Anda di halaman 1dari 13

REVIEW JURNAL (STUDI KASUS 1 : PEMAKAIAN GEOGRAPHIC

INFORMATION SYSTEM UNTUK PEMETAAN EMISI GAS RUMAH


KACA SEKTOR LIMBAH DI KABUPATEN KARANGASEM) DAN
(STUDI KASUS 2 : AKUISISI DAN ANALISIS DATA INVENTARISASI
EMISI GAS RUMAH KACA UNTUK KOTA-KOTA RENDAH KARBON)

Penulis Jurnal 1 : Affan Irfan Fauziawan, I Made Agus Wirahadi Putra, Ratna
Kartika Wiyat (2020)

Penulis Jurnal 2 : Ratchayuda Kongboon, Shabbir H. Gheewala, Sate Sampattagul


(2022)

Reviewer Oleh:

MIA AUDINA RAHMAT NASUTION


217004018
Mahasiswa Magister Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
1. LATAR BELAKANG
Perubahan iklim telah menjadi persoalan global dan untuk mengatasinya
melibatkan berbagai negara dan berbagai disiplin ilmu. Perubahan iklim
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, antara lain aspek lingkungan, aspek
sosial ekonomi, aspek kesehatan, serta aspek lainnya.
Selama 200 tahun terakhir, konsentrasi gas di udara naik sepertiga dari
sebelumnya. Ini mengakibatkan, suhu udara juga meningkat hingga 0,5 sampai 1
derajat Celcius. Jika konsentrasi ini tidak segera diatasi, maka abad ke-21,
kenaikannya diperkirakan mencapai 2-6 derajat Celcius.
Pada Conference of Parties 25 (COP 25) di Madrid pada bulan Desember
tahun 2019, Pemerintah Indonesia terus berkomitmen untuk terus dapat
menurunkan emisi GRK. Walaupun secara teknis kenaikan suhu di tingkat 1.5˚C
dapat dengan mudah dihindari, diperlukan perubahan perilaku dan teknologi secara
menyeluruh untuk mencapai pengurangan emisi tersebut.
Saat ini Pemerintah Indonesia telah menargetkan penurunan emisi gas
rumah kaca sebesar 26% dari kondisi Business as Usual yang dicapai pada tahun
2020 tanpa bantuan negara lain dan sebesar 41% bila memperoleh bantuan dari
negara lain. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Presiden RI pada pertemuan G-
20 di Pittsburgh USA pada 25 September 2009, dimana pernyataan tersebut
merupakan pernyataan Non-Binding Commitment karena Indonesia bukan
merupakan negara annex 1.

2. PERMASALAHAN
Adapun permasalahan yang terdapat pada jurnal Fauziawan at al (Studi
kasus 1) yaitu mengenai angka pertambahan penduduk di Kabupaten Karangasem
rata-rata 0,88% per tahun membawa konsekuensi logis terhadap meningkatnya
jumlah sampah yang dihasilkan. Hal tersebut melatarbelakangi instansi terkait
untuk tetap fokus pada pengelolaan limbah padat (sampah), di antaranya yaitu
pengembangan sarana Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Linggasana.
Pemetaan wilayah di Kabupaten Karangasem untuk mengetahui jumlah sampah
yang dihasilkan tiap kecamatan dipandang perlu dilaksanakan sebagai upaya
mitigasi yang akan dilaksanakan.
Adapun permasalahan yang terdapat pada jurnal Kongboon at tal (Studi
kasus 2) yaitu kotamadya di Thailand belum secara eksplisit mempersiapkan
inventarisasi emisi GRK. Hal ini terbukti sulit untuk memahami kegiatan mana
yang menghasilkan emisi GRK yang signifikan, dan oleh karena itu pemerintah
kota tidak dapat merumuskan rencana aksi nyata untuk mengurangi emisi GRK.
Mereka berpikir bahwa mereka tidak memiliki data untuk membangun database
GRK dan tidak mengerti bagaimana menggunakan hasil penilaian GRK dalam
kebijakan mereka. Akibatnya, sebagian besar kotamadya belum melaporkan emisi
GRK kota mereka dan tidak memiliki kebijakan untuk mengurangi emisi GRK.

3. PEMIKIRAN PEMECAHAN MASALAH


Adapun pemikiran pemecahan masalah dalam jurnal Fauziawan at al
(Studi kasus 1) yaitu dengan pemetaan tiap-tiap kecamatan di Kabupaten
Karangasem dengan basis Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai upaya
mitigasi penurunan emisi GRK.
Adapun pemikiran pemecahan masalah dalam jurnal Kongboon at tal
(Studi kasus 2) yaitu didasarkan pada pedoman GPC yang memberikan panduan
rinci tentang pengumpulan data dan perhitungan emisi GRK untuk menentukan di
mana harus mengarahkan upaya mitigasi terbaik dan membuat strategi untuk
mengurangi emisi GRK.

4. STRATEGI PEMECAHAN MASALAH


(Studi Kasus 1)
a. Teknik Pengumpulan Data
Adapun jenis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1) Wawancara dan Survey Lapangan
2) Studi Pustaka (Literature)
b. Jenis Data
Jenis data yang didapat dari hasil survey langsung ke lapangan yaitu jumlah
sampah yang masuk ke TPA Linggasana. Pengolahan limbah padat (sampah) di
TPA Kab. Karangasem merupakan TPA tipe open dumping. TPA Kab. Karangasem
juga tidak memiliki jembatan timbang, sehingga data kendaraan yang berisikan
sampah dan sumber sampah perlu dicatat. Basis perhitungan volume adalah
kapasitas (volume) kendaraan (berdasarkan spesifikasi) dan persentase volume
aktual berdasarkan pengamatan visual (misal : 75% dari kapasitas, 125% dari
kapasitas). Konversi data volume menjadi data berat sampah menggunakan
persamaan (4.6) dan faktor konversi (bulk density sampah). Pada tahun 2019,
jembatan timbang untuk menimbang jumlah sampah yang masuk ke TPA selesai
dibuat. Akan tetapi data yang dipakai pada penelitian ini belum memakai data
jembatan timbangan, karena baru beroperasi.

c. Hasil Survey
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan ke Dinas Lingkungan Hidup dan
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Karangasem, diperoleh
hasil bahwa masyarakat Kabupaten Karangasem tidak semuanya membuang
sampah di TPS ataupun ke TPA. Ada perilaku masyarakat yang membuang sampah
dengan cara dibakar, ditimbun dan dibuang pada tempat tertentu. Sedangkan jumlah
sampah yang terangkut ke TPA dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 dapat
dilihat pada Tabel berikut :

d. Perhitungan Emisi GRK


Untuk perhitungan inventarisasi emisi GRK, data volume tersebut akan
dikonversikan terlebih dahulu menjadi satuan berat (ton) maka didapatkan data
berat sampah yang masuk ke TPA Kab. Karangasem sebagai berikut :
Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa setiap tahun, jumlah sampah yang
dihasilkan semakin meningkat. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam
penghitungan inventarisasi GRK diantaranya adalah komposisi limbah padat dan
kandungan bahan kering (dry matter content). Pada penelitian ini data komposisi
limbah padat dan kandungan bahan kering (dry matter content) menggunakan
angka default IPCC2006 dan angka hasil survey pada pilot project Kementerian
Lingkungan Hidup. Perhitungan emisi GRK menggunakan persamaan dasar data
aktivitas dan faktor emisi yang sudah dikembangkan di IPCC Guidelines menjadi
sebuah program/sistem penghitungan Emisi GRK sektor limbah padat. Maka akan
didapatkan hasil sebagai berikut :

Kemudian data tersebut dikonversikan menjadi satuan ton CO2e dimana


menurut rekomendasi dari UNFCCC nilai potensi pemanasan global, besarnya 1
methane sama dengan 21-25 kali karbondioksida. Dalam penelitian ini diasumsikan
nilai 1 CH4 sama dengan 21 kali nilai CO2, maka didapatkan emisi GRK sebagai
berikut :

Grafik Emisi yang dihasilkan TPA Kab. Karangasem adalah sebagai


berikut:
e. Pemetaan Emisi GRK
Pada tahapan ini akan dilakukan pemetaan emisi GRK yang dihasilkan di
tiap-tiap kecamatan yang ada di Kabupaten Karangasem. Dari data emisi GRK yang
dihasilkan tiap tahun, kecenderungannya adalah semakin naik. Untuk membuat
pemetaan akan digunakan data terakhir yaitu data tahun 2019. Dari hasil
perhitungan diperoleh untuk emisi GRK dari sektor limbah di Kabupaten
Karangasem sebesar 11.764 ton CO2-e. Dengan persentase jumlah timbulan per
kecamatan sudah didapatkan, maka emisi GRK per kecamatan pada tahun 2019
adalah sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan emisi GRK sektor limbah di kabupaten Karangasem


tersebut, selanjutnya dilakukan analisa data spasial dan non spasial untuk
mendapatkan pemetaan penghasil emisi GRK per kecamatan di kabupaten
Karangasem. Dengan menggunakan ArcView untuk Information Geographic
System, pemetaan prosentase sebaran emisi GRK dan sebaran kecamatan penghasil
emisi GRK sektor limbah di kabupaten Karangasem adalah seperti ditampilkan
pada gambar berikut:

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa estimasi emisi GRK yang paling tinggi
ada di kecamatan Karangasem yaitu sebesar 2.302 ton CO2-e (warna merah),
sedangkan estimasi emisi GRK paling rendah ada di kecamatan Sidemen yaitu
sebesar 894 ton CO2-e (warna hijau).
(Studi Kasus 2)
Langkah-langkah penelitian ini mengikuti GPC:
a. Definisi
1. Menetapkan batas kota
Studi ini menetapkan batas kota dengan mempertimbangkan batas geografis
dan pengendalian operasi. Kedelapan kota yang dipertimbangkan dalam studi ini
adalah mereka yang secara sukarela bergabung dengan seruan TGO untuk
mendukung kota-kota tersebut membuat database GRK sendiri. Diantaranya
Kotamadya Ubon Ratchathani (UBN), Kotamadya Nonthaburi (NBD), Kotamadya
Lamphun (LPN), Kotamadya Mahasarakham (MKM), Kotamadya Yasothon
(YST), Kotamadya Sisaket (SSK), Kotamadya Buri Ram (BRM), dan Kota Khu
Khot ( KKT) Kotamadya. Akuisisi data inventarisasi dan analisis emisi GRK dari
kota-kota tersebut dipelajari.
2. Mengidentifikasi sumber emisi GRK
Dalam studi ini, sumber emisi GRK diidentifikasi berdasarkan ruang
lingkupnya. Kegiatan yang berlangsung di dalam kota dapat menghasilkan emisi
GRK yang terjadi di dalam batas kota maupun di luar batas kota. Untuk
membedakannya, GPC mengelompokkan emisi ke dalam tiga kategori berdasarkan
tempat terjadinya: emisi Cakupan 1, Cakupan 2, atau Cakupan 3. Cakupan 1
mengacu pada semua emisi GRK yang dihasilkan dalam batas geografis kota dan
konsisten dengan pelaporan GRK tingkat nasional termasuk energi stasioner,
transportasi, limbah, IPPU, dan AFOLU. Cakupan 2 mencakup emisi GRK yang
terjadi karena konsumsi listrik, panas, dan uap yang disuplai jaringan dan/atau
pendinginan di dalam batas kota. Cakupan 3 mempertimbangkan semua emisi GRK
lainnya yang terjadi di luar batas kota karena aktivitas yang terjadi di dalam batas
kota.
3. Menetapkan jangka waktu
Data untuk penelitian ini dikumpulkan dari 1 Januari hingga 31 Desember
2016.
b. Pengumpulan Data
Pada sektor energi stasioner, data aktivitasnya adalah listrik dan konsumsi
energi dari sumber primer. Untuk transportasi on-road, metode pengumpulan data
adalah kombinasi dari pendekatan top-down dan bottom-up. Dalam studi ini, data
aktivitas volume BBM yang dijual di dalam batas kota diperoleh dari otoritas yang
mengontrol penjualan BBM di SPBU. Untuk aktivitas perjalanan, data diperoleh
dari otoritas transportasi umum atau pemilik bisnis di dalam batas kota. Untuk
sektor persampahan, data dikumpulkan tentang sampah padat dan air limbah yang
dihasilkan di dalam batas kota, terlepas dari apakah mereka diolah di dalam atau di
luar batas kota. Untuk sektor AFOLU, data aktivitas merupakan data statistik
tahunan. Data peternakan diperoleh dari Dinas Peternakan Kabupaten atau Dinas
Peternakan Provinsi, dan data pertanian diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten
atau Dinas Pertanian Provinsi.
c. Perhitungan
Emisi GRK (GRK) dapat dihitung dari Persamaan:

𝐶𝐻𝐺𝑖 = ∑ 𝐴𝑖 × 𝐸𝐹𝑖

Data aktivitas (Ai) adalah ukuran kuantitatif tingkat aktivitas yang


menghasilkan emisi GRK yang terjadi selama periode waktu tertentu. Faktor emisi
(EFi) adalah ukuran massa emisi GRK yang terkait dengan unit kegiatan.

d. Penilaian Akurasi
Dalam penelitian ini, pendekatan penilaian akurasi mengikuti Li et al.
(2017) untuk menghitung akurasi delapan kota karena ini adalah pendekatan
penilaian sederhana yang dapat dipahami dan dievaluasi oleh pemerintah kota
sendiri.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari Fauziawan at al (Studi kasus
1) adalah emisi GRK yang dihasilkan dari sektor limbah suatu daerah yang padat
penduduknya dapat menghasilkan emisi GRK yang lebih besar dibandingkan
dengan yang jumlah penduduknya lebih sedikit. Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa emisi GRK di Kabupaten Karangasem sebesar 11.763 ton CO2-e, dimana
daerah yang paling tinggi ada di kecamatan Karangasem yaitu sebesar 2.302 ton
CO2-e, sedangkan emisi GRK paling rendah ada di kecamatan Sidemen yaitu
sebesar 894 ton CO2- e. Pemetaan daerah penghasil emisi GRK sektor limbah
dengan menggunakan ArcView untuk Information Geographic System sangat
efektif dilakukan. Dengan adanya pemetaan digital tersebut, diharapkan untuk
penanganan/mitigasi dari emisi GRK ini tepat sasaran.

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari Kongboon at tal (Studi kasus
2) adalah kotamadya harus terus mengembangkan database GRK dengan membuat
prosedur rutin. Sistem manajemen informasi harus dihasilkan dalam bentuk data
besar yang dapat mengarah pada kebijakan, rencana, dan tindakan negara untuk
pembangunan kota untuk memastikan pengurangan emisi gas rumah kaca. Hal ini
pada gilirannya akan mengarah pada kota rendah karbon. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sumber data, format data, dan pendataan masing-masing
kotamadya relatif sama. Apalagi, data kegiatan perlu diperoleh dari beberapa
otoritas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kota Nonthaburi memiliki emisi gas
rumah kaca tertinggi sebesar 2.286.838 tCO2e/tahun dan Kota Buriram terendah
sebesar 239.795 tCO2e/tahun. Secara per kapita, Kota Lamphun adalah yang
tertinggi dengan 10,1 tCO2e/kapita dan Kota Buriram yang terendah dengan 3,8
tCO2e/kapita.

5.2 Saran
Adapun saran dalam penelitian ini adalah:
1) Perlu adanya perhitungan menggunakan IPCC Tier 3, sehingga diperoleh hasil
yang lebih akurat.
2) Perlu menghitung emisi GRK dari sektor transportasi karena merupakan sektor
terbesar penyumbang emisi GRK.
3) Perlu menambahkan parameter CO2 dan CH4 saat inventarisasi emisi. karena
parameter ini merupakan konsentrasi GRK terbesar di atmosfer.
4) Perlu membuat rencana aksi mitigasi menggunakan perilaku maupun teknologi
agar dapat mereduksi emisi GRK.
DAFTAR PUSTAKA

Fauziawan, A. I., Putra, I. M. A. W., & Wiyati, R. K. (2020). Pemakaian


Geographic Information System untuk Pemetaan Emisi Gas Rumah Kaca
Sektor Limbah di Kabupaten Karangasem. Jurnal Teknologi Informasi dan
Komputer, 6(3), 391–398.

Kongboon, R., Gheewala, S. H., & Sampattagul, S. (2022). Greenhouse Gas


Emissions Inventory Data Acquisition and Analytics for Low Carbon Cities.
Journal of Cleaner Production, 343, 1–15.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2022.130711
BIODATA SINGKAT

Penulis lahir di Tanjungbalai pada tanggal 28


Desember 1997 dari pasangan Rahmat Ali Nasution
dan Nurmiah Siagian. Penulis merupakan anak
pertama dari empat bersaudara. Penulis mengawali
pendidikan formal di SD Negeri 132408 Tanjungbalai
pada tahun 2003-2009. Penulis meneruskan
pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1
Tanjungbalai pada tahun 2009-2012 dan pendidikan
menengah atas di SMA Negeri 1 Tanjungbalai pada
tahun 2012-2015. Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Jurusan Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara pada tahun 2015-2019.
Penulis juga aktif di organisasi Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) Fakultas Teknik
USU dan Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) USU.
Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Perusahaan Air
Minum Tirta Kualo. Penulis juga menjadi Asisten Teknik Penyediaan Air Minum
pada tahun 2018-2019, Asisten Laboratorium Kualitas Udara pada tahun 2019, dan
Enviromental Engineer di BerKiBar Consultant pada tahun 2020-sekarang. Penulis
mengikuti training ISO 9001, ISO14001, ISO 45001, CSMS, HIRADC, LOTO,
JSA, BFF, BFA, AI, dan ERP pada tahun 2020, sertifikasi Ahli K3 Umum
KEMNAKER RI pada tahun 2020, dan training Amdal A dan B pada tahun 2022.
Penulis sekarang juga sebagai Mahasiswa Magister dalam jurusan Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai