Anda di halaman 1dari 26

Makalah Ekologi Tumbuhan

KEANEKARAGAMAN HAYATI
DISUSUN OLEH:

Rita Harpida 140207184

Desi Sartika Putri 140207193

Nursalbiah 140207153

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN BIOLOGI
2017

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga makalah ini dapat
diselesaikan. Shalawat beserta salam kami sanjung sajikan kepangkuan Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan
kealam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Syukur kepada Allah SWT yang
memberikan kami kesehatan untuk dapat menyusun makalah ini.

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih Dosen


pengasuh mata kuliah ekologi tumbuhan yang telah membimbing kami dalam
pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan-kekurangan maupun kesalahan yang tidak disengaja.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Banda Aceh, 4 Mei 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...............................................................................................
i

DAFTAR ISI ............................................................................................................


ii

PENDAHULUAN.....................................................................................................
1

A. LATAR BELAKANG....................................................................
.....................................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH...............................................................
.....................................................................................................2

C. TUJUAN PEMBAHASAN...........................................................
.....................................................................................................2

PEMBAHASAN.......................................................................................................
3

A. PENGERTIAN KEANEKARAGAMAN.....................................
.....................................................................................................3

B. KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PADA HUTAN HUJAN


TROPIS............................................................................................
........................................................................................................4

iii
C. MANFAAT DAN FUNGSI KEANEKARAGAMAN HAYATI.....
.......................................................................................................9

D. UPAYA PELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI............


........................................................................................................14

E. UPAYA PELESTARIAN EKOSISTEM............................................


........................................................................................................16

F. UPAYA PELESTARIAN PLASMA NUTFAH..................................


........................................................................................................18

PENUTUP ................................................................................................................
20

KESIMPULAN........................................................................................
...................................................................................................20

DAFTAR PUSAKA................................................................................
...................................................................................................21

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kita ketahui bahwa Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang
memiliki keaneka ragaman hayati tertinggi didunia. Di dunia ini tidak ada dua
individu yang benar-benar sama. Setiap individu memiliki ciri-ciri khusus yang
berbeda sehingga menunjukkan adanya keanekaragaman makhluk hidup di Bumi
ini. Kekhasanan dan tingginya tingkat keanekaragaman makhluk hidup sangat
bermanfaat untuk kelangsungan hidup umat manusia. Keanekaragaman makhluk
hidup yang ada di Bumi ini disebut sebagai keanekaragaman hayati.

Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme


yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu
daerah. Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi
bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan,
baik tingkatan gen, tingkatan spesies, maupun tingkatan ekosistem. Gampangnya,
keanekaragaman hayati adalah semua jenis perbedaan antar mahkluk hidup.

Definisi yang lain menyatakan bahwa biodiversitas sebagai diversitas


kehidupan dalam semua bentuknya, dan pada semua level organisasi. Dalam
semua bentuknya menyatakan bahwa biodiversitas mencakup tumbuhan,
binatang, jamur, bakteri dam mikroorganisme yang lain. Semua level organisasi
menunjukkan bahwa biodiversitas mengacu pada diversitas gen, speses dan
ekosistem.

Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup


yangmenunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah.
Adadua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor
luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap
morfologiorganisme. Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap
morfologi organisme. Keanekaragaman hayati dapat terbentuk karena adanya

1
keseragaman dan keanekaragaman untuk sifat atau ciri makhluk hidup.
Keanekaragam hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan. Saat ini
tekanan terhadap keanekaragaman hayati makin tinggi. Kemajuan tekhnologi
telah mengubah fungsi berbagai flora dan fauna sebagai hasil hutan. Akibatnya
dimasa mendatang diramalkan degradasi lingkungan makin tinggi. Oleh karena itu
keaekaragaman hayati perlu dilestarikan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian keanekaragaman hayati?
2. Bagaimana keanekaragaman hayati pada hutan hujan tropis ?
3. Apa fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati?
4. Upaya apa saja untuk melestarikan keanekaragaman hayati ?
5. Upaya apa saja untuk melestarikan ekosistem ?
6. Upaya apa saja untuk melestarikan plasma nutfah ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui pengertian keanekaragaman hayati.
2. Untuk mengetahui keanekaragaman hayati pada hutan hujan tropis.
3. Untuk mengetahui fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati.
4. Untuk mengetahui upaya pelestarian keanekaragaman hayati.
5. Untuk mengetahui upaya untuk pelestarian ekosistem.
6. Untuk mengetahui upaya pelestarikan plasma nutfah.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEANEKARAGAMAN

2
Menurut UU No. 5 Tahun 1994, keanekaragamana hayati adalah
keanekaragaman diantara mahluk hidup dari semua sumber termasuk di antaranya
daratan, lautan, dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologi yang
merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam
spesies, antara spesies dengan ekosistem.

Keanekaragaman hayati atau biodiversity, adalah semua kehidupan di atas


bumi ini baik tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme, serta berbagai materi
genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di mana mereka
hidup. Termasuk didalamnya kelimpahan dan keanekaragaman genetik relatif dari
organisme-organisme yang berasal dari semua habitat baik yang ada di darat, laut
maupun sistem-sistem perairan lainnya.

Keanekaragaman hayati menyangkut keunikan suatu spesies dan genetik di


mana mahluk hidup tersebut berada.Jadi, keanekaragaman hayati adalah segala
keanekaragaman mahluk hidup yang bersifat unik baik didaratan maupun lautan
yang meliputi perbedaan gen, spesies dan ekosistem.

Keanekaragaman genetik merupakan variasi genetik dalam satu spesies baik


di antara populasi-populasi yang terpisah secara geografik maupun di antara
individu-individu dalam satu populasi. Jadi keanekaragaman genetik adalah
variasi atau perbedaan dalam satu spesies.

Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies yang ditemukan di


bumi, termasuk bakteri dan protista serta spesies dari kingdom bersel banyak
(tumbuhan, jamur, hewan, yang bersel banyak atau multiseluler). Spesies dapat
diartikan sebagai sekelompok individu yang menunjukkan beberapa karakteristik
penting berbeda dari kelompok-kelompok lain baik secara morfologi, fisiologi
atau biokimia.Jadi, keanekaragaman spesies adalah variasi, bentuk, penampakan,
dan frekuensi antara spesies yang satu dan spesies yang lain.

Keanekaragaman ekosistem merupakan komunitas biologi yang berbeda


serta asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem) masing masing. Jadi,
keanekaragaman ekosistem adalah bentuk interaksi atau hubungan timbal balik

3
mahluk hidup yang satu dengan makhluk hidup yang lain dan antara mahluk
hidup dengan lingkunganya.

B. KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PADA HUTAN HUJAN TROPIS

Hutan hujan tropis adalah hutan yang memiliki keanekaragaman tumbuhan


yang sangat tinggi, atau hutan dengan pohon-pohon yang tinggi, iklim yang
lembab, dan curah hujan yang tinggi. Sifat tanah hutan hujan tropis adalah miskin
hara sehingga tidak mampu mendukung produktivitas tumbuhan yang sangat
tinggi. Produktivitas yang sangat tinggi pada kawasan ini terjadi karena ekosistem
hutan hujan tropis memiliki sistem daur hara yang sangat ketat, tahan kebocoran,
dan berlangsung cepat.

Tumbuhan penyusun dari hutan hujan ini dapat berganti daun-daunya setiap
tahunnya secara individual. Namun demikian tidak terdapat perubahan musiman
yang teratur dan tidak juga berpengaruh terhadap seluruh vegetasi yang ada.
Sepanjang tahun terjadi pembungaan dan pembentukkan buah, meskipun ada
kecenderungan setiap tumbuhannya memiliki musim pembuahan pada waktu-
waktu tertentu dan tidak sama untuk masing- masing jenis tumbuhan. Proses
demikian disebut dengan gejalacauliflory (berbunga dan berbuah pada batang atau
dahan-dahan yang telah tua dan tidak berdaun lagi). Proses dan siklus yang
demikian itu merupakan gejala yang sangat umum dalam wilayah hutan hujan
tropis. 1

Tumbuhan utama penyusun hutan hujan tropis yang basah (lembab),


biasanya terdiri atas tujuh kelompok utama, yaitu:

1. Pohon-pohon Hutan

Pohon-pohon ini merupakan komponen struktural utama, kadang-kadang


untuk mudahnya dinamakan atap atau tajuk (canopy). Kanopi ini terdiri dari
tiga tingkatan, dan masing-masing tingkatan ditandai dengan jenis pohon

1
Zaenuddin, Pengantar Ekologi. (Remadja Karya CV ; Bandung, 2008), hal.8.

4
yang berbeda. Tingkatan A merupakan tingakatan tumbuhan yang menjulang
tinggi, dengan ketinggian lebih dari 30 meter. Pohon-pohonnya dicirikan
dengan jarak antar pohon yang agak berjauhan dan jarang merupakan suatu
lapisan kanopi yang bersambung. Tingkatan B merupakan tumbuhan dengan
ketinggian antara 15-30 meter. Kanopi pada tingkatan ini merupakan tajuk-
tajuk pohon yang bersifat kontinu (bersambung) dan membentuk sebuah
massa yang dapat disebut sebagai sebuahatap (kanopi). Sedangkan tingkatan
C merupakan tumbuhan dengan ketinggian antara 5-15 meter. Tingkatan ini
dicirikan dengan bentuk pohon yang kecil dan langsing, serta memiliki tajuk
yang sempit meruncing. Tingkatan-tingkatan kanopi hutan hujan tropis
sebenarnya sukar sekali dtentukan secara pasti. Hal ini disebabkan oleh
ketinggian pohon yang tidak seragam seperti telah disebutkan dalam
pembagian tingkatan di atas. Pengamatan tingkatan kanopi di atas hanyalah
bersifat kausal saja.

2. Terna

Pada bagian hutan yang kanopinya tidak begitu rapat, memungkinkan


sinar matahari dapat tembus hingga ke lantai hutan. Pada bagian ini banyak
tumbuh dan berkembang vegetasi tanah yang berwarna hijau yang tidak
bergantung pada bantuan dari luar. Tumbuhan yang demikian hidup dalah
iklim yang lembab dan cenderung bersifat terna seperti paku-pakuan dan
paku lumut (Selagenella spp.) dengan bagian dindingnya sebagian besar
terdiri dari tumbuhan berkayu. Terna dapat membentuk lapisan tersendiri,
yaitu lapisan semak-semak (D), terdiri dari tumbuhan berkayu agak tinggi.
Lapisan kedua yaitu semai-semai pohon (E) yang dapat mencapai ketinggian
2 meter.

Lapisan semak-semak sering mencakup beberapa terna besar


sepertiScitamineae (pisang, jahe, dll.) yang tingginya dapat melebihi 5 meter.
Meskipun kondisi iklim mikronya panas dan lembab, namun perkembangan

5
terna dalam wilayah hutan hujan tropis kurang baik. Hal ini disebabkan
kurangnya pencahayaan matahari untuk membantu proses fotosintesisnya.
Persebaran terna yang baik terdapat pada wilayah terbuka dengan air yang
cukup melimpah atau pada tebing-tebing terjal, dimana sinar matahari leluasa
mencapai lantai hutan.

6
3. Tumbuhan Pemanjat

Tumbuhan ini bergantung dan menunjang pada tumbuhan utama dan


memberikan hiasan utama pada hutan hujan tropis. Tumbuhan pemanjat ini
lebih dikenal dengan sebutanLiana. Tumbuhan ini dapat tumbuh baik, besar
dan banyak, sehingga mampu memberikan salah satu sifat yang paling
mengesankan dari hutan hujan tropis. Tumbuhan ini dapat berbentuk tipis
seperti kawat atau berbentuk besar sebesar paha orang dewasa. Tumbuhan ini
seperti menghilang di dalam kerimbunan dedaunan atau bergantungan dalam
bentuk simpul-simpul tali raksasa (ingat dalam film Tarzan, the Adventure).
Sering pula tumbuhan ini tumbuh di percabangan pohon-pohon besar.
Beberapa diantaranya dapat mencapai panjang sampai 200 meter.

4. Epifita

Tumbuhan ini tumbuh melekat pada batang, cabang atau pada daun-daun
pohon, semak, dan liana. Tumbuhan ini hidup diakibatkan oleh kebutuhan
akan cahaya matahari yang cukup tinggi. Beberapa dari tipe ini hidup di atas
tanah pada pohon- pohon yang telah mati. Tumbuhan ini pada umumnya tidak
menimbulkan pengaruh buruk terhadap inang yang menunjangnya.
Tumbuhan ini pun hanya memainkan peran yang kurang berarti dalam
ekonomi hutan.

Namun demikian, epfita memainkan peranan penting dalam ekosistem


sebagai habitat bagi hewan. Epifit pun memainkan peranan penting dan
sangat menarik untuk menunjukkan adaptasi struktural terhadap habitatnya.
Jumlah jenisnya lebih beraneka ragam, biasanya melibatkan kekayaan jenis-
jenis tumbuhan spora, baik dari golongan yang rendah maupun paku-pakuan
dan tumbuhan berbunga termasuk diantaranya semak-semak. Kehadiran epifit
dalam ukuran yang luas lagi digunakan untuk membedakan antara hutan
hujan tropis dengan komunitas hutan di daerah iklim sedang.

7
5. Pencekik Pohon

Tumbuhan pencekik memulai kehidupannya sebagai epifita, tetapi


kemudian akar- akarnya menancap ke tanah dan tidak menggantung lagi pada
inangnya. Tumbuhan ini sering membunuh pohon yang semula membantu
menjadi inangnya. Tumbuhan pencekik yang paling banyak dikenal dan
melimpah jumlahnya, baik dari segi jenis ataupun populasinya, adalahFircus
spp. yang memainkan peranan penting baik dalam ekonomi maupun
fisiognomi hutan hujan tropis. Biji-biji dari tumbuhan pencekik ini
berkecambah diantara dahan-dahan pohon besar yang tinggi atau semak yang
merupakan inangnya. Pada stadium ini tumbuhan pencekik masih berupa
epifit, namun akar-akarnya bercabang-cabang dan menujam ke bawah melalui
batang- batang inangnya hingga mencapai tanah. Kemudian batang-batang
pohon itu tertutup dan terjalin oleh akar-akar tumbuhan pencekik dengan
sangat kuat. Setelah beberapa waktu tertentu inang pohon pun akan mati dan
membusuk meninggalkan pencekiknya. Sementara itu tajuk tumbuhan
pencekik menjadi besar dan lebat.

6. Saprofita

Tipe tumbuhan ini mendapatkan zat haranya dari bahan organik yang
telah mati bersama-sama denganparasit-parasit. Tumbuhan ini merupakan
komponen heterotrof yang tidak berwarna hijau di hutan hujan tropis. Jenis
tumbuhan ini terdiri atas cendawan atau jamur (fungi), dan bakteri.
Tumbuhan ini dapat membantu terjadinya penguraian organik, terutama yang
hidup di dekat permukaan lantai hutan. Namun beberapa jenis anggrek
tertentu, suku Burmanniaceae dan Gentianaceae, jenis-jenis Triuridaceae dan
Balanophoraceae yang sedikit mengandung klorofil dapat hidup dengan cara
saprofit yang sama. Tumbuhan ini banyak ditemukan pada lantai hutan yang
memiliki rontokkan daun-daun yang cukup tebal dan terjadi pembusukkan
yang nyata. Tumpukan dedaunan tersebut dapat dijumpai pada rongga-rongga
atau sudut-sudut diantara akar-akar banir pohon-pohon.

8
7. Parasit

Jenis tumbuhan ini biasanya mengambil unsur hara dari pohon inangnya
untuk kelangsungan hidupnya. Tumbuhan ini hidupnya hanya untuk
merugikan tumbuhan inangnya. Tumbuhan ini dapat berupa cendawan dan
bakteria yang digolongkan dalam 2 sinusia penting. Pertama adalah parasit
akar yang tumbuh di atas tanah dan yang kedua adalah setengah parasit
(hemiparasit) yang tumbuh seperti epifita di atas pohon. Parasit akar
jumlahnya sangat sedikit dan tidak seberapa penting artinya, namun bila
dikaji secara mendalam akan sangat menarik sekali. Hemiparasit yang
bersifat seperti epifit jenisnya sangat banyak sekali dan jumlahnyanya pun
melimpah ruah serta banyak dijumpai di seluruh hutan hujan tropis.
Kebanyakan hemiparasit adalah dari suku benalu (Loranthaceae).2

C. MANFAAT DAN FUNGSI KEANEKARAGAMAN HAYATI

Keanekaragaman Hayati Indonesia merupakan anugerah terbesar dati Tuhan


Yang Maha Kuasa. Keanekaragaman hayati memiliki beberapa fungsi, yaitu
sebagai berikut.

1. Nilai Ekonomi Keanekaragaman Hayati

Nilai ekonomi keanekaragaman hayati merupakan nilai kemanfaatan dari


berbagai sumber hayati yang dapat menghasilkan keuntungan bagi penggunaanya,
yaitu dapat di perjual belikan. Keanekaragaman hayati yang memiliki nilai
ekonomi antara lain sebagai bahan pangan, obat-obatan, kosmetik, sandang,
papan, dan memiliki aspek budaya.

Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan pangan.

Keanekaragaman hayati di jadikan sebagai makanan pokok yang di


konsumsi oleh manusia misalnya dari tumbuhan yaitu padi,

2
Ardiananda, Forest Ecology. (Gadjah Mada; Jogjakarta, 2008), hal.12.

9
jangung, singkong, ubi jalar, talas kentang, sorgum dan lain lain
sedangkan dari hewan misalnya daging sapi, daging ayam, ikan
laut dan telur.
Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan obat-obatan

Keanekaragaman hayati yang berasal dari tumbuhan sebagai


sumber obat-obatan, misalnya : mengkudu untuk menurunkan
tekanan darah tinggi, kina untuk obat malaria, buah merah untuk
mengobati kanker, kolesterol tinggi, dan diabetes. Sedangkan yang
berasal dari hewan contohnya madu lebah dimanfaatkan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh, dan bagian daging dan lemak ular
dipercaya dapat mengobati penyakit kulit
Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan kosmetik

Beberapa tumbuhan digunakan untuk kosmetika, antara lain


sebagai berikut misalnya : Bunga mawar, melati, cendana,
kenanga, dan kemuning dimanfaatkan untuk wewangian (parfum).
Kemuning, bengkoang, alpukat, dan beras digunakan sebagai lulur
tradisional untuk menghaluskan kulit. Sedangkan urang aring,
mangkokan, pandan, minyak kelapa, dan lidah buaya digunakan
untuk pelumas dan penghitam rambut.
Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan sandang

Keanekaragaman hayati yang dijadikan sumber sandang,


misalnya : rami, kapas, pisang hutan atau abaca, dan jute,
dimanfaatkan seratnya untuk membuat kain atau bahan pakaian,
ulat sutera untuk membuat kain sutera yang memiliki nilai
ekonomi sangat tinggi, kulit sapi dan kambing untuk membuat
jaket, bulu burung untuk membuat aksesoris pakaian.
Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan papan

10
Sebagai bahan papan, keanekaragaman hayati dimanfaatkan untuk
membuat rumah dan sejenisnya misalnya kayu jati, kelapa, nangka,
meranti keruing, rasamala, ulin dan bambu dimanfaatkan kayunya
untuk membuat jendela, pintu, tiang dan atap rumah.
Keanekaragaman hayati sebagai aspek budaya

Beberapa upacara ritual keagamaan dan kepercayaan antara lain :


Budaya nyeka (ziarah kubur) pada masyarakat jawa menggunakan
bunga mawar, kenanga, kuntil, dan melati. Umat islam
menggunakan heawan ternak seperti sapi, kambing dan kerbau
pada hari qurban. Upacara ngaben di Bali menggunakan 39 jenis
tumbuhan yang mengandung minyak atsiri yang berbau harum,
antara lain kenanga, melati, cempaka, pandan, sirih, dan cendana.

2. Nilai Pendidikan Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati dapat menambah pemahaman dan pengetahuan


manusia. Pemanfaatan hewan dan tumbuhan digunakan untuk bahan percobaan
untuk kedokteran dan eksperimen eksperimen tertentu.
3. Nilai Ekologi Keanekaragaman Hayati

Nilai ekologi dari keanekaragaman hayati, antar lain sebagai perlindungan


terhadap kerusakan lahan karena akar tanaman akan melindungi tanah dari
kerusakan, pengikisan, menyerap air hujan sehingga tidak terjadi banjir atau tanah
longsor.

Untuk pelestarian lingkungan keanekaragaman merupakan sumber daya alam


hayati karena;

a. Merupakan bagian dari mata rantai tatanan lingkungan atau ekosistem.


b. Mampu merangkai satu unsur dengan unsur tatanan lingkungan yang
lainnya.

11
c. Dapat menunjang tatanan lingkungan itu sehingga menjadikan lingkungan
alam ini suatu lingkungan hidup yang memeberikan kebutuhan makhluk
hidupnya. 3

3
Zoeraini djamal, Prinsip-prinsip Ekologi, (Jakarta; Bumi Aksara, 2012), hal.184-185

12
Faktor Penyebab Menghilangnya Keanekaragaman Hayati

Menghilangnya kanekaragaman hayati di suatu wilayah dapat disebabkan


oleh beberapa faktor berikut ini :

1. Hilangnya Habitat

Daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature)


menunjukkan bahwa hilangnya habitat yang diakibatkan manajemen pertanian
dan hutan yang tidak berkelanjutan menjadi penyebab terbesar hilangnya
kenaekaragaman hayati. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan semakin
bertambah pula kebutuhan yang harus dipenuhi. Lahan yang tersedia untuk
kehidupan tumbuhan dan hewan semakin sempit karena digunakan untuk tempat
tinggal penduduk, dibabat untuk digunakan sebai lahan pertanian atau dijadikan
lahan industri.

2. Pencemaran Tanah, Udara, dan Air

Zat pencemar (polutan) adalah produk buangan yang dihasilkan dari


aktivitas manusia. Polutan tersebut dapat mencemari air, tanah, dan udara.
Beberapa polutan berbahaya bagi organisme misalnya, nitrogen dan sulfur oksida
yang dihasilkan dari kendaraan bermotor jika bereaksi dengan air akan
membentuk hujan asam yang merusak ekosistem. Pembuangan
chlorofluorocarbon (CFC) yang berlebihan menyebabkan lapisan ozon di atmosfer
berlubang. Akibatnya intensitas sinar ultraviolet yang masuk ke bumi meningkat
dan menyebabkan banyak masalah, antara lain berkurangnya biomassa
fitoplankton di lautan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan rantai
makanan organisme.

3. Perubahan Iklim

Salah satu penyebab perubahan iklim adalah pencemaran udara oleh gas
karbon dioksida (CO2) yang menimbulkan efek rumah kaca. Menurut Raven
(1995), efek rumah kaca meningkatkan suhu udara 1-30C dalam kurn waktu 100
tahun. Kenaikan suhu tersebut menyebabkan pencairan es di kutub dan kenaikan

13
permukaan air laut sekitar 1-2 m yang berakibat terjadinya perubahan struktur dan
fungsi ekosistem lautan.

4. Eksploitasi Tanaman dan Hewan

Eksploitasi Hewan dan tumbuhan secara besar-besaran biasanya dilakukan


terhadap komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi, misalnya kayu hutan
yang digunakan untuk bahan bangunan dan ikan tuna sirip kuning yang harganya
mahal dan banyak diminati oleh pencinta makanan laut. Eksploitasi yang
berlebihan dapat menyebabkan kepunahan spesies-spesies tertentu, apalagi bila
tidak diimbangi dengan usaha pengembangbiakannya.

5. Masuknya Spesies Pendatang

Masuknya spesies dari luar ke suatu daerah seringkali mendesak spesies


lokal yang sebenarnya merupakan spesies penting dan langka di daerah tersebut.
Beberapa spesies asing tersebut dapat menjadi spesies invasif yang menguasai
ekosistem. Industrilisasi Pertanian dan Hutan

Para petani cendrung menanam tumbuhan dan memelihara hewan yang


bersifat unggul dan menguntungkan, sedangkan tumbuhan dan hewan yang
kurang unggul dan kurang menguntungkan akan disingkirkan. Selain itu, suatu
lahan pertanian atau hutan industri umumnya hanya ditanami satu jeis tanaman
(monokultur) misalnya teh, karet, dan kopi. Hal ini dapat menurunkan
keanekaragaman hayati tingkat spesies.4

4
Supardi, Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. (Bandung : Alumni, 1994), hal, 65-68.

14
D. UPAYA PELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
1. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati

Menurunnya keanekaragaman hayati menyebabkan semakin sedikit pula


manfaat yang dapat diperoleh manusia. Penurunan keanekaragaman hayati dapat
dicegah dengan melakukan pelestarian (konservasi) keanekaragaman hayati.
Konservasi keanekaragaman hayati memiliki beberapa tujuan, antara lain
sebagai berikut :

Menjamin kelestarian fungsi ekosistem sebagai penyangga kehidupan;


Mencegah kepunahan spesies yang disebabkan oleh kerusakan habitat
dan pemanfaatan yang tidak terkendali;
Menyediakan sumber plasma nuftah untuk mendukung pengembangan
dan budidaya tanaman pangan, obat-obatan, maupun hewan ternak.

Konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia diatur oleh UU No. 5


tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya dan UU No. 23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan tiga azas, yaitu tanggung jawab,
berkelanjutan, dan bermanfaat.
Pelestarian sumber daya alam hayati harus dilakukan secara terpadu dan
melibatkan banyak pihak. Beikut ini akan dijelaskan dua jenis pelestarian yaitu
pelestarian secara In Situ dan Pelestarian Ek Situ.
a) Pelestarian Secara In Situ

Pelestarian secara in situ artinya pelestarian sumber daya alam hayati yang
dilakukan di habitat asalnya. Contohnya, bunga Rafflesia arnoldi di Bengkulu,
badak jawa di Ujung Kulon, dan komodo di Pulau Komodo. Yang termasuk
pelestarian sumber daya alam hayati secara in situ yaitu :

Perlindungan alam ketat, yaitu perlindungan alam yang membiarkan


alam berkembang secara alamiah.
Perlindungan alam terbimbing, yaitu perlindungan alam yang dibina oleh
para ahli.

15
Perlindungan geologi, yaitu perlindungan terhadap formasi geologi
(tanah).
Perlindungan alam zoologi, yaitu perlindungan terhadap hewan langka
dan hampir punah serta perkembangbiakannya.
Perlindungan alam botani, yaitu perlindungan terhadap tumbuhan.
Taman nasional, digunakan sebagai tempat rekreasi.
Perlindungan pemandangan alam berupa danau dan air terjun.
Perlindungan monumen alam berupa perlindungan terhadap benda benda
alam yang terpencil.
Perlindungan suaka margasatwa, yaitu perlindungan hewan dari
perburuan.

b) Pelestarian Secara Ek Situ

Pelestarian secara ek situ artinya pelestarian sumber daya alam hayati yang
dilakukan di luar habitat asalnya atau dipelihara di tempat lain. Pelestarian
secara ek situ ada beberapa macam, misalnya kebun koleksi, kebun plasma
nuftah, dan kebun raya.5

Tujuh bidang yang digunakan untuk melestarikan keanekaragaman hayati


yaitu:

Mengurangi laju kemerosotan komponen keragaman hayati.


Pemanfaatan sumberdaya harus secara berkelanjutan.
memberikan perhatian pada gangguan dari spesies asing yang menggeser
spesies asli, iklim yang tidak menentu, pencemaran, dan perubahan
peruntukan habitat.
integritas ekosistem dan penyediaan barang dan jasa dari
keanekaragaman hayati dalam ekosistem harus dipertahankan.
melindungi pengetahuan, inovasi, dan praktek-praktek tradisional.
menjamin pembagian keuntungan secara adil dan merata yang dihasilkan
dari pemanfaatan sumberdaya genetik.

5
Mochamad Indrawan, Biologi Konservasi. Jakarta ; Yayasan Obor Indonesia, 2007), hal.
70-74

16
memobilisasi sumber-sumber dana dan teknis untuk pelaksanaan
konvensi keanekaragaman hayati.6

E.UPAYA PELESTARIAN EKOSISTEM


a) Pengertian Pelestarian Ekosistem Flora dan Fauna

Pengertian Pelestarian Ekosistem Flora dan Fauna adalah menjaga secara


utuh Flora dan Fauna agar tidak punah. Melestarikan Ekosistem Flora dan
Fauna dengan cara upaya upaya tertentu yang bisa melakukan pencegahan
punah nya flora dan fauna. Dengan melestarikan ekosistem flora dan fauna kita
memperoleh manfaat manfaat yang sangat menguntungkan bagi alam dan
makhluk hidup lainnya.

Beberapa jenis flora dan fauna kini semakin sulit ditemui karena banyak
diburu untuk tujuan tertentu (dimakan, untuk obat, perhiasan) maupun tempat
hidupnya dirusak manusia misalnya unntuk dijadikan lahan pertanian,
perumahan, industri, dan sebagainya. Flora dan fauna yang jumlahnya sangat
terbatas tersebut dinyatakan sebagai flora dan fauna langka. Untuk mencegah
semakin punahnya flora dan fauna ini maka dilakukan upaya-upaya sebagai
berikut:

1. Ditetapkan tempat perlindungan bagi flora dan fauna agar


perkembangbiakannya tidak terganggu. Tempat-tempat perlindungan ini
berupa cagar alam bagi flora dan suaka margasatwa bagi fauna.
2. Membangun beberapa pusat rehabilitasi dan tempat-tempat penangkaran
bagi hewan-hewan tertentu, seperti:
Pusat rehabilitasi orang utan di Bohorok dan Tanjung Putting di
Sumatera
Daerah hutan Wanariset Samboja di Kutai, Kalimantan Timur.
Pusat rehabilitasi babi rusa dan anoa di Sulawesi.
3. Pembangunan yang berwawasan lingkungan, berarti pembangunan harus
memperhatikan keseimbangan yang sehat antara manusia dengan
lingkungannya.

6
Sutoyo, Keanekaragaman Hayati Indonesia Suatu Tinjauan : Masalah Dan
Pemecahannya Jurnal Buana Sains,Vol. 10, No 2, 2010, hal.105.

17
4. Menetapkan beberapa jenis tumbuhan dan hewan yang perlu dilindungi
5. Melakukan usaha pelestarian hutan, antara lain:
mencegah pencurian kayu dan penebangan hutan secara liar.
perbaikan kondisi lingkungan hutan.
menanam kembali di tempat tumbuhan yang pohonnya di tebang.
sistem tebang pilih.
6. Melakukan usaha pelestarian biota dan bioma perairan.

b) Proses Pelestarian Ekosistem Flora dan Fauna ada 2 cara yaitu :

1. Pelestarian In Situ

Pelestarian in situ adalah pelestarian yang dilakukan pada tempat asli


hewan atau tumbuhan tersebut berada. Contoh pelestarian in situ adalah suaka
margasatwa, hutan lindung, dan taman nasional.

2. Pelestarian Ex Situ

Pelestarian ex situ adalah pelestarian yang dilakukan di luar tempat tinggal


aslinya. Hal itu dilakukan karena hewan dan tumbuhan kehilangan tempat
tinggal aslinya. Selain itu, pelestarian ex situ dilakukan sebagai upaya
rehabilitasi, penangkaran, dan pembiakan hewan maupun tumbuhan langka.
Contoh pelestarian ex situ antara lain kebun botani, Taman Safari, kebun
binatang, dan penangkaran.7

F. UPAYA PELESTARIAN PLASMA NUTFAH


a) Pengertian Plasma Nutfah

Plasma nutfah adalah substansi pembawa sifat keturunan yang dapat


berupa organ utuh atau bagian dari tumbuhan atau hewan
serta mikroorganisme. Atau bisa juga substansi yang terdapat dalam setiap
makhluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat
dimanfaatkan dan dikembangkan atau ditarik untuk menciptakan jenis unggul
atau kultivar baru.

7
Evi kurniasari, Pelestarian Ekosistem Flora Dan Fauna (Konservasi Hewan Dan
Tumbuhan), jurnal Pelestarian, Vol.2, No.1 (2014), hal, 34-35

18
Pelestarian plasma nutfah mempunyai arti suatu cara atau proses kerja
untuk melestarikan atau menjaga keberadaan plasma nutfah untuk tetap
seperti sediakala. Pada dasarnya kegiatan pelestarian plasama nutfah sudah
banyak dilakukan oleh manusia antara lain di Sektor Kehutanan dengan
terbentuknya Taman Nasional Kerinci Sebelat di daerah Kerinci, Taman
Hutan Rawa Berbak di daerah Tanjung Jabung Timur, Kawasan Konservasi
Penyu di Ujung Genteng daerah Sukabumi.

Menurut para ahli pada prinsipnya pelestarian plasma nutfah dapat


dilakukan dengan dua cara yaitu in-situ dan ex-situ. Secara in-situ dapat
diartikan bahwa kegiatan pelestarian dilakukan di tempat asalnya atau
habitatnya, sedangkan ex-situ dilakukan diluar habitatnya atau tempat yang
baru.8

8
Maskur, Program Pelestarian Plasma Nutfah Ikan-Ikan Perairan Umum jurnal Program
Pelestarian Plasma, Vol.01, No.03 (2002), hal.140.

19
Upaya pelestarian plasma nutfah bisa juga dilakukan dengan :

Konservasi in-situ

Konservasi in-situ yaitu konservasi didalam kawasan suaka alam dan


kawasan pelestarian alam.
konvensional ataupun modern/bioteknologi.

Kedua cara ini membutuhkan tindakan yang cermat karena sudah barang
tentu terdapat kelebihan dan kekuranganya.
Konservasi ex-situ

Konservasi ex-situ merupakan metode konservasi yang mengkonservasi


spesies diluar distribusi alami dari populasi aslinya. Konservasi ini
merupakan proses melindungi spesies tumbuhan dan hewan langka dengan
mengambilnya dari habitat yang tidak aman atau terancam dan
menempatkannya di bawah perlindungan manusia.

20
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Keanekaragaman hayati atau biodiversity, adalah semua kehidupan di atas


bumi ini baik tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme, serta berbagai
materi genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di
mana mereka hidup.
2. Ekosistem hutan hujan tropis memiliki sistem daur hara yang sangat ketat,
tahan kebocoran, dan berlangsung cepat.
3. Nilai ekologi dari keanekaragaman hayati, antar lain sebagai perlindungan
terhadap kerusakan lahan karena akar tanaman akan melindungi tanah dari
kerusakan, pengikisan, menyerap air hujan sehingga tidak terjadi banjir atau
tanah longsor.
4. Pelestarian sumber daya alam hayati harus dilakukan secara terpadu dan
melibatkan banyak pihak, yaitu pelestarian secara In Situ dan Pelestarian Ek
Situ.
5. Ditetapkan tempat perlindungan bagi flora dan fauna agar
perkembangbiakannya tidak terganggu. Tempat-tempat perlindungan ini
berupa cagar alam bagi flora dan suaka margasatwa bagi fauna.
6. Pelestarian plasma nutfah mempunyai arti suatu cara atau proses kerja untuk
melestarikan atau menjaga keberadaan plasma nutfah untuk tetap seperti
sediakala.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ardiananda. 2008. Forest Ecology. Gadjah Mada; Jogjakarta.

Evi kurniasari. 2014. Pelestarian Ekosistem Flora Dan Fauna (Konservasi Hewan
Dan Tumbuhan), jurnal Pelestarian, Vol.2, No.1.

Maskur. 2002. Program Pelestarian Plasma Nutfah Ikan-Ikan Perairan Umum


Jurnal Program Pelestarian Plasma, Vol.01, No.03.

Mochamad Indrawan. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta ; Yayasan Obor


Indonesia.

Supardi. 1994. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung : Alumni.

Sutoyo. 2010. Keanekaragaman Hayati Indonesia Suatu Tinjauan : Masalah Dan


Pemecahannya Jurnal Buana Sains,Vol. 10, No 2.

Zaenuddin. 2008. Pengantar Ekologi. Remadja Karya CV ; Bandung.

Zoeraini djamal. 2012. Prinsip-prinsip Ekologi, Jakarta; Bumi Aksara.

22

Anda mungkin juga menyukai