Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MINI PAPER

ARTI PENTING MANAGEMENT HUTAN

Oleh:
Nama : Aqilla Khaizuran Putra Sudrajat
NIM : 22/505941/SV/22004
Kelas : B

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PENGELOLAAN HUTAN


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HAYATI DAN VETERINER
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2022
1. Pendahuluan

a. Latar belakang

Hutan yaitu sebagai suatu kesatuan ekosistem yang terdiri dari hamparan lahan
yang berisi sumber daya alam hayati yang terdapat pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya yang satu dengan yang lainnya yang tidak dapat dipisahkan.
Manajemen merupakan proses khas dari beberapa tindakan, seperti perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Seluruh tindakan tersebut bertujuan
mencapai target dengan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia.
Oleh karena itu manajemen hutan dapat diartikan sebagai segala bentuk usaha
yang dilakukan individu ataupun suatu kelompok atau organisasi untuk mengelola
sumber daya dari hutan secara optimal agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat itu
sendiri sekaligus juga melestarikan hutan itu sendiri.
Maka agar dapat dioptimalkan secara optimal dan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat diperlukan suatau cara pengelolaan hutan yang dinamakan management
hutan. Management hutan sangat penting untuk mengelola hutan secara optimal dengan
melihat aspek kelestarian hutan agar generasi mendatang tetap bisa menikmati manfaat
dari hutan. Oleh karena itu management yang baik dan tepat perlu diperhatikan lagi agar
tidak salah dalam mengelolanya.
Dalam tulisan ini memuat pembahsahan studi kasus managemen hutan di suatau
daerah yang di harapkan dapat mengartikan betapa pentingnya suatu teknik
memanagemen hutan di masyarakat.

b. Tujuan
Untuk mengetahui betapa pentingnya cara memanagemen hutan dengan baik dan
benar.

c. Manfaat
Dapat mengetahui cara memanagemen hutan dengan baik

2. Tinjauan Pustaka

Hutan yaitu sebagai suatu kesatuan ekosistem yang terdiri dari hamparan lahan
yang berisi sumber daya alam hayati yang terdapat pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya yang satu dengan yang lainnya yang tidak dapat dipisahkan. (Dafrandi
dan Ahmad Jamaan, 2012)
Manajemen merupakan proses khas dari beberapa tindakan, seperti perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Seluruh tindakan tersebut bertujuan
mencapai target dengan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia (Dangler 1930)
Masyarakat adat melalui pengetahuan tradisional mereka telah mampu mengelola
sumberdaya hutan yang memberikan kontribusi selain terhadap mata pencaharian
mereka, juga berdampak pada perbaikan lingkungan. Bahkan mereka telah berhasil
merubah lahan-lahan yang dulunya kritis menjadi lahan-lahan produktif (Khotim, 2003
dan Zunaryah, 2003).
Sistem pengelolaan hutan yang dilakukan oleh individu atau kelompok suatu
komunitas, pada lahan negara, lahan komunal, lahan adat atau lahan milik untuk
memenuhi kebutuhan individu/rumah tangga dan masyarakat, serta diusahakan secara
komersial ataupun sekedar untuk subsistensi. (Suhardjito dkk 2000)

3. Pembahasan

Manajemen hutan adalah tata cara atau segala usaha untuk mengelola hutan
secara optimal dengan tetap menjaga kelestarianya. Manejemen hutan dapat dilakukan
oleh siapa saja individual maupun suatu kumpulan atau organisasi tertentu. Kelompok-
kelompok atau masyarakat tertentu juga dapat memanajemen hutan contohnya
pemerintah mengelola hutan negara dan masyarakat adat mengelola hutan adat mereka
sendiri.
Masyarakat adat melalui pengetahuan tradisional mereka telah mampu mengelola
sumberdaya hutan yang memberikan kontribusi selain terhadap mata pencaharian
mereka, juga berdampak pada perbaikan lingkungan. Bahkan mereka telah berhasil
merubah lahan-lahan yang dulunya kritis menjadi lahan-lahan produktif.
Di daerah Kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) Sulawesi Tengah ada
beberapa kelompok adat yang menetap di sekitar zona penyangga (buffer zone). Diantara
kelompok adat tersebut terdapat komunitas adat Toro yang secara alami menerapkan
manajemen tradisional dalam mengelola dan berinteraksi dengan hutan yang ada di
sekitar pemukiman mereka.
Masyarakat Toro mengelola dan memanfaatkan sumber daya menggunakan
sistem pengetahuan yang brpacu pada tata guna lahan secara spesifik dengan
menuangkan dalam bentuk pengklasifikasian lahan adat. Pengklasifikasianya yaitu
sebagai berikut:
A. Wana ngkiki, yaitu wilayah hutan yang berada di puncak-puncak gunung yang jauh
dari desa masyarakat. Wilayah ini di tumbuhi oleh pohon-pohon yang tidak terlalu
besardan banyak rerumputan dan lumut. Di Kawasan ini hawanya sejuk dan dingin
selain itu juga merupakan habitat beberapa jenis burung dan hewan endemik yang
dilindungi menjadikan wilayah ini termasuk zona inti yang harus dilindungi.
B. Wana, yakni wilayah hutan belantara/rimba dimana belum pernah ada satupun
manusia yang mengolahnya menjadi kebun karena masyarakat Toro percaya jika
diolah atau dibuka akan menyebabkan bencana yaitu kekeringan. Wana
dimanfaatkan khusus jika masyarakat Toro sedang mengadakan pesta dengan
diambil damar, rotan, wewangian, obat-obatan, dan tempat mencari ikan di sungai-
sungainya.
C. Pangalae, merupakan Kawasan hutan yang berada di pegunungan dan dataran
tinggi. Pangalae ini merupakan hutan sekunder yang mencampur dengan primer
dikarenakan sebagianya sudah pernah diolah tetapi sudah beralih lagi menjadi
hutan. Masyarakat toro memanfaatkan hutan ini sebagai kebun dan sebagianya lagi
dimanfaatkan menjadi sawah. Dahulu Kawasan pangalae digunakan untuk berburu
D. Pahawa pongko, yaitu hutan yang dulunya adalah kebun dan sudah ditinggalkan
kisaran 25 tahun yan lalu. Pohonya sudah tumbuh besar makanya menebangnya
harus menggunakan pongko(tempat menginjakkan kaki dari kayu
E. Oma, merupakan hutan peralihan bekas kebun yang sering diolah. Oma sering
ditanami tanaman kopi, kakao dan tanaman tahunan lainya. Lahan oma dibagi
menjadi tiga jenis:
a. Oma Ntua, yaitu bekas kebun yang ditinggalkan 16-25 tahun. Umur
pemanfaatanya termasuk sudah tua sehingga tingkat kesuburan tanahnya
sudah kembali normal. Dan bisa diolah kembali menjadi sector perkebunan.
b. Oma Ngura, merupakan peralihan bekas kebun yang sudah ditinggalkan
sekitar 3-15 tahun. Pohon-pohonya masih belum tumbuh besar sehingga dapat
ditebas menggunakan parang. Rumput dan semak belukar merupakan ciri
khasnya
c. Oma Nguku, merupakan lahan yang ditinggalkan 1-2 tahun. Wilayah ini di
dominasi oleh rerumputan.
F. Balingkea atau bekas kebun yang sudah ditinggalkan 6bulan sampai 1 tahun.
Biasanya diolah dengan penenaman tanaman palawijaya berupa jagung, ubi,
kacang-kacangan, cabai, dan sayur-sayuran.
Untuk manajemen Kawasan dan penataan pemantapan Kawasan belum
dilakukan masyarakat adat Toro. Namun mereka umumnya mengetahui dengan
baik batas-batas wilayah kategori lahan adat mereka. Oleh karena itu perlunya
dilakukan penanaman patok-patok di lapangan supaya memperjelas lagi dan tidak
hanya masyarakat Toro saja yang mengetahuinya. Dan juga memberikan
kepastian hukum, baik adat maupun hukum positif agar tidak terjadi konflik
horinzontal maupun vertikal.
Konsep manajemen hutan masyarakat adat Toro adalah pengeloaan berbasis
masyarakat, yaitu sistem pengelolaan hutan yang dilakukan oleh individu atau
kelompok suatu komunitas, pada lahan negara, lahan komunal, lahan adat atau
lahan milik untuk memenuhi kebutuhan individu/rumah tangga dan masyarakat,
serta diusahakan secara komersial ataupun sekedar untuk subsistensi. Untuk
terjaminya kelestarian hutan masyarakat adat Toro sebaiknya mengelola
manajemen hutan mengacu pada PP No. 6 tahun 2007 yang berisi tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan. Untuk wilayah konservasi
seperti wana ngiki tetap seharusnya menjadi perlindungan dan jasa lingkungan.
Sedangkan untuk Kawasan wana selain berfungsi sebgai perlindungan dan jasa
lingkungan, dapat dipergunakan untuk ekonomi masyarakat seperti pemanfaatan
dengan bentuk non kayu. Untuk Kawasan pangale dimanfaatkan untuk hasil hutan
non kayu dan kayu dengan tetap mempertimbangkan kelestarianya. Serta untuk
Kawasan budidaya seperti oma dan balingkea seharusnya dioptimalkan dengan
fungsi produksinya dengan mempertimbangkan fungsi perlindungan.
4. Kesimpulan

Konsep manajemen hutan yang dilakukan masyarakat adat Toro perlu dilakunya evaluasi
agar pemanfaatan hasil hutanya dapat optimal. Dari hal tersebut bisa didapat bahwa
manejemn hutan harus dipikirkan baik-baik dan pentingnya manajemen hutan yang baik.
Manajemen hutan yang baik dapat menjadikan hutan tetap lestari dan masyarakat tetap
dapat memanfaatkanya untuk kebutuhan sehari-hari.
5. Daftar Pustaka

Departemen Kehutanan. 1990. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007. Tata Hutan
dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta pemanfaatan hutan, yang
meliputi pemungutan hasil hutan, jasa lingkungan dan pemanfaatan kawasan.

Hamzari, 2007. Pola Pengelolaan Hutan Masyarakat Adat Toro. Disertasi tidak
dipublikasikan. Universitas Hasanuddin. Makassar

Zunariya, S. 2003. Analisis Ekonomi dan Finansial Pengelolaan Hutan Desa di


Kabupaten Kulon Progo, DIY. Dalam Hutan Desa: Menemukan Kembali Peran
yang Hilang. Jurnal Siklus. Edisi khusus.

LEI. 2002. Lembaga Ekolabel Indonesia. LEI. Jakarta.

Hamzari (2008) Analisis Manajemen Hutan Adat Di Desa Toro Kecamatan Kulawi
Kabupaten Donggala. Jurnal Agroland. 15 (3) 210-215

Anda mungkin juga menyukai