Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH EKOLOGI HEWAN

Dosen Pengampu : Dr. Sonja Verra Tinneke Lumowa, M. Kes


“Habitat dan Relung Ekologi”

Disusun Oleh : Kelompok 4

Auliya Khusnul Hotimah Annisa Lailatun Nisfa Salsabila Desvika Nurfadhila


(2105016052) (2105016055) (2105016066)

Angellya Kristin Sapan


(2105016081)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena
atas segala rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Hewan. Makalah ini dapat
digunakan sebagai wahana untuk menambah pengetahuan, sebagai teman belajar
dan sebagai referensi tambahan dalam belajar materi habitat dan relung ekologi.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua yang telah membantu
dalam mempersiapkan, melaksanakan, dan menyelesaikan penulisan makalah ini.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun tidak
mustahil apabila dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat
dijadikan masukan dalam penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang
habitat dan relung ekologi, Aamiin.

Samarinda, 1 Februari 2024

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
A. Habitat dan Relung ....................................................................................3
B. Macam-Macam Habitat .............................................................................4
C. Habitat dan Mikrohabitat .........................................................................5
D. Relung Ekologi............................................................................................8
BAB III PENUTUP ..............................................................................................10
A. Kesimpulan ...............................................................................................10
B. Saran ..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di alam atau di lingkungan sekitar dapat ditemui berbagai jenis makhluk
hidup, baik dari golongan hewan, tumbuhan ataupun mikroorganisme. Masing-
masing dari makhluk hidup memiliki tempat tinggal yang berbeda-beda dan
tidak pada tempat yang sembarangan. Antar makhluk hidup itupun juga terjadi
suatu interaksi yang saling menjalin. Kehadiran jenis makhluk hidup dalam
suatu lingkungan pasti akan menghadirkan suatu kumpulan dari berbagai jenis
yang jika dikumpulkan dengan variasi jenis yang banyak dapat menjadi suatu
ekosistem yang besar.
Dalam satuan ekosistem, terdapat populasi yang kehadirannya akan
berkaitan dengan habitat dan relung ekologi. Habitat secara umum
menunjukkan bagaimana corak lingkungan yang ditempati populasi hewan,
sedangkan relung ekologinya menunjukkan dimana dan bagaimana kedudukan
populasi hewan itu relatif terhadap faktor-faktor abiotik dan biotik
lingkungannya.
Habitat suatu populasi hewan pada dasarnya merupakan totalitas sumber
daya lingkungan baik berupa ruang termasuk, tipe subtrat atau medium, cuaca
dan iklimnya, serta vegetasi yang terdapat dilingkungan yang menempati
populasi hewan itu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan habitat dan relung ekologi?
2. Apa saja macam-macam habitat?
3. Apa yang dimaksud dengan habitat dan mikrohabitat?
4. Apa yang dimaksud dengan relung ekologi?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui habitat dan relung ekologi
2. Untuk mengetahui macam-macam habitat
3. Untuk mengetahui habitat dan mikrohabitat
4. Untuk mengetahui relung ekologi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Habitat dan Relung


Habitat dan relung adalah dua istilah yang berkaitan dengan kehidupan
organisme. Habitat adalah lingkungan fisik di mana suatu spesies atau
kelompok organisme hidup, mencakup faktor seperti tanah, air, iklim dan
vegetasi. Habitat menyediakan tempat untuk mencari makan, berkembang
biak, dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Habitat dapat juga digunakan untuk
menunjukkan tempat tumbuh sekelompok organisme dari berbagai jenis yang
membentuk suatu komunitas. Misalnya habitat padang rumput, habitat hutan
mangrove, habitat hutan nipah dan sebagainya. Habitat mencakup lingkungan
abiotik dan lingkungan biotik (dalam arti organisme lain yang merupakan
faktor lingkungan).

Gambar 1. Habitat laut


Sumber: https://images.app.goo.gl/upU1F2CGCdMpZ4kY7

Penggunaan habitat merupakan cara satwa menggunakan (mengonsumsi


dalam suatu pandangan umum) suatu kumpulan komponen fisik dan biologi
(sumber daya) dalam suatu habitat. Penggunaan habitat merupakan sebuah
proses yang secara hierarki melibatkan suatu rangkaian perilaku alami dan

3
belajar suatu satwa dalam membuat keputusan habitat seperti apa yang akan
digunakan dalam skala lingkungan yang berbeda.
Relung, di sisi lain adalah bagian khusus dari suatu habitat yang memiliki
kondisi yang lebih spesifik dan sesuai untuk suatu spesies tertentu. Relung bisa
berupa area dengan faktor-faktor tertentu, seperti suhu, kelembaban, dan tanah
yang membuatnya ideal untuk kelompok organisme tertentu. Relung
menunjukkan peranan fungsional dan posisi atau status suatu organisme di
dalam ekosistem. Berbagai organisme dapat hidup bersama dalam satu habitat,
akan tetapi jika dua atau lebih organisme mempunyai relung yang sama dalam
satu habitat, maka akan terjadi persaingan. Oleh sebab itu, semakin besar
kesamaan relung dari organisme yang hidup bersama di dalam satu habitat
maka semakin intensif persaingannya.
Istilah habitat juga digunakan untuk berbagai keperluan yang berkaitan
dengan lingkungan makhluk hidup, antara lain:
1. Seleksi habitat: proses atau perilaku individu organisme untuk memilih
suatu habitat yang ditempati untuk hidupnya.
2. Ketersediaan habitat: aksesibilitas dari area potensial suatu organisme
untuk menemukan lokasi yang sesuai bagi kelangsungan hidup dan
reproduksi organisme.
3. Kerusakan habitat: hilangnya atau terdegradasinya area alami untuk
hidup suatu individu atau populasi suatu organisme.
4. Fragmentasi habitat: suatu perubahan habitat yang menghasilkan
pemisahan secara spasial area habitat dari sebelumnya yang merupakan
satu kesatuan menjadi beberapa area yang lebih sempit.
B. Macam-Macam Habitat
Berdasarkan variasi habitat menurut waktu dibagi menjadi 4 macam yaitu:
1. Habitat yang konstan
Habitat yang kondisinya terus-menerus relatif baik atau kurang baik
2. Habitat yang bersifat memusim
Habitat yang kondisinya relatif teratur berganti-ganti antara baik dan
kurang baik

4
3. Habitat yang tidak menentu
Habitat yang mengalami suatu periode dengan kondisi baik yang
lamanya bervariasi diselang-selingi oleh periode dengan kondisi kurang
baik yang lamanya juga bervariasi sehingga kondisinya tidak dapat diramal
4. Habitat yang efemeral
Habitat yang mengalami periode dengan kondisi baik yang
berlangsung relatif singkat diikuti oleh suatu periode dengan kondisi yang
kurang baik yang berlangsungnya lama sekali
C. Habitat dan Mikrohabitat
Habitat-habitat dialam ini pada umumnya bersifat heterogen, dengan area-
area tertentu dalam habitat itu yang berbeda vegetasinya. Populasi-populasi
hewan yang mendiami habitat itu akan terkonsentrasi ditempat-tempat dengan
kondisi yang paling cocok bagi pemenuhan persyaratan hidupnya masing-
masing. Bagian dari habitat yang merupakan lingkungan yang kondisinya
paling cocok dan paling akrab berhubungan dengan hewan dinamakan
mikrohabitat. Sehubungan dengan bagaimana kisaran-kisaran toleransinya
terhadap berbagai faktor lingkungannya, maka berbagai spesies hewan yang
berkonsentrasi dalam habitat yang sama (berkohabitasi) akan menempati
mikrohabitatnya masing-masing.
Batas antara mikrohabitat yang satu dengan yang lainnya acapkali tidak
nyata/jelas. Namun demikian mikrohabitat memegang peranan penting dalam
menentukan keanekaragaman spesies yang menempati habitat itu. Tiap spesies
akan berkonsentrasi dalam mikrohabitat yang paling sesuai baginya. Sebagai
contoh, dalam suatu habitat perairan tawar yang mengalir (sungai) secara
umum dapat dibedakan menjadi bagian riam dan lubuk. Riam berarus deras
dan dasarnya berupa lumpur dan serasah. Ada beberapa populasi hewan air
yang lebih menyukai tinggal atau bermikrohabitat diriam dan ada beberapa
populasi hewan air yang lain yang bermikrohabitat dilubuk. Pemilihan atas dua
mikrohabitat utama ini dapat dipilah-pilah lagi lebih lanjut, seperti bagian
permukaan batu, disela-sela batu, dibawah lapisan serasah dan sebagainya.
Pemilihan atas dasar mikrohabitat-mikrohabitat yang berbeda itu terkait

5
dengan masalah perbedaan status fungsional atau relung ekologi dari berbagai
spesies hewan yang menempati habitat perairan tersebut.

1a 1b
Gambar 1a. Perairan sungai riam, 1b. Perairan sungai lubuk
Sumber: https://images.app.goo.gl/gquSs9MqoNmFUoUh7,
https://images.app.goo.gl/Vr93DeW6WJJ3f2166

Istilah mikrohabitat yang sering digunakan untuk mendeskripsikan area


geografis yang lebih kecil atau keperluan dalam skala kecil oleh organisme atau
populasi. Mikrohabitat sering juga diartikan sebagai habitat yang lebih kecil atau
bagian dari habitat besar. Sebagai contoh, pohon tumbang di hutan dapat
menyediakan mikrohabitat bagi serangga yang tidak ditemukan di habitat hutan
lainnya di luar pohon yang tumbang tersebut. Lingkungan mikro merupakan segala
sesuatu di sekitar organisme baik faktor kimia fisik maupun organisme lainnya di
dalam habitatnya.

Gambar 2. Mikrohabitat pohon tumbang


Sumber: https://s3.amazonaws.com/mongabay/indonesia-java/600/java_0117.jpg

6
Beberapa tipe habitat yaitu makrohabitat dan mikrohabitat. Secara umum,
makrohabitat merujuk pada ciri khas dengan skala yang luas seperti zona asosiasi
vegetasi yang biasanya disamakan dengan level pertama seleksi habitat sedangkan
mikrohabitat adalah lingkungan yang paling cocok dan paling akrab hubungannya
dengan hewan yang merupakan faktor penting dalam habitat.

Gambar 3. Makrohabitat zona kanopi hutan hujan tropis


Sumber: https://sekolahnesia.com/wp-content/uploads/2020/08/1.-Memiliki-
vegetasi-yang-dominan-dan-luas.jpg

Adapun contoh makrohabitat dan mikrohabitat yaitu organisme penghancur


(pembusuk) daun hanya hidup pada lingkungan sel-sel daun lapisan atas
fotosintesis, sedangkan spesies organisme penghancur lainnya hidup pada sel-sel
daun bawah pada lembar daun yang sama hingga mereka hidup bebas tidak saling
mengganggu. Lingkungan sel-sel dalam selembar daun di atas disebut mikrohabitat
sedangkan keseluruhan daun dalam lingkungan makro disebut makrohabitat.

Gambar 4. Mikrohabitat dan makrohabitat daun


Sumber: https://content.peat-cloud.com/w600/aphid-pepper-4.jpg

7
D. Relung Ekologi

Gambar 5. Burung-burung Finch dengan paruh


yang berbeda mempunyai relung yang berbeda
Sumber: https://images.app.goo.gl/C6bCzcHMC2a8MJjV8

Relung ekologi merupakan posisi tertentu suatu spesies dalam suatu


komunitas dan habitat yang ditempatinya sebagai hasil adaptasi struktural yang
dicapainya lewat penyesuaian fisiologid dan pola tingkah laku khusus dalam
memanfaatkan secara baik potensinya. Jadi relung ekologis adalah suatu
kombinasi tertentu dari faktor fisik (mikrohabitat) dan hubungan biotik
(peranan) yang dibutuhkan oleh suatu spesies untuk aktifitas kehidupannya dan
kelangsungan eksistensinya dalam suatu komunitas. Berdasarkan penyebaran
vertikal, fauna hutan mangrove memperlihatkan adanya relung ekologi berupa
relung mikrohabitat setiap spesies, contohnya Littorina scabra adalah dominan
di habitat mangrove yang menghadap laut terbuka, sedangkan Terebralia
sulcata lebih menyukai daerah pedalaman hutan mangrove yang lebih dekat ke
arah darat. Telescopium lebih menyukai habitat-habitat yang termasuk seperti
genangan air yang luas.
Relung ekologi merupakan istilah dalam ekologi untuk mendeskripsikan
peranan suatu organisme dalam suatu ekosistem. Juga relung ekologi adalah
persaingan penggunaan habitat, termasuk ruang fisik dan peran fungsional
pada komunitas, serta posisi didalam gradien suhu, kelembaban, pH, tanah dan

8
keadaan lainnya. Aspek relung ekologi yang menyangkut dimensi sumber daya
atau hal mendasar untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan dari suatu
spesies harus berbeda (terpisah) dengan spesies lainnya, agar dapat
berkoeksistensi dalam habitat yang sama hingga waktu yang lama. Sebagai
tambahan, relung ekologi merupakan aspek waktu aktif juga termasuk sebagai
pembeda atau pemisah relung tersebut.
Relung ekologi dikatakan sebagai jumlah dari semua interaksi antara suatu
organisme dengan lingkungan biotik dan abiotiknya. Relung ekologi memiliki
dua definisi yaitu relung dasar dan relung nyata. Relung dasar didefinisikan
sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang memungkinkan populasi masih
dapat hidup, tanpa kehadiran pesaing. Relung dasar tidak dapat dengan mudah
ditentukan karena dalam suatu komunitas persaingan merupakan proses yang
dinamis dan kondisi fisik lingkungan yang beragam mempengaruhi kehidupan
suatu organisme. Relung nyata didefinisikan sebagai kondisi-kondisi fisik yang
ditempati oleh organisme-organisme tertentu secara bersamaan sehingga
terjadi kompetisi. Keterbatasan suatu organisme pada suatu relung tergantung
pada adaptasinya terhadap kondisi lingkungan tersebut. Jenis-jenis populasi
yang berkerabat dekat akan memiliki kepentingan serupa pada dimensi -
dimensi relung sehingga mempunyai relung yang saling tumpang tindih. Jika
relung suatu jenis bertumpang tindih sepenuhnya dengan jenis lain maka salah
satu jenis akan tersingkir sesuai dengan prinsip penyingkiran kompetitif. Jika
relung-relung itu bertumpang tindih maka salah satu jenis sepenuhnya
menduduki relung dasarnya sendiri dan menyingkirkan jenis kedua dari bagian
relung dasar tersebut dan membiarkannya menduduki relung nyata yang lebih
kecil, atau kedua jenis itu mempunyai relung nyata terbatas dan masing-masing
memanfaatkan kisaran yang lebih kecil dari dimensi relung yang dapat mereka
peroleh seandainya tidak ada jenis lain.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Habitat dan relung merupakan dua istilah yang erat kaitannya dengan
kehidupan organisme. Habitat memberikan tempat bagi organisme untuk
mencari makan, berkembang biak, dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Relung menunjukkan peranan fungsional dan posisi suatu organisme di
dalam ekosistem. Persaingan dapat terjadi jika dua atau lebih organisme
memiliki relung yang sama dalam satu habitat.
2. Macam-macam habitat berdasarkan variasi waktu dibagi menjadi habitat
yang konstan, habitat yang bersifat memusim, habitat yang tidak menentu,
dan habitat yang efemeral.
3. Habitat dan mikrohabitat saling terkait, dimana mikrohabitat adalah bagian
kecil dari habitat yang dapat menjadi lingkungan yang paling cocok bagi
suatu organisme. Adapun makrohabitat merujuk pada ciri khas dengan
skala yang lebih luas.
4. Relung ekologi adalah posisi tertentu suatu spesies dalam suatu komunitas
dan habitat yang mencerminkan adaptasi struktural, fisiologis, dan perilaku
khusus organisme untuk memanfaatkan potensinya. Relung ekologi
melibatkan interaksi organisme dengan lingkungan biotik dan abiotiknya.
B. Saran
Saran kami dalam pembelajaran mata kuliah ini ialah diharapkan pembaca
agar dapat mengenal lebih mengetahui “Habitat dan Relung Ekologi”. Selain
itu, diharapkan pembaca dapat menambah wawasan lebih lagi tentang materi
ini dengan mencari referensi dari berbagai buku bacaan maupun dari internet.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, A. 2005. Ekologi Hewan. Malang : Universitas Negeri Malang


Husamah, Rahardjanto, A., dan Hudha, A.M. 2017. Ekologi Hewan Tanah. Malang:
UMM Press.
Abubakar,, dkk. 2018. Asosiasi Dan Relung Mikrohabitat Gastropoda Pada
Ekosistem Mangrove Di Pulau Sibu Kecamatan Oba Utara Kota Tidore
Kepulauan Provinsi Maluku Utara. Jurnal Enggano. Vol. 3, No. 1
Kramadibrata, H. 1996. Ekologi Hewan. Bandung: Institut Teknologi Bandung
Press.
Peran, S.B., et al. 2021. Ekologi Hutan Dan Ekosistem Lahan Basah. Banjarbaru:
Universitas Lambung Mangkurat.
Sumarto, S., dan Koneri, R. 2016. Ekologi Hewan. Bandung: CV Patra Media
Grafindo.

11

Anda mungkin juga menyukai