Anda di halaman 1dari 6

Kearifan Lokal dan Pelestarian lingkungan.

Mutiara Dina Aulia 22058104

A. Pendahuluan
Kearifan lokal merupakan sebuah sistem dalam tatanan kehidupan sosial, politik, budaya,
ekonomi, serta lingkungan yang hidup di tengah- tengah masyarakat lokal. Dalam
perkembangannya masyarakat melakukan adaptasi terhadap lingkungannya dengan
mengembangkan suatu kearifan yang berwujud pengetahuan atau ide, peralatan, dipadu
dengan norma adat, nilai budaya, aktivitas mengelola lingkungan guna mencukupi
kebutuhan hidupnya.

B. Isi
1. Pegertian lingkungan
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber
daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh
di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan
manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia
dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.(IVAN, 2019) Berikut definisi
lingkungan menurut beberapa tokoh:

a. Menurut Emil Salim


Menurut Prof. Emil Salim, M.A., Ph.D yang merupakan seorang ahli ekonomi,
cendekiawan, pengajar, dan politisi Indonesia, lingkungan diartikan sebagai
benda, kondisi, dan pengaruh yang terdapat dalam ruang yang kita tempati dan
mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.

b. Menurut Ahmad
Lingkungan adalah suatu kesatuan dengan kehidupan para manusia. Menurut
Ahmad, pengertian lingkungan hidup adalah satu sistem di dalam kehidupan. Di
dalam sistem kehidupan tersebut ada sebuah campur tangan dari manusia-
manusia.

c. Menurut Darsono
Darsono mengungkapkan lingkungan adalah semua benda dan kondisi yang berisi
manusia beserta kegiatannya. Semua hal tersebut berada di dalam suatu ruang
dimana manusia itu tinggal. Segala unsur tersebut tentunya berpengaruh pada
kelangsungan dan kesejahteraan hidup manusia serta makhluk hidup lain yang
hidup.

d. Menurut Amsyari
Pengertian lingkungan menurut Amsyari dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu
lingkungan fisik, biologis dan sosial. Lingkungan fisik adalah semua hal yang
terdapat di sekitar manusia. Wujud dari lingkungan fisik adalah benda mati,
seperti udara, air, cahaya, batu, rumah, dan lain sebagainya. Lingkungan biologis
dalam pengertian ini adalah semua unsur yang ada di sekitar hidup manusia, yaitu
enyerupai organisme hidup, kecuali yang ada pada diri manusia itu sendiri.
Contohnya seperti tumbuhan dan hewan.

2. Hubungan manusia dengan lingkungan


Manusia hidup dalam lingkungan dan melakukan interaksi dengan komponen-
komponen yang ada dilingkungannya. Interaksi tersebut dapat terjadi dengan
komponen biotik maupun abiotic serta sosial budaya. Pada awalnya interaksi antara
manusia dengan lingkungannya berjalan secara serasi, selaras dan seimbang. Namun,
belakangan ini hubungan tersebut berjalan secara tidak seimbang. Manusia dengan
kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologinya lebih bersifat ekspoitatif terhadap
alam, sehingga muncul berbagai permasalahan lingkungan.

Secara sosial manusia selain disebut homo socius, juga disebut sebagai homo
ecologus, artinya manusia adalah bagian yang tak terpisahkan dari suatu ekosistem,
sehingga manusia memiliki kecenderungan untuk selalu memahami akan
lingkungannya.(Suparmini et al., 2015) Oleh karenanya, hubungan manusia dengan
lingkungan tidak dapat dipisahkan. Meski manusia memiliki potensi untuk peduli
pada lingkungannya, tetapi pada sisi aktualisasi kepedulian terhadap ekologis itu,
berbenturan dengan akalnya. Pada akhirnya lahirlah pola sikap dan pikir yang
berbeda-beda.

3. Masalah-masalah lingkungan
Semua orang masa kini, termasuk masyarakat, berisiko dalam persoalan lingkungan.
Ini terbukti dengan seringnya terjadinya musibah, baik yang murni peristiwa alam
atau peristiwa yang melibatkan manusia. Pernyataan tersebut sudah sering terjadi di
Indonesia dan banyak korban. Persoalan lingkungan di negeri ini merupakan musibah
yang terjadi secara berulang.

a. Persoalan kebakaran hutan merupakan bagian dari perusakan hutan, baik yang
dilakukan masyarakat umum karena kebutuhan sehari-hari, seperti kayu bakar,
atau yang dilakukan dunia industri yang membutuhkan bahan baku. Terlebih lagi,
pemegang HPH menganggap surat izin Hak Pengelolaan Hutan (HPH) sebagai
hak penggundulan hutan.

b. Lepasnya pulau terluar Indonesia yang sudah terjadi, seperti pindahnya


penguasaan P. Sipadan-Ligitan ke negara jiran Malaysia. Persoalan masih tersisa
masalah status blok Ambalat, Celah Timor, P. Pasir dan berbagai pulau lainnya
belum tuntas. Persoalanya bukan sekadar pulau kecil yang mungkin tidak
berpenghuni, tetapi lebih terkait ke masalah sumber ekonomi perairan yang sangat
besar berupa Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE) pantai dari pulau-pulau itu. Dan
sekarang yang tengah diberitakan tentang perkara konflik Pulau rempang,
Peristiwa itu terjadi akibat konflik lahan atas rencana pembangunan kawasan
Rempang Eco City.

c. Kondisi polusi dari berbagai pabrik dan penggundulan hutan menyebabkan udara
di Indonesia ternyata juga tidak luput dari masalah. Indonesia yang memiliki
hutan luas, dianggap menjadi salah satu negara paru-paru dunia, karena hutan
hujan tropis Indonesia banyak menghasilkan oksigen, tetapi kini semakin
berkurang. Dampaknya udara semakin kotor dan dapat merusak lingkungan.
Kebakaran hutan yang terjadi hampir setiap tahun di Sumatera dan Kalimantan
menyebabkan asap dan polusi yang “diekspor” sampai ke negeri tetangga.

d. Persoalan lain yang tidak kalah serius terkait masalah sampah. Dirjen Pengelolaan
Sampah, Limbah, dan B3 Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK), Tuti Hendrawan Mintarsih mengatakan, sampah di Indonesia tahun
2019 diperkirakan sebanyak 68 juta ton/tahun dan seberat 9,52 juta ton (14
persen) merupakan sampah plastik.

4. Kearifan lokal dan konservasi lingkungan


Manusia membutuhkan alam untuk menunjang kebutuhan hidup sehari-hari. Hal
tersebut dikarenakan alam memiliki kebutuhan dasar yang diperlukan manusia untuk
bertahan hidup, seperti air, energi, makanan, udara, dan perlindungan. Terdapat
beraneka macam kearifan lokal yang ada pada suatu masyarakat lokal, salah satunya
yaitu kearifan lokal yang berdampak pada konservasi alam Sebagai timbal balik,
manusia harus menjaga alam agar tetap mendapatkan kebutuhan dasar tersebut.
Hubungan antara keduanya seringkali membuat suatu interaksi yang kuat untuk
menunjang satu sama lain. Interaksi tersebut umumnya menghasilkan suatu kearifan
lokal yang memiliki timbal balik yang positif antara keduanya. Misalnya,
a. suku yang ada di pedalaman Papua, yaitu suku Yali yang masih sangat
bergantung pada hutan. Suku tersebut harus menjaga hutan agar tetap lestari,
karena jika hutan tersebut rusak mereka tidak akan mendapat makanan lagi.
b. suku Helong di Nusa Tenggara Timur, terdapat kearifan lokal berupa larangan
memasuki mata air sakral, hanya ketua adat yang diperbolehkan untuk
memasukinya pada saat ritual meminta hujan. Setelah diteliti lebih lanjut, mata air
merupakan sumber kehidupan yang berperan penting dalam proses hidrologis,
sungai-sungai yang berasal dari mata air berperan dalam membawa air untuk
kehidupan sehari-hari masyarakat. Jika setiap orang bebas untuk memasuki
sumber mata air tersebut, dikhawatirkan akan terjadi pencemaran, yang pada
akhirnya akan berdampak pada masyarakat suku Helong itu sendiri

Mengetahui kearifan lokal berbasis konservasi dapat menjadi salah satu referensi
untuk terus melakukan konservasi secara serentak di seluruh pelosok daerah. Karena
pada dasarnya, konservasi berbasis kearifan lokal lebih mudah diterima oleh
masyarakat lokal (As’ad et al., 2021)

C. Kesimpulan
Masyarakat lokal yang hidup seimbang berdampingan dengan alam memiliki
pengetahuan yang diwariskan turun-temurun tentang bagaimana memenuhi kebutuhan
hidup tanpa merusak alam. Namun, semua orang juga beresiko merusak amal disadari
maupun tidak disadari, sebagai contoh orang menganggap membuang bungkus permen
yang kecil tidak lah menganggu, namun jika seribu orang melakukan hal yang sama,
bungkus kecil tersebut akan menjadi banyak. Hal inilah yang menimbulkan permasalahan
lingkungan seperti banjir, dan juga beberapa masalah lingkungan yang lain seperti hutan
gundul, dan polusi.

Karna itulah kita butuh menerapkan konservasi lingkungan agar tidak hanya merusak
alam untuk diambil isinya, namun kita juga harus bisa menjaga dan merawat lingkungna
sekitar kita.
Daftar bacaan

As’ad, Rahmat Basuki, F., Fridiyanto, & Suryanti, K. (2021). Konservasi lingkungan berbasis
kearifan lokal di Lubuk Beringin dalam perspektif agama, manajemen, dan sains.
Kontekstualita: Jurnal Sosial Keagamaan, 36(1), 89–108.
https://doi.org/10.30631/kontekstualita.36.1.89-108

IVAN, S. A. (2019). Penerapan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 Dalam Lingkungan


Pelabuhan Wisata Di Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas Iii Nusa Penida. 1–45.

Suparmini, S., Setyawati, S., & Sumunar, D. R. S. (2015). Pelestarian Lingkungan Masyarakat
Baduy Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Penelitian Humaniora, 18(1).
https://doi.org/10.21831/hum.v18i1.3180

Anda mungkin juga menyukai