Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Pengaruh Tingkat Stress terhadap Penurunan Popolasi Lutung Jawa


(Trachypithecus auratus )

Dosen pengampu: drh. Erdiansyah Rahmi M.Si

Disusun Oleh

Dinda MeilindaBr Sitepu


NPM. 1902101010076
Kelas 3 Ilmu Medik Satwa Liar

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan

Makalah Medik Satwa Liar. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada para

dosen Medik satwa liar yang telah membimbing dan mengajari saya dengan penuh

kesabaran selama perkuliahan. Saya berharap makalah ini dapat menambah

pemahaman dan pengetahuan bagi pembaca.

Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari bahwa hasil makalah ini

masih jauh dari kata sempurna. Sehingga saya selaku penyusun sangat mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dari dosen atau pembaca sekalian. Akhir kata

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk saya dan pembaca.

Banda Aceh, 1 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................... i

Daftar Isi .............................................................................................................. ii

BAB I Pendahuluan ............................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................................. 3

BAB II Tinjauan Pustaka .................................................................................... 4

BAB III Pembahasan ........................................................................................... 7


3.1 Klasifikasi Lutung Jawa ..................................................................... 7
3.2 Moorfologi, Anatomi dan Fisiologi Lutung Jawa ............................. 8
3.3 Tingkah Laku dan Makanan Lutung Jawa……………………….…8
3.4 Habitat Lutung Jawa……………………………………………….....9
3.5 Populasi Lutung Jawa……………………………………………...….10
3.6 Ancaman dan Gangguan yang Dihadapi Lutung Jawa…………….10
3.7 Tingkat Stress yang dialami Lutung Jawa...…………………………10

BAB IV Penutup .................................................................................................. 12


4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 12
4.2 Saran ................................................................................................. 12

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Satwa liar adalah binatang yang hidup di dalam ekosistem alam. Pola
pengelolaan satwa liar telah berkembang dengan pesat, yaitu bukan saja untuk
perlindungan,tetapipemanfaatan yanglestari. Pemanfaatan satwa liar ini meliputi untu
k kegiatan penelitian, pendidikan , pariwisata , rekreasi, bahkan jika memungkinkan
untuk beberapa jenis satwa tertentu dapatdilakukan pemanenan sebagai komoditi
ekspor.Pada kenyataannya satwa liar memiliki nilai dan manfaatyang sangat besar
bagi kehidupan manusia, maka ruang lingkup pengelolaannya pun harusdiperluas
(Ikrar,2011)Jumlah satwa liar pada habitatnya di alam bebas (hutan), merupakan
salah satu bentuk kekayaan dan keanekaragaman (biodiversity) sumberdaya alam
hayati,karena itu perlu dilakukan perlindungan. Untuk dapat melakukan perlindungan
perlu diketahui jumlah dan sebarannya pada habitat satwaliar. Penentuan
jumlah satwaliar tersebut dapatdilakukan dengan berbagai metoda sensus yang
memudahkan kita untuk melakukanestimasi populasinya. Walaupun belum dapat
diketahui jumlahnya secara pasti, namunmetode ini merupakan cara untuk mendata
populasi mendekati jumlah sebenarnya dihabitat hidup satwa liar
(Kurniawan,2007).Air dapat dikatakan sumber dari segala kehidupan, tidak ada
makhluk hidup yangsurvive dalam kehidupan di alam tanpa keberadaan air, termasuk
manusia. Begitu banyakmakhluk hidup yang manggantungkan hidupnya di air, dari
mulai untuk kebutuhanminum sampai sebagai habitat/ tempat hidup. Sebagian besar
makhluk hidupmenggunakan air sebagai habitat hidup, baik mikroflora, mikrofauna
maupunmakrofauna. Dengan demikian tumbuhan aquatic juga disebut tumbuhan
hidrophytic atauhydrophytes adalah tumbuhan yang telah disesuaikan untuk tinggal
di lingkungan perairan. Ekosistem perairan di bagi atas ekosistem air tawar dan
ekosistem air laut.Habitat lutung Jawa meliputi hutan primer, hutan sekunder, hutan
pantai, hutanmangrove maupun hutan hujan tropis. Lutung Jawa memiliki daerah

1
wahyono (2000), daerah jelajahnya berkisar antara 15-23 ha. Hal ini dipengaruhi
oleh jenis pakannya, menurut Clutton-
Brock and Harvey (1977), primata yang hanyamemakan daun akan memiliki daerah
jelajah dan bentuk tubuh yang kecil dibandingkandengan primata yang memakan
beraneka ragam seperti daun, bunga dan buah.Penyebaran lutung Jawa di Indonesia
meliputi Pulau Jawa, Bali dan Lombok. Salahsatunya berada di Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Di TNBTS,lutung Jawa ditemukan pada Blok
Ireng-Ireng yang merupakan habitat Lutung jawa aslidan Lutung jawa hasil
pelepasliaran oleh PPS Petung Sewu akibat overpopulasi padatahun 2006 sebanyak
41 ekor yang dilepas pada 14 titik. Selain ditemukan di Blok Ireng-Ireng, lutung Jawa
dapat ditemukan pada jalur wisata Coban tisula.

Ancaman yang dapat mengganggu kondisi habitat lutung Jawa di TNBTS


yangdisebabkan oleh manusia yaitu pengambilan hasil hutan kayu, sedangkan
yangdisebabkan oleh alam antara lain longsor dan pohon tumbang. Cover merupakan
salahsatu komponen habitat yang penting bagi kehidupan Lutung jawa karena
covermerupakan tempat Lutung jawa dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari
seperti makan,minum, berkembang biak, bermain, melindungi diri dari serangan
predator, manusia bahkan kelompok primata lainnya.Apabila covernya terganggu
atau rusak maka lutung Jawa tidak dapat melakukanaktivitas hariannya dan akan
berpindah ke tempat lain yang dapat menyediakankebutuhan hidupnya sehari-hari.
Apabila tidak ada tempat yang dapat menyediakankebutuhan hidup lutung Jawa maka
jumlah populasinya akan semakin menurun.Berdasarkan hal tersebut, maka penting
dilakukan suatu penelitian mengenai karakteristikcover lutung Jawa sebagai salah
satu acuan dalam menentukan pengelolaan cover agar populasi dan habitatnya tetap
lestari.

2
1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Klasifikasi lutung jawa?


2. Bagaimana morfologi, anatomi dan fisiologi lutung jawa?
3. Bagaimana tingkah laku dan makanan lutung jawa?
4. Bagaimana habitat dari lutung jawa?
5. Bagaimana populasi lutung jawa
6. Apa potensi ancaman dan gangguan pada lutung jawa
7. Bagaimana Stress yang dialami lutung jawa

1.3. Tujuan

1. Mengetahui klasifikasi dari lutung jawa


2. Mengetahui morfologi, anatomi dan fisiologi dari lutung jawa
3. Mengetahui bagaimana tingkah laku dan makanan dari lutung jawa
4. Mengetahui habitat dari lutung jawa
5. Mengetahui popolasi dari lutung jawa
6. Mengetahui ancaman dan gangguan yang dihadapi lutung jawa
7. Mengetahui tingkat stress lutung jawa

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kepunahan terjadi apabila suatu spesies gagal untuk menggantikan jumlah


individu yang mati. Kepunahan seharusnya terjadi secara alami, perlahanlahan dan
berlangsung dalam waktu yang cukup lama (jutaan tahun). Namun keadaan tersebut
dapat dipercepat karena ulah manusia yang telah menyebabkan menurunnya daya
dukung lingkungan tempat hidup mereka (Alikodra, 2010). Untuk menjaga
kelestarian habitat dan jenis Lutung Jawa diperlukan tindakan konservasi secara in-
situ maupun ex-situ. Menurut kajian konservasi yang telah dilakukan oleh Balai
KSDA Jawa Tengah, Cagar Alam Kecubung Ulolanang (CAKU) adalah salah satu
habitat bagi Lutung Jawa di Provinsi Jawa Tengah (BKSDA, 2013). Upaya
konservasi untuk mencegahnya dari kepunahan perlu dilakukan secara tepat dan
secepat mungkin. Dukungan data akurat dan terkini tentang kondisi populasi lutung
jawa di Cagar Alam Kecubung Ulolanang dapat memberikan kontribusi kepada pihak
terkait guna menentukan kebijakan pengelolaan selanjutnya (Rahmawati dan Hidayat,
2017).
Indonesia merupakan salah satu negara dengan ragam jenis primata terkaya di
dunia. Dari sekitar 195 jenis primata yang ada, 40 jenis ditemukan di Indonesia, dan
24 jenis diantaranya merupakan satwa endemik (Supriatna dan Wahyono, 2000).
Lutung Jawa (Trachypithecus auratus E. Geoffrey 1812) merupakan jenis primata
endemik Pulau Jawa yang termasuk dalam kategori Vulnerable (Rentan) berdasarkan
Red List International Unioun for Corservation of Nature and Natural Resources
(IUCN Red List, 2008). Lutung Jawa di alam berperan dalam regenerasi tumbuhan
khususnya sebegai penyebar biji-bijian, karena 32% dari makanannya berupa buah,
selain itu sisa dan bagian makanan yang dijatuhkan oleh Lutung Jawa menjadi
kompos alami bagi kesuburan tanah disekitarnya (Supriyatna dan Wahyono, 2000).
Habitat Lutung Jawa meliputi hutan primer, hutan sekunder, hutan pantai, hutan
mangrove, hutan hujan tropis hingga hutan dataran tinggi dengan ketinggian
mencapai 3.500 mdpl. Lutung Jawa memiliki daerah jelajah yang cukup luas
mencapai seluas 15 ha, sehingga memerlukan koridor untuk pergerakannya. Lutung
Jawa mempunyai jalur-jalur tertentu dalam menempuh perjalanan harian, mencari
makan dan tempat tidurnya. (Megantara, 2004). Keberadaan Lutung Jawa sangat
dipengaruhi oleh kondisi hutan, hal ini dikarenakan sebagian besar hidup Lutung
Jawa dihabiskan diatas pohon termasuk untuk mencari makan, sehingga hilangnya
habitat dan degradasi habitat menjadi ancaman utama bagi kelestarian satwa ini

4
khususnya dari aktivitas pertanian dan permukiman (Supriyatna dan Wahyono,
2000). Berdasarkan Kartika (1986) dan Wahyu (2016) yang melakukan penelitian
mengenai populasi Lutung Jawa di Taman Nasional Baluran mengalami penurunan,
hasil penelitian Kartika (1986) mendapatkan jumlah 93 individu sedangkan hasil
penelitian Wahyu (2016) mendapatkan jumlah 76 individu. Penurunan populasi
Lutung Jawa di Indonesia terutama disebabkan oleh penyempitan habitat, yang
disebabkan oleh aktivitas manusia seperti perburuan liar dan penebangan hutan secara
besar-besaran tanpa memperhatikan azas kelestarian ( Sari et al., 2020 ).

Lutung jawa Trachypithecus auratus (E. Geoffroy Saint-Hilaire, 1812)


merupakan primata yang dilindungi menurut Keputusan Menteri Kehutanan dan
Perkebunan No. 733/ Kpts-II/1999 (jenis ini tidak disebutkan sebagai satwa
dilindungi dalam Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa). Lutung jawa (Trachypithecus auratus E. Geoffroy Saint-
Hilaire, 1812) juga digolongkan dalam status rentan (vulnerable) oleh IUCN karena
populasinya terus mengalami penurunan akibat perburuan dan degradasi habitat.
Satwa ini juga termasuk dalam Appendix II CITES (IUCN, 2012). Lutung jawa
(Trachypithecus auratus E. Geoffroy Saint-Hilaire, 1812) termasuk primata pemalu
yang dikelompokkan dalam sub famili Colobinae. Pakan utamanya adalah dedaunan
dengan kandungan kimia dan serat tertentu. Primata ini juga menyukai bunga dan
dalam persentase yang kecil memakan buah dan biji dari buah yang belum masak
(Kool, 1992; Kool, 1993; Nijboer, 2006; Nijman, 2000; Norconk et al., 1998).
Perilaku semacam ini mengindikasikan bahwa lutung jawa memiliki peran ekologis
dalam memengaruhi pola renegerasi hutan dan keragaman spesies pohon di
habitatnya ( Ayunin et al., 2014).
Lutung Jawa memulai aktivitasnya sejak dari bangun tidur yaitu sekitar pukul
05:30 WIB, kemudian berpindah untuk makan di pohon sumber pakan di sekitar
pohon tempat tidur. Akhir dari aktivitas harian ditandai dengan adanya aktivitas
berpindah memasuki pohon tempat tidur, untuk memasuki pohon tempat tidurnya
yaitu sekitar pukul 18.00 WIB (Andriansyah, 2007). Lutung Jawa mempunyai jalur-
jalur tertentu dalam menempuh perjalanan harian, mencari makan dan tempat
tidurnya, tiga strata pohon secara vertikal untuk tempat tidurnya yaitu bagian pucuk
kanopi, ditengah-tengah pohon dan di bawah pohon, sedangkan untuk aktivitas
perjalanan harian dan mencari makan, ruang habitat secara vertikal dibagi empat
strata yaitu puncak kanopi, tengah-tengah pohon, di bawah pohon dan di lantai hutan
(Latifah 2002 dalam Nugraha 2011). Keberadaan Lutung Jawa di Indonesia
merupakan jenis primata yang dilindungi. Status dilindungi tersebut berdasarkan

5
Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 733 / Kpts-II / 1999 tentang
Penetapan Lutung Jawa sebagai Satwa yang dilindungi. Salah satu pertimbangan
dalam penetapan status dilindungi ini karena populasi jenis satwa ini telah mengalami
penurunan dan keberadaannya di alam terancam punah ( Santono et al., 2016 )
Penangkaran lutung Jawa dalam rangka konservasi primata yang berdedikasi
sebagai pusat rehabilitasi lutung, dimana lutung Jawa merupakan satwa langka yang
mulai banyak dipelihara tanpa ijin dan tidak diketahui kesehatannya. Salah satu
tempat penangkaran lutung jawa di Jawa Timur yaitu Javan Langur Center (JLC).
Lutung Jawa yang dilepas lebih banyak dilatih di kandang, bukan di hutan atau
habitat alaminya. Terdapat tiga kandang yang dimiliki oleh JLC yaitu kandang
perawatan, kandang karantina dan kandang sosialisasi. Dengan adanya program
spesifik dari JLC, maka lutung Jawa yang sudah terbebas dari penyakit berbahaya
menular dan mengurangi tingkat stres yang akan dikirim ke kandang habituasi untuk
mendapatkan pelatihan intensif dan adaptasi di hutan, sebelum dilepasliarkan ke
habitat aslinya Lutung Jawa dalam penangkaran sering terserang penyakit akibat stres
yang berlebihan pada saat ditempatkan dikandang penangkaran. Stres yang terjadi
pada lutung Jawa seringkali menyebabkan berbagai masalah antara lain kurangnya
nafsu makan, timbulnya berbagai penyakit, pasif terhadap respon dan kurang bisa
menyesuaikan pada lingkungan ( Danafi et al., 2017).

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Klasifikasi Lutug Jawa

Klasifikasi lutung Jawa menurut Grove (2001) adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
Sub ordo : Arthropoidea
Famili : Cercopithecidae
Sub famili : Colobinae
Genus : Trachypithecus
Spesies : T. auratus Geoffroy 1812

Lutung Jawa dalam bahasa latin disebut Trachypithecus auratus


Merupakan salah satu jenis lutung asli (endemik) Indonesia. Sebagaimana spesies
lutung lainnya,lutung jawa yang bisa disebut juga lutung budeng mempunyai ukuran
tubuh yang kecil,sekitar 55 cm, dengan ekor yang panjangnya mencapai 80 cm.
Lutung jawa atau lutung budeng terdiri atas dua subspesies yaitu Trachypithecus
auratus auratusdanTrachypithecus auratus mauritius.Subspesies
Trachypithecusauratus auratus (SpangledLangur Ebony) bisa di dapati di Jawa
Timur, Bali, Lombok, Palau Sempu dan NusaBarung. Sedangkan subspesies yang
kedua,Trachypithecus auratus mauritius (JawaBarat Ebony Langur) dijumpai terbatas
di Jawa Barat dan Banten. Lutung jawa ataulutung budeng dalam bahasa Inggris
dikenal sebagai Javan Lutung, Ebony Leaf Monkey,Javan Langur. Sedangkan dalam
bahasa ilmiah (latin) lutung ini dikenal sebagaiTrachypithecusauratus yang
mempunyai beberapa nama sinonim sepertiTrachypithecuskohlbruggei (Sody, 1931),
Trachypithecus maurus (Horsfield, 1823),Trachypithecuspyrrhus (Horsfield, 1823),
Trachypithecus sondaicus (Robinson & Kloss,1919), danTrachypithecus stresemanni
Pocock, 1934. Lutung memiliki warna rambuthitam diselingi warna keperakan. Di
kepalanya terdapat helaian rambut yang menjuantai kedepan membentuk jambul.
Anak lutung yang baru lahir berwarna kuning jingga dantidak berjambul. Setelah
meningkat dewasa warnanya berubah menjadi hitam kelabu.Bekantan adalah monyet
serupa lutung yang hidungnya panjang dan rambutnya berwarnacoklat kemerahan.
Monyet ekor panjang juga serupa dengan lutung namun memilikiwarna tubuh abu-
abu tidak berjambul. Setelah meningkat dewasa warnanya berubahmenjadi hitam
kelabu. Lutung hanya melahirkan satu ekor anak setiap kelahiran

7
3.2 Morfologi, Anatomi, dan Fisiologi Lutung Jawa

Secara umum cirri - ciri morfologi pada lutung dewasa di tandai dengan
rambut penutup berwarna hitam sampai hitam keperakan. Bagian atas tubuh dari
lutung berwarnakelabu kecokelat - cokelatan gelap sampai kehitam-hitaman,dengan
masing masingrambut putih di ujungnya,memberikan warna kilap perak mantep kulit.
Rambut rambut pada kaki bawah dan punggung paha adalah kelabu dan kaki dapat
berwarna keperak- perakan dari pada punggung. Perut dan bagian sebelah dalam dari
paha kelabu pucat.Tangan dan kaki berwarna hitam. Daerah muka yang tidak
berambut berwarna hitam.Pada beberapa individu dapat mempunyai moncong yang
berwarna putih, tidak terdapatcincin yang mengelilingi mata. Cambang keputih-
putihan dan cukup panjang, hampermenutupi telinga, jambul rapid an tinggi, sangat
jelas pada jantan dewasa . Lutung jawa jantan dan betina memiliki perbedaan yang
terletak pada bagian pelvic (selangkangan),yang mana pada betina berwarna putih
pucat, sedangkan jantan berwarna hitam(Suwono,2006).Lutung Jawa mempunyai
keistimewaan yaitu, perutnya besar dan menggantungke bawah. Ini karena jenis
makanannya yang terdiri dari daun-daunan, pucuk daun sertatidak mempunyai
kantung makanan pipi. Jantan dewasa pemimpin kelompok mempunyaiukuran tubuh
yang relatif lebih besar dari pada betina dewasa, tetapi kadang-kadang jugatidak. Gigi
taring jantan dewasa lebih keras dan tajam, serta gigi geraham yang besaryang sudah
terspesialisasi untik pemakan daun.
Lutung memiliki anatomi tubuh dengan susunan tulang pada tubuhnya
yang panjang dan lebar. Lutung memiliki kelenjar air ludah yang besar dan
saluran pencernaanyang kompleks. Trachypithecus auratus soncaidus sama seperti
jenis-jenis lainnya yangtermasuk colobinae, yaitu memiliki ciri khas pada struktur
lambung yang kompleks danmerupakan bentuk dasar pemisahan taksonomis.

2.3 Tingkah Laku dan Makanan

Lutung hidup berkelompok dengan dengan jumlah teman antara 6-23


ekor. Dalamsetiap kelompok terdapat jantan sebagai pimpinan kelompok, dan
beberapa betina sertaanak-anak yang masih dalam asuhan induknya. Lutung
merupakan hewan yang aktif disiang hari. Jantan dominan mendominasi anggota
kelompokdalamhalperlindungan, pengamanan dalam pergerakan, dan merawat. Janta
n selalu menjaga anggotakelompoknya dari berbagai gangguan yang berasal dari luar
atau dari kelompok lain.Umumnya jantan mengeluarkan suara dan melakukan
gertakandengansuaradan perubahan mimik yang menunjukkan marah. Lutung jantan t
erkadang ditemukan menyendiri. Hal ini karena lutung tersebut terusir dari
kelompoknya dan belummenemukan anggota kelompok. Ketika sedang marah, lutung
akan memperingatkanlawannya dengan menggerakkan kepalanya naik turun dan

8
matanya menjadi sangat bulat.Jantan dominan melindungi anggota kelompoknya bila
ada
pemburudengancara berteriak untuk menarik perhatian pemburu. Selagi pemburu me
musatkan perhatiannyake jantan tersebut, anggota kelompok akan bergerak menjauh
dari pemburu. Setelahanggota kelompok menjauh, jantan mendekat kepada anggota
kelompoknya denganmengambil jalan pintas (Kurniawan,2007).
Sebagian besar makanan lutung adalah daun, sebagian kecil adalah buah dan bunga.
Terkadang memakan serangga dan bagian lain dari tumbuhan seperti kulit kayu.Beber
apa jenis tumbuhan yang disukai lutung antara lain kaliandra, sapen, dadapcangkring
dan anggrung. Lutung sangat suka memakan daun dan buah yang berasa asamdan
sepat. Lutung sedikit sekali memerlukan air untuk minum karena kebutuhan air
hariannya sudah terpenuhi dari daun danbuah buahan yang dimakan. Selain memakan
daun, lutung Jawa juga memakan buah yaitu pada Ficus danJaraan (Castanopsis sp).
Tidak jarang pula ditemui lutung Jawa turun ke bawah untukmemakan kecubung
gunung (Brugmansia Montana) yang banyak terdapat di pinggir jalan. Selain itu,
ditemukan di permukaan tanah bekas gigitan lutung Jawa pada bongkolAnggrek
epifit yang banyak terdapat di atas pohon dan daun Surenan (Garugafloribunda).
Daun Pohon Surenan mengandung tanin yang banyak khususnya pada tunasdaun
sehingga daun mudanya yang baru tumbuh banyak disukai lutung Jawa.

2.4 Habitat Lutung Jawa

Lutung hidup di hutan dengan berbagai macam variasi mulai dari hutan bakau di
pesisir,hutan dataran rendah hingga hutan dataran tinggi. Terkadang lutung juga
mendiami daerah perkebunan. Sebagian besar waktunya dihabiskan di atas pohon.
Terkadang lutung juga turun ketanah untuk mencari serangga tetapi hal ini sangat
jarang terjadi. Daerah jelajah Lutung minimal15 Ha atau setara dengan 350 kali luas
lapangan basket. Area bermain dan mencari makan Lutungdapat mencapai 1.300
meter atau setara dengan tiga kali lapangan basket Lutung lebih sering meloncat saat
berpindah pohon. Kadang-kadang mereka juga berjalan dengan keempatanggota
tubuhnya saat bergerak di cabang pohon yang besar atau saat turun di tanah.Ekornya
yang panjang menyeimbangkan tubuhnya sehingga ia tidak jatuh saat berjalan
dicabang pohon. Lutung akan memilih pohon tidur yang dekat dengan sungai atau
sumberair (bila ada). Mereka akan duduk di dahan atau percabangan pohon sambil
melipat keduakakinya dan menundukkan kepalanya tanpa berpegangan. Lutung ini
relatif lebih mudahditemukan di beberapa hutan di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali
dan Lombok. Umumnyamereka masih aman hidup di dalam kawasan pelestarian
seperti Taman Nasional Baluran,Meru Betiri, Alas Purwo, Bali Barat dan Rinjani
(Suwelo,1982).

9
2.5 Populasi Lutung Jawa

Lutung jawa (Trachypithecus auratus) merupakan salah satu primata endemik


pulau Jawa yang berstatus vulnerable (rentan) dan termasuk salah satu jenis satwa
yangterdaftar dalam Appendiks II dokumen CITES (Massicot, 2000), yakni satwa
yangdibatasi perdagangannya. Namun demikian, keberadaan lutung jawa semakin
terancam karena penurunan luas habitat alami bagi lutung jawa dari tahun ke tahun
dan maraknya perdagangan lutung di kota-kota Pulau Jawa. Total jumlah lutung yang
diperdagangkanselama lima bulan pengamatan (Januari - Mei 1999) di pasar-pasar
Jawa Timurdiperkirakan 222 ekor (Konservasi Satwa Bagi Kehidupan, 2000). Saat
ini populasilutung jawa terkonsentrasi pada kawasan yang memiliki habitat yang
relatif tidakterganggu, salah satu diantaranya adalah Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango(TNGP) di Jawa Barat. Lutung jawa merupakan salah satu bagian dari total
totalkeanekaragaman hayati Indonesia yang terdegradasi secara terus-menerus.
Melihatkondisi keanekaragaman hayati dan lingkungan yang semakin memburuk dari
tahun ketahun, maka perlu dilakukan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap
lingkungan dankonservasi keanekaragaman hayati di masa sekarang maupun masa
mendatang.Pulau Jawa dan Bali yang kondisi populasi dan habitatnya
semakinmemprihatinkan akibat perambahan hutan, perdagangan illegal dan
perburuan liar.Menurut red list IUCN tahun 2004, status konservasi lutung Jawa
adalah endanger dan termasuk dalam daftar apendiks II CITES. Penyebaran lutung
Jawa di Indonesia meliputiPulau Jawa, Bali dan Lombok. Salah satunya berada di
Taman Nasional Bromo TenggerSemeru (TNBTS). Ancaman bagi populasi dan
habitat lutung Jawa di TNBTS yaitu pengambilan hasil hutan kayu, longsor dan
pohon tumbang. Adanya ancaman tersebutakan menyebabkan habitatnya terganggu.
Cover merupakan salah satu komponen habitatyang penting karena cover merupakan
tempat lutung Jawa dalam melakukan aktivitasnyasehari-hari.

2.6 Potensi Ancaman dan Gangguan

Potensi ancaman dan gangguan yang terjadi di TNBTS adalah adanya


aktivitasmanusia yang melintasi jalan dari Ranupani ke Burno atau sebaliknya
denganmenggunakan sepeda motor maupun truk sehingga memudahkan akses untuk
melakukan perambahan kayu. Upaya dalam mengatasi perambahan kayu telah
dilakukan oleh pihak pengelola dengan mengadakan patroli gabungan. Perambahan
kayu kerap dilakukankarena kebutuhan masyarakat akan hasil hutan kayu yang masih
tinggi khususnya bagimasyarakat Desa Ranupani untuk menghangatkan badan dan
memasak. Selain manusia,ancaman lainnya adalah Macan tutul dan Babi hutan.
Lutung Jawa memiliki tingkatadaptasi yang tinggi terhadap lingkungan sekitarnya
sehingga aktivitas manusia yangmelintasi jalan raya tidak mengganggu
kehidupannya. Namun apabila manusia terlihatmengamati lutung Jawa dan
membuatnya terganggu, maka lutung Jawa akan berlindungdan menjauhi manusia.
Menurut Idris (2004), lutung Jawa yang sudah terbiasa dengankeberadaan manusia

10
tidak akan memperlihatkan rasa takutnya dengan menjauhi manusiaseperti pada
daerah jelajahnya di Blok Barubenteng, Taman Nasional Gede Pangrango yang
merupakan jalur untuk rekreasi berupa kegiatan pendakian dan
perkemahan.Berdasarkan informasi petugas dan pengamatan yang dilakukan, tidak
ditemukan adanya perburuan liar yang dilakukan oleh masyarakat terhadap lutung
Jawa. Kesibukan di lahan pertanian menyebabkan masyarakat tidak berupaya
melakukan perburuan liar.Masyarakat Desa Ranupani lebih membutuhkan kayu Dari
pada daging lutung Jawa yangd apat dikonsumsi atau diperjual belikan.

2.7 Tingkat Stress Lutung Jawa

Populasi lutung Jawa semakin mengalami penurunan dan masuk kategori satwa
yang dilindungi. Penurunan populasi lutung jawa dapat disebabkan oleh berbagai
macam penyakit yang diperparah dengan tingginya tingkat stres pada satwa.
Lutung Jawa dalam penangkaran sering terserang penyakit akibat stres yang
berlebihan pada saat ditempatkan dikandang penangkaran. Stres yang terjadi pada
lutung Jawa seringkali menyebabkan berbagai masalah antara lain kurangnya nafsu
makan, timbulnya berbagai penyakit, pasif terhadap respon dan kurang bisa
menyesuaikan pada lingkungan. Secara fisiologis stres pada lutung Jawa dapat
diketahui dengan pola tingkah laku yang tidak biasa dan cenderung menyendiri.
Tingkat stres pada lutung Jawa dapat di ketahui dengan mengukur kadar hormon
kortisol, rasio neutrofil dan limfosit. Respon stres pada primata dan penilaian proses
adaptisasinya dapat dievaluasi dengan menggunakan indikator hematologi yaitu
melalui prosentase dari diferensiasinya serta rasio antara neutrofil dan limfosit.
Limfosit akan dimobilisasi secara intensif selama periode cekaman akut melalui
aktivasi katekolamin dan glukokortikoid dari kalenjar adrenal. Kondisi cekaman yang
kronis akan menyebabkan perubahan didalam dinamika limfosit, dengan peningkatan
glukokortikoid dapat merangsang neutrophil keluar dari pembuluh darah dan
merangsang sumsum tulang untuk memperpanjang masa usia neutrofil

11
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Lutung Jawa dalam bahasa latin disebut Trachypithecus auratus merupakan salah
satu jenis lutung asli (endemik) Indonesia. Sebagaimana spesies lutung lainnya,lutung
jawa yang bisa disebut juga lutung budeng mempunyai ukuran tubuh yang
kecil,sekitar 55 cm, dengan ekor yang panjangnya mencapai 80 cm. Lutung memiliki
warnarambut hitam diselingi warna keperakan. Di kepalanya terdapat helaian rambut
yangmenjuantai kedepan membentuk jambul. Anak lutung yang baru lahir berwarna
kuning jingga dan tidak berjambul. Setelah meningkat dewasa warnanya berubah
menjadi hitamkelabu. Bekantan adalah monyet serupa lutung yang hidungnya
panjang dan rambutnya berwarna coklat kemerahan. Lutung hidup berkelompok
dengan dengan jumlah temanantara 6-23 ekor. Dalam setiap kelompok terdapat jantan
sebagai pimpinan kelompok,dan beberapa betina serta anak-anak yang masih dalam
asuhan induknya. Lutung hidup berkelompok dengan dengan jumlah temanantara 6-
23 ekor. Dalam setiap kelompok terdapat jantan sebagai pimpinan kelompok,dan
beberapa betina serta anak-anak yang masih dalam asuhan induknya.
Lutungmerupakan hewan yang aktif di siang hari. Jantan dominan mendominasi
anggotakelompok dalam hal perlindungan, pengamanan dalam pergerakan, dan

12
merawat. , lutungmemakan lebih dari 66 jenis tumbuhan yang berbeda. Sebagian
besar makanan lutungadalah daun, sebagian kecil adalah buah dan bunga. Terkadang
memakan serangga dan bagian lain dari tumbuhan seperti kulit kayu.

3.2 Saran

Untuk mengatasi permasalahan habitat yang menyebabkan cover lutung


Jawaterganggu ataupun rusak dapat dilakukan upaya penanaman. Jenis pohon yang
dapatditanam adalah Pohon Anggrung yang merupakan tumbuhan pioneer, cepat
tumbuh, percabangan melebar dan sesuai untuk daerah peralihan (edge). Selain itu,
PohonAnggrung merupakan salah satu jenis pohon pakan yang disuka

13
DAFTAR PUSTAKA

Ayunin, Q., Pudyatmoko, S. dan Imron, M. A. (2014). Seleksi habitan lutung


jawa (Trachypithecus auratus E. Geoffroy SaintHilaire, 1812) di taman nasional
gunung Merapi. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 11(3) : 261-279.

Danafi., E. D., Swatomo, R., Fauzi, A., Mansur, I., Kurniawan, I. dan Titisari,
N. (2017). Perbedaan tingkat stress lutung jawa(Trachypitecus auratus) pada kandang
perawatan dan kandang karantina di Javan Langur Center (JLC) ditinjau dari kadar
kortisol dan rasio neutrofil perlimfosit (N/L). Jurnal Ternak Tropika, 18(2): 34-41.

Rahmawati, E. dan Hidayat, J. W. (2017). Kepadatan populasi lutung jawa


(Trachypithecus auratus) di cagar alam kecubung ulolanang Kabupaten Batang.
Proceeding Biology Education Conference, 14(1): 64-69.

Santono, D., Widiana, A. dan Sukmaningrasa, S. (2016). Aktivitas harian


lutung jawa (Trachypithecus auratus sondacius) di kawasan taman buru masingit
kareumbi Jawa Barat. Jurnal Biodjati, 1(1): 39-47.

Sari, F. N. I., Baskoro, K. dan Hadi, M. (2020). Estimasi populasi dan


vegetasi habitat lutung jawa (Trachypithecus auratus E. Geoffrey 1812) di Gunung
Ungaran, Jawa Tengah. Jurnal Biologi Tropika, 3(2): 47-56.

14
15
16

Anda mungkin juga menyukai