Anda di halaman 1dari 18

PAPER

MATA KULIAH HUKUM DAN PERUNDANGAN-


UNDANG PERKEBUNAN

Dosen Pengampuh
Prof. Dr. Teguh Prasetyo, SH, M.Si
OLEH
Mohamad Fajar Susandra, S.P.
211395MMP

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PERKEBUNAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2022
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .......................................................................................................... i

Daftar Isi ......................................................................................................... ii

PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

a) Latar Belakang ......................................................................................................... 1

b) Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2

c) Tujuan ......................................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................... 3

1.Jenis-Jenis Hutan ......................................................................................................... 3

2.Jenis-Jenis Perijinan ......................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ......................................................................................................... 4

A. Macam-Macam dan Jenis Hutan....................................................................................... 4

B. Jenis-Jenis Perijinan di Perkebunan .................................................................................. 4

PENUTUP ....................................................................................................... 15

Kesimpulan ....................................................................................................... 15

Saran ....................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

i
PENDAHULUAN
a) Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang kaya sumber daya alam salah satunya dari sektor
perkebunan. Sejarah perkembangan sektor perkebunan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari
sejarah perkembangan kolonialisme, kapitalisme, dan modernisasi. Sistem perkebunan
berhubungan erat dengan penjajahan yang dimulai di Indonesia. Bangsa Eropa seperti Portugis,
Belanda, Inggris dan lainnya datang ke Asia untuk berdagang rempah-rempah. Rempah-rempah
Bangsa Indonesia yang begitu banyak, dan beragam, pada awal mereka datang berdagang rempah
untuk dijual di negaranya. Keuntungan rempah-rempah banyak membuat mereka menjadi ingin
menguasai, dan ingin memonopoli dalam perdagangan rempah-rempah. Ini awal penjajahan
bangsa Eropa di Indonesia pada sektor perkebunan.
Sebelum Bangsa Eropa memperkenalkan sistem perkebunan kala itu, masyarakat
Indonesia telah mengenal sistem kebun sebagai sistem perekonomian tradisional. Hal ini
mengingat masyarakat kita adalah tergolong sebagau masyarakat agraris, dimana usaha kebun
dijadikan usaha pelengkap atau sampingan dalam kegiatan pertanian pokok.
Pada perkembangannya, perubahan sistem yang diterapkan di Indonesia dapat dibedakan
berdasarkan ciri pada pertanian masyarakat agararis pra kolonial atau pra industrial adalah
subsistem. Perubahan subsistem ini terus berkembang sampai Indonesia merdeka. Pada waktu
kemerdekaan, pendiri bangsa ini menempatkan bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya merupakan sebuah anugerah dari Allah SWT yang diperuntukan bagi bangsa Indonesia
yang tidak dapat terhitung jumlahnya. Sektor perkebunan dipandang mampu memberikan
kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan rakyat secara umum sebagai masyarakat agraris, dan
pada tingkat daerah diharapkan ada peningkatan pendapatan asli daerah sebagai pengembangan
perkebunan. Sektor yang sangat penting dan potensial dikembangkan dalam bidang agraria adalah
perkebunan. 1
Dalam pelaksanananya untuk mendapatkan ijin usaha perkebunan yang berkaitan dengan
pengalihan fungsi lahan maka kita harus mengetahui terlebih dahulu jenis-jenis hutan yang ada

1
Teguh Prasetyo, 2013, Hukum Dan Undang-Undang Perkebunan, Nusamedia, Bandung, hal.57

1
2

dan jenis hutan apa saja yang bisa di konversikan untuk di usahkan sebagai tempat untuk
melakukan kegiatan perkebunan.
b) Rumusan Masalah

1. Apa saja penggolongan jenis-jenis hutan yang ada di indonesia?


2. Apa saja macam dan jenis-jenis perijinan yang ada di perkebunan?
3. Bagaimana proses dan pengurusan perijinan dalam perkebunan?

c) Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis-jenis hutan yang ada di indonesia?
2. Untuk mengetahui macam dan jenis-jenis perijinan yang ada di perkebunan?
3. Untuk mengetahui Bagaimana proses dan pengurusan perijinan dalam perkebunan?
3

TINJAUAN PUSTAKA
1.Jenis-jenis hutan
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan atau tumbuhan
lainnya. Fungsi hutan sangat penting untuk keperluan pelestarian alam dan juga sebagai
penyeimbang ekosistem. Terdapat beberapa jenis-jenis hutan yang ada di dunia, misalnya saja
seperti hutan hujan tropis, hutan bakau, hutan musim, hutan tundra, dan lain sebagainya. Menurut
KBBI, pengertan hutan adalah tanah luas yang ditumbuhi pohon-pohon. Indonesia termasuk salah
satu negara yang memiliki banyak hutan. Hutan di Indonesia paling banyak dapat ditemui di daerah
Kalimantan, Sumatera, dan Papua. Hutan merupakan paru-paru dunia sebagai sumber penghasil
oksigen alami bagi keberlangsungan hidup manusia. Ada banyak fungsi dan manfaat hutan yang
lainnya, misalnya untuk menjaga keseimbangan ekosistem, sebagai habitat makhluk hidup tinggal,
serta untuk menjaga kesuburan tanah. Hutan juga berperan untuk mengatur iklim, mendatangkan
hujan, mencegah bencana banjir dan longsor serta untuk menampung air bersih.

Banyaknya manfaat hutan membuat hutan harus dilestarikan, meski faktanya ada banyak
kasus penebangan hutan ilegal atau pembakaran hutan. Peran hutan penting untuk
keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup di bumi. Hutan sendiri bervariasi jenis-
jenisnya, dan bisa dibedakan menurut beberapa faktor dan kriteria tertentu. Berikut akan dibahas
mengenai apa saja macam-macam hutan berdasarkan fungsi, iklim, tempat, jenis pohon, dan proses
terjadinya, lengkap beserta ciri-ciri dan contohnya.

2.Jenis-jenis perijinan di perkebunan

Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan” Di Indonesia


untuk menjalankan usaha perkebunan menjadi salah satu peluang usaha yang menguntungkan. Hal
itu dikarenakan Indonesia memiliki tanah yang subur, sehingga berbagai jenis tanaman dapat
tumbuh dan memiliki kualitas yang baik. Usaha perkebunan banyak dijalankan oleh para pelaku
usaha yang tinggal didaerah pedesaan. Hal itu dikarenakan daerah pedesaan masih memiliki lahan
4

yang cukup untuk usaha perkebunan. Namun, dengan kemajuan teknologi saat ini masyarakat yang
tinggal di perkotaan bukan tidak mungkin menjalankn usaha perkebunan juga.

PEMBAHASAN

A. Macam-Macam dan Jenis-Jenis Hutan

Beberapa penggolongan hutan menurut macam dan jenisnya di bawah ini:

a). Jenis-Jenis Hutan Menurut Fungsinya

Berdasarkan fungsi dan pemanfaatannya, terdapat 4 (empat) macam-macam hutan yakni


hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, dan hutan produksi.

• Hutan lindung, yakni jenis hutan yang berfungsi menjaga kelestarian tanah dan tata air
wilayah, yang digunakan untuk mencegah banjir, mengendalikan erosi, dan memelihara
kesuburan tanah.
• Hutan suaka alam, yakni jenis hutan yang berfungsi untuk perlindungan alam hayati
atau pelestarian flora dan fauna yang hampir punah, bisa berupa cagar alam atau suaka
margasatwa.
• Hutan wisata, yakni jenis hutan yang berfungsi untuk kepentingan pariwisata dan
rekreasi bagi wisatawan dan turis, bisa berupa taman wisata, taman baru atau taman laut.
• Hutan produksi, yakni jenis hutan yang berfungsi sebagai penghasil kayu dan hasil
hutan lain untuk kegiatan produksi.

b). Jenis-Jenis Hutan Menurut Iklimnya

Berdasarkan fungsi dan pemanfaatannya, terdapat 4 (empat) macam-macam hutan yakni


hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, dan hutan produksi.

• Hutan hujan tropis, yakni jenis hutan yang yang berada di dekat garis
khatulistiwa dengan suhu udara dan curah hujan yang tinggi, umumnya berada di
daerah Amerika Selatan, Afrika, Asia Tenggara, dan Indonesia.
5

• Hutan musim, yakni jenis hutan yang terdapat di wilayah yang mengalami
perubahan musim yang jelas antara musim kemarau dan musim hujan.
• Hutan hujan iklim sedang, yakni jenis hutan yang terdapat di wilayah dengan
iklim sedang dengan kondisi tumbuhan yang tinggi dan heterogen.
• Hutan pegunungan tropis, yakni jenis hutan yang terdapat di wilayah dengan
iklim pegunungan.
• Hutan lumut, yakni jenis hutan yang terdapat di daerah dengan ketinggian 2500
meter ke atas, terdiri dari pohon yang kerdil.
• Taiga, yakni jenis hutan yang terdapat di tempat terdingin di daerah iklim hutan,
bisa ditemui di Amerika Utara dan Eropa.
• Sabana, yakni jenis hutan berupa padang rumput, terdiri dari banyak rumput
ilalang dan semak belukar serta beberapa pohon besar.

c). Jenis-Jenis Hutan Menurut Tempatnya

• Hutan pantai, yakni jenis hutan yang tumbuh di daerah dekat pantai, sering
disebut juga sebagai hutan bakau atau hutan mangrove.
• Hutan rawa, yakni jenis hutan yang daerah rawa-rawa dengan berbagai jenis
tumbuhan dan tanahnya selalu digenangi air, sering disebut sebagai hutan
gambut.
• Hutan dataran rendah, yakni jenis hutan yang berada di daerah dataran rendah
dengan ketinggian di bawah 1200 meter.
• Hutan pegunungan, yakni jenis hutan yang berada di daerah pegunungan dengan
ketinggian di atas 1300 meter.

d). Jenis-Jenis Hutan Menurut Tempatnya

Berdasarkan jenis pohonnya, terdapat 2 (dua) macam-macam hutan yakni hutan homogen
dan hutan heterogen.

• Hutan homogen, yakni jenis hutan yang hanya terdiri dari 1 jenis pohon saja,
misalnya seperti hutan jati, hutan karet, hutan bambu, dan lain sebagainya.
6

• Hutan heterogen, yakni jenis hutan yang terdiri dari berbagai jenis pohon dan
tumbuhan, misalnya seperti hutan hujan tropis, hutan rimba, dan lain sebagainya.

e). Jenis-Jenis Hutan Menurut Proses Terjadinya

Berdasarkan proses terjadinya, terdapat 2 (dua) macam-macam hutan yakni hutan alami
dan hutan buatan.

• Hutan alami, yakni jenis hutan yang terbentuk secara alami, misalnya seperti
hutan rimba, hutan hujan tropis, dan lain sebagainya.
• Hutan buatan, yakni jenis hutan yang terbentuk karena dibuat oleh manusia,
misalnya seperti hutan lindung, hutan wisata, dan lain sebagainya.

B. Jenis-jenis perijinan di perkebunan

Sebelum menjalankan usaha perkebunan, perlu diketahui terdapat tiga jenis usaha
perkebunan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan (UU
Perkebunan). Berikut tiga jenis usaha perkebunan tersebut (Pasal 41 UU Perkebunan).

1. Usaha Budi Daya Tanaman Perkebunan Merupakan serangkaian kegiatan pra


tanam, penanaman, pemeliharaan tanaman, pemanenan dan sortasi. Jenis usaha ini
dapat dilaksanakan secara terintegrasi dengan unit pengolahan hasil tanaman
perkebunan dan/atau budi daya ternak. Selain itu, jenis usaha ini dapat dilaksanakan
diversifikasi berupa agrowisata dan/atau usaha lainnya. Dalam integrasi usaha budi
daya tanaman perkebunan dengan budi daya ternak dan diversifikasi usaha harus
mengutamakan tanaman perkebunan sebagai usaha pokok.
2. Usaha Pengolahan Hasil Perkebunan Merupakan kegiatan pengolahan yang
bahan baku utamanya hasil perkebunan untuk memperoleh nilai tambah. Jenis
usaha ini dapat didirikan di wilayah perkebunan swadaya masyarakat yang belum
ada usaha pengolahan hasil perkebunan. Hal itu baru dapat dilakukan jika
perusahaan pengolahan hasil perkebunan telah memperoleh hak atas tanah dan izin
usaha perkebunan.
7

3. Usaha Jasa Perkebunan Merupakan kegiatan untuk mendukung usaha budi daya
tanaman dan / pengolahan hasil perkebunan.

Untuk Usaha Budi Daya Tanaman Perkebunan dan Usaha Pengolahan Hasil Perkebunan
hanya dapat dilakukan oleh perusahaan perkebunan yang memiliki hak atas tanah dan/atau izin
usaha perkebunan. Perusahaan perkebunan harus memenuhi beberapa persyaratan untuk
mendapatkan izin usaha perkebunan. Berikut persyaratan untuk mendapatkan izin usaha
perkebunan (Pasal 45 ayat (1) PP Perkebunan) :

1. Izin lingkungan;
2. Kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah; dan
3. Kesesuaian dengan rencana perkebunan.

Selain persyaratan tersebut, perusahaan perkebunan juga wajib memenuhi beberapa hal berikut
Pasal 45 ayat (2) PP Perkebunan):

1. Usaha budi daya perkebunan harus mempunyai sarana, prasarana, sistem, dan sarana
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan;
2. Usaha pengolahan hasil perkebunan harus memenuhi sekurang-kurangnya 20% dari
keseluruhan bahan baku yang dibutuhkan berasal dari kebun yang diusahakan sendiri.

Usaha Perkebunan adalah usaha yang menghasilkan barang dan/atau jasa


perkebunan.2 Sedangkan yang dimaksud perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan
tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai,
mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi
pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.3

Usaha perkebunan tersebut dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia oleh Pelaku
Usaha Perkebunan, sesuai Perencanaan Pembangunan Perkebunan Nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota.4 Perlu diketahui bahwa badan hukum asing atau perorangan warga negara asing

2
Pasal 1 angka 2 Permentan 98/2013
3
Pasal 1 angka 1 Permentan 98/2013
4
Pasal 3 ayat (2) Permentan 98/2013
8

yang melakukan Usaha Perkebunan wajib bekerja sama dengan Pelaku Usaha Perkebunan dalam
negeri dengan membentuk badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.5

Berdasarkan Permentan 98/2013, jenis usaha perkebunan terdiri atas:6


a. Usaha Budidaya Tanaman Perkebunan;
b. Usaha Industri Pengolahan Hasil Perkebunan; dan
c. Usaha Perkebunan yang terintegrasi antara budidaya dengan industri pengolahan hasil
perkebunan.

Berikut akan kami jelaskan satu persatu:


Usaha Budidaya Tanaman Perkebunan
Adalah serangkaian kegiatan pengusahaan tanaman perkebunan yang meliputi kegiatan pra-tanam,
penanaman, pemeliharaan tanaman, pemanenan dan sortasi termasuk perubahan jenis tanaman,
dan diversifikasi tanaman.7
1. Usaha Budidaya Tanaman Perkebunan dengan luas kurang dari 25 hektar:
a. Dilakukan pendaftaran oleh bupati/walikota. Pendaftaran Usaha Budidaya Tanaman
Perkebunan paling kurang berisi keterangan pemilik dan data kebun data identitas dan
domisili pemilik, pengelola kebun, lokasi kebun, status kepemilikan tanah, luas areal,
jenis tanaman, produksi, asal benih, jumlah pohon, pola tanam, jenis pupuk, mitra
pengolahan, jenis/tipe tanah, dan tahun tanam.8
b. Usaha Budidaya Tanaman Perkebunan yang terdaftar diberikan Surat Tanda Daftar
Usaha Perkebunan untuk Budidaya (STD-B)9 yang berlaku selama Usaha Budidaya
Tanaman Perkebunan masih dilaksanakan.10
2. Usaha Budidaya Tanaman Perkebunan dengan luas 25 hektar atau lebih:

5
Pasal 4 Permentan 98/2013
6
Pasal 3 ayat (1) Permentan 98/2013
7
Pasal 1 angka 3 Permentan 98/2013
8
Pasal 5 ayat (1) dan (2) Permentan 98/2013
9
STD-B adalah keterangan budidaya yang diberikan kepada pekebun (Pasal 1 angka 13 Permentan 98/2013)
10
Pasal 5 ayat (3) dan (4) Permentan 98/2013
9

Pengusaha jenis ini wajib memiliki Izin Usaha Perkebunan untuk Budidaya (“IUP-B”)11 yang
berlaku selama perusahaan masih melaksanakan kegiatan sesuai dengan baku teknis dan
peraturan perundang-undangan.12

Usaha Industri Pengolahan Hasil Perkebunan


Adalah serangkaian kegiatan penanganan dan pemrosesan yang dilakukan terhadap hasil tanaman
perkebunan yang ditujukan untuk mencapai nilai tambah yang lebih tinggi dan memperpanjang
daya simpan.13

1. Usaha Industri Pengolahan Hasil Perkebunan dengan kapasitas kurang dari 5 ton Tandan Buah
Segar (TBS) per jam:
a. Dilakukan pendaftaran oleh bupati/walikota. Pendaftaran tersebut paling kurang berisi
data identitas dan domisili pemilik, lokasi, kapasitas produksi, jenis bahan baku,
sumber bahan baku, jenis produksi, dan tujuan pasar.14
b. Usaha Industri Pengolahan Hasil Perkebunan yang terdaftar diberikan Surat Tanda
Daftar Usaha Perkebunan untuk Industri Pengolahan Hasil Perkebunan (STD-P)15 yang
berlaku selama Usaha Industri Pengolahan Hasil Perkebunan masih dilaksanakan.16
2. Usaha Industri Pengolahan Hasil Perkebunan kelapa sawit, teh dan tebu dengan kapasitas
sama atau melebihi 5 ton TBS per jam:
Pengusaha jenis ini wajib memiliki Izin Usaha Perkebunan untuk Pengolahan (“IUP-P”)17,
yang berlaku selama perusahaan masih melaksanakan kegiatan sesuai dengan baku teknis dan
peraturan perundang-undangan.18

Usaha Perkebunan yang Terintegrasi antara Budidaya dengan Industri Pengolahan Hasil
Perkebunan

11
Pasal 8 Permentan 98/2013
12
Pasal 20 ayat (1) Permentan 98/2013
13
Pasal 1 angka 4 Permentan 29/2016
14
Pasal 6 ayat (1) dan (2) jo. Lampiran II Permentan 98/2013
15
STD-P adalah keterangan industri yang diberikan kepada pekebun (Pasal 1 angka 14 Permentan 98/2013)
16
Pasal 6 ayat (3) dan (4) Permentan 98/2013
17
Pasal 9 Permentan 98/2013
18
Pasal 20 ayat (1) Permentan 98/2013
10

Merupakan Usaha Budidaya Tanaman kelapa sawit dengan luas 1.000 hektar atau lebih, teh
dengan luas 240 hektar atau lebih, dan tebu dengan luas 2.000 hektar atau lebih yang wajib
terintegrasi dalam hubungan dengan Usaha Industri Pengolahan Hasil Perkebunan. 19 Usaha
Budidaya Tanaman Perkebunan yang terintegrasi dengan Usaha Industri Pengolahan Hasil
Perkebunan wajib memiliki Izin Usaha Perkebunan (“IUP”)20 yang berlaku selama perusahaan
masih melaksanakan kegiatan sesuai dengan baku teknis dan peraturan perundang-undangan.21

Syarat dan Tata Cara Permohonan Izin Usaha Perkebunan


IUP-B, IUP-P, atau IUP yang lokasi lahan budidaya dan/atau sumber bahan baku berada:22
a. dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota, diberikan oleh bupati/walikota;
b. pada lintas wilayah kabupaten/kota, diberikan oleh gubernur.
IUP-B
Untuk memperoleh IUP-B, Perusahaan Perkebunan mengajukan permohonan secara tertulis dan
bermeterai cukup kepada gubernur atau bupati/walikota sesuai kewenangan, dilengkapi
persyaratan sebagai berikut:23
a. Profil Perusahaan meliputi Akta Pendirian dan perubahan terakhir yang telah terdaftar di
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, komposisi kepemilikan saham, susunan
pengurus dan bidang usaha perusahaan;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak;
c. Surat Izin Tempat Usaha;
d. Rekomendasi kesesuaian dengan Perencanaan Pembangunan Perkebunan kabupaten/kota dari
bupati/walikota untuk IUP-B yang diterbitkan oleh gubernur;
e. Rekomendasi kesesuaian dengan Perencanaan Pembangunan Perkebunan Provinsi dari
gubernur untuk IUP-B yang diterbitkan oleh bupati/walikota;
f. Izin lokasi dari bupati/walikota yang dilengkapi dengan peta digital calon lokasi dengan skala
1:100.000 atau 1:50.000 (cetak peta dan file elektronik) sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan tidak terdapat izin yang diberikan pada pihak lain;

19
Pasal 10 ayat (1) Permentan 98/2013
20
Pasal 10 ayat (2) Permentan 98/2013
21
Pasal 20 ayat (1) Permentan 98/2013
22
Pasal 19 Permentan 98/2013
23
Pasal 21 Permentan 98/2013
11

g. Pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari dinas yang membidangi kehutanan, apabila areal
yang diminta berasal dari kawasan hutan;
h. Rencana kerja pembangunan kebun termasuk rencana fasilitasi pembangunan kebun
masyarakat sekitar, rencana tempat hasil produksi akan diolah;
i. Izin Lingkungan dari gubernur atau bupati/walikota sesuai kewenangan;
j. Pernyataan kesanggupan:
1) memiliki sumber daya manusia, sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan
pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT);
2) memiliki sumber daya manusia, sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan
pembukaan lahan tanpa bakar serta pengendalian kebakaran;
3) memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat sekitar yang dilengkapi dengan
rencana kerja dan rencana pembiayaan; dan
4) melaksanakan kemitraan dengan Pekebun, karyawan dan masyarakat sekitar
perkebunan;
dengan menggunakan format pernyataan dalam Lampiran X Permentan 98/2013.
k. Surat Pernyataan dari Pemohon bahwa status Perusahaan Perkebunan sebagai usaha mandiri
atau bagian dari Kelompok (Group) Perusahaan Perkebunan belum menguasai lahan melebihi
batas paling luas (40.000 hektar untuk perkebunan kelapa24), dengan menggunakan format
Pernyataan dalam Lampiran XI Permentan 98/2013.

IUP-P
Untuk memperoleh IUP-P, Perusahaan Perkebunan mengajukan permohonan secara tertulis dan
bermeterai cukup kepada gubernur atau bupati/walikota sesuai kewenangan, dilengkapi
persyaratan sebagai berikut:25
a. Profil Perusahaan meliputi Akta Pendirian dan perubahan terakhir yang telah terdaftar di
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, komposisi kepemilikan saham, susunan
pengurus dan bidang usaha perusahaan;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak;
c. Surat Izin Tempat Usaha;

24
Pasal 17 ayat (1) jo. Lampiran V Permentan 98/2013
25
Pasal 22 Permentan 98/2013
12

d. Rekomendasi kesesuaian dengan Perencanaan Pembangunan Perkebunan kabupaten/kota dari


bupati/walikota untuk IUP-P yang diterbitkan oleh gubernur;
e. Rekomendasi kesesuaian dengan Perencanaan Pembangunan Perkebunan Provinsi dari
gubernur untuk IUP-P yang diterbitkan oleh bupati/walikota;
f. Izin lokasi dari bupati/walikota yang dilengkapi dengan peta digital calon lokasi dengan skala
1:100.000 atau 1:50.000, dalam cetak peta dan file elektronik sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan tidak terdapat izin yang diberikan pada pihak lain, kecuali lokasi
yang diusulkan untuk pendirian industri pengolahan hasil perkebunan;
g. Jaminan pasokan bahan baku dengan menggunakan format dalam Lampiran IV dan Lampiran
XII Permentan 98/2013;
h. Rencana kerja pembangunan usaha industri pengolahan hasil perkebunan;
i. Izin Lingkungan dari gubernur atau bupati/walikota sesuai kewenangan;
j. Pernyataan kesediaan untuk melakukan kemitraan dengan menggunakan format Lampiran
XIII Permentan 98/2013.
IUP
Untuk memperoleh IUP, Perusahaan Perkebunan mengajukan permohonan secara tertulis dan
bermeterai cukup kepada gubernur atau bupati/walikota sesuai kewenangan, dilengkapi
persyaratan sebagai berikut:26
a. Profil Perusahaan meliputi Akta Pendirian dan perubahan terakhir yang telah terdaftar di
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, komposisi kepemilikan saham, susunan
pengurus dan bidang usaha perusahaan;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak;
c. Surat Izin Tempat Usaha;
d. Rekomendasi kesesuaian dengan Perencanaan Pembangunan Perkebunan kabupaten/kota dari
bupati/walikota untuk IUP yang diterbitkan oleh gubernur;
e. Rekomendasi kesesuaian dengan Perencanaan Pembangunan Perkebunan Provinsi dari
gubernur untuk IUP yang diterbitkan oleh bupati/walikota;
f. Izin lokasi dari bupati/walikota yang dilengkapi dengan peta digital calon lokasi dengan skala
1:100.000 atau 1:50.000 (cetak peta dan file elektronik) sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan tidak terdapat izin yang diberikan pada pihak lain;

26
Pasal 23 Permentan 98/2013
13

g. Pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari dinas yang membidangi kehutanan, apabila areal
yang diminta berasal dari kawasan hutan;
h. Jaminan pasokan bahan baku dengan menggunakan format dalam Lampiran IV dan Lampiran
XII Permentan 98/2013;
i. Rencana kerja pembangunan kebun dan unit pengolahan hasil perkebunan termasuk rencana
fasilitasi pembangunan kebun untuk masyarakat sekitar;
j. Izin Lingkungan dari gubernur atau bupati/walikota sesuai kewenangan;
k. Pernyataan kesanggupan:
1) memiliki sumber daya manusia, sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan
pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT);
2) memiliki sumber daya manusia, sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan
pembukaan lahan tanpa bakar serta pengendalian kebakaran;
3) memfasilitasi pembangunan kebun untuk masyarakat sekitar yang dilengkapi dengan
rencana kerja dan rencana pembiayaan; dan
4) melaksanakan kemitraan dengan Pekebun, karyawan dan Masyarakat Sekitar
perkebunan;
dengan menggunakan format Pernyataan dalam Lampiran X Permentan 98/2013.
l. Surat Pernyataan dari Pemohon bahwa status Perusahaan Perkebunan sebagai usaha mandiri
atau bagian dari Kelompok (Group) Perusahaan Perkebunan belum menguasai lahan melebihi
batas paling luas (100.000 hektar untuk perkebunan kelapa sawit27), dengan menggunakan
format Pernyataan dalam Lampiran XI Permentan 98/2013.

Tata cara perizinannya sendiri adalah sebagai berikut:


1. Perusahaan Perkebunan mengajukan permohonan secara tertulis dan bermeterai cukup kepada
gubernur atau bupati/walikota sesuai kewenangan;28
2. Gubernur atau bupati/walikota dalam jangka waktu paling lambat 10 hari kerja terhitung sejak
tanggal diterimanya permohonan telah selesai memeriksa kelengkapan dan kebenaran
persyaratan dan wajib memberikan jawaban menyetujui atau menolak.29

27
Pasal 17 ayat (2) jo. Lampiran VI Permentan 98/2013
28
Pasal 21, Pasal 22, dan Pasal 23 Permentan 98/2013
29
Pasal 26 ayat (1) Permentan 98/2013
14

3. Apabila hasil pemeriksaan dokumen telah lengkap dan benar, gubernur atau bupati/walikota
paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak memberikan jawaban menyetujui
harus mengumumkan permohonan pemohon yang berisi identitas pemohon, lokasi kebun
beserta petanya, luas dan asal lahan serta kapasitas industri pengolahan hasil perkebunan
kepada masyarakat sekitar melalui papan pengumuman resmi di kantor kecamatan,
bupati/walikota atau kantor gubernur dan website pemerintah daerah setempat selama 30 hari
sesuai kewenangan.30
4. Dalam jangka waktu 30 hari tersebut, masyarakat sekitar memberikan masukan atas
permohonan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti dan dokumen pendukung.31
5. Gubernur atau bupati/walikota setelah menerima masukan atau tidak ada masukan dari
masyarakat sekitar, dalam jangka waktu 30 hari di atas, melakukan kajian paling lambat 10
hari kerja.32
6. Permohonan disetujui dan diterbitkan IUP-B, IUP-P atau IUP setelah dilakukan pengkajian
atas masukan masyarakat sekitar dan tidak ada sanggahan selama jangka waktu pengumuman
resmi dan website pemerintah daerah setempat.33
7. IUP-B, IUP-P atau IUP yang diterbitkan wajib diumumkan melalui papan pengumuman resmi
di kantor kecamatan, bupati/walikota atau kantor gubernur sesuai kewenangan dan website
pemerintah daerah setempat.34

30
Pasal 26 ayat (2) Permentan 98/2013
31
Pasal 26 ayat (3) Permentan 98/2013
32
Pasal 26 ayat (4) Permentan 98/2013
33
Pasal 26 ayat (5) Permentan 98/2013
34
Pasal 26 ayat (6) Permentan 98/2013
15

PENUTUP
Kesimpulan
Dengan mengetahui jenis-jenis dan macam hutan yang ada maka pemanfaatan hutan
maupun pengalihfungsiananya yang berkaitan dengan kegiatan budidaya maka kita harus
bijaksana dalam memilih pondasi dasar untuk melakukan pemilihan areal yang nantinya akan di
pergunakan untuk berkegiatan melakukan budidaya tanaman yng kita inginkn. Kemudian merujuk
pada autran yang ada pemilihan areal yang menjadi tempat budidaya tanaman yang kita inginkan
harus merujuk pada peraturan yang ada sebelum terbit IUP (Izin Lingkungan, Kesesuaian Dengan
Rencana Tata Ruang dan Wilayah, dan Kesesuaian Dengan Rencana Perkebunan.

Saran
Perlu diberikan sosialisasi serta bantuan edukasi dari pemerintah kepada para pekebun dan
perusahaan tentang pentingnya mengenali jenis macam dan fungsi hutan, sertamengerti tentang
legalitas dan cara mengurus perizinan pendirian perkebunan maupun pabrik pengolahannya.
DAFTAR PUSTAKA

AURIGA. (2017). Analisis ekspansi kebun sawit di hutan negara dan potensi kerugiannya.
Disampaikan pada FGD Penyelesaian Masalah Tenurial Perkebunan Sawit menuju
Pengelolaan Sawit Berkelanjutan, 29 Maret 2017 di Jakarta.

AURIGA. (2019). Pemetaan Tutupan Sawit Nasional. Disampaikan pada acara Konsultasi Pakar
“Tipologi penguasaan lahan perkebunan sawit di dalam kawasan hutan dan strategi
penyelesaiannya” tanggal 14 Februari 2019 di Jakarta.

Budidarsono, S., Sirait, M. T., & Pradhan, U. (2014). A new trend in palm oil production in the
context of changing global demands: a portrayal of oil palm development in Riau
Province, Sumatra, Indonesia. Brief No. 43. Bogor, Indonesia: World Agroforestry
Centre (ICRAF), Southeast Asia Regional Program.

Direktorat Jenderal Perkebunan. (2015). Statistik Perkebunan Indonesia 2014-2016: Kelapa Sawit.
Jakarta, Indonesia: Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian

Konsorsium Pembaruan Agraria. (2017). KPA persiapkan lokasi prioritas reforma agraria dan
sistem perkebunan sawit yang berkeadilan. Retrieved January 2, 2019, from
https://perkumpulanwallacea. wordpress.com/2017/11/14/kpa-persiapkan-lokasi-
prioritas-reforma-agraria-dan-sistemperkebunan-sawit-yang-berkeadil…

Prastyo, Teguh. Dkk. 2013. HUKUM DAN UNDANG-UNDANG PERKEBUNAN. Bandung:


Nusa Media.

16

Anda mungkin juga menyukai