Disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada Mata Kuliah Ekologi Hewan yang
diampu oleh :
Syamsul, S.Pd.,M.Pd.
MAKALAH
Oleh:
Nim : 20500119024
2022
KATA PENGANTAR
Saya menyadari, tugas yang saya tulis masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca untuk menyempurnakan makalah
yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...............................................................................................10
B. Saran..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................iii
ii
Habitat dan Relung,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makhluk hidup seperti tumbuhan, mikroorganisme, dan hewan sering
ditemui di lingkungan sekitar. Berbagai jenis hewan seperti ikan kebanyakan dapat
ditemukan di tanah yang lembab dan berair. Sedangkan hewan seperti belalang
dapat ditemukan di rerumputan serta hewan seperti ular kebanyakan dapat
ditemukan di semak belukar.
Jenis-jenis hewan tersebut lebih sering ditemukan di tempat tertentu karena
hewan-hewan tersebut mempunyai suatu populasi di tempat tertentu serta
penyebaran spesiesnya yang berikatan dengan relung dan habitat ekologinya. Corak
lingkungan yang ditempati populasi hewan ditunjukkan oleh habitat sedangkan
yang menunjukkan kedudukan dari populasi hewan terhadap factor-faktor biotic
dan abiotic lingkungan ditunjukkan oleh relung ekologi. Jadi habitat dapat
didefenisikan sebagai biotope atau tempat hidup dari suatu makhluk hidup.
Berdasarkan uraian diatas maka makalah yang berjudul “Habitat dan Relung,
Habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan Relung Ekologi” bertujuan untuk
mengetahui Habitat dan relung, mengetahui habitat dan mikrohabitat, dan
mengetahui keselingkupan relung ekologi
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini, sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksug habitat dan relung?
2. Apa yang dimaksud habitat dan mikrohabitat?
3. Bagaimana keselingkupan relung ekologi?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari habitat dan relung.
2. Untuk mengetahui habitat dan mikrohabitat.
3. Untuk mengetahui keselingkupan relung ekologi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Habitat maupun relung merupakan biosfer bumi yang paling kecil. Habitat
diartikan sebagai tempat hidup dari makhluk hidup seperti hewan maupun
tumbuhan. Adapun contoh dari jenis habitat seperti hutan, danau, gua, laut dan jug
gunung. Sedangkan relung diartikan sebagai fungsi dan peran makhluk hidup dalam
suatu ekosistem. Relung juga dapat didefenisikan sebagai tempat keberadaan
makhluk hidup seperti hewan dan juga tumbuh-tumbuhan yang keberadaanya
bergantung dari cara berinteraksi dan jenis saingannya.1
Kata habitat berasal dari bahasa latin yaitu “it inhabits” yang berarti tempat
tinggal makhluk hidup. Habitat merupakan hal efektif yang mendukung proses
reproduksi dan kelangsungan hidup suatu individu maupun spesies. Factor-faktor
abiotic dan makhluk hidup yang lain dalam suatu habitat secara kompleks saling
berinteraksi sehingga membentuk suatu kesatuan. Relung ekologi atau yang biasa
disebut dengan istilah niche diartikan sebagai suatu habitat maupun populasi yang
memiliki kedudukan fungsional yang menunjukkan peran dalam suatu ekosistem
ataupun parameter multidimensi.2
Kata relung pertama kali diusulkan oleh Grinnell yang menunjukkan tempat
asosiasi yang ditempati oleh suatu spesies yang menekankan bahwa tidak hanya
hubungan makan tetapi bergantung juga pada penutup, serta adaptasinya dalam
struktur fisik dan temperamen. Relung asosiasi utama merupakan salah satu relung
kecil dimana semua penghuninya bersama-sama membuat asosiasi kaparal. Grinnel
juga menyebutkan bahwa relung ekologi merupakan unit akhir habitat. Juga
mendefenisikan sebagai unit distribusi utama dimana setiap spesies dibatasi oleh
keterbatasan fungsional dan juga keterbatasan structural. 3
1
A Marshall, “Seri Intisari Ilmu Planet Bumi” (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 89.
2
Saroyo Sumarto dan Roni Koneri, “Ekologi Hewan” (Bandung: CV Patra Media Grafindo, 2016), h. 11-
13.
3
R.H. Whittaker et all, “Niche, Habitat, and Ecetope”, Journal The American Naturalist 107, no. 955
(1973), h. 321.
4
Burhanuddin Masy’ud & Lin Nuriah Ginoga, “Satwa Liar”, (Bogor : PT. Penerbit IPB Press, 2018), h 73.
2
Dalam arti yang sederhana habitat diartikan sebagai tempat menetapnya suatu
organisme. Menurut krausman (1999), habitat merupakan tempat yang menjadi
sumber daya dan sebagai kondisi untuk reproduksi dan bertahan hidup untuk suatu
organisme. Habitat juga diilustrakian sebagai lingkungan fisik dalam waktu dan
ruang yang ditempati serta dijadikan sebagai tempat hidup dari organisme.
Sedangkan relung meupakan posisi serta peranan fungsional suatu organisme
dalam komunitas dan ekosistem. Pengertian relung menurut Jhonson berarti
tempat yang dikuasai oleh suatu spesies. Adapun komponen utama dalam relung
digambarkan oleh Grinner yang terdi dari empat komponen yaitu pemilihan
microhabitat, sumber daya yang diperlukan dalam pembiakan serta tempat tinggal,
perilaku serta sifat fisik saat mengumpulkan makanan serta tipe makanan yang
dikonsumsi.5
3
factor microhabitat yang berpengaruh terhadap keberadaan D. spatulifera adalah
intensitas cahaya, ketinggian lokasi, adapun D. sundana adalah tutupan kanopi,
kelembaban udara; dan D. gazelle merupakan kecepatan arus sungai, kecepatan
angin, ketinggian air terjun, serta cacah individu capung anggota Genus
Drepanosticta di Gunung Ungaran sebanyak 72 individu D. sundana, 136 individu D.
spatulifera dan 47 individu D. gazella.10
Mikrohabitat dapat menunjukkan kondisi habitat yang sesuai, yang
merupakan faktor penting pada level 2-4 dalam hierarkhi Johnson. Oleh sebab itu
merupakan hal yang tepat untuk menggunakan istilah mikrohabitat dan
makrohabitat dalam pandangan relatif, pada skala penerapan yang ditetapkan
secara eksplisit. Contoh makrohabitat dan mikrohabitat : Organisme penghancur
(pembusuk) daun hanya hidup pada lingkungan sel-sel daun lapisan atas
fotosintesis, sedangkan spesies organisme penghancur lainnya hidup pada sel-sel
daun bawah pada lembar daun yang sama hingga mereka hidup bebas tidak saling
mengganggu.11
10
Siti Diniarsih, “Studi Mikrohabitat dan Populasi Capung Endemik Jawa Anggota Genus Drepanosticta
(Odonata Platystictidae) di Gunung Ungaran, Jawa Tengah”, Artikel (UGM, 2016), h. 14.
11
Mei Meiji, “Mikrohabitat”, Academi. Edu.
12
Aang Kuvani dkk, “Relung Ekologi Burung HAntu (Tyto Alba) dan Teknik Pemeliharaanya Di
Perkebunan Kelapa Sawit Studi Kasus di PT Unggul Widya Teknologi Lestari”, Jurnal Citra Widya Edukasi
13, no. 1 (2021), h. 3.
13
Titik Tri Wahyuni dkk, “Kelimpahan dan Keanekaragaman Mikroharthopoda pada Mikrohabitat Kelapa
Sawit”, Jurnal Tanah Lingkungan 17, no.2 (2015), h. 55.
4
pohon yang dapat membuat kondisi serta ketersediaan makanan pada lingkungan
yang unik terhadap macam-macam burung maupun relung ekologinya. Dalam hal
kompetisi vegetasi melihatkan berbagai macam dalam mewujudkan relung ekologi
yang memilki berbagai macam jenis mulai dari daratan sampai yang dipenuhi
pepohonan bagi burung.14 Jenis pohon yang tersapat pada lingkup komunitas dapat
memunculkan jenis makanan yang khas terhadap berbagai jenis burung atau dalam
relung ekologi. Semakin banyak jumlah dari suatu pohon maka akan menghadirkan
relung ekologi yang banyak pula sehingga berbagai jenis burung dapat hidup
s=secara bersama-sama.15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini sebagai berikut:
14
Hadinoto dkk, “ Keanekaragaman Jenis Burung Di Hutan Kota Pekanbaru”, Jurnal Ilmu Lingkungan 6,
no. 1 (2012), h. 39.
15
Apriyani Ekowati dkk, “ Keanekaragaman Jenis Burung Di Kawasan Telaga Warna Desa Tugu Utara
Cisarua Bogor”, Jurnal Of Biology 9, no. 2 (2016), h. 93.
5
1. Habitat maupun relung merupakan biosfer bumi yang paling kecil. Habitat
diartikan sebagai tempat hidup dari makhluk hidup seperti hewan maupun
tumbuhan. Adapun contoh dari jenis habitat seperti hutan, danau, gua, laut
dan jug gunung. Sedangkan relung diartikan sebagai fungsi dan peran
makhluk hidup dalam suatu ekosistem. Relung juga dapat didefenisikan
sebagai tempat keberadaan makhluk hidup seperti hewan dan juga tumbuh-
tumbuhan yang keberadaanya bergantung dari cara berinteraksi dan jenis
saingannya.
2. Mikrohabitat diartikan sebagai tempat hidup makhluk hidup yang lebih
kecil.16 Terdapat perbedaan habitat tempat hidup pada berbagai kelompok
maupun individu yang bervariasi dari tempat yang satu ketempat yang
lainnya. Misalnya jika ikan diklasifikasikan berkaitan dengan tempat hidup
maupun pembagian yang lebih kecil disebut mikro habitat maupun sub
habitat. Contohnya dapat kita lihat pada ikan di sungai yang mendialami
suatu daerah yang tenang atau berada pada wilayah yang memiliki arus yang
kuat. Dan jika memungkinkan beberapa spesies mampu melakukan adaptasi
pada suatu kondisi tertentu sedangkan spesies lain tidak.
3. Niche atau disebut juga dengan relung ekologi merupakan bagian dari ilmu
ekologi, yang menekankan pada letak peranan maupun mekanisme hidup
organisme dalam suatu habitatnya. Jika didalam suatu habitat terdapat
berbagai jenis organisme yang berada serta hidup didalamnya serta memiliki
kesamaan relung ekologi diakibatkan karena adanya kompetensi maupun
persaingan dalam mendapatkan makanan maupun tempatnya.
B. Saran
Makalah ini, saya akui masih mempunyai banyak kekurangan karena
pengalaman yang saya miliki masih sangatlah kurang. Oleh karena itu, saya
harapkan kepada para pembaca yang terhormat untuk memberikan kritik atau
tanggapan serta saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Sehingga, saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari makalah ini agar ke
depannya lebih baik lagi.
16
Purwanto dkk, “Terminologi Biomedis Entri Bahasa Indonesia” (Pekalongan: PT Nasya Expanding
Management, 2021), h. 454.
6
DAFTAR PUSTAKA
Aang Kuvani dkk. Relung Ekologi Burung HAntu (Tyto Alba) dan Teknik
Pemeliharaanya Di Perkebunan Kelapa Sawit Studi Kasus di PT Unggul Widya
Teknologi Lestari”, Jurnal Citra Widya Edukasi 13, no. 1 (2021), h. 1-14.
Burhanuddin Masy’ud & Lin Nuriah Ginoga. 2018. Satwa Liar. Bogor : PT. Penerbit
IPB Press.
Diana Arfiati. 2015. Pengelolaan Sumber Daya Ikan Di Perairan Umum. Malang:
Gunung samudera.
Husodo, Teguh dan Nurullia Fitriani. Sejarah dan Ruang Lingkup Ekologi”. Modul
Ekologi, h. 14-17.
Pradina Purwati. 2011. Relung dan Area Jelajah Kepiting Bakau Scylla. Jurnal Oseana
XXXVI, no. 3 (2011), h. 31-37.
Rani Risqi Afiah dkk. 2017. dentifikasi dan Mikro Habitat Kelas Asteroidea di Perairan
Kepulauan Derawan Kecamatan Derawan Kabupaten Berau Provinsi
Kalimantan Timur. Jurnal Ilmu Hayat 1, no. 1, h. 8-13.
Siti Diniarsih. 2016. Studi Mikrohabitat dan Populasi Capung Endemik Jawa Anggota
Genus Drepanosticta (Odonata Platystictidae) di Gunung Ungaran. Jawa
Tengah. Artikel (UGM, 2016), h. 14-15.
Sumarto, Saroyo dan Roni Koneri.2016. Ekologi Hewan. Bandung: CV Patra Media
Grafindo.
iii
Whittaker, R.H. et all. 1973. Niche, Habitat, and Ecetope. Journal The American
Naturalist 107, no. 955, h. 321.
iv