BENCANA ALAM
KEBAKARAN HUTAN
Dosen Pengampuh :
Disusun Oleh :
Kelompok
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
kemudahan dan Kesehatan yang telah diberikan-Nyamkepada kami sehingga kami
mampu menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok
Manajemen Bencana dengan topik “Kebakaran Hutan”, tidak lupa kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu selaku Dosen
Pengampuh.
Ditengah pergumulan diskusi yang alot dan Panjang sesame anggota
kelompok 10, kami pun akhirnya berhasil menyelesaikan Tugas ini.
Kamipun menyadari isi makalah ini jauh dari sempurna karena
keterbatasan kami, oleh sebab itu kami mengharapkan adanya umpan balik berupa
kritikan dan saran yang membangun agar dikemudian hari kami dapat membuat
makalah yang lebih maksimal.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................9
PEMBAHASAN................................................................................................................9
BAB III............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan yang luas di
dunia. Luas hutan tersebut dulu mencapai 113 juta hektar dan terus berkurang
drastic akibat oknum pemerintah dan penjahat yang selalu haus uang dengan
membabat dan menggunduli hutan hanya demi mendapat keuntungan yang besar
tanpa melihat dampak bagi lingkungan global.
Berikut dibawah ini adalah pembagian macam-macam atau jenis-jenis hutan
yang ada di Indonesia :
1. Hutan Bakau
Hutan bakau adalah hutan yang tumbuh di daerah pantai
berlumpur. Contoh : Hutan mangrove di Kawasan pantai hamadi.
2. Hutan Sabana
Adalah hutan padang rumput yang luas dengan jumlah pohon yang
sangat sedikit dengan curah hujan yang rendah, contoh : Pantai timur
Kalimantan, pantai selatan cilacap.
3. Hutan Rawa
Hutan rawa adalah hutan yang berada di daerah berawa dengan
tumbuhan nipah tumbuh di hutan rawa. Contoh : Papua selatan,
Kalimantan, dsb.
4. Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropis adalah hutan lebat atau hutan rimba belantara
yang tumbuh di sekitar garis khatulistiwa (ekuator) yang memiliki curah
hujan yang sangat tinggi. Hutan jenis yang satu ini memiliki tingkat
kelembapan yang tinggi, bertanah subur, humus tinggi dan basah serta
sulit untuk dimasuki oleh manusia. Hutan ini sangat disukai pembalak
hutan liar dan juga pembalak legal jahat yang senang merusak hutan dan
merugikan negara trilyunan rupiah. Contoh : hutan kalimantan, hutan
sumatera, dsb.
5. Hutan Musim
Hutan musim adalah hutan dengan curah hujan tinggi namun punya
periode musim kemarau yang panjang yang menggugurkan daun di kala
kemarau menyelimuti hutan.
I. Hutan Wisata.
Hutan wisata adalah hutan yang dijadikan suaka alam yang
ditujukan untukmelindungi tumbuh-tumbuhan serta hewan /
binatang langka agar tidak musnah / punah di masa depan. Hutan
suaka alam dilarang untuk ditebang dan diganggu dialih fungsi
sebagai buka hutan. Biasanya hutan wisata menjadi tempat rekreasi
orang dan tempat penelitian.
II. Hutan Cadangan.
Hutan cadangan merupakan hutan yang dijadikan sebagai
lahan pertanian dan pemukiman penduduk. Di pulau jawa terdapat
sekitar 20 juta hektar hutan cadangan.
III. Hutan Lindung.
Hutan lindung adalah hutan yang difungsikan sebagai
penjaga ketaraturan air dalam tanah (fungsi hidrolisis), menjaga
tanah agar tidak terjadi erosi serta untuk mengatur iklim (fungsi
klimatologis) sebagai penanggulang pencematan udara seperti CO2
(karbon dioksida) dan CO (karbon monoksida). Hutan lindung
sangat dilindungi dari perusakan penebangan hutan membabibuta
yang umumnya terdapat di sekitar lereng dan bibir pantai.
IV. Hutan Produksi
atau Hutan Industri Hutan produksi
yaitu adalah hutan yang dapat dikelola untuk menghasilkan
sesuatu yang bernilai ekonomi. Hutan produksi dapat dikategorikan
menjadi dua golongan yakni hutan rimba dan hutan budidaya.
Hutan rimba adalah hutan yang alami sedangkan hutan budidaya
adalah hutan yang sengaja dikelola manusia yang biasanya terdiri
dari satu jenis tanaman saja. Hutan rimba yang diusahakan manusia
harus menebang pohon denga sistem tebang pilih dengan memilih
pohon yang cukup umur dan ukuran saja agar yang masih kecil
tidak ikut rusak.
2.1 Fungsi hutan.
B. Habitat Hewan
Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup tinggal dan
berkembang biak. Pada dasarnya, habitat adalah lingkungan paling
tidak lingkungan fisiknya di sekeliling populasi suatu spesies yang
mempengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut. Menurut
Clements dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang
ada di sekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok
spesies, atau komunitas. Hutan merupakan salah satu contoh habitat
hewan.
D. Pelestarian Tanah.
Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa
yang berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan
pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak
pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari
permukaan bumi.
Tanah longsor disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan
lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Akar-
akar dari pohon di hutan berfungsi sebagai unsur yang menahan lapisan
tanah pada tempatnya. Sehingga peristiwa seperti diatas tidak terjadi.
merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.2 Biosfer
adalah bagian luar dari planet Bumi, mencakup udara, daratan, dan air,
yang memungkinkan kehidupan dan proses biotik berlangsung. Dalam
pengertian luas menurut geofisiologi, biosfer adalah sistem ekologis global
yang menyatukan seluruh makhluk hidup dan hubungan antarmereka,
termasuk interaksinya dengan unsur litosfer (batuan), hidrosfer (air), dan
atmosfer (udara) Bumi.
Bumi hingga sekarang adalah satu-satunya tempat yang diketahui
yang mendukung kehidupan. Salah satu contoh biosfer yang paling
penting adalah hutan.
4.1 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini ialah sebagai berikut:
I. Untuk mengetahui definisi kebakaran hutan.
II. Untuk mengetahui jenis kebakaran hutan.
III. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya kebakaran hutan.
IV. Untuk mengetahui proses terjadinya kebakaran.
V. Untuk mengetahui dampak dari kebakaran hutan.
VI. Untuk mengetahui upaya pengendalian dan pencegahan kebakaran
hutan.
BAB II
PEMBAHASAN
E.Kebakaran Hutan
1.Pengertian
Kebakaran hutan merupakan suatu peristiwa yang sangat merugikan
semua pihak, baik dari kalangan manusia yang berekonomi rendah, sedang
bahkan tingkat atasdan juga sangat berdampak pada turunnya populasi hewan
bahkan bisa punah.Kebakaran hutan terkhusus di Indonesia umumnya
dilatarbelakangi oleh pihak yangtidak bertanggung jawab dan seperti penambang
kayu hutan, para petani yang inginmembuat lahan baru atau memperluas lahan
dan juga para pendiri pabrik yangmenginginkan keuntungan yang sangat besar
dengan mendirikan pabriknya hanyadengan modal yang kecil bahkan tanpa
modal. Pembabat hutan secara ilegal disebut dengan Illegal Loging.Kebakaran
merupakan salah satu fenomea yang menggangu aktivitas manusia, baik dari segi
ekologi, sosial, budaya, ekonomi maupun kerusakkanlingkungan dan lain-lain.
Hanya saja wawasan masyarakat akan pentingnya pengetahuan penyebab,
dampak, proses, pencegahan dan penanggulangan dinilai masihcukup kurang
bahkan tidak ada rasa kepedulian sama sekali. Walaupun sudah diteapkan
peraturan dan perundangan tentang kehutanan (Undang-undang Republik
Indonesia nomor 41 tahun 1999 Tentang kehutanan)
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
1. Bahwa sesuai Pasal 50 ayat (3) huruf d menyatakan bahwa “Setiap orang
dilarang membakar hutan”
2. Bahwa sesuai Pasal 50 ayat (3) huruf l menyatakan bahwa “Setiap orang
dilarang membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan
kerusakan serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi hutan ke
dalam kawasan hutan”.
3. Bahwa sesuai Pasal 78 ayat (3) menyatakan bahwa “Barang siapa dengan
sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3)
huruf d, diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan
denda paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah)”.
4. Bahwa sesuai Pasal 78 ayat (4) menyatakan bahwa “Barang siapa karena
kelalaiannya melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3)
huruf d, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah)”.
5. Bahwa sesuai Pasal 78 ayat (11) menyatakan bahwa “Barang siapa dengan
sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3)
huruf l, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”. tetap saja masyarakat
belum mengetahui isi keseluruhan peraturan tersebut.
2.Contoh Kasus
Kebakaran lahan seluas 7,5 Ha terjadi di Kecamatan Sukamara, Desa
Natai Sedawak Kabupaten Sukamara, Provinsi Kalimantan Tengah, pada Kamis,
(18/8). Penyebab kebakaran diduga lahan gambut yang mudah terbakar saat
musim kemarau.
Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB melaporkan pada Kamis
(18/8) pukul 17.30 WIB sebanyak 4 Ha lahan berhasil dipadamkan. BPBD turut
mengerahkan mobil pemadam kebakaran (damkar) dari posko induk guna
mempercepat proses pemadaman titik api. Upaya pemadaman kebakaran masih
terus dilanjutkan BPBD Kabupaten Sukamara bersama tim gabungan dari
TNI/Polri, Manggala Agni, Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
Sukamara-Lamandau, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA),
OrangUtan Foundation United Kingdom (OF UK Indonesia) dan Masyarakat
Peduli Api (MPA). Tidak ada laporan korban jiwa maupun masyarakat yang
mengungsi akibat kejadian ini.
Badan Meterologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan prakiraan cuaca
untuk wilayah Kabupaten Sukamara, untuk Sabtu (20/8), kondisi hujan ringan dan
berawan, sedangkan pada Minggu (21/8) cuaca akan berawan. Sementara itu hasil
dari Inarisk BNPB, wilayah Kabupaten Sukamara memiliki level risiko dengan
tingkat sedang dan tinggi dengan wilayah 5 kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Sukamara berisiko kebakaran hutan dan lahan.
BNPB mengimbau Pemerinah daerah dan masyarakat untuk melakukan
pemantauan dan peninjauan lapangan bersama dinas-dinas terkait untuk
mengantisipasi dan menangani terjadinya kekeringan serta potensi kebakaran
hutan dan lahan. Kesiapsiagaan juga dilakukan melalui pengecekan serta
penyiapan sarana dan prasarana pemadaman kebakaran.
3. Faktor Penyebab
Banyak penyebab mulai dari faktor alam sampai yang disebabkan oleh
manusia. Berikut uraian penyebab terjadinya kebakaran hutan, yaitu :
I. Faktor Alam
a. Sambaran Petir
Petir memiliki energi yang berubah menjadi percikan api
yang apabila terkena pada dedaunan dan kayu kering dapat
menimbulkan titik api yang lebih besar.
b. Benturan Longsoran Batu.
Satu batu dengan batu lainnya yang berubah menjadi
percikan api yang apabila terkena pada dedaunan dan kayu
kering dapat menimbulkan titik api yang lebih besar.
c. Singkapan Batu Bara.
Batu bara merupakan salah satu bahan bakar, apa bila iklim
suhu terlalu tinggi dapat membakar batu bara dengan
sendirinya.
d. Tumpukan Daun Kering.
Tumpukan daun kering yang terkena panas mata hati secara
langsung ataupun pantulan matahari dapat terbakar dan
menimbulkan api yang besar apabila daun kering bertumpuk
dengan jumlah yang sangat banyak.
e. Fenomena Iklim El-Nino
El Nino adalah fenomena alam dan bukan badai, secara
ilmiah diartikan dengan meningkatnya suhu muka laut di
sekitar Pasifik Tengah dan Timur sepanjang ekuator dari nilai
rata-ratanya dan secara fisik El Nino tidak dapat dilihat.
Fenomena El Nino menyebabkan curah hujan di sebagian besar
wilayah Indonesia berkurang, tingkat berkurangnya curah hujan
ini sangat tergantung dari intensitas El Nino tersebut.
Namun karena posisi geografis Indonesia yang dikenal
sebagai benua maritim, maka tidak seluruh wilayah Indonesia
dipengaruhi oleh fenomena El Nino yang pernah menimbulkan
kekeringan panjang di Indonesia. dan Curah hujan berkurang
dan keadaan bertambah menjadi lebih buruk dengan meluasnya
kebakaran hutan asap yang ditimbulkannya.
II. Faktor Ulah Tangan Dan Kecerobohan Manusia.
a. Sistem perladangan tradisional
Sistem perladangan dari penduduk setempat yang
berpindah-pindah. Perladangan berpindah merupakan upaya
pertanian tradisional di kawasan hutan dimana pembukaan
lahannya selalu dilakukan dengan cara pembakaran karena
cepat, murah dan praktis.
Namun pembukaan lahan untuk perladangan tersebut
umumnya sangat terbatas dan terkendali karena telah mengikuti
aturan turun temurun (Dove, 1988). Kebakaran liar mungkin
terjadi karena kegiatan perladangan hanya sebagai kamuflasa
dari penebang liar yang memanfaatkan jalan HPH dan berada
di kawasan HPH.
b. Pembukaan hutan.
Pembukaan hutan yang dilakukan oleh para pemegang Hak
Pengusaha Hutan (HPH) untuk idustri kayu maupun kelapa
sawit. Pembukaan hutan oleh pemegang HPH dan perusahaan
perkebunan untuk pengembangan tanaman industri dan
perkebunan umumnya mencakup areal yang cukup luas.
Metoda pembukaan lahan dengan cara tebang habis dan
pembakaran merupakan alternatif pembukaan lahan yang
paling murah, mudah dan cepat. Namun metoda ini sering
berakibat kebakaran tidak hanya terbatas pada areal yang
disiapkan untuk pengembangan tanaman industri atau
perkebunan, tetapi meluas ke hutan lindung, hutan produksi
dan lahan lainnya.
c. Kecerobohan dengan merokok.
Sikap waspada di hutan dengan tidak menyalakan sumber
api sembarangan sangat di perlukan, karena menghindari
terjadinya sambaran api dari sumber api ke dedaunan atau kayu
kering yang ada dihutan.
d. Membiarkan bara api setelah berkemah, dll. f. Bara api yang
tidak dipadamkan secara benar-benar padam dapat tertiup udara
bebas dan akhirnya menimbulkan nyala api yang lebih besar
dan menyambar ke dedaunan atau kayu kering yang ada
dihutan.
BAB III
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
Upaya yang telah dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan dilakukan antara
lain (Soemarsono, 1997):
1. Memantapkan dengan membentuk Sub Direktorat Kebakaran
Hutan dan Lembaga nonstruktural berupa Pusdalkarhutnas,
Pusdalkarhutda dan Satlak serta Brigade-brigade pemadam
kebakaran hutan di masing-masing HPH dan HTI;
2. Melengkapi perangkat lunak berupa pedoman dan petunjuk
teknis pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan;
3. Melengkapi perangkat keras berupa peralatan pencegah dan
pemadam kebakaran hutan;
4. Melakukan pelatihan pengendalian kebakaran hutan bagi aparat
pemerintah, tenaga BUMN dan perusahaan kehutanan serta
masyarakat sekitar hutan.
5. Kampanye dan penyuluhan melalui berbagai Apel Siaga
pengendalian kebakaran hutan;
6. Pemberian pembekalan kepada pengusaha (HPH, HTI,
perkebunan dan Transmigrasi), Kanwil Dephut, dan jajaran
Pemda oleh Menteri Kehutanan dan Menteri Negara
Lingkungan Hidup;
7. Dalam setiap persetujuan pelepasan kawasan hutan bagi
pembangunan non kehutanan, selalu disyaratkan pembukaan
hutan tanpa bakar.
Disamping melakukan pencegahan, pemerintah juga melakukan
penanggulangan melalui berbagai kegiatan sebagaimana termaktub dalam
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:
P.12/Menhut-Ii/2009 Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan
antara lain (Soemarsono,1997):
1. Memberdayakan posko-posko kebakaran hutan di semua
tingkat, serta melakukan pembinaan mengenai hal-hal yang
harus dilakukan selama siaga I dan II.
2. Mobilitas semua sumberdaya (manusia, peralatan & dana) di
semua tingkatan, baik di jajaran Departemen Kehutanan
maupun instansi lainnya, maupun perusahaan-perusahaan.
3. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di tingkat
pusat melalui PUSDALKARHUTNAS dan di tingkat daerah
melalui PUSDALKARHUTDA Tk I dan SATLAK kebakaran
hutan dan lahan.
4. Meminta bantuan luar negeri untuk memadamkan kebakaran
antara lain: pasukan BOMBA dari Malaysia untuk kebakaran di
Riau, Jambi, Sumsel dan Kalbar; Bantuan pesawat AT 130 dari
Australia dan Herkulis dari USA untuk kebakaran di Lampung;
Bantuan masker, obat-obatan dan sebagainya dari negara-
negara Asean, Korea Selatan, Cina dan lain-lain.Upaya
pencegahan dan penanggulangan yang telah dilakukan selama
ini ternyata belum memberikan hasil ya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
E. Kesimpulan
Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai harganya karena
didalamnya terkandung keaneka ragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah,
sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan
erosi serta kesuburan tanah, dan sebagainya.
Kebakaran hutan menimbulkan kerugian yang sangat besar dan
dampaknya sangat luas,bahkan melintasi batas negara. Di sisi lain upaya
pencegahan dan pengendalian yang dilakukan selama ini masih belum
memberikan hasil yang optimal. Oleh karena itu perlu perbaikan secara
menyeluruh, terutama yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat pinggiran
atau dalam kawasan hutan.
Berbagai upaya perbaikan yang perlu dilakukan antara lain dibidang
penyuluhan kepada masyarakat khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor
penyebab kebakaran hutan, peningkatan kemampuan aparatur pemerintah
terutama dari Departemen Kehutanan, peningkatan fasilitas untuk mencegah dan
menanggulagi kebakaran hutan, pembenahan bidang hukum dan penerapan sangsi
secara tegas.
F. Saran
Dalam mengantisipasi dan mengurangi kejadian kebakaran hutan, maka
perlu tindak nyata pada semua pihak terkait/stakeholder secara jelas, pasti dan
cepat sehingga degradasi lingkungan dan hutan dapat diatasi. Hal ini dapat
melalui jalan pendekatan dengan berbagai metode pada semua pelaku peran baik
dari lembaga pemerintah sebagai pihak yang merupakan produk izin, pengusaha
yang bergerak dalam kegiatan ini, masyarakat sebagai peran lainnya, tenaga ahli
yang memahami teori dengan benar dan pihak-pihak pengamat yang membantu
meluruskan adanya kekeliruan dalam hal ini lembaga swadaya masyarakat baik
lokal maupun internasional, perguruan tinggi dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA