Lingkungan Hidup
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini penulis akan membahas beberapa hal yang terkait dengan
penggundulan hutan. Untuk itu rumusan masalah dari makalah ini:
1. Apa yang dimaksud penggundulan hutan
2. Apa faktor penyebab penggundulan hutan
3. Bagaimana efek dari penggundulan hutan
4. Bagaimana upaya untuk mengurangi penggundulan hutan
5. Bagaimana menanamkan sikap mencintai hutan di dunia pendidikan
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
BAB II
PENGERTIAN TENTANG HUTAN
A. Definisi Hutan
Ada beberapa definisi mengenai hutan. Menurut Undang-undang
nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan disebutkan bahwa Hutan adalah
suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Menurut Food and Agriculture Organizatio (FAO) tahun 2010: The
forest is a land spanning more than 0.5 hectares with trees higher than 5
meters and a canopy cover of more than 10 percent, or trees able to reach
these thresholds in situ. It does not include land that is predominantly under
agricultural or urban land use.
Hutan merupakan suatu kawasan yang sangat luas yang rapat
dengan jenis tumbuhan besar yang melindungi kehidupan lain di dalamnya
dan di luarnya yang membentuk suatu ekosistem yang saling terkait.
Jadi dari definisi ini jelaslah bahwa hutan itu tidak hanya sekumpulan
pepohonan semata tetapi merupakan ekosistem yang merupakan system
kehidupan dari berbagai organism dan habitatnya yang saling membutuhkan.
Manusia termasuk dalam ekosistem tersebut walaupun manusia tidak
bermukim di hutan. Jika ada salah satu sistem yang terancam maka akan
berpengaruh pada system lainnya.
Sedangkan kehutanan adalah system pengurusan yang bersangkut
paut dengan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang diselenggarakan
secara terpadu. Adapun kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang
ditunjuk dan atau ditetapkan keberadaannya sebagai hutan tetap.
B. Jenis Hutan
Menurut Arief (2011), jenis-jenis hutan dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu hutan tidak sejenis (heterogen) dan hutan sejenis (homogen)
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
(1) Hutan tak sejenis (heterogen) atau hutan campuran terdiri atas
bermacam-macam jenis tumbuhan seperti pada hutan alam atau hutan
tanaman.
(2) Hutan sejenis (homogen) atau hutan murni, yaitu hutan yang banyak
didominasi oleh beberapa jenis tumbuhan yang banyaknya 80% dari
seluruh populasi yang ada. Contohnya : hutan tati, hutan mahoni dan lain
sebagainya. Hutan sejenis dapat juga disebut hutan alam karena hutan
ini kadang juga berasal dari bentukan alam.
akan
tetapi
terdapat
campur
tangan
manusia
di
dalam
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
(5) Hutan daerah boreal ialah jenis hutan yang tumbuh di daerah yang
beriklim 3 sampai dengan 6 derajat celcius.
(6) Hutan daerah sub-kutub merupakan jenis hutan yang tumbuh di
daerah sub-kutub yang beriklim 1,5 sampai dengan 3 derajat celcius.
(7) Hutan daerah kutub yaitu hutan yang tumbuh di daerah kutub yang
beriklim kurang dari 1,5 derajat celcius.
kawasan
hutan
yang
mempunyai
fungsi
pokok
sebagai
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
yang untuk
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
e. Hutan Mangrove
Suatu jenis hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai
yang terlindung, laguna, dan muara sungai yang tergenang pada saat
pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas
tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. (Kusmana, 2003).
Istilah hutan mangrove berbeda dengan hutan bakau karena bakau
adalah nama marga rhyzopora sedangkan mangrove disusun oleh banyak
marga dan jenis tumbuhan lain.
Fungsi Klimatologis
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
Fungsi Ekonomi
Fungsi Hidrolis
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
BAB III
PEMBAHASAN
A. Penggundulan Hutan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, penggundulan hutan yaitu
pembabatan habis hutan di suatu kawasan yang bukan bersifat
sementara. Istilah penggundulan hutan dikenal juga dengan deforestasi.
Menurut World Bank tahun 1990, deforestasi adalah hilangnya tutupan
hutan secara permanen ataupun sementara.
Sedangkan menurut Undang-undang (Permenhut No. 30 Tahun
2009),
deforestasi
adalah
perubahan
(1994),
menyebutkan
dimana
bahwa
deforestasi
bukan
hanya
kondisi
secara
kuantitas
maupun
kualitas
akibat
aktifitas
manusia.
10
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
kawasan hutan seluas 133,6 juta ha (71 persen) dan areal penggunaan
lain (APL) seluas 55,4 juta ha (29 persen). Kawasan hutan terluas berada
di Papua seluas 42,2 juta ha, Kalimantan 40,9 juta ha, Sumatera 27,9 juta
ha, Sulawesi 12,5 juta ha, dan sisanya tersebar di berbagai pulau lainnya.
Hasil perhitungan luas deforestasi berdasarkan pada penafsiran
citra landsat 7 ETM+ liputan tahun 2002/2003 dan tahun 2005/2006
(Kementrian Kehutanan, 2008) diperoleh angka bahwa luas deforestasi
seluruh daratan Indonesia selama periode 2000 2006 adalah 3,52 juta
ha, atau dengan angka deforestasi tahunan rata-rata sebesar 1,17 juta ha
per tahun. Angka ini sudah mengalami penurunan yang cukup signifikan,
mengingat pada periode tahun 1990-1996, rata-rata laju deforestasi per
tahun adalah 1,87 juta ha. Bahkan pada tahun 1996-2000 sempat
meningkat dengan cepat sehingga mencapai 3,51 juta ha per tahun.
Berdasarkan data historis tersebut, laju deforestasi di Indonesia
diproyeksikan sekitar 1,1 juta ha per tahun. Sementara itu, degradasi
secara rata-rata disebabkan oleh aktivitas logging adalah 0,626 juta ha
per tahun (Ditjen Planologi Kehutanan, 2010).
Angka deforestasi di dalam hutan berkontribusi sebesar 64,8
persen (0,76 juta ha/th) dan di luar kawasan hutan (areal penggunaan
lain) sebesar 35,2 persen (0,41 juta ha/tahun). Deforestasi di dalam
kawasan hutan mencapai sebesar 64,8 persen tersebut terdiri dari angka
deforestasi pada hutan sekunder sebesar 52,8 persen (620,2 ribu
ha/tahun), sedangkan pada hutan primer hanya sebesar 4,5 persen (52,3
ribu ha/tahun), dan pada hutan lainnya sebesar 7,6 persen (88,7 ribu
ha/tahun). Deforestasi pada hutan di areal penggunaan sebagian besar
disumbang oleh hutan sekunder yaitu sebesar 30,6 persen (359,1 ribu
ha), pada hutan primer sebesar 2,1 persen (24,1 ribu ha/tahun) dan pada
hutan lainnya menyumbang sebesar 2,5 persen (29,7 ribu ha/tahun).
Pada tahun 2011
dan
telah
11
Penggundulan Hutan
PROVINSI/
KAWASAN HUTAN
DEFORESTASI PADA
TIPE HUTAN
Kelompok 5
Luas
HUTAN TETAP
KSA-KPA
HL
HPT
HPK
HP
Jumlah
APL
Jumlah
Deforestasi
Luas
Penutupan Lahan
(Ha/th)
%
Deforestasi
(Ha)
INDONESIA
A. Hutan Primer
4,273.9
6,809.4
4,403.9
1,772.1
17,259.2
1,775.3
19,034.5
5,439.7
24,474.3
47,678,523.2
0.05
4,170.3
6,723.3
2,016.4
396.7
13,306.7
1,422.8
14,729.5
2,058.9
16,788.4
40,683,216.4
0.04
0.0
0.0
2,345.4
1,242.2
3,587.6
65.9
3,653.6
2,616.2
6,269.8
5,482,676.9
0.11
103.6
86.1
42.1
133.1
364.9
286.5
651.4
764.6
1,416.0
1,512,629.9
0.09
33,203.2
36,230.5
89,242.6
153,372.4
312,048.6
46,838.1
358,886.7
245,456.1
604,342.8
45,600,634.1
1.33
28,179.1
30,051.0
69,251.9
86,032.5
213,514.5
23,551.8
237,066.2
165,604.3
402,670.5
37,317,480.6
1.08
4,605.6
4,306.6
19,138.6
63,651.5
91,702.2
20,654.1
112,356.2
75,706.4
188,062.6
6,889,016.3
2.73
418.5
1,872.9
852.1
3,688.4
6,832.0
2,632.2
9,464.2
4,145.5
13,609.7
1,394,137.2
0.98
C. Hutan Tanaman*
-1,081.0
1,957.7
-27,586.1
258.1
-26,451.2
1,062.2
-25,389.0
10,052.6
-15,336.4
4,855,947.2
-0.32
TOTAL
36,396.1
44,997.6
66,060.4
155,402.6
302,856.6
49,675.6
352,532.2
260,948.4
613,480.7
98,135,104.5
1.06
* : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia,
Ket. meliputi seluruh Hutan Tanaman
baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang
berada di dalam maupun di luar kawasan hutan;
- Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL, tidak diklasifikasikan sebagai Hutan
Tanaman Industri/ IUPHHK-HT
- Tanda negatif deforestasi di hutan tanaman berarti penambahan luas hutan
- Tanda positif deforestasi di hutan tanaman berarti ada pemanenan di hutan tanaman
12
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
13
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
14
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
B. Penyebab Deforestasi
Saat ini pada dasarnya ada dua kubu dalam perdebatan yang
berlangsung mengenai penyebab deforestasi di Indonesia (terlihat pada
tabel). Di satu pihak ada penjelasan-penjelasan yang memandang
produksi petani kecil dan meningkatnya jumlah petani kecil sebagai
penyebab utama deforestasi (FAO 1990; World Bank 1990; Barbier et
al.1993, Fraser 1996). Penjelasan tersebut cenderung memandang
penduduk sipil dan terutama petani kecil, sebagai faktor utama dalam
pembabatan tutupan hutan. Di pihak lain ada penjelasan-penjelasan yang,
meskipun mengakui peran besar produksi petani kecil dalam deforestasi,
lebih
menekankan
pada
peranan
pemerintah
dan
proyek-proyek
15
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
Hafild
(1999),
HPH
merupakan
suatu
hak
untuk
melanggar
pola-pola
tradisional
hak
kepemilikan
atau
hak
16
Areal
konsesi
HPH
yang
mengalami
degradasi
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
1990). Pada
besar
adalah
hutan
alam,
telah
dialokasikan
untuk
17
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
4. llegal logging
Illegal
logging
adalah
merupakan
praktik
langsung
pada
18
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
kayu dalam skala yang sangat besar dan yang terorganisasi sekarang
merajalela di Indonesia; setiap tahun antara 50-70 persen pasokan kayu
untuk industri hasil hutan ditebang secara ilegal. Luas total hutan yang
hilang karena pembalakan ilegal tidak diketahui, tetapi seorang mantan
Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan, Departemen Kehutanan, Titus
Sarijanto,
deforestasi
dan
degradasi
hutan
di
100
negara
19
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
modal skala kecil yang oportunis juga ikut andil sebagai penyebab
deforestasi karena mereka membangun lahan tanaman perkebunan,
khususnya kelapa sawit dan coklat, di hutan yang dibuka dengan operasi
pembalakan dan perkebunan yang skalanya lebih besar. Belakangan ini,
transmigrasi "spontan" meningkat, karena penduduk pindah ke tempat
yang baru untuk mencari peluang ekonomi yang lebih besar, atau untuk
menghindari gangguan sosial dan kekerasan etnis. Estimasi yang dapat
dipercaya mengenai luas lahan hutan yang dibuka oleh para migran
dalam skala nasional belum pernah dibuat.
7. Kebakaran Hutan
Pembakaran secara sengaja oleh pemilik perkebunan skala besar
untuk membuka lahan, dan oleh masyarakat lokal untuk memprotes
perkebunan atau kegiatan operasi HPH mengakibatkan kebakaran besar
yang tidak terkendali, yang luas dan intensitasnya belum pernah terjadi
sebelumnya. Lebih dari 5 juta ha hutan terbakar pada tahun 1994 dan 4,6
juta ha hutan lainnya terbakar pada tahun 1997-1998. Sebagian dari lahan
ini tumbuh kembali menjadi semak belukar, sebagian digunakan oleh para
petani skala kecil, tetapi sedikit sekali usaha sistematis yang dilakukan
untuk memulihkan tutupan hutan atau mengembangkan pertanian yang
produktif.
Pada kondisi alami, lahan gambut tidak mudah terbakar karena
sifatnya yang menyerupai spons, yakni menyerap dan menahan air secara
maksimal sehingga pada musim hujan dan musim kemarau tidak ada
perbedaan kondisi yang ekstrem. Tetapi, apabila kondisi lahan gambut
tersebut sudah mulai tergangggu akibatnya adanya konversi lahan atau
pembuatan kanal, maka keseimbangan ekologisnya akan terganggu.
Pada musim kemarau, lahan gambut akan sangat kering sampai
kedalaman tertentu dan mudah terbakar. Gambut mengandung bahan
bakar (sisa tumbuhan) sampai di bawah permukaan, sehingga api di lahan
gambut menjalar di bawah permukaan tanah secara lambat dan dan sulit
dideteksi, dan menimbulkan asap tebal. Api di lahan gambut sulit
dipadamkan sehingga bisa berlangsung lama (berbulan-bulan). Dan baru
bisa mati total setelah adanya hujan yang intensif.
20
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
8. Krisis Utang
Utang luar negeri yang besar oleh negara tropika juga memainkan
peranan penting. Dalam upaya mengimbangi peningkatan harga minyak
dan dalam upaya pertumbuhan ekonomi. Gabungan dari meningkatnya
suku bunga dan resesi global membuat banyak negara tropis tidak dapat
membayar utangnya.
Banyak pemerintah tidak mempunyai banyak pilihan selain
mengekspolitasi sumber daya alamnya dengan cepat untuk meningkatkan
modal. Salah satunya dengan mengorbankan hutan tropisnya, karena
hasil hutan menjadi andalan bagi negara tropis untuk meningkatkan
ekspornya.
C. Akibat Deforestasi
Deforestasi sudah menjadi permasalahan internasional bahkan
sudah menjadi agenda wajib pada pembahasan konvensi lingkungan
hidup sedunia. Masyarakat internasional sudah merasakan bagaimana
efek dari deforestasi itu. Banyak sebab yang sama akibat deforestasi di
beberapa negara yang terangkum seperti berikut:
1. Pemanasan Global
Pemanasan
adalah
suatu
proses
rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Ini terjadi sejak pertengahan abad
20 seiring dengan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca karena
aktifitas
manusia.
Menurut
Intergovernmental
Panel
on
Climate
21
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
dengan
pelestarian
hutan.
Sekelompok
masyarakat
ini
22
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
3. Hilangnya Tanah
Vegetasi hutan melindungi tanah dari daya hujan badai tropis.
Tajuk menerima terpaan hujan yang kemudian dipecah lagi ketika
mengenai dedaunan bagian bawah sehingga dampak air hujan yang jatuh
ke tanah lebih kecil. Akan berbeda jika hutan ditebang, tanah yang
telanjang menerima terpaan langsung dari hujan deras akibatnya lapisan
tanah yang tipis mengalir terbawa ke sungai-sungai di sekitarnya.
Wischmeier dan Smith (1978) mengemukakan hubungan hilangnya
tanah dengan deforestasi. Metode yang umum digunakan untuk
menghitung laju erosi adalah metode Universal Soil Loss Equation
(USLE). Adapun persamaan ini adalah:
A=RxKxLxSxCxP
dimana :
A
23
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
17% burung-burung
24
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
menyelamatkan
tanaman-tanaman
pertanian
dari
serangan-
mikroba
yang
hidup
di
alam
seimbang
dengan
Tetapi
25
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
Dan
perubahan
itu
menyebabkan
mikroba
mengalami
dampak
deforestasi
yang
besar
ini
setidaknya
manusia
mengupayakan supaya hutan ini masih ada untuk masa depan. Ada
beberapa upaya yang sudah dilakukan diantaranya:
1. Memperbaiki Tata Kelola Hutan
Tata kelola hutan yang baik (good forest governance) menjadi
faktor penentu pengelolaan hutan yang berkelanjutan, terbuka (inklusif)
dan transparan, serta ikut menentukan berhasil atau tidaknya upaya
pemerintah dalam menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) dari sector
hutan. Sehingga, upaya perbaikan tata kelola hutan untuk menurunkan
tingkat deforestasi menjadi kebutuhan yang mendesak dan serius harus
dilakukan.
Analisis FWI dengan hasil penelitian ICEL-FITRA memperlihatkan
kemungkinan adanya keterkaitan antara kehilangan tutupan hutan dengan
indeks tata kelola suatu daerah. Kecenderungan yang tampak adalah bila
indeks tata kelola semakin rendah maka tingkat deforestasi di sebuah
kabupaten semakin tinggi.
Hafild, Barber dan Johnson, dalam bukunya menyarankan kepada
pemangku kebijakan untuk melakukan hal berikut:
a. Peninjauan kembali terhadap UU dan peraturan pada tingkat menteri
terhadap status lahan-lahan adat yang telah biasa di wilayah hutan
dan menyusun suatu rumusan hokum yang bertujuan perlindungan
pada lahan-lahan tersebut.
26
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
27
Proporsi tutupan
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
hutan di dalam wilayah yang terliput kebijakan PPIB terhadap luas daratan
lebih sesuai untuk menggambarkan tingkat dukungan hutan terhadap
kemantapan lingkungan.
3. Pemberantasan Illegal Logging
Menurut Nurdjana, Teguh Prasetyo dan Sukardi, Pengertian iIllegal
Logging adalah rangkaian kegiatan dalam bidang kehutanan dalam
rangka pemanfaatan dan pengelolaan hasil hutan kayu yang bertentangan
dengan aturan hukum yang berlaku dan berpotensi merusak hutan.
Kegiatan ini sebagai salah satu penyebab deforestasi yang tidak
terdeteksi karena dilakukan di luar pengawasan pihak berwenang.
Terkadang perusahaan penggergajian kayu membeli/menadah hasil
curian dari oknum masyarakat perambah hutan.
Dampak illegal logging tidak hanya dialami oleh negara saja, akan
tetapi masyarakat internasional mengalami dampaknya. Akibat illegal
logging juga dapat menyebabkan pemanasan global di bumi, karena
hutan merupakan alat penyeimbang terhadap pemanasan global. Jika
hutan mengalami kerusakan secara terus menerus, maka kestabilan
dibumi juga akan terganggu.
Setidaknya ada dua peraturan perundangan yang menyebut illegal
logging sebagai penebangan kayu ilegal. Pertama, Instruksi Presiden
(Inpres) Nomor 5 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Penebangan Kayu
Ilegal ( illegal logging ) dan Peredaran Hasil Hutan Ilegal di Kawasan
Ekosistem Leuser dan Taman Nasional Tanjung Puting. Kedua, Inpres
Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pemberantasan Penebangan Kayu Secara
Ilegal di Kawasan Hutan dan Peredarannya di Seluruh Wilayah Republik
Indonesia.
4. Mengembangkan Ekowisata Hutan
Indonesia
memiliki
potensi
yang
sangat
besar
dalam
28
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
ekowisata
ini
dapat
menggantikan
pendapatan
dari
29
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
30
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Hutan memiliki banyak fungsi dalam lingkungan hidup ini. Selain
sebagai paru-paru dunia juga sebagai penyeimbang ekosistem memiliki
peranan yang sangat penting, untuk keberlangsungan kehidupan berbagai
organisme dan habitatnya. Hilangnya keseimbangan di alam akibat
berkurangnya wilayah hutan akan menimbulkan berbagai dampak negatif
terhadap kehidupan manusia secara langsung, terjadinya erosi, banjir,
kekeringan, timbulnya berbagai macam penyakit, berkurangnya kualitas
udara.
Alasan apapun dan dilakukan oleh siapapun sangat tidak bijaksana
jika deforestasi menjadi suatu solusi untuk mengatasi masalah ekonomi di
suatu negara.Pencegahan terhadap deforestasi melibatkan berbagai pihak
baik swasta maupun pemerintah, perlunya perundang-undangan yang lebih
berpihak terhadap alam.Dibutuhkannya sikap ketegasan pemerintah dalam
memberlakukan suatu peraturan perundang-undangan demi kelestarian
hutan di Indonesia.
B. Saran
Bagi perusahaan pemegang HPH semoga dapat lebih bijak dalam
menggunakan hak pengelolaannya terhadap hutan.Pemanfaatan hutan
bukan hanya dilihat sebagai sumber daya alam yang dapat di gunakan
sebesar-besarnya tapi harus difikirkan bagaimana keberlangsungan hutan itu
sendiri sebagai komponen dalam penyeimbang ekosistem.
Perlunya pengetahuan tentang pentingnnya hutan bukan hanya
sebagai sumber untuk pemenuhan kebutuhan hidup semata-mata, tapi juga
sebagai faktor utama keberlangsungan kehidupan manusia secara luas.
Kesadaran akan pentingnya hutan harus ditanamkan sejak usia dini melalui
sekolah-sekolah dari mulai tingkat dasar sampai pendidikan tinggi. Sejak dini
31
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
32
Penggundulan Hutan
Kelompok 5
DAFTAR PUSTAKA
33