Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayah
serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Dasar
Perlindungan Tanaman dengan materi “Orthoptera” dimana laporan ini penulis sajikan
dengan tujuan untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :


1. Kedua orang tua yang telah memberi dukungan penuh berupa moral maupun materi.
2. Ibu Ir.Efrida Lubis,M.P selaku dosen penanggung jawab dan asisten praktikum dasar
perlindungan tanaman.
3. Ibu Rini Susanti,S.P.,M.P selaku asisten praktikum dasar perlindungan tanaman.
4. Abangda Abdillah Ihza Mahendra selaku asisten praktikum dasar perlindungan tanaman.
5. Dan teman teman yang berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari masih banyak kekurangan,untuk itu
penulis banyak mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Medan, 11 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iv
PENDAHULUAN ................................................................................. 1
Latar Belakang .......................................................................... 1
Tujuan Praktikum...................................................................... 3
Kegunaan Praktikum ................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 4
Ordo Orthoptera ........................................................................ 4
Belalang Kembara (Locusta migratoria).................................... 4
Klasifikasi dan biologi................................................... 4
Siklus hidup…………………………………………... 5
Gejala serangan ............................................................ 5
Cara pengendalian ........................................................ 5
Jangkrik (Gryllus sp) ................................................................ 6
Klasifikasi dan biologi................................................... 6
Siklus hidup .................................................................. 7
Gejala serangan ............................................................ 7
Cara pengendalian ........................................................ 7
Orong-Orong (Grillotalpaafricana)........................................... 8
Klasifikasi dan biologi.................................................. 8
Siklus hidup ................................................................. 8
Gejala serangan ............................................................ 9
ii
Cara pengendalian .......................................................... 9
PELAKSANAAN PRAKTIKUM .......................................................... 10
Tempat danWaktu ....................................................................... 10
Bahan danAlat............................................................................. 10
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 11
Hasil ........................................................................................... 11
Pembahasan................................................................................ 11
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 12
Kesimpulan ................................................................................ 12
Saran .......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 13
iii
DAFTAR GAMBAR

1. Belalang Kayu (Valanga nigricornis)


2. Jangkrik (Gryllus sp)
3. Anjing tanah (Gryllotalpa sp)
iv
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Permasalahan organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan kendala


utama dalam peningkatan produksi dan ketahanan tanaman pangan. Hal ini
mengakibatkan kerugian yang cukup besar baik berupa kehilangan
hasil,penurunan mutu,terganggunya Salah satu organisme perusak yang menjadi
hama adalah ordo serangga (insect),termasuk salah satunya Orthoptera
dikarenakan serangga adalah salah satu hewan yang memiliki populasi yang
sangat cepat berkembang. Serangga perusak adalah serangga yang menyebabkan
kerusakan secara fisiologis dan ekologis bagi tanaman sehingga dapat
mengganggu dan menghambat suatu perkembangan tanaman (Setiawati.,2004)

Belalang adalah serangga herbivora yang termasuk dalam Ordo Orthoptera


dengan jumlah spesies 20.000. Pada tahun 1998 terjadi ledakan populasi hama
belalang kembara dibeberapa wilayah di Indonesai. Dikarenakan berulangnya pola
iklim dan cuaca didaerah yang akan munias kembalinya eksplusi belalang
kembara. Kondisi kemarau panjang,bersama dengan sektor-sektor lain yang
sampai saat ini belum diketahui dengan pasti dikhawatirkan dapat memicu
terjadinya eksplosi belalang kembara dimasa mendatang (Sudarsono,2013).

Keberadaan orong-orong sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan organik di


dalam tanah karena bahan organik tersebut bisa menjadi makanan orongorong
selain akar tanaman (rerumputan) bahkan binatang-binatang yang berukuran kecil
yang berada di dalam tanah. Selain itu, keberadaan orong-orong juga sangat
dipengaruhi oleh kandungan (keberadaan) air di dalam tanah (Solikhin, 2004).
1
Jangkrik merupakan serangga yang sangat familiar di masyarakat. Manfaat dari
serangga ini cukup banyak, mulai pakan burung atau ikan, diolah, dan yang
tengah banyak dibicarakan dalah sebagai bahan makanan karena kandungan
protein yang tinggi (Muhammad AS,2015).
2
Tujuan Praktikum
Untuk mengenal dan mengetahui ordo orthoptera dan cara pengendaliannya.

Kegunaan Praktikum
1. Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti praktikal test pada praktikum dasar
perlindungan tanaman.
2. Sebagai syarat masuk dalam praktikum dasar perlindungan tanaman.
3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
3
TINJAUAN PUSTAKA

Orthoptera
Orthoptera berasal dari kata ortos=lurus dan pthera= sayap. Berarti orthoptera
adalah serangga dengan sayap yang lurus. Orthoptera mempunyai ciri khas yaitu
memiliki metamorphosis yang tidak lengkap,tipe mulut menggigit dan bersifat
fitofag. Indonesia adalah Negara yang secara umum memiliki iklim tropis, dimana
wilayah ini termasuk daerah tropis lembab atau basah yang kaya akan tumbuhan
dan tanaman tropis. Serangga merupakan organisme terbesar yang terdapat
hampir diberbagai tempat habitat yaitu didarat, dalam air, tanah, udara,
perpohonan, biji-bijian, tubuh manusia dan hewan (Sembel, 2010).

1.) Belalang Kayu (Valanga nigricornis)


Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Acrididae
Genus : Valanga
Spesies : Valanga nigricornis (Burmeister, 1838)

Biologi
Belalang merupakan serangga berukuran 45-55 mm (jantan) dan 15-75 mm (betina).
Tubuh terdiri atas kepala, dada/ thorax dan abdomen/ perut. Belalang kayu berwarna
cokelat kekuningan, kekuningan atau hijau dengan corak warna biru gelap terutama di
bagian sayap. Bagian sayap belakang biasanya terlihat saat terbang dan berwarna merah.
Individu muda biasanya berwarna hijau pucat dengan corak gelap

Siklus Hidup

Siklus hidup belalang dimulai dari fase telur,nimfa dan imago. Nimfa dan
imago adalah stadia yang aktif merusak tanaman. Imago betina akan meletakkan
telurnya didalam tanah yang lalu akan menetas pada saat keadaan tanah cukup
lembab. Belalang betina meletakkan telurnya sekitar 1-2 inci didalam tanah
menggunakan ovipositor pada ujung perutnya. Keanekaragaman dan kelimpahan
spesies (Acrididae: Ordo Orthoptera) di ekosistem yang tidak terganggu lebih
tinggi dibandingkan ekosistem yang terganggu (Saha et al, 2011).

Gejala Serangan
Gejala serangan yang diakibatkan hama belalang yaitu daun bergerigi,daun
habis dan hanya tersisa tulang daun. Pada awal tahun 2005,ledakan populasi
belalang merusak pertanaman jagung dan kedelai di kabupaten Jeneponto,Gowa
dan Takalar,Sulawesi Selatan. Seluruh bagian tanaman seperti
daun,batang,buah,biji dan tongkol jagung habis dimakan,disamping merusak
tanaman lain seperti daun kelapa,daun lontar,tanaman pisang dan mangga
(Ruswandi,2005)

Cara Pengendalian
Salah satu cara pengendalian hama belalalang adalah dengan jamur
entomopatogen. Beauveria bassiana merupakan jamur mikroskopik yang
5
berbentuk hifa,kemudian hifa hifa membentuk koloni yang disebut miselia
(Rosmini.,2010).
Komponen pengendalian yang menjadi acuan dalam PHT salah satunya adalah
pengendalian alami/hayati. Tujuan utama PHT pengendalian populasi hama agar
tetap berada di bawah aras yang tidak mengakibatkan kerugian secara ekonomi.
Strategi PHT adalah penerapannya tidak menimbulkan kerusakan lingkungan
yang merugikan bagi hewan dan manusia serta mikroorganisme lainnya baik
sekarang mau pun pada masa yang akan datang (Nik.,2016)

2.) Jangkrik (Gryllus sp)


Klaaifikasi
Klasifikasi dan biologi. Kingdom: animalia, Kelas: insect, Ordo: orthoptera,
Famili: gryllidae, Sub-famili: gryllidaea, Genus: gryllus, Spesies: Gryllus sp.
Morfologi tubuh jangkrik terdiri dari 3 bagian,yaitu kepala, toraks, dan abdomen.
Kepala terdiri dari mata tunggal yang tersusun dalam satu segitiga tumpul,
sepasang antena, satu mulut, dan dua pasang sungut. Toraks (dada) merupakan
tempat melekatnya enam tungkai dan empat sayap. Abdomen (perut) pada bagian
posterior terdiri dari ruas-ruas. Ujung abdomen pada jantan dan betina terdapat
sepasang cerci yang panjang serta tajam dan berfungsi sebagai penerima rangsang
atau pertahanan apabila ada musuh dari belakang. Jangrik berbentuk bulat
panjang, berwarna coklat muda sampai tua, dan hitam. Bentuk jangkrik betina dan
jantan agak berbeda, pada betina mempunyai ovipositor panjang bentuk seperti
rambut kaku yang muncul dari ruas abdomen terakhir. Venasi sayap depan
jangkrik betina berbentuk garis-garis lurus, sedang pada jantan venasi berbentuk
tidak beraturan ada yang melingkar dan ada yang lurus

Siklus Hidup
Jangkrik termasuk serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna
karena tidak melewati tahapan larva dan pupa. Jangkrik merupakan serangga
ovipar, yaitu serangga dewasa mengeluarkan telur melalui ovipositor. Kemudian
telur menetas jadi nimfa dan berkembang jadi serangga dewasa. Siklus hidupnya
dimulai dari telur kemudian menjadi jangkrik muda (nimfa) dan melewati
beberapa kali stadium instar sebelum menjadi jangkrik dewasa (imago) yang
ditandai dengan terbentuknya dua sayap. Seekor induk jangkrik kalung dapat
menghasilkan 3.154-4.128 butir telur/ekor (Fitriyani, 2005).

Gejala Serangan
Gejala serangan hama jangkrik tidak jauh berbeda dengan belalang seperti
daun akan bergerigi dan ditandai terpotongnya tanaman pada pangkal batang.
Jangkrik mencari makanan pada waktu malam hari dan pada keadaan sunyi dan
sepi. Kerusakan tanaman yang diakibatkan oleh belalang banyak terjadi pada
bagian daun (Ardiyati dkk, 2015)

Cara Pengendalian
Pengendalian hama jangkrik bisa dilakukan dengan agen hayati mapun
insektisida nabati. Serangga hama yang menyerang bibit tanaman jabon, sengon
laut, dan kayu afrika adalah Daphnis hypothous, belalang, ngengat, kepik
pengisap, ulat kantong, ulat daun, dompolan atau kutu berlilin, kupu kuning. Oleh
karena itu kegiatan pengendalian hama sangat penting dilakukan untuk
mendukung keberhasilan pembangunan (Asmaliyah.,2012).

3.) Anjing Tanah (Gryllotalpa sp)

Klasifikasi Anjing Tanah


Klasifikasi dan biologi. Kingdom: animalia, Kelas: insect, Ordo: orthoptera,
Famili: gryllotalpidae, Sub-famili: grylloidae, Genus: gryllotalpa, Spesies:
Gryllotalpa sp. Anjing tanag mempunyai ciri berwarna hitam kecoklatan, dengan
sepasang tungkai bergerigi yang berguna untuk menggali tanah dan untuk
berenang, hewan ini jarang terlihat dipermukaan tanah dan seringkali berada
didalam tanah untuk bersembunyi. Mempunyai ukuran sekitar 3-5 cm dan
merupakan hewan Omnivora atau pemakan segala, seperti larva, cacing dan
tanaman muda. hewan ini bisa dijumpai diberbagai benua dibelahan dunia ini
kecuali didaerah es contohnya di benua antartika. Anjing tanah adalah hewan
yang agak jarang terlihat karena lebih suka bersembunyi dalam lubang dan aktif
pada malam hari mencari makanan. (Frank et al, 2007).

Siklus Hidup
Telur anjing tanah berada dalam lubang tanah yang dalam secara berkelompok,
terdiri dari 30-50 butir telur/kelompok telur. Stadium telur berlangsung 7-21
hari. Nimfa anjing tanah instar 1 dan 2 hidup bersama induknya, instar berikutnya
hidup sendiri-sendiri. Stadium nimfa berlangsung 3 – 5 bulan. Imago memiliki
tungkai depan lebih besar,berguna untuk menggali dan luas toraks pertama juga
lebih besar, untuk membantu mendorong tanah yang digali. Penyebaran dengan
penerbangan, serangga ini dapat terbang kuat meskipun bersayap pendek.
Serangga jantan dapat mengeluarkan bunyi. Orong-orong bersifat kanibal, hidup
di pematang dan sawah yang tidak tergenang air, aktif pada malam hari dan
tertarik pada cahaya lampu, beristirahat pada siang hari, menyerang tanaman yang
berakar serabut. Kerusakan tanaman yang diakibatkan oleh serangan anjing tanah
berkisar antara 5,0–6,0% dan kerusakan umbi kentang berkisar antara 10–15%
(Konar et al, 2005).

Gejala Serangan
Serangan hama anjing tanah akan membuat tanaman menjadi layu, kemudian
roboh dan pada akhirnya tanaman mati. Tanaman yang terserang bisa dipastikan akan
mati karena bagian akar utamanya sudah terputus. Keong emas menyerang
saat lahan (petakan) sawah ada air yang menggenang atau mengalir, sedangkan
orong-orong sebaliknya yaitu menyerang tanamn padi pada saat lahan tidak
tergenang air (Solikhin, 2004).
Cara Pengendalian
Pengendalian hama anjing tanah bisa dikendalikan secara kimiawi dengan
menggunakan insektisida karbofuran, namun penggunaan yang sangat berlebihdan
secara terus-menerus akan memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan.
Efek samping insektisida karbofuran dapat berupa pengurangan jumlah individu,
hambatan pada aktivitas metabolisme, hambatan perilaku, dan reproduksi serta
daya tetas kokon pada biota tanah (Tannock & Wessel 2003).
Bentuk Pengelolaan Lingkungan hidup yang dilakukan secara sinergi tersebut
dapat berupa penerapan teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu
dengan mengkombinasikan beberapa cara pengendalian yang secara ekonomi,
ekologi dan sosial dapat dipertanggungjawabkan (Astuti.,2018)

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Tempat dan Waktu


Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman dilakukan via daring melalui Google
meeting dirumah masing masing. Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman
dilaksanakan pada hari Senin 11 Oktober 8.00 WIB sampai
selesai.

Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam praktikum Dasar Perlindungan Tanaman ini
adalah Belalang kayu (Valanga nigricornis), Jangkrik ( Gryllus sp ) , Anjing tanah
( Gryllotalpa ).
HASIL DAN PEMBAHASAN

Belalang adalah serangga herbivora yang termasuk dalam Ordo Orthoptera


dengan jumlah spesies 20.000. Hal ini sesuai dengan literatur Sudarsono (2013)
yang menyatakan pada tahun 1998 terjadi ledakan populasi hama belalang
kembara dibeberapa wilayah di Indonesai. Dikarenakan berulangnya pola iklim
dan cuaca didaerah yang akan munias kembalinya eksplusi belalang kembara.
Kondisi kemarau panjang,bersama dengan sektor-sektor lain yang sampai saat ini
belum diketahui dengan pasti dikhawatirkan dapat memicu terjadinya eksplosi
belalang kembara dimasa mendatang.
Habitat orong orong ada didalam tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Solikhin
(2004) yang menyatakan keberadaan orong-orong sangat dipengaruhi oleh
kandungan bahan organik di dalam tanah karena bahan organik tersebut bisa
menjadi makanan orong orong selain akar tanaman (rerumputan) bahkan
binatang-binatang yang berukuran kecil yang berada di dalam tanah. Selain itu,
keberadaan orong-orong juga sangat dipengaruhi oleh kandungan (keberadaan) air
di dalam tanah.
Jangkrik memiliki banyak manfaat, Hal ini sesuai dengan literatur Muhammad
(2015) yang menyatakan jangkrik merupakan serangga yang sangat familiar di
masyarakat. Manfaat dari serangga ini cukup banyak, mulai pakan burung atau
ikan, diolah, dan yang tengah banyak dibicarakan dalah sebagai bahan makanan
karena kandungan protein yang tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan :
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :
1. Gejala serangan yang disebabkan oleh ordo orthoptera yaitu daun,batang
maupun akar tanaman.
2. siklus hidup ordo ini adalah pauro metabola (metamorphosis secara tidak
sempurna).
3. tipe mulut ordo orthoptera mengunyah dan menggigit.
4. pada hewan berordo orthoptera kebanyakan hama serangga kecil maupun
serangga dewasa.
5. ordo orthoptera mengalami fase telur,nimfa dan imago.

Saran :
Dalam praktikum Dasar Perlindungan Tanaman dilakukan dengan keseriusan
agar ilmu yang didapat bisa diaplikasikan kelapangan dan bisa berbagi informasi
dengan petani
DAFTAR PUSTAKA

Aji,amri, 2016. PEMBUATAN PESTISIDA DARI DAUN KERINYU


DENGAN MENGUNAKAN SABUN COLEK DAN MINYAK TANAH
SEBAGAI BAHAN PENCAMPUR (ACTIVE INGREDIENTS). Jurnal
Teknologi Kimia Unimal 5 : 2 (November 2016) 8-18
ArdiyatiA. T., Mudjiono, G. dan Himawan T. 2015. Uji Patogenisitas Jamur
Entomopatogen Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin pada Jangkrik
(Gryllus sp.) (Orthoptera: Gryllidae)Jurnal HPT, Vol. 3: 43- 51.
Asmaliyah A. I. dan Darwiati W. 2012. Identifikasi dan Potensi Kerusakan Rayap
Pada Tanaman Tembesu di Kebun Percobaanway Hanakau, Lampung Utara.
Jurnal Penelitian hutan Tanaman, Vol. 9.:187-194.
Astuti,andjar. 2018. SINERGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
MELALUI SISTEM PENGENDALIAN HAMA TERPADU (KASUS PADA
USAHATANI BAWANG MERAH). Jurnal Agribisnis Terpadu, Juni 2018
Vol. 11 No. 1
Borror, D.J. 2005. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi ke-6. Terjemahan S.
Partosoedjono. UGM Press, Yogyakarta.
Fitriyani, J. 2005. Performa jangkrik kalung (Gryllus bimaculatus) pada kandang
dengan atau tanpa pengolesan lumpur dan dengan atau tanpa penyekatan.
Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut pertanian bogor
Frank JH., Vicente NE., dan Leppla NC. 2007. A History of Mole Crickets
(Orthoptera: Gryllotalpidae) in Puerto Rico. Center for Systematic Entomology
Inc. USA.
Konar, A, Paus, S, Basu, A, & Chittri, 2005, ‘Integrated management of mole
cricket attacking potato in costern gangetic plains West Bengal’, Potato
Journal, vol. 32, issue 3 and 4, pp. 250.
Muhammad, AS. 2015.Cerdas Budi Daya Jangkrik. Penerbit Pustaka Baru Press.
Yogyakarta
Nik,nikolas dkk. 2016. Identifikasi hama dan aplikasi biointeksida pada belalang
kembara model pengendalian hama terpadu pada tanaman sorgum
Rosmini dan Lasmini, S. A. 2010. Identifikasi cendawan entomopatogen lokal dan
tingkat patogenitasnya terhadap hama wereng hijau (Nephotettix virescens
Distant.) vektor virus tungro pada tanaman padi sawah di Kabupaten
Donggala. Agroland 17(3): 205-212.
Ruswandi.2005. inventarisasi dan identifikasi daerah serangan OPT Utama.
Laporan perjalanan dinas,31 maret -2 april 2005
Saha, H.K., Sarkar, A. and Haldar, P. 2011. Effects of Antrophogenic
Disturbance on the Diversity and Composition of the Acridid Fauna of Sites
in the Dry Deciduous Forest of West Bengal, India. Jornal of Biodiversity and
Ecological Science. No 1. Issue 4. 313- 320.
Sembel, D. T. (2010). Pengendalian Hayati Hama-Hama Serangga Tropis dan
Gulma. Graha Ilmu. Andy. Yogyakarta
Setiawati. 2004. Pengaruh insektisida karbofuran terhadap kerusakan dan
kehilangan hasil kentang serangan gryllotalpa sp
Solikhin dan purnomo. 2020. POPULASI ORONG-ORONG (Gryllotalpa spp.)
DAN KERUSAKAN TANAMAN PADI MUSIM TANAM GADU DI
PUNGGUR, LAMPUNG TENGAH. J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993
Vol. 8, No. 2: 401 - 407, Mei 2020

Sudarsono.2013. jurnal hama dan penyakit tumbuhan tropika vol. 3 no 2 51-56


(2013)
Tannock, J & Wessel, CL 2003, ‘Determination of carbofuran residues and
metabolits in plant material’, Pestic. Sci., vol. 25, pp. 238-43.
Widiyaningrum, P. 2009. Pertumbuhan Tiga Spesies Jangkrik Local yang
Dibudidaya kan Pada Padat Penebarandan Jenis Pakan Berbeda. Berk. Penel.
Hayati, 14: 173–177

Anda mungkin juga menyukai