Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SUMBER DAYA ALAM

KEBIJAKAN YANG BERTANGGUNG JAWAB DALAM MENGELOLA


SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
Dosen Pengampu: Nita Fauziah Oktaviani, S.E.,M.M.

MANAJEMEN E

Disusun Oleh:

Kelompok 10

Silvi Anjani 2202010190

Rizka Amalia 2202010189

Riki Nurzalil 2202010199

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PERJUANGAN TASIKMALAYA
2023

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................
1.2 Tujuan.........................................................................................................................
1.3 Manfaat..............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................
2.1 Pengertian Sumber Daya Alam...................................................................................
2.2 Kebijakan Pengelolaan SDA......................................................................................
2.3 Prinsip Pelestarian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup ...............................
BAB III STUDI KASUS....................................................................................................
BAB IV PENUTUP.................................................................................................
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................
BAB V DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

BAB III
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya alam dan lingkungan adalah aset yang sangat berharga bagi manusia
dan semua makhluk hidup di planet ini. Kebijakan yang bertanggung jawab dalam
mengelola sumber daya alam dan lingkungan adalah hal yang sangat penting untuk
menjaga keberlanjutan dan kesejahteraan generasi masa depan. Penyusunan kebijakan
pengelolaan sumber daya harus berlandaskan pada, bumi dan air dan kekayaan alam,
yang dikuasai negara,harus digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Sumber daya alam berlimpah yang tidak diperuntukkan sebesar-besarnya untuk


kemakmuran rakyat menjadikan negeri kaya raya bernama Indonesia, dieksploitasi
untuk kepentingan negara industri maju dan kuasa modal di Indonesia. Seakan
menjadi kutukan bagi rakyatnya sendiri, sampai dengan tahun 2010 masih terdapat
sekitar 31,6 juta jiwa rakyat negara ini yang terperosok kedalam lubang kemiskinan
yang paling dalam. Jutaan keluarga tidak mendapatkan akses air bersih, seiring
dengan makin menipisnya daerah resapan air, berkurangnya jumlah DAS (Daerah
Aliran Sungai), dan pengelolaan sumber daya air yang buruk. Eksploitasi terhadap
hutan, bahan tambang, migas, perampasan tanah (landgrabing) dan sumber daya alam
lainnya telah menyebabkan kerusakan pada air, tanah dan udara yang berakibat pada
bencana ekologis dan tersingkirnya rakyat dari sumber-sumber kehidupan.

Kegiatan pembangunan Indonesia yang selama ini menggunakan konsep pendekatan


pertumbuhan (developmentalism), telah membawa dampak buruk pada kuantitas dan
kualitas SDA itu sendiri, karena SDA dieksplorasi dan dieksploitasi untuk membiayai
kegiatan pembangunan tanpa memperhatikan kaidah-kaidah perlindungan dan
pengelolaan lingkungan. sebagaimana diketahui, kaidah-kaidah tersebut merupakan
upaya sistematis terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan dan mencegah
terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan. Kaidah-kaidah tersebut saat ini
diatur dalam UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UU-PPLH) dan berbagai peraturan perlaksanaannya.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Penulisan makalah ini adalah :
1. Dapat mengetahui pengertian Sumber Daya Alam.
2. Dapat mengetahui kebijakan pengelolaan SDA
3. Mengetahui Prinsip Pelestarian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

1.3 Manfaat
1. Peningkatan Kesadaran : Makalah ini dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya tentang
pentingnya pengelolaan SDA yang bertanggung jawab.

2. Perlindungan Lingkungan Hidup: Salah satu manfaat utama adalah


perlindungan lingkungan hidup, yang dapat mencakup pengurangan kerusakan
lingkungan, pelestarian keanekaragaman hayati, dan konservasi SDA.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sumber Daya Alam

Sebelum membahas tentang Sumber Daya Alam (SDA), sebaiknya kita mengatahui
definisi dari SDA terlebih dahulu. Sumber daya alam (biasa disingkat SDA) adalah
segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia. Yang tergolong di dalamnya tidak hanya komponen biotik,
seperti hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme, tetapi juga komponen abiotik, seperti
minyak bumi, gas alam, berbagai jenis logam, air, dan tanah.

Menurut Slamet Riyadi (Darmodjo, 1991/1992) mendefinisikan Sumber Daya Alam


sebagai segala isi yang terkandung dalam biosfer, sebagai sumber energi yang
potensial, baik yang tersembunyi di dalam litosfer (tanah), hidrosfer (air) maupun
atmosfer (udara) yang dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan manusia
secara langsung maupun tidak langsung.

Herman Haeruman Js (Kaligis, 1986) menyatakan bahwa: Sumber Daya Alam


adalah sumber daya yang terbentuk karena kekuatan alami misalnya tanah, air dan
perairan, biodata, udara dan ruang, mineral, bentang alam (landscape), panas bumi
dan gas bumi, angin, pasang surut dan arus laut. Jadi sumber daya alam adalah segala
sesuatu yang ada di sekeliling manusia yang bukan dibuat manusia, dan yang terdapat
di permukaan bumi, baik itu berada di dalam tanah, laut ataupun air dan di udara,
yang dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan manusia maupun organisme
lain secara langsung maupun tidak langsung. Demikian Sumber daya alam ialah
semua kekayaan alam baik berupa benda mati maupun benda hidup yang berada di
bumi dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
2.2 Kebijakan Pengelolaa Sumber Daya Alam (SDA)
Kebijakan pengelolaan SDA (Sumber Daya Alam) merupakan langkah-langkah,
aturan, dan strategi yang digunakan oleh pemerintah atau entitas yang bertanggung
jawab untuk menjaga, mengelola, dan mengatur pemanfaatan SDA secara
berkelanjutan. SDA meliputi segala jenis aset alam, seperti air, tanah, hutan, energi,
mineral, dan keanekaragaman hayati. Tujuan utama dari kebijakan pengelolaan SDA
adalah untuk memastikan bahwa SDA dapat digunakan oleh generasi saat ini dan
masa depan tanpa merusak ekosistem atau menguras sumber daya.
Kebijakan yang bertanggung jawab dalam mengelola Sumber Daya Alam (SDA)
harus memiliki fokus pada keberlanjutan jangka panjang, pelestarian lingkungan, dan
pemanfaatan SDA yang berkelanjutan. Berikut adalah beberapa kebijakan yang
bertanggung jawab dalam mengelola SDA:
 Kebijakan Pelestarian Hutan: Kebijakan ini melindungi hutan-hutan penting,
menghentikan deforestasi ilegal, dan mendorong praktik kehutanan
berkelanjutan.
 Kebijakan Pertanian Berkelanjutan: Kebijakan ini mendorong praktik pertanian
yang berkelanjutan, seperti pertanian organik, pengelolaan air yang bijaksana,
dan konservasi tanah.
 Kebijakan Pengelolaan Air: Kebijakan ini mengatur penggunaan air bersih
dengan bijaksana, melindungi sumber-sumber air, dan mendorong penggunaan air
daur ulang.
 Kebijakan Energi Terbarukan: Kebijakan ini mendorong pengembangan dan
penggunaan energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan hidroelektrik, serta
mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
 Kebijakan Perlindungan Habitat Liar: Kebijakan ini menetapkan kawasan
konservasi alam dan melindungi habitat liar serta spesies yang terancam punah.
 Kebijakan Pengelolaan Limbah: Kebijakan ini mengatur pengelolaan limbah
secara aman, mempromosikan daur ulang, dan mengelola limbah berbahaya.
 Kebijakan Perlindungan Laut: Kebijakan ini mengatur pengelolaan perikanan
yang berkelanjutan untuk mencegah overfishing dan merusak ekosistem laut.
 Kebijakan Pengelolaan Mineral yang Berkelanjutan: Kebijakan ini mengatur
aktivitas pertambangan agar berkelanjutan, memperhatikan dampak lingkungan,
dan mengelola sumber daya mineral secara efisien.
 Kebijakan Restorasi Lingkungan: Kebijakan ini mendukung upaya restorasi
untuk memulihkan ekosistem yang terganggu atau rusak.
 Kebijakan Partisipasi Masyarakat: Kebijakan ini mendorong partisipasi aktif
masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan SDA, serta
memastikan bahwa kebijakan memperhitungkan kepentingan komunitas lokal.
 Kebijakan Pendidikan Lingkungan: Kebijakan ini mendorong pendidikan
lingkungan di semua tingkat pendidikan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya pengelolaan SDA yang bertanggung jawab.
 Kebijakan Pengendalian Perubahan Iklim: Kebijakan ini mengurangi emisi gas
rumah kaca, mendukung adaptasi terhadap perubahan iklim, dan mempromosikan
energi bersih dan kebijakan rendah karbon.
 Kebijakan Perlindungan Ekosistem Laut: Kebijakan ini melindungi ekosistem
laut yang penting, seperti terumbu karang, dan mengatur aktivitas di perairan laut.
 Kebijakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Lokal: Kebijakan ini memastikan
bahwa pengelolaan SDA memberikan manfaat ekonomi kepada komunitas lokal
dan membantu mengurangi kemiskinan.
 Kebijakan Penegakan Hukum: Kebijakan ini menerapkan hukuman yang tegas
terhadap pelanggaran hukum yang merusak SDA dan lingkungan.
 Kebijakan Inovasi Teknologi Lingkungan: Kebijakan ini mendorong
pengembangan dan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dalam
pengelolaan SDA.
Kebijakan-kebijakan ini harus dikelola dan diimplementasikan dengan cermat dan
harus mencakup pemantauan yang ketat serta keterlibatan aktif dari berbagai pihak,
termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil. Tujuannya adalah untuk
mencapai keseimbangan antara kebutuhan manusia, perlindungan lingkungan, dan
keberlanjutan ekonomi dalam pengelolaan SDA.

2.3 Prinsip Pelestarian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Prinsip hukum pelestarian fungsi lingkungan hidup, secara teoritis-idealistis adalah


sebuah prinsip yang menghendaki upaya-upaya konkret dilapangan untuk
mewujudkan eksistensi kelestarian fungsi lingkungan hidup secara terus-menerus dari
ancaman pencemaran atau kerusakan dari ancaman pencemaran atau kerusakan akibat
kelalaian yang dilakukan oleh pelaku usaha atau kegiatan. Idealisme yang melandasi
prinsip ini pada intinya adalah proses atau cara yang tepat untukmelakuan beragam
upaya untuk mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Landasan
penerapan prinsip hukum pelestarian fungsi lingkungan hidup tersebut merujuk pada
ketentuan:

a) Pasal 6 ayat (1) Undang Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) yang
menyebutkan bahwa : “setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan kerusakan
fungsi lingkungan hidup”.

b) Pasal 14 ayat (1) UUPLH menegaskan pula bahwa : “Untuk menjamin pelestarian
fungsi lingkungan hidup, setiap usaha dan/atau kegiatan dilarang melanggar baku
mutu dan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup”.
c) Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian,
bahwa: “Perusahaan industri wajib melaksanakan upaya keseimbangan dan
kelestarian sumber daya alam serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran
lingkungan hidup akibat kegiatan industri yang dilakukan.

Kebijakan pengelolaan SDA harus disusun dengan cermat, diterapkan secara


konsisten, dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa tujuan konservasi
dan keberlanjutan tercapai. Dengan menjalankan kebijakan semacam ini, negara atau
entitas dapat menjaga keseimbangan antara pemanfaatan SDA untuk kepentingan
manusia dan pelestarian lingkungan alam.

Penegakan hukum lingkungan di Indonesia menghadapi tantangan yang cukup


besar, terutama ketika dikaitkan dengan kebijakan pemerintah dalam melakukan
pengelolaan sumber daya alam. Pengelolaan dalam hal ini mencakup aspek
penguasaan dan pemanfaatannya, terutama terkait aspek penguasaan dan pemanfaatan
pada sektor-sektor pertanahan, kehutanan, perkebunan, pertambangan mineral dan
batu bara, pertambangan minyak dan gas bumi dan lain sebagainya. Penguasaan dan
pemanfaatan sektor-sektor tersebut untuk menunjang kegiatan pembangunan
(ekonomi) seringkali menimbulkan masalah lingkungan.

Perbaikan tata kelola SDA dan lingkungan harus dimulai dengan transparansi dan
integritas pengelolaan SDA itu sendiri. Transparansi diawali dari tahapan proses
perizinan, sebagai instrumen preventif dalam penegakan hukum lingkungan. Masalah
perizinan yang akhir-akhir ini menjadi pintu terjadinya tindak pidana korupsi di sektor
SDA, perlu mendapat perhatian khusus terkait dengan implementasi kaidah-kaidah
hukum pidana lingkungan, tidak semata-mata kaidah hukum pidana sebagai genus.

Dengan demikian, penegakan hukum lingkungan dapat ditingkatkan kapasitasnya.


Pencegahan dan pemulihan akibat pencemaran dan perusakan lingkungan, lebih
difokuskan pada upaya penurunan dan pemulihan kualitas lingkungan yang
disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan serta mengurangi luasan kebakaran hutan
itu sendiri. Demikian juga halnya dengan pemulihan kualitas lingkungan yang
diakibatkan oleh kegiatan pertambangan. Perlu penguatan aturan-aturan khususnya
dalam bentuk perda-perda yang mengatur mengenai tambang inkonvensional karena
pertambangan inkonvensional telah menjadi penyumbang terbesar kerusakan lahan
dan hutan. Perda-perda yang mendukung penegakan hukum lingkungan dibutuhkan
mengingat dampaknya yang cukup luas. Misalnya pencemaran air sungai karena
penggunaan bahan kimia sebagai bahan pencucian bahan tambang, di samping juga
merusakan tatanan kehidupan sosial masyarakat sekitar lokasi tambang. Kegiatan
pertambangan haruslah dilakukan menurut kaidah-kaidah pertambangan yang benar,
antara lain memperhatikan lingkungan fisik dan kimia, memperhatikan lingkungan
sosial dan ekonomi masyarakat sekitar, memperhatikan lingkungan pasca tambang12.
Untuk itu diperlukan penegakan hukum lingkungan hidup yang komprehensif, yang
mencakup seluruh aspek dan unsur yang menjadi penyebab terjadinya pelanggaran
kaidah-kadiah hukum SDA dan lingkungan.

BAB III
Studi Kasus
Isi dari UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Bidang Sumber Daya Alam adalah
mengatur tentang pengelolaan SDA di Indonesia, termasuk di dalamnya sektor migas,
minerba, dan energi terbarukan. UU ini bertujuan untuk meningkatkan investasi di sektor
SDA dan mempercepat proses perizinan, serta memperkuat pengawasan dan penegakan
hukum dalam pengelolaan SDA. Namun, UU ini juga menjadi perdebatan karena
dianggap mengabaikan sektor perlindungan lingkungan hidup dan perlindungan
masyarakat dalam mengatur pengelolaan SDA. Selain itu, terdapat juga perdebatan
terkait partisipasi masyarakat dalam penyusunan Amdal yang dibatasi hanya untuk
masyarakat terdampak langsung, sehingga tidak menutup kemungkinan ada masyarakat
yang terkena dampaknya meskipun tidak langsung
Kebijakan yang menjadi permasalahan terkait pengelolaan SDA yang dianggap belum
komprehensif dan belum mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi saat ini,
seperti perampasan hak atas tanah, pelanggaran hak asasi manusia, korupsi peraturan,
tumpang tindih kebijakan dan regulasi, konflik agraria, dan kemiskinan rakyat. Selain
itu, UU Cipta Kerja juga menjadi permasalahan karena dianggap mengabaikan sektor
perlindungan lingkungan hidup dan perlindungan masyarakat dalam mengatur
pengelolaan SDA.
A. Kritik atas pengaturan pengelolaan SDA dalam UU Cipta Kerja antara lain
adalah:
1. UU Cipta Kerja dianggap mengabaikan sektor perlindungan lingkungan hidup dan
perlindungan masyarakat dalam mengatur pengelolaan SDA. UU ini baru sebatas
mengatur eksploitasi dalam pengelolaan SDA, sementara komitmen perlindungan
lingkungan hidup dan perlindungan masyarakat marjinal masih belum terlihat, bahkan
cenderung memperlemah komitmen yang telah ada.
2. Partisipasi masyarakat dalam penyusunan Amdal dibatasi hanya untuk masyarakat
terdampak langsung, sehingga tidak menutup kemungkinan ada masyarakat yang terkena
dampaknya meskipun tidak langsung. Hal ini dianggap tidak adil dan tidak transparan.
3. Perubahan dalam Pasal 34 juga menjadi perdebatan karena keberadaan proses
musyawarah menjadi tidak pasti. Pasal ini mengatur tentang kewajiban pemerintah untuk
melakukan musyawarah dengan masyarakat terkait pengelolaan SDA, namun dalam UU
Cipta Kerja, musyawarah tidak lagi menjadi syarat utama dalam pengambilan keputusan.
Untuk memberikan solusi atas permasalahan pengelolaan SDA dalam UU Cipta Kerja,
beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:

B. Solusi yang harus dilakukan


1. Membentuk regulasi yang komprehensif dan mendukung penegakkan hukum serta
memperkuat pengawasan dalam pengelolaan SDA. Regulasi ini harus mampu
menyelesaikan permasalahan yang terjadi saat ini, seperti korupsi peraturan, konflik
agraria, korupsi SDA, tumpang tindih kebijakan, tumpang tindih regulasi, dan
kemiskinan rakyat.
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyusunan Amdal dan memberikan
akses yang lebih luas bagi masyarakat untuk mengajukan upaya keberatan terkait
pengelolaan SDA. Hal ini dapat dilakukan dengan memperluas definisi masyarakat
terdampak dan memberikan akses yang lebih mudah untuk mengajukan upaya keberatan.
3. Memperkuat komitmen perlindungan lingkungan hidup dan perlindungan masyarakat
dalam pengelolaan SDA. Hal ini dapat dilakukan dengan mengatur ketentuan yang jelas
dan tegas terkait perlindungan lingkungan hidup dan perlindungan masyarakat dalam UU
Cipta Kerja.
4. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan SDA. Hal ini dapat
dilakukan dengan memperkuat pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran
dalam pengelolaan SDA serta memberikan akses yang lebih luas bagi masyarakat untuk
memperoleh informasi terkait pengelolaan SDA.

BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Memamfaatkan sumber daya alam yang ada agar berguna sebagaimana mestinya, kita
sebagai manusia yang memamfaatkan SDA tersebut seharusnya memiliki prisip
ekoefisien yang mana kita tidak merusak ekosistem, pengembilan secara efesien demi
kebelanjutan SDA. Pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk menciptkan sumber
daya alam yang dapat mendukung kesejahteraan manusia.Oleh karena itu, hendaknya
kita menjaga kelestarian lingkungan hidup agar makhluk hidup lainnya dapat bertahan
hidup dengan dukungan dari sumber daya alam dan lingkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Ida Nurlinda, Kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan dampaknya terhadap
Penegakan hukum lingkungan Indonesia.
Antoni putra, kertas advokasi kebijakan atas UU NO. 11 TAHUN 2020
Tentang,Cipta kerja bidang Sumber daya alam.
Budianto, 2008, Pelaksanaan Sistem Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup
Dengan pengelolaan Pembangunan berkelanjutan dan berwawasan
Lingkungan.
Rosana, M., 2018, Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Yang Berwawasan
Lingkungan Di Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial, Vol. 1, No. 1, hh. 148–163.

Anda mungkin juga menyukai