KELOMPOK IV
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN KEHUTANAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha
Esa sehingga penulis dapat menuntaskan laporan praktikum Ekologi Satwa Liar
ini sesuai dengan tenggat waktu yang ditentukan. Adapun tujuan dari praktikum
ini adalah untuk mengenal secara spesifik strategi dan makanan beberapa jenis
satwa mamalia, herfetofauna, aves, dan serangga masing-masing 2 spesies sebagai
perwakilan.
Penulis tidak lupa berterima kasih kepada seluruh pihak yang turut andil
dalam pembuatan laporan ini, secara khusus kepada:
1. Ibu Dr. Fouad Fauzi, S.Hut., M.P selaku koordinator dosen mata kuliah
Ekologi Satwa Liar.
2. Bapak Robby Octavianus, S.Hut., M.Sc dan Bapak Ir. Moh. Rizal, M.Si
selaku dosen pengampu mata kuliah Ekologi Satwa Liar.
3. Orang tua yang selalu memotivasi dan mendukung penulis dalam
pembuatan tugas praktikum ini.
4. Teman-teman anggota kelompok IV atas kerjasama dan kekompakannya
yang saling terlibat membantu dalam pelaksanaan tugas praktikum ini.
Kiranya, laporan ini dapat memberi tambahan wawasan dan manfaat bagi
pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
1
I. PENDAHULUAN
600 jenis mamalia besar, 36% endemik; 35 jenis primata, 25% endemik; 78 jenis
paruh bengkok, 40% endemik; dan dari 212 jenis kupu-kupu, 44% endemik.
Keanekaragaman hayati Indonesia inilah yang saat ini hampir menyamai dengan
Brazil dan Kolombia yang terkenal dengan keanekaragaman hayatinya.
Ekologi Satwa Liar adalah cabang ilmu biologi yang khusus mempelajari
interaksi antara satwa dengan lingkungannya, yang menentukan sebaran
(distribusi) dan kelimpahan satwa-satwa. Lingkungan tersebut adalah segala
sesuatu yang ada di sekitarnya yaitu lingkungan biotik maupun abiotik.Sasaran
utama ekologi satwa liar adalah pemahaman mengenai aspek-aspek dasar yang
3
Tujuan praktikum mata kuliah ekologi satwa liar ini adalah sebagai
berikut.
Manfaat praktikum mata kuliah ekologi satwa liar ini adalah sebagai
berikut.
II. PEMBAHASAN
Gambar 1. Berang-berang
(Sumber: kompas.com)
Strategi berang-berang untuk mendapatkan makanan, yaitu
dengan cara berburu. Cara mendapatkan makanannya yaitu dengan
menyelam. Dengan menggunakan kaki berselaputnya, yang telah
beradaptasi dengan baik untuk berenang, berang-berang dapat
menyelam lebih dari 200 kaki dan bertahan di bawah air hingga 5 menit.
Berang-berang laut bisa merasakan mangsa menggunakan kumisnya.
Cara berburunya unik. Ia akan menceburkan dirinya ke kolam. Lalu
mengacak-acak kolam. Akibatnya ikan yang ada di dalamnya mabuk
dan lemas. Sesudah ikan tak berdaya barulah ia menangkapnya (Huda et
al., 2017)..
Berdasarkan makanan kesukaan nya yaitu ikan, maka berang
berang membutuh kan nutrisi pada makanan nya yang mengandung
protein terdiri dari asam-asam amino esensial yang tidak rusak pada
waktu pemasakan, lemak yang mudah dicerna serta langsung dapat
digunakan oleh jaringan tubuh. Kandungan lemak sebagian besar adalah
asam lemak tak jenuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, vitamin dan
mineral. Setiap hari berang-berang setidaknya harus makan sebanyak
20% dari jumlah bobot tubuh mereka (Asmoro at al., 1994).
Jenis makanan yang disukai oleh berang berang ini adalah katak,
ular, crustaceatermasuk kepiting, udang,ikan bahkan mamalia kecil
lainnya. Jika ia tidak memakan ikan, maka ia akan memakan hewan lain
karena Berang-berang merupakan hewan karnivora (pemakan tidak dapat
7
digantikan daging). Maka dari itu dengan makanan lain seperti sayur-
sayuran atau buah -buahan. Karena saluran pencernaannnya yang
singkat,tidak bisa mencerna serat (Huda et al., 2017).
Bangsa : Squamata
Suku : Varanidae
Marga/Genus : Varanus
Spesies : Varanus komodoensis
Gambar 3. Komodo
(Sumber: liputan6.com)
a. Strategi makanan
c. Kandungan Makanan
Komodo adalah tergolong hewan karnivora yang memakan
binatang berukuran kecil dan besar sekalipun contohnya seperti
Kambing, rusa, babi dan lain sebagainya dengan pencernaan yang cukup
lama jadi kandungan makanan komodo adalah daging bahkan bangkai
manusia dan bangkai binatang (Diamond.J, 1987)
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Sub ordo : Sauria
Famili : Gekkonidae
Genus : Gekko
Tokek salah satu kerabat dekat cicak dan kadal, sekilas tokek
mempunyai banyak sekali kemiripan dengan kedua reptil tersebut. Hanya
saja jika dibanding cicak ukuran tubuhnhya jauh lebih besar. Bentuk mata
tokek merupakan salah satu ciri untuk membedakan spesies ini dengan
fauna dari rumpunnya. Tokek dikenal mempunyai mata yang sangat indah
dengan iris mengarah vertikal serta berwarna kuning terang. Iris dan warna
tersebut dipadukan lagi dengan ukuran mata yang tergolong besar. tubuh
tokek sebenarnya sangat mirip dengan cicak, yakni berukuran pendek,
gemuk, serta lebar. Akan tetapi ukuran tubuhnya lebih besar dengan
panjang badan mulai dari 17 sampai 23 cm. Panjang tubuh ini adalah
ukuran rata-rata tubuh tokek dan apabila hidup di tempat terik ukurannya
dapat semakin panjang. Tokek mempunyai jari kaki berjumlah lima, akan
tetapi pada beberapa kondisi dapat dijumpai tokek yang jari kakinya hanya
berjumlah empat. Hal ini merupakan kondisi abnormal akibat gangguan
pada lapisan embrional mesoderm yang terjadi pada masa pertumbuhan
embrio akibat adanya infeksi penyakit. Tepat di permukaan telapak kaki
tokek terdapat lapisan scansor yang berfungsi sebagai perekat, sehingga
satwa ini tidak akan jatuh saat menempel di dinding atau permukaan
vertikal. Sekalipun tokek terjatuh, maka kaki tersebut akan membantunya
untuk bisa mendarat secara sempurna. Kemampuan itu tidak hanya
diperoleh dari kaki tokek, melainkan juga dari ekornya yang disebut
sebagai kaki kelima. Keseimbangan yang dilakukan pada saat jatuh
sebenarnya juga disokong oleh ekor, karena selama proses jatuh tokek
akan melakukan manuver dengan ekornya sehingga bagian perutnya tepat
berada di bawah (Kurniati, 2003).
Gambar 4. Tokek
(Sumber: Kompas.com)
13
a. Strategi Makanan
Tokek mencari makanan ada yang disiang hari dan malam hari,
pergerakan tokek yang cepat dan lidah tokek yang panjang biasanya
digunakan untuk menangkap mangsa yaitu serangga kecil seperti
nyamuk, lebah, semut, kecoa, lalat dan lain sebagainya, lidah tokek yang
sangat lengket membuat hewan yang terjerat tidak akan bisa kemana
mana, selain digunakan untuk menangkap mangsanya tokek suka
menggunakan lidahnya untuk menjilat makanannya (Epilurahman, 2007)
c. Kandungan makanan
A. Rangkong Gading
Klasifikasi burung rangkong gading adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
14
Phylum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Coraciiformes
Famili : Bucerotidae
Genus : Rhinoplax Gloger
Species : Rhinoplax vigil
berwarna putih. Pada bagian kepala, bulu dari bagian mahkota sampai
kepala belakang berwarna hitam. Bulu di sekitar mata berwarna coklat.
Bagian leher sampai punggung atas tidak berbulu.
Pada burung jantan, bagian leher ini berwarna merah, sedangkan
pada burung betina berwarna hijau kebiruan. Paruh dan gading berwarna
merah, kecuali gading bagian depan dan sekitar setengah paruh ke bagian
ujung yang berwarna kuning gading. Warna merah ini berasal dari kelenjar
uropygial yang disapukan pada saat melakukan “preening” (membersihkan
dan merapikan bulu). Balung (casques) rangkong pada umumnya
berongga kosongterkecuali untuk rangkong gading yang bagian depan
balungnya padat,terbentuk dari keratin dan tidak memiliki pembuluh darah
sehingga menjadi keras dan padat (Gamble, 2007; Kinnaird & O’Brien,
2007). Namun dibandingkan dengan gading gajah, balung rangkong
gading masih lebih lunak, sehingga lebih mudah untuk diukir menjadi
hiasan (Collar, 2015). Salah satu ciri khas dari rangkong gading yang tidak
dimiliki oleh jenis lainnya adalah suaranya yang keras menyerupai suara
tertawa gila (maniacal laugh). Suara yang dihasilkan merupakan deretan
nada/kata “HOOP” yang lambat dan semakin cepat ke “KE-HOOP”
selama 1-5 menit dan diakhiri dengan suara ‘tertawa’ “KA-KAKA-KA…”
dengan nada meninggi selama beberapa detik sebelum akhirnya berhenti
(Eaton et al., 2016). Frekuensi yang dihasilkan sekitar 500-1500 Hz,
sangat keras dan dapat terdengar sampai sejauh 3 km. Suara tersebut
diperkirakan dapat dikategorikan menjadi dua jenis, bagian pertama
ditujukan untuk menarik perhatian individu lain, sedangkan bagian kedua
untuk menunjukkan kemampuan fisiknya (Haimoff, 1987).
Persebaran rangkong gading mencakup Myanmar bagian selatan
(Tenasserim), Semenanjung Malaysia, pulau Sumatera dan pulau
Kalimantan. Sejumlah perjumpaan baru tercatat di Indonesia, yaitu di
Sumatera dan Kalimantan. Di Singapura spesies ini sudah dinyatakan
punah (secara lokal) sejak tahun 1950 (Kemp, 1995). Lokasilokasi tempat
persebaran rangkong gading memiliki curah hujan tahunan >3000 mm
16
B. Cendrawasih Kuning-Kecil
Klasifikasi burung cendrawasih kuning-kecil adalah sebagai
berikut.
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Paradisaeidae
Genus : Paradisaea
Species : Paradisaea minor
berwarna coklat tua, dada berwarna putih dan tanpa dihiasi bulu-bulu
adunan.Cendrawasih kecil (Paradisaea minor Shaw, 1809) merupakan
jenis burung endemik dari famili Paradisaeidae yang hanya tersebar di
hutan Irian Jaya dan Papua Nugini. Burung ini ditemukan juga di Pulau
Misool, Provinsi Irian Jaya Barat dan di Pulau Yapen, Provinsi Papua.
Menurut Sukmantoro et al. (2007), Cendrawasih kecil tercantum dalam
IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural
Resources) dengan kategori beresiko rendah (Least Concern), dan dalam
konvensi perdagangan internasional CITES (Convention on International
Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) cendrawasih kecil
terdaftar dalam Appendix II yaitu kelompok yang tidak terancam punah
namun akan terancam punah apabila perdagangan terusberlanjuttanpa
adanya pengaturan. Selain itu, Pemerintah Indonesia juga memasukkan
burung ini kedalam salah satu satwa langka dalam daftar jenis satwa yang
dilindungi berdasarkan UU No 5 Tahun 1990 dan PP No 7 Tahun 1999.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Alydidae
Genus : Leptocorisa
Spesies : Leptocorisaacuta T.
dengan cara mengisap bulir padi fase matang susu sehingga bulir menjadi
hampa. Serangan berat dapat menurunkan produksi hingga tidak dapat
dipanen. Hama ini juga memiliki kemampuan penyebaran yang tinggi,
sehingga mampu berpindah ke pertanaman padi lain yang mulai memasuki
fase matang susu, akibatnya sebaran serangan akan semakin luas (Effendi
et al, 2010) . Walang sangit menyerang tanaman padi terutama dengan
merusak biji padi yang sedang berkembang dengan cara menghisap cairan
susu dari biji padi pada waktu fase awal pembentukan biji. Alat
pengisapnya ditusukkan di antara dua kulit penutup biji padi ("lemma" dan
"palea") dan menghisap cairan susu dari biji yang sedang berkembang.
Nimfa lebih aktif daripada imago, tetapi imago dapat merusak lebih hebat
karena hidupnya yang lebih lama. Nimfa dan imago mengisap bulir padi
pada fase masak susu, selain itu dapat juga mengisap cairan batang padi.
Malai yang diisap menjadi hampa dan berwarna coklat kehitaman
(Kartoharjono et al, 2010).
Walang sangit mengisap cairan bulir padi dengan cara menusukkan
stiletnya. Hilangnya cairan biji menyebabkan biji padi menjadi mengecil
tetapi jarang yang menjadi hampa karena walang sangit tidak dapat
mengosongkan seluruh isi biji yang sedang tumbuh. Jika bulir yang
matang susu tidak tersedia, walang sangit juga masih dapat menyerang
atau menghisap bulir padi yang mulai mengeras dengan cara
mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat. Dalam prosesnya
walang sangit mengkontaminasi biji dengan mikroorganisme yang dapat
mengakibatkan biji berubah warna dan rapuh. Kerusakan dalam fase ini
lebih bersifat kualitatif. Pada proses penggilingan, bulir-bulir padi akan
rapuh dan mudah patah (Willis, 2001).
Serangga dewasa berbentuk ramping dan berwarna cokelat, berukuran
panjang sekitar 14-17 mm dan lebar 3-4 mm (Syaiful dan M. Thamrin,
2016). Hewan ini berwarna coklat kelabu atau hijau, berkaki panjang dan
memiliki "belalai" (proboscis) untuk menghisap cairan tumbuhan. Walang
sangit dewasa berbentuk lebih besar dari pada nimfa tetapi masih
25
berbentuk ramping dengan kaki dan antena yang panjang. Walang sangit
adalah anggota ordo Hemiptera (bangsa kepik sejati). Serangga ini
mengeluarkan aroma yang menyengat hidung (sehingga dinamakan
"sangit"). Sebenarnya tidak hanya walang sangit yang mengeluarkan
aroma ini, tetapi juga banyak anggota Alydidae lainnya (Wikipedia, 2014).
Serangga anggota Hemiptera adalah omnivora yang berarti mengonsumsi
hampir segala jenis makanan mulai dari cairan tumbuhan, biji-bijian,
serangga lain, hingga hewan-hewan kecil seperti ikan (Wikipedia, 2015).
Selain itu, walang sangit juga tertarik pada bahan organik yang
membusuk.
b. Cara mendapatkan makanan
Walang sangit mulai tertarik pada pertanaman padi sejak padi
memasuki masa reproduktif karena pada masa itu tanaman mengeluarkan
senyawa volatil yang dapat ditangkap oleh walang sangit sebagai sinyal
sumber makanan. Jumlah populasi walang sangit meningkat seiring
perkembangan masa generatif padi dan puncak peningkatan populasi
terjadi pada fase masak susu, kemudian populasi mengalami penurunan
pada fase masak penuh dan masak kuning. Populasi walang sangit
meningkat pada fase masak susu karena makanan selalu tersedia sejak
awal masa reproduktif sampai pada fase masak susu. Ketersediaan
makanan yang cukup sehingga memungkinkan walang sangit untuk
tumbuh dan berkembangbiak. Menurut Van den Berg dan Soehardi (2000)
populasi walang sangit umumnya meningkat pada saat munculnya malai
dan kepadatan populasi tertinggi terjadi selama fase pembungaan dan fase
masak susu.
Setelah fase masak susu populasi walang sangit berkurang karena
ketersediaan makanan menjadi berkurang akibat dari pengerasan cairan
bulir padi. Walang sangit sudah tidak mampu mengkonsumsi cairan yang
mengeras sehingga menyebabkan walang sangit bermigrasi menuju areal
yang terdapat sumber makanan karena kebiasaan hama khususnya walang
sangit selalu mencari dan berkumpul pada suatu tempat yang memiliki
26
c. Kandungan Makanan
Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan penting,
karena menjadi makanan pokok penduduk Indonesia.Padi (Oryza sativa)
termasuk tanaman pangan berupa rumput-rumputan yang berasal dari
benua Asia dan Afrika Barat. Padi mengandung karbohidrat dan gizi yang
cukup bagi tubuh manusia. Didalamnya terkandung bahanbahan yang
mudah diubah menjadi energi (Manurung, 2012).
Dari beberapa literatur menyebutkan bahwa ketertarikan serangga
terhadap warna merupakan perilaku serangga di alam. Pendekatan
terhadap perilaku serangga dapat dijadikan acuan dasar penelitian. Banyak
cara yang dapat dilakukan untuk memberi daya tarik serangga terhadap
warna. Salah satunya adalah dengan memasang kertas warna-warni yang
diberikan perekat. Warna media yang digunakan harus dapat memberi
pantulan cahaya atau adanya zat penarik (Sihombing et al, 2013).
Ketertarikan serangga terhadap warna disebabkan pemantulan cahaya ke
segala arah dan banyak serangga pemakan tumbuhan menanggapi positif
pola pantulan cahaya dari tanaman inang, dan tanggapan ini bisa sangat
spesifik. Menurut Prokopy and Owens, 1983., in Blackmer et al., (2008)
27
substrat yang memantulkan cahaya secara maksimal antara 500 dan 580
nm
Dugaan lain mengenai tingginya persentase serangan, diakibatkan
karena kandungan nitrogen dan kandungan air pada sel-sel, Jaringan pada
organ daun tanaman sehingga memberikan daya tarik dan rangsang khusus
sebagai pola aksi tetap serangan larva C. pavonana (Pelealu, 2004).
Keberadaan nitrogen didalam jaringan tumbuhan tidaklah berlimpah.
(Ross, 1980). Kandungan nitrogen dalam jaringan tumbuhan tergolong
rendah. Sebagian besar nitrogen tersedia dalam bentuk inorganik yang
tidak dapat dimanfaatkan langsung oleh serangga (Schoonhoven et.al.,
1998).
1.4 Makanan walang sangit tidak dapat disubsitusi
Hama ini juga memiliki kemampuan penyebaran yang tinggi, sehingga
mampu berpindah ke pertanaman padi lain yang mulai memasuki fase
matang susu, akibatnya sebaran serangan akan semakin luas (Effendi et al,
2010) . Walang sangit menyerang tanaman padi terutama dengan merusak
biji padi yang sedang berkembang dengan cara menghisap cairan susu dari
biji padi pada waktu fase awal pembentukan biji. Alat pengisapnya
ditusukkan di antara dua kulit penutup biji padi ("lemma" dan "palea") dan
menghisap cairan susu dari biji yang sedang berkembang.
Walang sangit mengisap cairan bulir padi dengan cara menusukkan
stiletnya. Hilangnya cairan biji menyebabkan biji padi menjadi mengecil
tetapi jarang yang menjadi hampa karena walang sangit tidak dapat
mengosongkan seluruh isi biji yang sedang tumbuh. Jika bulir yang
matang susu tidak tersedia, walang sangit juga masih dapat menyerang
atau menghisap bulir padi yang mulai mengeras dengan cara
mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat. Dalam prosesnya
walang sangit mengkontaminasi biji dengan mikroorganisme yang dapat
mengakibatkan biji berubah warna dan rapuh. Kerusakan dalam fase ini
lebih bersifat kualitatif. Pada proses penggilingan, bulir-bulir padi akan
rapuh dan mudah patah (Willis, 2001).
28
b. Mencari Makanan
Kelulut mencari nektar (sari bunga) untuk menghasilkan madu, nektar
merupakan cairan manis kaya dengan gula yang diproduksi bunga dari
tumbuhan sewaktu bunga mekar untuk menarik kedatangan hewan
penyerbuk salah satunya kelulut, selain menghasilkan madu kelulut juga
menghasilkan bee pollen (serbuk sari lebah) yang berasal dari gabungan
serbuk sari tanaman yang dikumpulkan lebah serta nektar tanaman dan air
liur lebah, ketiga bahan membentuk butiran halus yang disimpan di dalam
kantung kaki lebah (Sihombing, 2005). Pada waktu matahari terbit sampai
pukul 08:00 bunga banyak yang mengeluarkan nektar sehingga pada
waktu tersebut terlihat banyak lebah yang mencari nektar, sedangkan pada
siang hari yang panas nektar sudah tidak ada karena menguap, sehingga
lebah lebih banyak mencari polen, dan mulai mencari lagi dari pukul 17:00
sampai menjelang malam.
Heterotrigona itama lebih banyak mencari makan pada pagi hari
dibandingkan dengan sore hari. Hal ini dipengaruhi oleh intensitas cahaya
matahari. Ukuran tubuh juga mempengaruhi jarak terbang lebah mencari
makanan. Makin besar tubuh lebah, maka makin jauh jarak terbangnya.
Heterotrigona itama dengan ukuran 5mm mempunyai jarak terbang sekitar
600m (Hasanudin, 2014). Lebah Heterotrigona itama memiliki jumlah
madu yang lebih sedikit dan lebih sulit dickstrak, namun jumlah propolis
yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan lebah jenis lain (Singh,
1962).Strata lebah pekerja merupakan strata yang jumlahnya paling
banyak dalam satu koloni yaitu sekitar 20.000 90.000 lebah. Lebah pekerja
mencari sumber nektar pada waktu pagi dan sore hari (Sihombing, 2005).
c. Kandungan makanan
Lebah madu sangat membutuhkan pakan yang mengandung
karbohidrat, protein, vitamin, mineral, air dan lain-lain untuk
kehidupannya. Pakan tersebut sangat penting untuk perkembangan koloni.
perawatan ratu, peningkatan produksi selur dan produksi modu. Sumber
31
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan praktikum mata kuliah ekologi satwa liar adalah
sebagai berikut.
3.2 Saran
Anggraini S., Herlinda S., Irsan C., Umayah A. 2014. Serangan Hama Wereng
dan Kepik Pada Tanaman Padi di Sawah Lebak Sumatra Selatan.
Prosiding seminar nasional lahan sub optimal 2014. Universitas Sriwijaya.
Asmoro, P.B., Melisch, R. & L.Kusumawardhani.1994. Hubungan Antara
BerangBerang dengan Manusia. Prosiding Simposium Pertama
mengenai BerangBerang di Indonesia. Bogor : PHPA- AWB. Hlm. 63-
73.
Beehler B, Pratt TK, Zimberman DA. 2001. Burung Burung di Kawasan Papua.
Bogor (ID): LIPI Puslitbang Biologi.
Burnie, David (2001). Animal. New York, New York: DK Publishing, Inc. hlm.
417,420. ISBN 0-7894-7764-5.
Chris Mattison, (1989 & 1992). Lizards of the World (Of the World). New
York:Facts on File. hlm. pp. 16, 57, 99, 175.
Collar, N. 2015. Helmeted Hornbills Rhinoplax vigil and the ivory trade: the crisis
that came out of nowhere. Birding ASIA 24:12-17.
De Rooij, N. 1915. The Reptiles of The Indo-Australian Archipelago I.
Lacertilia,Chelonia, Emydosauria. E.J. Brill. Leiden
Eaton, J. A., S. van Balen, N. W. Brickle, and F. E. Rheindt 2016. Birds of the
Indonesian Archipelago : greater Sundas and Wallacea. Lynx
Fredriksson, G.M., Wich, S.A., Tresno., 2006. Frugivory in sun bear (Helarctos
malayanus) is linked to El Nino-related fluctuation in fruiting
phenology, East Kalimantan, Indonesia. Biological Journal of the
Linnean Society, 89:489-508.
http://ksdae.menlhk.go.id/assets/publikasi/SRAK%20Rangkong%20Gading_Publi
shed.pdf, diakses pada 12/12/2021 22:25 WIB
Kinnaird, M., and T. G. O’Brien 2007. The Ecology and Conservation of Asian
Hornbills: Farmers of the Forest. The University of Chicago Press.
Kurniati, H. 2003. Amphibian & Reptiles of Gunung Halimun National Park
West Java, Indonesia (Frog, Lizard and Snakes): An Illustrated Guide
Book.. Research Center for Biology (LIPI) and Nagao Natural
Environment Foundation (NEF). Cibinong
Van Den Berg.H., Soehardi. 2000. The Influence of The Rice Bug (Leptocorisa
oratorius F) On Rice Yield. Journal Of Applied Ecology. 37:959-970.
Willis, M. 2001. Hama dan Penyakit Utama Padi di Lahan Pasang Surut.
Monograf . Badan Litbang Pertanian. Balittra. Banjarharu.