PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kita sebagai umat manusia
tentunya tidak terlepas dari berbagai masalah yang datang silih berganti.
Ditambah
dengan
perkembangan
globalisasi
yang
sangat
pesat,
tersebut
dan
untuk
oleh
masyarakat
terhadap
aktivitas
keagamaan
yang
menuju pada sikap dan perilaku yang baik sehingga manusia memiliki
kebajikan dan kebijaksanaan (wiweka jnana). Sementara itu upacara adalah
tata
cara
pelaksanaan
ajaran
agama
yang
diwujudkan
dalam
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Makna Etika atau Moralitas
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata
'etika' yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos
mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir.
Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Arti dari bentuk jamak inilah
yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles
dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul
kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau
ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).
juga
memiliki beberapa fungsi yang perlu diperhatikan oleh setiap masyarakat agar
tercipta kehidupan yang bermakna, rukun, dan bermartabat. Adapun fungsi
etika dalam kehidupan sosial yaitu sebagai pembimbing tingkah laku manusia
dalam mengelola kehidupan. Sedangkan dalam dunia pendidikan, fungsi etika
atau moralitas yaitu sebagai pembentuk karakter siswa agar menjadi orang
yang berbudi pekerti dan berkarakter.
Sebagai umat manusia, makna etika atau moralitas penting untuk
dicermati dengan seksama, baik dari segi pengertian, peranan, manfaat,
maupun fungsinya. Jika setiap umat manusia telah memaknai hal tersebut
dengan baik, pastinya akan dapat tercipta kehidupan bersama maupun
kehidupan beragama yang bermakna, rukun, dan bermartabat.
2.2 Etika dalam Agama Hindu
3. Untuk membina agar umat Hindu dapat menjadi manusia yang baik dan
berbudi luhur.
4. Untuk menghindarkan adanya hukum rimba di masyarakat, dimana yang
kuat selalu menindas yang lemah.
Dengan tujuan-tujuan tersebut diharapkan umat Hindu menjadi
manusia yang berbudi luhur, cinta kedamaian, dan hidup rukun dalam
kehidupan beragama.
2.3 Misi untuk Memperbaiki Diri Menuju Manusia Ideal (Manava Madhava)
Weda,
ketamakan. Oleh karena itu seseorang harus melepaskan ketiganya ini (21).
Demikianlah garis-garis besar tuntunan yang dapat kita petik dari amanat Sri
Krsna dalam Bahagavad Gita.
Banyak lagi kitab-kitab ajaran Hindu yang mengajarkan etika
(moralitas) serta pengendalian diri bagi manusia, diantaranya Sara Samuccaya
S. 57, Sara Samuccaya S. 63 yang memuat Catur Prawerti yang terdiri atas
Arjawa (kejujuran), Ancangsya (tidak mementingkan diri sendiri), Dama
(dapat menasehati dirinya sendiri, dan Indriyanigraha (mengekang hawa
nafsu), Sarasamuccaya sloka 259, dan Sarasamuccaya sloka 260.
Selain itu, terdapat pula pedoman etika dalam Agama Hindu untuk
menjadi manusia yang ideal (Manava Madhava). Diantaranya, Tri Kaya
Parisudha, Catur Paramita, Dasa Dharma, Dasa Niyama Brata, Panca Niyama
Brata, Dasa Yama Brata, dan Panca Yama Brata. Tri Kaya Parisudha yaitu tiga
perbuatan yang disucikan. Tri Kaya Parisudha terdiri dari Manacika (berpikir
yang baik dan suci), Wacika (berkata yang baik dan benar), dan Kayika
(berbuat yang baik dan jujur). Ketiga hal tersebut perlu untuk disucikan agar
kita menjadi manusia yang beretika dan berbudi pekerti luhur, agar tercipta
kehidupan beragama yang harmonis.
2.4 Implementasi Kebenaran, Kebajikan, Kasih Sayang, Kedamaian dan
Tanpa Kekerasan dalam Kehidupan Bersama Sehari-hari
Setelah mempelajari ajaran etika (moralitas) dalam Agama Hindu, kita
sebagai umat Hindu mempunyai kewajiban untuk mengimplementasikan
ajaran-ajaran serta pedoman-pedoman etika yang ada dalam Kitab Suci Hindu
tersebut. Berikut ini akan diungkapkan petikan inti sari ajaran yang penting
kita jadikan perilaku kita sehari-hari dimasyarakat diantara sesama manusia
dan contoh pengimplementasiannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.4.1 Implementasi Kebenaran
Sabda suci weda menyatakan bahwa kebenaran/kejujuran
(Satyam),
merupakan
Menjalankan
setiap
prinsip
perbuatan
dasar
dengan
hidup
dan
kehidupan.
berlandaskan
dharma
dan
kemuliaan.
Kebenaran/kejujuran
dapat
10
uang tersebut
pengimplementasian
(penerapan)
kebajikan
dalam
13
hidupnya
akan
diliputi
dengan
ketenangan
dan
1.
Cinta Kasih
Dalam bahasa Sansekerta, cinta diistilahkan dengan
kata Snih yang artinya cinta bukan harus dimiliki
melainkan apa yang sudah ada patut dipelihara. Sedangkan
menurut cendikiawan Hindu abad ke19 yaitu Svami
Vivekanandha menyebutkan bahwa Cinta Kasih adalah
daya penggerak, karena cinta kasih selalu menempatkan
dirinya sebagai pemberi bukan penerima. Jika kita dengan
penuh kesadaran cinta dan kasih kepada Tuhan maka
kebenaran yaitu kemahakuasaan Tuhan akan datang
karena daya penggerak atu cinta kasihnya-Nya. Jadi dari
uraian maka dapat dipahami bahwa Cinta Kasih adalah
perasaan rindu, sayang yang patut dibina dengan penuh
kesadaran tanpa keterikatan.
Dalam Bhagavad gita X II.13, disebutkan tentang
orang yang telah memahami dan mengaplikasikan cita
kasih:
Advesta sarva-bhutanam Maitrah karuna eva ca
15
Kasih Sayang
Kasih saying adalah perasaan yang lahirr dari cinta kasih
dan diberikan dengan penuh kesadaran tanpa keterikan. Ada
lima aspek kepribadian manusia yaitu:
a. Intelek
atau
kecerdasan,
memungkinkan
manusia
mengendalikan hasrat.
c. Emosi, tingkat emosi menggambarkan penggunaan
panca indera secara benar. Emosi menggambarkan
penggunaan panca indera secara benar. Emosi hendaknya
dipahami dan dikendalikan agar menjadi alat yang
beguna
bagi
kesejahteraan
hidup
individu
dan
masyarakat.
d. Psikis atau kejiwaan adalah aspek kepribadan manusia
yang paling sulit dilukiskan, karena merupakan kualiatas
diri kita yang menjadi sumber kasih.
e. Spiritual, dalam spiritualitas seseorang menghayati
kesatuan yang mendasar dan kemanunggalan segala
ciptaan.
16
17
18
19
dalam
pikiran jahat.
Tidak berbuat curang, mencuri atau merampok.
Contohnya : tidak menjambret, tidak korupsi, tidak
mngeksploitasi alam demi memuaskan kepentingan
3.
pribadi dll.
Tidak berzina. Contohnya : tidak memperkosa
seorang wanita.
2. Panca Yama Brata
Panca Yama Brata berasal dari tiga suku kata, yaitu panca
berarti lima, yama artinya pengendalian dan brata yang berarti
keinginan. Panca Yama Brata ialah lima keinginan untuk
mengendalikan diri dari godaan-godaan nafsu yang tidak baik.
Adapun implementasinya yaitu :
20
1.
Ahimsa
(tidak
menyakiti
atau
membunuh).
3.
kejujuran).
sombong,
tidak
mengucapkan kata-kata yang tidak sopan, tidak berkatakata yang menyakitkan serta tidak memaki orang lain
ataupun merendahkan orang lain.
b. Konsisten atau berpendirian teguh dalam mengambil
ataupun menjalankan keputusan.
c. Bertanggung jawab terhadap setiap perbuatan yang
4.
dilakukan.
d. Setia kepada sahabat dan tidak berkhianat.
e. Selalu ingat akan janji dan tidak pernah mengingkarinya.
Awyawahara (tidak terikat keduniawian). Implementasinya
dalam kehidupan sehari-hari adalah kita dalam melaksanakan
setiap pekerjaan ataupun perbuatan tidak boleh menginginkan
hasil yang yang didapat. Karena dharma lebih penting dari artha
5.
dan kama.
Asteya atau Asteneya (tidak mencuri). Implementasinya
dalam kehidupan sehari-hari yaitu walaupun kita tidak
mempunyai uang untuk makan, kita tidak boleh mencuri. Kita
tidak boleh mengambil sesuatu yang bukan hak milik kita
sendiri.
3. Dasa Yama Brata
21
1.
(tidak
menyakiti
atau
membunuh).
6.
22
7.
dalam
oleh
berperilaku
kawan-kawannya.
kasar
akan
dijauhi.
Sebaliknya
orang
Implementasinya
yang
dalam
kedua)
untuk
dapat
tercapainya
ketenangan
dan
4.
dan
tidak
berlebihan.
Contoh
prilaku
25
dan
lain-lain.
Mengurangi
kebiasaan
berarti
26
diri
dengan
melakukan
berbagai
pantangan.
untuk melakukan
sesuatu
pekerjaan hendaknya
27
pernah luput dari khilaf. Setiap orang pasti pernah berbuat salah
dan oleh karena itu pada suatu saat ia pasti ingin dimaafkan pula
oleh orang lain. Memberikan maaf harus dengan tulus ikhlas.
3.
4.
5.
Sauca (berhati bersih dan suci). Bersih dan suci bukan hanya
badannya saja, tetapi juga pikiran dan hatinya. Dengan hati dan
pikiran yang bersih maka ketentraman dan kedamaian serta
ketenangan hidup akan mudah didapatkan.
6.
Indrayanigraha
(dapat
mengendalikan
keinginan).
Manusia
8.
28
10. Akrodha (tidak cepat marah). Berusahalah agar tidak marah dan
cepat marah. Karena dengan kemarahan dapat menyakitkan hati
orang lain, dan dapat mencelakakan dirinya sendiri. Kemarahan
dapat menimbulkan kekecewaan terhadap orang lain, dan pada
gilirannya orang lain akan berbalik marah kepada kita. Dalam
kesehatan pun diketahui bahwa dengan cepat marah orang akan
cepat tua.
7. Catur Paramita
Catur paramita berasal dari kata catur yang berarti empat dan
paramita yang berarti perbuatan luhur. Dengan demikian catur
paramita berarti empat perbuatan luhur, yang harus dilaksanakan oleh
seluruh umat Hindu. Catur paramita terdiri dari:
1. Maitri
(bersahabat).
Manusia
harus
mempunyai
sifat-sifat
manusia
semuanya
bersaudara.
Dengan
tercapainya
ditimbulkan
terhadap
binatang, tubuh-tumbuhan
dan
29
30
adalah
salah
satu
kitab
Itihasa.
Mahabharata
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Etika atau moralitas merupakan tatanan pergaulan yang melandasi
tingkah laku manusia seperti bagaimana seseorang harus bersikap,
berprilaku, serta bertanggung jawab, untuk dapat mencapai hubungan
yang harmonis dalam kehidupan bersama maupun dalam kehidupan
beragama.
32
2.
3.
4.
pedoman Etika Hindu yang termuat dalam berbagai Kitab Suci Hindu.
Implementasi kebaikan, kebajikan, kasih sayang, perdamaian dan
tanpa kekerasan inti sari ajarannya termuat dalam beberapa sloka
Sarasamuccaya, Atharva Weda, Bhagavad Gita, dan yang lainnya. Inti
sari ajaran tersebut memberikan ajaran tentang perilaku sehari-hari
yang seharusnya kita lakukan.
3.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat penyusun sampaikan adalah,
sebagai umat Hindu yang baik dan taat beragama kita seharusnya
memahami makna etika atau moralitas, bagaimanakah etika dalam
Agama Hindu, bagaimana misi untuk memperbaiki diri menjadi
manusia yang ideal (Manava Madhava), dan yang terpenting yaitu
menjalankan implementasi dari kebaikan, kebajikan, kasih sayang,
perdamaian dan tanpa kekerasan dalam kehidupan sehari-hari.
Alangkah harmonisnya, apabila komponen-komponen tersebut dapat
dilakukan
dengan
bersungguh-sungguh.
Keharmonisan
dalam
kehidupan bermasyarakat akan dapat didapatkan serta rintanganrintangan atau masalah-masalah yang ada di kehidupan sehari-hari
akan dapat terselesaikan dengan mudah tanpa adanya menyimpangan
33
DAFTAR PUSTAKA
Winawan,
W.2003.Materi
Susbtansi
Kajian
Matakuliah
Pengembangan
Gramedia,
2004.
Dalam
Diakses
http://dimas-
sigit.blogspot.com/2011/12/ajaran-hindu-dharma-tentang-etika.html
Diakses
34
DOA PENUTUP
35