan wisata yang didalamnya terdapat satwa baru
yang memungkinkan diselenggarakannya perburuan secara teratur bagi
kepentingan rekreasi.
Taman Laut adalah laut kawasan lepas pantai atau laut yang masih di
dalam batas wilayah laut Indonesia yang di dalamnya terdapat batubatuan kosong atau biota.
Di kawasan ini terdapat ekosistem dan keindahan khusus yang keadaan
alamnya secara fisik tidak mengalami perubahan yang diakibatkan karena
perbuatan manusia. Contoh taman laut adalah taman laut bunaken.
d. Hutan Produksi
Hutan Produksi yaitu kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan. Fungsi hutan sebagai penghasil kayu atau non
kayu, seperti hasil industri kayu dan obat-obatan.
Pemanfaatan hutan produksi dilaksanakan melalui pemberian izin usaha
pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin
usaha pemanfaatan hasil hutan kayu, izin usaha pemanfaatan hasil hutan
bukan kayu, izin pemungutan hasil hutan kayu, dan izin pemungutan hasil
hutan bukan kayu.

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

e. Hutan Mangrove
Suatu jenis hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai
yang terlindung, laguna, dan muara sungai yang tergenang pada saat
pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas
tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. (Kusmana, 2003).
Istilah hutan mangrove berbeda dengan hutan bakau karena bakau
adalah nama marga rhyzopora sedangkan mangrove disusun oleh banyak
marga dan jenis tumbuhan lain.

C. Fungsi Hutan dalam Kehidupan


Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa hutan mempunyai eksistensi yang
penting dalam dunia. Pada tiap konvensi internasional tentang lingkungan
hidup, hutan menjadi agenda utama. Lapisan ozon yang menipis, wabah
flu burung, suhu bumi yang semakin meningkat merupakan tanda bahwa
bumi sudah mulai kehilangan hutan.
Penanggulangan deforestasi merupakan agenda dunia, bukan
agenda suatu negara pemilik hutan semata karena menjadi masalah
penduduk bumi. Begitu urgentnya hutan di mata internasional karena jika
hutan di suatu negara terganggu maka dampaknya terjadi secara
internasional.
Dalam kehidupan, hutan mempunyai fungsi berikut:
Fungsi Ekologis

Mencegah erosi dan banjir

Menjaga dan mempertahankan kesuburan tanah

Sebagai wilayah untuk melestarikan kenaekaragaman hayati

Fungsi Klimatologis

Hutan dapat mengatur iklim karena kandungan nitrogen mampu


menyerap CO2 sehingga dapat menyejukkan bumi.

Hutan berfungsi sebagai paru-paru dunia yang menghasilkan


oksigen bagi kehidupan.

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

Fungsi Ekonomi

Hasil hutan dapat dijual langsung atau diolah menjadi berbagai


barang yang bernilai tinggi.

Membuka lapangan pekerjaan bagi pembalak hutan legal.

Menyumbang devisa negara dari hasil penjualan produk hasil hutan


ke luar negeri.

Fungsi Hidrolis

Dapat menampung air hujan di dalam tanah

Mencegah intrusi air laut yang asin

Menjadi pengatur tata air tanah

Fungsi Ekowisata dan Edukasi

Mengenalkan keanekaragaman hayati yang ada di hutan suaka


alam, taman nasional, hutan mangrove, cagar alam.

Memberi edukasi tentang peran penting hutan kepada wisatawan.

Mendapatkan pemasukan dana konservasi hutan dari pendapatan


ekowisata

D. Statistik Hutan Di Indonesia


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan, kawasan hutan terdiri dari Hutan Konservasi, Hutan Lindung
(HL), dan Hutan Produksi yang terbagi menjadi Hutan Produksi Tetap
(HP) dan Hutan Produksi Terbatas (HPT), dan Hutan Produksi yang dapat
dikonnversi (HPK). Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi (HPK) adalah
kawasan hutan produksi yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan
bagi pengembangan transmigrasi, permukiman, pertanian, perkebunan.
Inventarisasi Hutan adalah kegiatan untuk mengetahui dan
memperoleh data dan informasi tentang sumber daya, potensi kekayaan
alam hutan serta lingkungannya secara lengkap. Inventarisasi hutan
dilakukan dengan survei mengenai status dan keadaan fisik hutan, flora,
fauna, sumberdaya manusia dan sosial ekonomi masyarakat didalam dan
di sekitar kawasan hutan.

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

Di bawah ini adalah data tentang luas kawasan hutan dan


perairan yang ditunjuk oleh Menteri Kehutanan pada tahun 2013 .

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

BAB III
PEMBAHASAN

A. Penggundulan Hutan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, penggundulan hutan yaitu
pembabatan habis hutan di suatu kawasan yang bukan bersifat
sementara. Istilah penggundulan hutan dikenal juga dengan deforestasi.
Menurut World Bank tahun 1990, deforestasi adalah hilangnya tutupan
hutan secara permanen ataupun sementara.
Sedangkan menurut Undang-undang (Permenhut No. 30 Tahun
2009),

deforestasi

adalah

perubahan

secara permanen dari areal

berhutan menjadi tidak berhutan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia.


Pengertian yang lebih luas lagi dikemukakan oleh Saharjo

(1994),

menyebutkan

dimana

bahwa

deforestasi

bukan

hanya

kondisi

hilangnya tutupan hutan saja, namun deforestasi juga menyebabkan


hilangnya ciri-ciri kelengkapan hutan (Forest attributes) seperti hal yang
menyangkut kelebatan hutan, struktur hutan dan juga komposisi spesies.
Istilah deforestasi juga didefinisikan oleh FAO yaitu pengalihan
hutan menjadi lahan dengan tujuan lain atau pengurangan tajuk pohon di
bawah ambang batas minimum 10% untuk jangka panjang dengan tinggi
pohon minimum 5 m (in situ) dan areal minimum 0,5 Ha.
Jadi deforestasi adalah penurunan area hutan beserta fungsinya
baik

secara

kuantitas

maupun

kualitas

akibat

aktifitas

manusia.

Deforestasi jelas berefek negative. Hal ini akan berpengaruh terhadap


masa depan bumi dimana hutan adalah penyedia oksigen alami, pengatur
suhu bumi, penyedia air, penjaga erosi tanah, tempat bernaung spesies
langka, dan sebagainya.
Kawasan hutan di Indonesia meliputi 71 persen dari luas wilayah
Indonesia, sehingga kerusakan hutan akan mengakibatkan gangguan
kelangsungan hidup yang cukup signifikan. Wilayah Indonesia terdiri dari
17.508 pulau dengan luas daratan 187,8 juta hektar yang terbagi menjadi

10

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

kawasan hutan seluas 133,6 juta ha (71 persen) dan areal penggunaan
lain (APL) seluas 55,4 juta ha (29 persen). Kawasan hutan terluas berada
di Papua seluas 42,2 juta ha, Kalimantan 40,9 juta ha, Sumatera 27,9 juta
ha, Sulawesi 12,5 juta ha, dan sisanya tersebar di berbagai pulau lainnya.
Hasil perhitungan luas deforestasi berdasarkan pada penafsiran
citra landsat 7 ETM+ liputan tahun 2002/2003 dan tahun 2005/2006
(Kementrian Kehutanan, 2008) diperoleh angka bahwa luas deforestasi
seluruh daratan Indonesia selama periode 2000 2006 adalah 3,52 juta
ha, atau dengan angka deforestasi tahunan rata-rata sebesar 1,17 juta ha
per tahun. Angka ini sudah mengalami penurunan yang cukup signifikan,
mengingat pada periode tahun 1990-1996, rata-rata laju deforestasi per
tahun adalah 1,87 juta ha. Bahkan pada tahun 1996-2000 sempat
meningkat dengan cepat sehingga mencapai 3,51 juta ha per tahun.
Berdasarkan data historis tersebut, laju deforestasi di Indonesia
diproyeksikan sekitar 1,1 juta ha per tahun. Sementara itu, degradasi
secara rata-rata disebabkan oleh aktivitas logging adalah 0,626 juta ha
per tahun (Ditjen Planologi Kehutanan, 2010).
Angka deforestasi di dalam hutan berkontribusi sebesar 64,8
persen (0,76 juta ha/th) dan di luar kawasan hutan (areal penggunaan
lain) sebesar 35,2 persen (0,41 juta ha/tahun). Deforestasi di dalam
kawasan hutan mencapai sebesar 64,8 persen tersebut terdiri dari angka
deforestasi pada hutan sekunder sebesar 52,8 persen (620,2 ribu
ha/tahun), sedangkan pada hutan primer hanya sebesar 4,5 persen (52,3
ribu ha/tahun), dan pada hutan lainnya sebesar 7,6 persen (88,7 ribu
ha/tahun). Deforestasi pada hutan di areal penggunaan sebagian besar
disumbang oleh hutan sekunder yaitu sebesar 30,6 persen (359,1 ribu
ha), pada hutan primer sebesar 2,1 persen (24,1 ribu ha/tahun) dan pada
hutan lainnya menyumbang sebesar 2,5 persen (29,7 ribu ha/tahun).
Pada tahun 2011

dan

2012 Kementrian Kehutanan

telah

mengeluarkan hasil liputan terbaru citra Landsat 7 ETM+. Di situ


disebutkan bahwa luas Deforestasi (Netto) periode 2011-2012 merupakan
pengurangan luas penutup lahan berhutan (hutan primer, hutan sekunder
dan hutan tanaman) seperti yang disajikan table berikut:

11

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

PROVINSI/

KAWASAN HUTAN

DEFORESTASI PADA
TIPE HUTAN

Kelompok 5

Luas

HUTAN TETAP
KSA-KPA

HL

HPT

HPK
HP

Jumlah

APL

Jumlah

Deforestasi

Luas
Penutupan Lahan

(Ha/th)

%
Deforestasi

(Ha)

INDONESIA
A. Hutan Primer

4,273.9

6,809.4

4,403.9

1,772.1

17,259.2

1,775.3

19,034.5

5,439.7

24,474.3

47,678,523.2

0.05

4,170.3

6,723.3

2,016.4

396.7

13,306.7

1,422.8

14,729.5

2,058.9

16,788.4

40,683,216.4

0.04

0.0

0.0

2,345.4

1,242.2

3,587.6

65.9

3,653.6

2,616.2

6,269.8

5,482,676.9

0.11

103.6

86.1

42.1

133.1

364.9

286.5

651.4

764.6

1,416.0

1,512,629.9

0.09

33,203.2

36,230.5

89,242.6

153,372.4

312,048.6

46,838.1

358,886.7

245,456.1

604,342.8

45,600,634.1

1.33

28,179.1

30,051.0

69,251.9

86,032.5

213,514.5

23,551.8

237,066.2

165,604.3

402,670.5

37,317,480.6

1.08

4,605.6

4,306.6

19,138.6

63,651.5

91,702.2

20,654.1

112,356.2

75,706.4

188,062.6

6,889,016.3

2.73

418.5

1,872.9

852.1

3,688.4

6,832.0

2,632.2

9,464.2

4,145.5

13,609.7

1,394,137.2

0.98

C. Hutan Tanaman*

-1,081.0

1,957.7

-27,586.1

258.1

-26,451.2

1,062.2

-25,389.0

10,052.6

-15,336.4

4,855,947.2

-0.32

TOTAL

36,396.1

44,997.6

66,060.4

155,402.6

302,856.6

49,675.6

352,532.2

260,948.4

613,480.7

98,135,104.5

1.06

- Hutan lahan kering primer


- Hutan rawa primer
- Hutan mangrove primer
B. Hutan Sekunder
- Hutan lahan kering sekunder
- Hutan rawa sekunder
- Hutan mangrove sekunder

* : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia,
Ket. meliputi seluruh Hutan Tanaman
baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang
berada di dalam maupun di luar kawasan hutan;
- Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL, tidak diklasifikasikan sebagai Hutan
Tanaman Industri/ IUPHHK-HT
- Tanda negatif deforestasi di hutan tanaman berarti penambahan luas hutan
- Tanda positif deforestasi di hutan tanaman berarti ada pemanenan di hutan tanaman

12

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

Menurut Soelthon Gussetya, peneliti dari Forest Watch Indonesia


(FWI), sampai tahun 2013 luas tutupan hutan alam di Indonesia, sekitar
82 juta hektar atau 46% dari luas daratan. Dengan rincian, Papua 29,4
juta hektar, Kalimantan 26,6 juta hektar, Sumatera 11,4 juta hektar, dan
Sulawesi 8,9 juta hektar. Lalu, Maluku 4,3 juta hektar, Bali dan Nusa
Tenggara 1,1 juta hektar dan Jawa 675 ribu hektar. Berdasarkan provinsi,
25% hutan alam di Indonesia di Papua, Kaltim 15%, Papua Barat 11%,
Kalteng 9%, Kalbar 7%, Sulteng 5%, Aceh 4% dan Maluku 3,2%.
Pada tahun sama, sekitar 78 juta hektar (63%) dari seluruh hutan
negara masih bertutupan hutan, dengan terluas di hutan lindung seluas
22,9 juta hektar (28%). Pada 2013, sekitar 44 juta hektar (25%) luas
daratan Indonesia terbebani izin pengelolaan lahan, berbentuk HPH, HTP,
sawit dan tambang. Dari luas itu 14,7 juta hektar areal penggunaan lahan
tumpang tindih antara HPH dan HTI, sawit dan tambang. Dari situ, 7 juta
hektar berada pada tutupan hutan alam.

Dengan berbagai versi angka deforestasi yang telah diuraikan di atas,


laporan Potret Keadaan Hutan Indonesia 2009-2013 ini menyatakan
bahwa tingkat deforestasi masih tetap tinggi, bukan menurun drastis
sebagaimana disampaikan oleh Kementerian Kehutanan yang beralasan
bahwa kementerian yang bersangkutan sejak 2011 telah menerapkan
kebijakan moratorium pemberian izin baru.

13

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

Analisis FWI berdasarkan hasil penafsiran citra satelit di Indonesia


menunjukkan bahwa deforestasi pada periode 2009-2013 diperkirakan
masih mencapai angka kurang lebih 4,50 juta hektare atau sekitar 1,13
juta hektare per tahun.
Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan adalah pulau-pulau yang
mengalami deforestasi paling parah bila dibandingkan dengan pulau-pulau
lainnya. Keadaan ini tidak mengherankan bila melihat kecenderungan
bentuk-bentuk ekspansi lahan bagi kepentingan pembangunan hutan
tanaman industri, perkebunan kelapa sawit dan pemberian lokasi-lokasi
baru untuk pertambangan.

Angka deforestasi di Indonesia cukup tinggi di mata internasional.


Pada tahun 2007 Food and Agriculture Organization (FAO) melalui buku
laporan State of The Worlds Forests menyatakan bahwa laju kerusakan
hutan Indonesia telah mencapai 1,87 juta hektare dalam kurun waktu
2000-2005. Keadaan ini menempatkan Indonesia pada peringkat ke-2 dari
sepuluh negara dengan laju kerusakan hutan tertinggi dunia tahun 2005.
Matt Hansen dari University of Maryland, menyatakan bahwa
Indonesia mengalami kehilangan tutupan hutan sebesar 15,8 juta hektare
antara tahun 2000 dan 2012, peringkat kelima setelah Rusia, Brasil,
Amerika Serikat, dan Kanada dalam hal hilangnya hutan.

14

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

B. Penyebab Deforestasi
Saat ini pada dasarnya ada dua kubu dalam perdebatan yang
berlangsung mengenai penyebab deforestasi di Indonesia (terlihat pada
tabel). Di satu pihak ada penjelasan-penjelasan yang memandang
produksi petani kecil dan meningkatnya jumlah petani kecil sebagai
penyebab utama deforestasi (FAO 1990; World Bank 1990; Barbier et
al.1993, Fraser 1996). Penjelasan tersebut cenderung memandang
penduduk sipil dan terutama petani kecil, sebagai faktor utama dalam
pembabatan tutupan hutan. Di pihak lain ada penjelasan-penjelasan yang,
meskipun mengakui peran besar produksi petani kecil dalam deforestasi,
lebih

menekankan

pada

peranan

pemerintah

dan

proyek-proyek

pembangunannya, dan pada sektor industri perkayuan (Dick 1991; WALHI


1992; Ascher 1993; Dauvergne 1994; Porter 1994.

Kotak yang diarsir menunjukkan penyebab utama yang diajukan lembaga


maupun peneliti perorangan.

15

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

Pada tahun 1990 World Bank dan FAO menyatakan penyebab


utamanya adalah perladangan berpindah. Analisa-analisa berikutnya
menyatakan bahwa peran perladangan berpindah dalam deforestasi telah
terlalu dibesar-besarkan, dan peran sektor industri perkayuan kurang
disoroti. Pemikiran baru ini terutama menyatakan bahwa sektor industri
perkayuan memainkan peranan penting secara tidak langsung dalam
deforestasi dengan kegiatannya mengeksploitasi hutan, yang kemudian
diambil alih dan diusahakan oleh para petani kecil.
Secara umum penyebab deforestasi dapat dibagi-bagi dalam sebab
berikut:
1. Penyalahgunaan Hak Pengusahaan Hutan (HPH)
Menurut

Hafild

(1999),

HPH

merupakan

suatu

hak

untuk

mengusahakan hutan di wilayah hutan yang ditentukan, dengan cara


menebang kayu, melakukan permudaan dan memelihara hutan, dan
memproses serta memasarkan produk-produk hutan, sesuai dengan
rencana kerja pengusahaan hutan, sesuai dengan peraturan yang
berlaku, dan berdasarkan pelestarian serta produksi yang berkelanjutan.
Menurut UU No. 41 tahun 1999, setiap pemegang izin penguasaan
hutan harus bertanggung jawab atas segala macam gangguan terhadap
hutan dan kawasan hutan yang dipercayakan kepadanya. Tetapi hal
tersebut berbeda dengan pelaksanaan di lapangan. Banyak terbukti para
pemegang izin HPH hanya focus pada eksploitasinya sedangkan usaha
pelestariannya tidak pernah terlaksana.
Lebih dari setengah kawasan hutan Indonesia dialokasikan untuk
produksi kayu berdasarkan sistem tebang pilih. Banyak perusahaan HPH
yang

melanggar

pola-pola

tradisional

hak

kepemilikan

atau

hak

penggunaan lahan. Kurangnya pengawasan dan akuntabilitas perusahaan


berarti pengawasan terhadap pengelolaan hutan sangat lemah dan, lama
kelamaan, banyak hutan produksi yang telah dieksploitasi secara
berlebihan. Menurut klasifikasi pemerintah, pada saat ini hampir 30 persen
dari konsesi HPH yang telah disurvei, masuk dalam kategori "sudah
terdegradasi".

16

Areal

konsesi

HPH

yang

mengalami

degradasi

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

memudahkan penurunan kualitasnya menjadi di bawah batas ambang


produktivitas, yang memungkinkan para pengusaha perkebunan untuk
mengajukan permohonan izin konversi hutan. Jika permohonan ini
disetujui, maka hutan tersebut akan ditebang habis dan diubah menjadi
hutan tanaman industri atau perkebunan.
Sebuah laporan media tahun 1990 menyatakan bahwa dari 120
pemilik HPH yang dihubungi, hanya 30 yang telah melaksanakan
penanaman ulang di lokasi penebangan (Wangkar dkk .

1990). Pada

kenyataannya, sebagian besar perusahaan merasa lebih untung untuk


melepas jaminan dana reboisasinya kepada pemerintah daripada harus
merehabilitasi lokasi HPH yang sudah rusak.
2. Hutan Tanaman Industri
Hasil hutan tanaman industri berupa kayu bahan baku pulp dan
kertas (jenis tanaman akasia) serta kayu pertukangan (meranti). di
Indonesia mulai dikembangkan sejak tahun 1990-an di Sumatera Selatan
dan Riau.
Hutan tanaman industri telah dipromosikan secara besar-besaran
dan diberi subsidi sebagai suatu cara untuk menyediakan pasokan kayu
bagi industri pulp yang berkembang pesat di Indonesia, tetapi cara ini
mendatangkan tekanan terhadap hutan alam. Hampir 9 juta ha lahan,
sebagian

besar

adalah

hutan

alam,

telah

dialokasikan

untuk

pembangunan hutan tanaman industri. Lahan ini kemungkinan telah


ditebang habis atau dalam waktu dekat akan ditebang habis. Namun
hanya sekitar 2 juta ha yang telah ditanami, sedangkan sisanya seluas 7
juta ha menjadi lahan terbuka yang terlantar dan tidak produktif.
3. Perkebunan
Lonjakan pembangunan perkebunan, terutama perkebunan kelapa
sawit, merupakan penyebab lain dari deforestasi. Hampir 7 juta ha hutan
sudah disetujui untuk dikonversi menjadi perkebunan sampai akhir tahun
1997 dan hutan ini hampir dapat dipastikan telah ditebang habis. Tetapi
lahan yang benar-benar dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit
sejak tahun 1985 hanya 2,6 juta ha, sementara perkebunan baru untuk

17

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

tanaman keras lainnya kemungkinan luasnya mencapai 1-1,5 juta ha.


Sisanya seluas 3 juta ha lahan yang sebelumnya hutan sekarang dalam
keadaan terlantar. Banyak perusahaan yang sama, yang mengoperasikan
konsesi HPH, juga memiliki perkebunan. Dan hubungan yang korup
berkembang, dimana para pengusaha mengajukan permohonan izin
membangun perkebunan, menebang habis hutan dan menggunakan kayu
yang dihasilkan utamanya untuk pembuatan pulp, kemudian pindah lagi,
sementara lahan yang sudah dibuka ditelantarkan.

4. llegal logging
Illegal

logging

adalah

merupakan

praktik

langsung

pada

penebangan pohon di kawasan hutan negara secara illegal. Dilihat dari


jenis kegiatannya, ruang lingkup illegal logging terdiri dari : Rencana
penebangan, meliputi semua atau sebagian kegiatan dari pembukaan
akses ke dalam hutan negara, membawa alat-alat sarana dan prasarana
untuk melakukan penebangan pohon dengan tujuan eksploitasi kayu
secara illegal. Penebangan pohon dalam makna sesunguhnya untuk
tujuan eksploitasi kayu secara illegal. Produksi kayu yang berasal dari
konsesi HPH, hutan tanaman industri dan konversi hutan secara
keseluruhan menyediakan kurang dari setengah bahan baku kayu yang
diperlukan oleh industri pengolahan kayu di Indonesia. Kayu yang diimpor
relatif kecil, dan kekurangannya dipenuhi dari pembalaka ilegal. Pencurian

18

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

kayu dalam skala yang sangat besar dan yang terorganisasi sekarang
merajalela di Indonesia; setiap tahun antara 50-70 persen pasokan kayu
untuk industri hasil hutan ditebang secara ilegal. Luas total hutan yang
hilang karena pembalakan ilegal tidak diketahui, tetapi seorang mantan
Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan, Departemen Kehutanan, Titus
Sarijanto,

baru-baru ini menyatakan bahwa pencurian kayu dan

pembalakan ilegal telah menghancurkan sekitar 10 juta ha hutan


Indonesia.
5. Konversi Lahan
Peran pertanian tradisional skala kecil, dibandingkan dengan
penyebab deforestasi yang lainnya, merupakan subyek kontroversi yang
besar. Tidak ada perkiraan akurat yang tersedia mengenai luas hutan
yang dibuka oleh para petani skala kecil sejak tahun 1985, tetapi suatu
perkiraan yang dapat dipercaya pada tahun 1990 menyatakan bahwa para
peladang berpindah mungkin bertanggung jawab atas sekitar 20 persen
hilangnya hutan. Data ini dapat diterjemahkan sebagai pembukaan lahan
sekitar 4 juta ha antara tahun 1985 sampai 1997.
Selain hal tersebut pembukaan lahan hutan untuk kegiatan
pertambangan juga bisa disebut penyebab deforestasi. Hasil eksplorasi
pertambangan sering menemukan sumber deposit di wilayah yang masih
terlindungi oleh hutan. Selanjutnya kegiatan pertambangan memerlukan
lahan yang luas akibatnya terjadi konversi lahan yang cukup berarti.
Penilaian terbaru yang dilakukan oleh CIFOR mengenai penyebab
langsung

deforestasi

dan

degradasi

hutan

di

100

negara

berkembang menemukan bahwa pertambangan menyumbang sebesar 7


persen. Angka ini cukup signifikan sebagai penyebab deforestasi.
6. Program Transmigrasi
Transmigrasi yang berlangsung dari tahun 1960-an sampai 1999,
yaitu memindahkan penduduk dari Pulau Jawa yang berpenduduk padat
ke pulau-pulau lainnya. Program ini diperkirakan oleh Departemen
Kehutanan membuka lahan hutan hampir 2 juta ha selama keseluruhan
periode tersebut. Disamping itu, para petani kecil dan para penanam

19

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

modal skala kecil yang oportunis juga ikut andil sebagai penyebab
deforestasi karena mereka membangun lahan tanaman perkebunan,
khususnya kelapa sawit dan coklat, di hutan yang dibuka dengan operasi
pembalakan dan perkebunan yang skalanya lebih besar. Belakangan ini,
transmigrasi "spontan" meningkat, karena penduduk pindah ke tempat
yang baru untuk mencari peluang ekonomi yang lebih besar, atau untuk
menghindari gangguan sosial dan kekerasan etnis. Estimasi yang dapat
dipercaya mengenai luas lahan hutan yang dibuka oleh para migran
dalam skala nasional belum pernah dibuat.
7. Kebakaran Hutan
Pembakaran secara sengaja oleh pemilik perkebunan skala besar
untuk membuka lahan, dan oleh masyarakat lokal untuk memprotes
perkebunan atau kegiatan operasi HPH mengakibatkan kebakaran besar
yang tidak terkendali, yang luas dan intensitasnya belum pernah terjadi
sebelumnya. Lebih dari 5 juta ha hutan terbakar pada tahun 1994 dan 4,6
juta ha hutan lainnya terbakar pada tahun 1997-1998. Sebagian dari lahan
ini tumbuh kembali menjadi semak belukar, sebagian digunakan oleh para
petani skala kecil, tetapi sedikit sekali usaha sistematis yang dilakukan
untuk memulihkan tutupan hutan atau mengembangkan pertanian yang
produktif.
Pada kondisi alami, lahan gambut tidak mudah terbakar karena
sifatnya yang menyerupai spons, yakni menyerap dan menahan air secara
maksimal sehingga pada musim hujan dan musim kemarau tidak ada
perbedaan kondisi yang ekstrem. Tetapi, apabila kondisi lahan gambut
tersebut sudah mulai tergangggu akibatnya adanya konversi lahan atau
pembuatan kanal, maka keseimbangan ekologisnya akan terganggu.
Pada musim kemarau, lahan gambut akan sangat kering sampai
kedalaman tertentu dan mudah terbakar. Gambut mengandung bahan
bakar (sisa tumbuhan) sampai di bawah permukaan, sehingga api di lahan
gambut menjalar di bawah permukaan tanah secara lambat dan dan sulit
dideteksi, dan menimbulkan asap tebal. Api di lahan gambut sulit
dipadamkan sehingga bisa berlangsung lama (berbulan-bulan). Dan baru
bisa mati total setelah adanya hujan yang intensif.

20

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

8. Krisis Utang
Utang luar negeri yang besar oleh negara tropika juga memainkan
peranan penting. Dalam upaya mengimbangi peningkatan harga minyak
dan dalam upaya pertumbuhan ekonomi. Gabungan dari meningkatnya
suku bunga dan resesi global membuat banyak negara tropis tidak dapat
membayar utangnya.
Banyak pemerintah tidak mempunyai banyak pilihan selain
mengekspolitasi sumber daya alamnya dengan cepat untuk meningkatkan
modal. Salah satunya dengan mengorbankan hutan tropisnya, karena
hasil hutan menjadi andalan bagi negara tropis untuk meningkatkan
ekspornya.
C. Akibat Deforestasi
Deforestasi sudah menjadi permasalahan internasional bahkan
sudah menjadi agenda wajib pada pembahasan konvensi lingkungan
hidup sedunia. Masyarakat internasional sudah merasakan bagaimana
efek dari deforestasi itu. Banyak sebab yang sama akibat deforestasi di
beberapa negara yang terangkum seperti berikut:
1. Pemanasan Global
Pemanasan

adalah

suatu

proses

meningkatnya suhu rata-

rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Ini terjadi sejak pertengahan abad
20 seiring dengan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca karena
aktifitas

manusia.

Menurut

Intergovernmental

Panel

on

Climate

Change (IPCC), suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah


meningkat 0.74 0.18 C (1.33 0.32 F) selama seratus tahun terakhir.
Penggundulan hutan akan menghasilkan peningkatan jumlah karbon
dan gas rumah kaca bagi lingkungan. Kebakaran hutan juga membuang
sejumlah besar karbon dioksida ke udara. Karbon dioksida dan gas rumah
kaca lain seperti oksida nitrogen dan metana menambah panas di
atmosfer, sehingga meningkatkan suhu permukaan bumi. Peningkatan
suhu di permukaan bumi dan lautan disebut sebagai pemanasan global.

21

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

Kenaikan temperatur di planet kita dapat menyebabkan permukaan


laut meningkat. Pemanasan global sudah mulai menyebabkan mencairnya
gletser dan es di kutub, sehingga menambah kenaikan permukaan laut.
Fenomena ini merupakan ancaman serius bagi kehidupan di bumi dan itu
termasuk kita, yang perlu mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
mencegah hal itu terjadi.

2. Ancaman Terhadap Masyarakat Suku Asli


Dalam kehidupan modern ini masih ada beberapa kelompok
masyarakat terpencil yang sangat tergantung pada keberadaan hutan.
Mereka secara langsung berinteraksi dengan hutan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Mereka tinggal di dalam hutan dan umumnya
memanfaatkan hasil langsung dari hutan hanya untuk survival saja tidak
untuk memperkaya diri. Oleh karena itu kelompok masyarakat ini
mempunyai beberapa kepercayaan, adat istiadat atau ritual yang
bertujuan

dengan

pelestarian

hutan.

Sekelompok

masyarakat

ini

mempunyai cara tersendiri dalam menyikapi lingkungan hidupnya.


Judith Gradwohl, dalam bukunya menyatakan pembangunan hutan
mengancam tanah milik suku Dayak, rakyat pribumi Melayu (protoMelayu) di Kalimantan. Kepemilikan tanah suku tersebut tidak jelas, dan
biasanya tidak terlindungi dari operasi pembalakan.
Kegiatan perambahan hutan oleh pemilik izin konsesi berakibat
banjir dan endapan lumpur yang merusak kehidupan masyarakat asli yang
tinggal di sana. Dengan makin sedikitnya masyarakat suku asli yang
melakukan praktik-praktik tradisional, hilanglah pengetahuan berharga
yang diperoleh dalam kurun waktu ratusan tahun di hutan tropika.
Ada beberapa suku asli di Indonesia yang ditengarai akan punah
seperti: Samin (Bojonegoro), Sakai (Riau), Mentawai (Sumatera Barat),
Togutil (Halmahera), Kubu (Jambi), dan banyak suku di Papua. Selama ini
masyarakat asli tersebut tinggal dan menggantungkan hidupnya dari
hutan alam. Jika lingkungan tempat hidup suku-suku tersebut sudah
menyempit mereka akan sulit untuk beradaptasi di lingkungan yang baru.

22

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

3. Hilangnya Tanah
Vegetasi hutan melindungi tanah dari daya hujan badai tropis.
Tajuk menerima terpaan hujan yang kemudian dipecah lagi ketika
mengenai dedaunan bagian bawah sehingga dampak air hujan yang jatuh
ke tanah lebih kecil. Akan berbeda jika hutan ditebang, tanah yang
telanjang menerima terpaan langsung dari hujan deras akibatnya lapisan
tanah yang tipis mengalir terbawa ke sungai-sungai di sekitarnya.
Wischmeier dan Smith (1978) mengemukakan hubungan hilangnya
tanah dengan deforestasi. Metode yang umum digunakan untuk
menghitung laju erosi adalah metode Universal Soil Loss Equation
(USLE). Adapun persamaan ini adalah:
A=RxKxLxSxCxP
dimana :
A

: Jumlah tanah yang hilang rata-rata setiap tahun (ton/ha/tahun)

: Indeks daya erosi curah hujan (erosivitas hujan)

: Indeks kepekaan tanah terhadap erosi (erodibilitas tanah)

LS : Faktor panjang lereng (L) dan kemiringan lereng (S)


C

: Faktor vegetasi penutup lahan (tudung)

: Faktor usaha-usaha pencegahan erosi (konservasi)

Terlihat dari formula di atas semua faktor semuanya menentukan karena


hilangnya tanah berbanding lurus dengan semua variable. Salah satu
variable tersebut adalah banyaknya vegetasi yang hilang atau luasnya
area vegetasi yang ditebang. Makin luas areanya maka semakin besar
resiko erosi tanahnya.
4. Banjir dan Kekeringan
Hutan menahan air di dalam tanah dan mengendalikan alirannya ke
dalam sungai. Pemusnahan hutan, walaupun biasanya meningkatkan
aliran keseluruhan, menimbulkan air mengalir ke sungai dalam pola
episode banjir dan kekeringan secara bergantian.
Pada daerah tropis kebanyakan hujan didaurulang ke dalam
atmosfer melalui transpirasi tumbuhan yang dapat menyumbang pada
kelembaban atmosfer lokal dan akhirnya pada curah hujan. Pada DAS

23

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

sungai Amazon, diduga sampai setengah dari kandungan air di udara


didapat dari hutan setempat. Juga diduga bahwa hujan dapat menurun
secara lokal sampai tingkat tertentu.
5. Hilangnya biodiversitas
Salah satu fungsi hutan adalah fungsi ekologis, yaitu memelihara
keseimbangan ekologi. Di hutan terdapat jutaan spesies baik tumbuhan
dan hewan yang berada dalam ekosistemnya secara seimbang.
Menurut BAPPENAS dari UNEP tahun 1991, di Indonesia terdapat
tidak kurang 49 jenis ekosistem yang berbeda, baik yang alami maupun
buatan. Menurut sumber ini, walau Indonesia hanya memiliki luas daratan
seluas 1,32% dari seluruh daratan yang ada di dunia, Indonesia memiliki
kekayaan yang cukup berlimpah, seperti:

10% jenis tumbuhan berbunga yang terdapat di seluruh dunia

12% binatang menyusui

16% reptilia dan amphibia

17% burung-burung

25% jenis ikan

15% jenis serangga


Banyak spesies yang membutuhkan habitat yang merupakan

petak-petak hutan dengan tajuk/tudung yang saling sinambung. Hal ini


berarti kehidupan di hutan menuntut ketergantungan yang tinggi dengan
lingkungannya (hutan) secara utuh. Artinya jika sepetak hutan rusak
pengaruhnya terhadap keseimbangan ekosistem signifikan. Akibatnya
akan terjadi kepunahan lokal.
Dapat diperkirakan jika kerusakan itu sangat luas akibat deforestasi
akan kehilangan banyak area hutan yang menaungi keanekaragaman
spesies. Dari seluruh spesies yang ada di dunia sekitar 50% berada di
hutan tropis. Tetapi jumlah tersebut menurun drastis akibat deforestasi.
Para peneliti memperkirakan laju kepunahan spesies sekitar satu spesies
per tahun.

24

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

Para ilmuwan menemukan bahwa tumbuhan hutan tropika


merupakan sumber induk genetik liar yang berharga untuk tanaman
pertanian. Varietas liar dari tanaman budidaya merupakan alat-alat
berharga bagi para ahli tumbuhan. Varietas yang tumbuh di hutan tropis
telah

menyelamatkan

tanaman-tanaman

pertanian

dari

serangan-

serangan penyakit utama.


Beberapa tumbuhan hutan tropis pun terbukti dapat mengobati
beberapa penyakit. Jadi punahnya spesies langka pun akan berdampak
pula secara ekonomis maupun kesehatan.
6. Timbulnya Penyakit.
Suplai oksigen terbesar berasal dari hutan. Jika hutan itu rusak,
maka suplai oksigen pun berkurang. Dampaknya luar biasa: mikroba akan
tumbuh subur dan perkembangbiakannya tak terkendali. Sebab, oksigen
yang bila terkena sinar ultraviolet dari matahari berubah menjadi ozon
(O3) dan O nascend adalah pembunuh mikroba dan virus yang amat
efektif.
Bila oksigen itu berkurang, pembunuh mikroba dan virus pun
berkurang. Dampaknya, mikroba dan virus akan makin berkembang,
hingga muncullah varian baru virus flu burung HxNy, dengan yang kini
menyerang manusia merupakan varian H5N1. Hal ini dikuatkan dengan
hasil penelitian dari Prof. Dr. Hadi S Alikodra, Guru Besar Fakultas
Kehutanan IPB Bogor. Menurutnya perkembangan virus flu burung yang
telah merenggut puluhan jiwa Orang Indonesia sejak dua tahun
belakangan ini tidak lepas dari deforestasi yang tinggi di negeri ini.
Berdasarkan penelitiannya di Cina, penyebab penyakit tersebut
adalah polusi udara dan penebangan hutan yang sewenang-wenang.
Polusi udara di Cina saat ini sudah mencapai tahap yang sangat
berbahaya. Kondisi tersebut ditambah lagi dengan minimnya suplai
oksigen (O2) yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Jumlah

mikroba

yang

hidup

di

alam

seimbang

dengan

ekosistemnya sehingga tidak sampai menyerang manusia.

Tetapi

perubahan ekosistem yang dirusak manusia menyebabkan rusaknya

25

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

ekologi mikroba tersebut. Hasilnya: keseimbangan hidup mikroba pun


berubah.

Dan

perubahan

itu

menyebabkan

mikroba

mengalami

transformasi dalam kehidupannya. Mikroba transformatif itulah yang


akhirnya menyerang manusia.

D. Berbagai Upaya untuk Menyelamatkan Hutan


Melihat fakta bahwa laju hilangnya tutupan hutan yang cepat ini
disertai

dampak

deforestasi

yang

besar

ini

setidaknya

manusia

mengupayakan supaya hutan ini masih ada untuk masa depan. Ada
beberapa upaya yang sudah dilakukan diantaranya:
1. Memperbaiki Tata Kelola Hutan
Tata kelola hutan yang baik (good forest governance) menjadi
faktor penentu pengelolaan hutan yang berkelanjutan, terbuka (inklusif)
dan transparan, serta ikut menentukan berhasil atau tidaknya upaya
pemerintah dalam menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) dari sector
hutan. Sehingga, upaya perbaikan tata kelola hutan untuk menurunkan
tingkat deforestasi menjadi kebutuhan yang mendesak dan serius harus
dilakukan.
Analisis FWI dengan hasil penelitian ICEL-FITRA memperlihatkan
kemungkinan adanya keterkaitan antara kehilangan tutupan hutan dengan
indeks tata kelola suatu daerah. Kecenderungan yang tampak adalah bila
indeks tata kelola semakin rendah maka tingkat deforestasi di sebuah
kabupaten semakin tinggi.
Hafild, Barber dan Johnson, dalam bukunya menyarankan kepada
pemangku kebijakan untuk melakukan hal berikut:
a. Peninjauan kembali terhadap UU dan peraturan pada tingkat menteri
terhadap status lahan-lahan adat yang telah biasa di wilayah hutan
dan menyusun suatu rumusan hokum yang bertujuan perlindungan
pada lahan-lahan tersebut.

26

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

b. Menentukan, memetakan, dan memberi status hokum yang diakui


pada wilayah-wilayah warisan nenek moyang penduduk pedesaan
yang tinggal di dalam atau berdekatan dengan hutan negara.
c. Menegakkan hokum dan menuntut para pemegang hak konsesi untuk
memelihara lahan, menerapkan denda yang berat dan apabila pelu
mencabut izin-zin yang telah dikantongi mereka.
d. Meninjau kembali dan menghilangkan tumpang tindih antara konsesi
kayu dengan wilayah-wilayah hutan lindung.
e. Menentukan suatu kategori hak milik hutan yang memungkinkan
konsesi-konsesi penebangan tertentu memenuhi syarat untuk menjadi
konsesi-konsesi masyarakat yang dipulihkan dan dikelola oleh
masyarakat setempat dengan bantuan pemerintah serta sektor
swasta.
f. Meninjau kembali dengan ketat perihal hutan tanaman industry untuk
menjamin bahwa hutan-hutan tersebut hanya terletak di lahan yang
benar-benar rusak dan bahwa pembuatan hutan tanaman industry itu
tidak merusak sumber-sumber nafkah masyarakat asli setempat.
2. Penundaan Pemberian Izin Baru (Moratorium)
Kebijakan Penundaan Pemberian Izin Baru (PPIB) diawali pada
bulan Mei 2011 berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 10 Tahun
2011, berlaku selama 2 tahun dan direvisi setiap 6 bulan sekali. Melalui
Inpres No.6 Tahun 2013 Penundaan Pemberian Izin Baru diperpanjang
lagi selama 2 tahun. Setiap proses revisi menghasilkan Peta Indikatif
Penundaan Pemberian Izin Baru (PIPPIB), yang didasarkan pada usulan
dari berbagai pihak dan verifikasi oleh Kementerian Kehutanan. Hingga
akhir 2013, wilayah PPIB sudah mengalami revisi yang kelima dengan
penetapan luas sebesar 64,7 juta hectare.
Selain untuk melihat efektivitas kebijakan PPIB bagi perlindungan
hutan alam, tinjauan ini juga digunakan untuk melakukan identifikasi
wilayah-wilayah yang potensial mengalami kehilangan hutan alam melalui
pembukaan hutan dalam kegiatan pembangunan maupun penerbitan izinizin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.

27

Proporsi tutupan

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

hutan di dalam wilayah yang terliput kebijakan PPIB terhadap luas daratan
lebih sesuai untuk menggambarkan tingkat dukungan hutan terhadap
kemantapan lingkungan.
3. Pemberantasan Illegal Logging
Menurut Nurdjana, Teguh Prasetyo dan Sukardi, Pengertian iIllegal
Logging adalah rangkaian kegiatan dalam bidang kehutanan dalam
rangka pemanfaatan dan pengelolaan hasil hutan kayu yang bertentangan
dengan aturan hukum yang berlaku dan berpotensi merusak hutan.
Kegiatan ini sebagai salah satu penyebab deforestasi yang tidak
terdeteksi karena dilakukan di luar pengawasan pihak berwenang.
Terkadang perusahaan penggergajian kayu membeli/menadah hasil
curian dari oknum masyarakat perambah hutan.
Dampak illegal logging tidak hanya dialami oleh negara saja, akan
tetapi masyarakat internasional mengalami dampaknya. Akibat illegal
logging juga dapat menyebabkan pemanasan global di bumi, karena
hutan merupakan alat penyeimbang terhadap pemanasan global. Jika
hutan mengalami kerusakan secara terus menerus, maka kestabilan
dibumi juga akan terganggu.
Setidaknya ada dua peraturan perundangan yang menyebut illegal
logging sebagai penebangan kayu ilegal. Pertama, Instruksi Presiden
(Inpres) Nomor 5 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Penebangan Kayu
Ilegal ( illegal logging ) dan Peredaran Hasil Hutan Ilegal di Kawasan
Ekosistem Leuser dan Taman Nasional Tanjung Puting. Kedua, Inpres
Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pemberantasan Penebangan Kayu Secara
Ilegal di Kawasan Hutan dan Peredarannya di Seluruh Wilayah Republik
Indonesia.
4. Mengembangkan Ekowisata Hutan
Indonesia

memiliki

potensi

yang

sangat

besar

dalam

pengembangan ekowisata kawasan hutan tropika yang terbesar di


kepulauan yang sangat menjanjikan untuk ekowisata dan wisata khusus.
Kawasan hutan yang dapat berfungsi sebagai kawasan wisata yang

28

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

berbasis lngkungan adalah kawasan Pelestarian Alam (Taman Nasional,


Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam), kawasan Suaka Alam (Suaka
Margasatwa) dan Hutan Lindung melalui kegiatan wisata alam bebas,
serta Hutan Produksi yang berfungsi sebagai Wana Wisata.
Kementrian Negara Lingkungan Hidup (KLH) mendefinisikan
ekowisata sebagai : Wisata dalam bentuk perjalanan ke tempat-tempat di
alam terbuka yang relatif belum terjamah atau tercemar dengan khusus
untuk mempelajari, mengagumi, dan menikmati pemandangan dengan
tumbuhan serta satwa liarnya (termasuk potensi kawasan ekosistem,
keadaan iklim, fenomena alam, kekhasan jenis tumbuhan dan satwa liar)
juga semua manifestasi kebudayaan yang ada (termasuk tatanan
lingkungan sosial budaya) baik dari masa lampau maupun masa kini di
tempat-tempat tersebut dengan tujuaan untuk melestasikan lingkungan
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Ciri-ciri ekowisata sekarang mengandung unsur utama, yaitu
a. Konservasi
b. Edukasi
c. Pemberdayaan masyarakat setempat.
Pengusahaan ekowisata dalam kawasan hutan harus bersasaran:
Melestarikan hutan dan kawasannya.
Mendidik semua orang untuk ikut melestarikan hutan yang
dimaksud, baik itu pengunjung, karyawan perusahaan sendiri
sampai masyarakat yang ada di dalam dan sekitarnya.
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat agar dengan
demikian tidak mengganggu hutan.
Peran

ekowisata

ini

dapat

menggantikan

pendapatan

dari

penjualan hasil hutan. Sebagai contoh negara Kostarika, Ekuador,


Filiphina dan Thailand yang berhasil mengembangkan ekowisata. Di sana
pendapatan dari ekowisata masuk dalam lima besar industry penghasil
devisa, mengalahkan pendapatan dari ekspor kayu. Bahkan dana yang
didapat dari wisatawan digunakan untuk kelestarian lingkungannya.

29

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

5. Pendidikan Tentang Lingkungan Hidup


Pendidikan jelas berkorelasi erat dengan isu lingkungan hidup.
Pendidikan untuk lingkungan hidup jelas harus dimulai sedini mungkin.
Semakin dini akan semakin baik karena anak muda menerima dan
menangkap jauh lebih cepat daripada orang dewasa. Pembentukkan anak
muda mau tak mau banyak dilakukan oleh orang dewasa selain oleh
dirinya sendiri terutama saat mereka masih duduk di bangku sekolah.
Anak kecil akan banyak belajar dari contoh nyata para seniornya.
Upaya pendekatan melalui pendidikan, dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memberikan kesempatan bagi setiap individu untuk memperoleh
pengertian dasar tentang lingkungan hidup, permasalahannya serta
peran dan tanggung jawab manusia dalam upaya melestarikan
fungsi-fungsi lingkungan hidup.
b. Membantu individu dan masyarakat mengembangkan ketrampilan
yang dibutuhkan dalam pengelolaan, menjaga kelestarian fungsi
lingkungan dan memecahkan permasalahan lingkungan.
c. Memupuk kesadaran dan kepekaan terhadap lingkungan hidup dan
permasalahannya, melalui penyuluhan terhadap individu atau
masyarakat tentang sistem nilai yang sesuai, kepekaan yang kuat
atas keperdulian tentang lingkungan dan motivasi untuk secara
aktif berpartisipasi terhadap pelestarian fungsi-fungsi lingkungan
dan pencegahan kerusakan lingkungan.

30

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Hutan memiliki banyak fungsi dalam lingkungan hidup ini. Selain
sebagai paru-paru dunia juga sebagai penyeimbang ekosistem memiliki
peranan yang sangat penting, untuk keberlangsungan kehidupan berbagai
organisme dan habitatnya. Hilangnya keseimbangan di alam akibat
berkurangnya wilayah hutan akan menimbulkan berbagai dampak negatif
terhadap kehidupan manusia secara langsung, terjadinya erosi, banjir,
kekeringan, timbulnya berbagai macam penyakit, berkurangnya kualitas
udara.
Alasan apapun dan dilakukan oleh siapapun sangat tidak bijaksana
jika deforestasi menjadi suatu solusi untuk mengatasi masalah ekonomi di
suatu negara.Pencegahan terhadap deforestasi melibatkan berbagai pihak
baik swasta maupun pemerintah, perlunya perundang-undangan yang lebih
berpihak terhadap alam.Dibutuhkannya sikap ketegasan pemerintah dalam
memberlakukan suatu peraturan perundang-undangan demi kelestarian
hutan di Indonesia.
B. Saran
Bagi perusahaan pemegang HPH semoga dapat lebih bijak dalam
menggunakan hak pengelolaannya terhadap hutan.Pemanfaatan hutan
bukan hanya dilihat sebagai sumber daya alam yang dapat di gunakan
sebesar-besarnya tapi harus difikirkan bagaimana keberlangsungan hutan itu
sendiri sebagai komponen dalam penyeimbang ekosistem.
Perlunya pengetahuan tentang pentingnnya hutan bukan hanya
sebagai sumber untuk pemenuhan kebutuhan hidup semata-mata, tapi juga
sebagai faktor utama keberlangsungan kehidupan manusia secara luas.
Kesadaran akan pentingnya hutan harus ditanamkan sejak usia dini melalui
sekolah-sekolah dari mulai tingkat dasar sampai pendidikan tinggi. Sejak dini

31

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

mulai ditanamkan kecintaan masyarakat terhadap hutan dan kesadaran akan


pentingnya keberadaan hutan.
Perlunya sikap tegas pemerintah dalam menindak pihak-pihak yang
menyalahgunakan hak nya dalam mengelola hutan. Sikap konsekuen dan
konsisten pemerintah dapat menjadi langkah awal demi melindungi
keberadaan hutan.

32

Makalah Pend. Lingkungan Hidup

Penggundulan Hutan

Kelompok 5

DAFTAR PUSTAKA

Arifin Arief, 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius. Yogyakarta.


Barber, Johnson, Hafid. 1999. Menyelamatkan Sisa Hutan di
Indonesia dan Amerika Serikat. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
IGM. Nurdjana, DKK, 2008. Korupsi dan illegal Logging Dalam Sistem
Desentralisasi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Gradwohl dan Greenberg. 1991. Menyelamatkan Hutan Tropika.
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Potret Keadan Hutan Indonesia 2000- 2009. Publikasi Forest Watch
Indonesia.
Publikasi Center for International Forestry Research (CIFOR) tahun
2011
World Resource Institute. 1997
Badan Planologi Dephut, 2003
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2010/06/100609_huta
nindo.shtml
http://kitadanbumi.blogspot.co.id/2010/11/kondisi-hutan-dunia-dan
indonesia-saat.html
http://karyatulisilmiah.com/kondisi-hutan-dan-penggunaan-lahanlainnya/
http://www.rare.org/campaign/mount-merapi-indonesia-improvedfarming/blog/hutan-indonesia-menuju-kepunahan#.VgtCw-yqqko

33

Anda mungkin juga menyukai