NIM : 217004018
Jurusan : S-2 Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Mata Kuliah : Etika Lingkungan
Dosen : Prof. Dr. Robert Sibarani, MS
1. Elaborasilah (kembangkan) konsep setiap poin yang ada pada bagian pengertian etika
tersebut.
Jawab:
Etika merupakan falsafah moral dan pedoman cara hidup yang benar dipandang dari sudut
agama, budaya, dan susila. Etika diartikan juga sebagai teori tentang tingkah laku perbuatan
manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Etika
sering diidentikkan dengan moral (atau moralitas). Namun, meskipun sama-sama terkait
dengan baik-buruk tindakan manusia, etika dan moral memiliki perbedaan pengertian.
Moralitas lebih condong pada pengertian nilai baik dan buruk dari setiap perbuatan manusia
itu sendiri, sedangkan etika berarti ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk. Jadi bisa
dikatakan, etika berfungsi sebagai teori tentang perbuatan baik dan buruk. Dalam filsafat
terkadang etika disamakan dengan filsafat moral. Etika perlu dipahami sebagai satu cabang
filsafat yang membahas moralitas, atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas.
Satu perumusan lain etika adalah ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral. Akan tetapi,
ada berbagai cara untuk mempelajari moralitas atau berbagai pendekatan ilmiah tentang
tingkah laku moral. Selanjutnya kita mengikuti pembagian bidang etika atas tiga pendekatan
yang lazim, yaitu: etika deskriptif, etika normatif, dan metaetika.
Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misal: adat kebiasaan,
anggapan tentang baik dan buruk, tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan.
Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu tertentu, dalam berbagai
kebudayaan atau subkultur tertentu, dalam suatu periode sejarah dan sebagainya. Karena
etika deskriptif hanya melukiskan, sehingga tidak memberi penilaian. Contohnya, etika
deskriptif melukiskan adat mengayau kepala yang ditemukan dalam masyarakat yang
disebut primitif, tetapi tidak memberikan penilaian moral bahwa adat semacam itu dapat
diterima atau harus ditolak. Pendekatan etika deskriptif ini dijalankan oleh ilmu sosial,
seperti: antropologi budaya, psikologi, sosiologi, sejarah dan sebagainya.
Etika normatif merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang di mana berlangsung
diskusi paling menarik tentang masalah moral. Etika normatif dalam hal ini tidak bertindak
sebagai penonton netral, seperti halnya dalam etika deskriptif, melainkan melibatkan diri
dengan mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia. Filsuf etika normatif bukan
sekedar melukiskan adat mengayau yang pernah terdapat dalam kebudayaan pada masa lalu,
melainkan menolak adat tersebut karena bertentangan dengan martabat manusia.
Istilah “metaetika” (awalan meta dalam bahasa Yunani berarti “melebihi” atau
“melampaui”) dibuat untuk menunjukkan pembahasan yang bukan moralitas secara
langsung, melainkan mengacu berbagai konsep yang digunakan dalam bidang moralitas.
Metaetika seolah-olah bergerak pada taraf lebih tinggi daripada perilaku etis, yaitu pada
taraf “bahasa etis” atau bahasa yang digunakan dalam bidang moral. Dapat dikatakan bahwa
metaetika mempelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis. Dipandang dari segi tata
bahasa, kalimat-kalimat etis tidak berbeda dari kalimat-kalimat jenis lain (khususnya,
kalimat-kalimat yang mengungkapkan fakta). Akan tetapi studi lebih mendalam
menunjukkan bahwa kalimatkalimat etika (bahasa etika) mempunyai ciri-ciri tertentu yang
tidak dimiliki oleh kalimat-kalimat lain. Metaetika mengarahkan perhatiannya pada arti
khusus dari bahasa etika itu.
Religiusitas sebagai integrasi secara kompleks antara pengetahuan, perasaan, dan perilaku
keagamaan dalam diri manusia. Selain itu, religiusitas dan perilaku merupakan konsistensi
antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama
sebagai unsur afektif.
3. Berikanlah pendapat Saudara tentang kaitan antara etika dengan kearifan lokal.
Jawab:
Dalam konteks kearifan lokal, sebagai unsur dalam masyarakat yang digunakan untuk
bertahan hidup sesuai dengan kondisi lingkungan, kebutuhan, dan kepercayaan
masyarakat seperti di daerah Jember terutama di Kelurahan Sumbersari, merupakan
kawasan perkotaan dengan keragaman budaya dan norma dalam masyarakat termasuk
kalangan pendatang yang terdiri dari mahasiswa, pegawai, dan wirausahawan yang
berdampak pada lingkungan. Keragaman budaya dan norma yang berlaku ini
membaur dalam sebuah kebiasaan turun temurun masyarakat yang bergotong royong
dalam berbagai kegiatan bermasyarakat, termasuk dalam hal beretika lingkungan dan
menjaga kelestarian lingkungan.
Beberapa peran yang dapat dilakukan oleh generasi muda dalam menanamkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah mewariskan
nilai-nilai ideal Pancasila kepada generasi di bawahnya, membekali diri dengan pendidikan
yang berlandaskan Pancasila yang menekankan pada nilai-nilai untuk menumbuhkan warga
negara yang baik dan patriotik, memperkuat jati diri, dan berperan untuk mengentaskan
Indonesia dari kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan dan ketertinggalan. Selain itu
generasi juga dapat menjaga kearifan lokal yang ada dengan mempelajari kebudayaan yang
ada dan terus memperkenalan kebudayaan sebagai warisan yang harus di kembangkan dan
dilestarikan.
DAFTAR PUSTAKA
Nizar. 2010. Hubungan Etika dan Agama dalam Kehidupan Sosial. Majene: Universitas
Sulawesi Barat.
Rukandar, D. 2019. Etika Lingkungan. Banten: Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Rusdiyani, E. 2020. Pembentukan Karakter dan Moralitas bagi Generasi Muda yang
Berpedoman pada Nilai-Nilai Pancasila serta Kearifan Lokal. Surakarta: UMS.
Santoso, B. 2010. Sistem Etika Sosial dan Budaya dalam Kehidupan Sehari-hari. Yogyakarta:
STIMIK AMIKOM.