A. Pendahuluan
Kearifan lokal merupakan sebuah sistem dalam tatanan kehidupan sosial, politik, budaya,
ekonomi, serta lingkungan yang hidup di tengah- tengah masyarakat lokal. Dalam
perkembangannya masyarakat melakukan adaptasi terhadap lingkungannya dengan
mengembangkan suatu kearifan yang berwujud pengetahuan atau ide, peralatan, dipadu
dengan norma adat, nilai budaya, aktivitas mengelola lingkungan guna mencukupi
kebutuhan hidupnya.
B. Isi
1. Pegertian lingkungan
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber
daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh
di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan
manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia
dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.(IVAN, 2019) Berikut definisi
lingkungan menurut beberapa tokoh:
b. Menurut Ahmad
Lingkungan adalah suatu kesatuan dengan kehidupan para manusia. Menurut
Ahmad, pengertian lingkungan hidup adalah satu sistem di dalam kehidupan. Di
dalam sistem kehidupan tersebut ada sebuah campur tangan dari manusia-
manusia.
c. Menurut Darsono
Darsono mengungkapkan lingkungan adalah semua benda dan kondisi yang berisi
manusia beserta kegiatannya. Semua hal tersebut berada di dalam suatu ruang
dimana manusia itu tinggal. Segala unsur tersebut tentunya berpengaruh pada
kelangsungan dan kesejahteraan hidup manusia serta makhluk hidup lain yang
hidup.
d. Menurut Amsyari
Pengertian lingkungan menurut Amsyari dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu
lingkungan fisik, biologis dan sosial. Lingkungan fisik adalah semua hal yang
terdapat di sekitar manusia. Wujud dari lingkungan fisik adalah benda mati,
seperti udara, air, cahaya, batu, rumah, dan lain sebagainya. Lingkungan biologis
dalam pengertian ini adalah semua unsur yang ada di sekitar hidup manusia, yaitu
enyerupai organisme hidup, kecuali yang ada pada diri manusia itu sendiri.
Contohnya seperti tumbuhan dan hewan.
Secara sosial manusia selain disebut homo socius, juga disebut sebagai homo
ecologus, artinya manusia adalah bagian yang tak terpisahkan dari suatu ekosistem,
sehingga manusia memiliki kecenderungan untuk selalu memahami akan
lingkungannya.(Suparmini et al., 2015) Oleh karenanya, hubungan manusia dengan
lingkungan tidak dapat dipisahkan. Meski manusia memiliki potensi untuk peduli
pada lingkungannya, tetapi pada sisi aktualisasi kepedulian terhadap ekologis itu,
berbenturan dengan akalnya. Pada akhirnya lahirlah pola sikap dan pikir yang
berbeda-beda.
3. Masalah-masalah lingkungan
Semua orang masa kini, termasuk masyarakat, berisiko dalam persoalan lingkungan.
Ini terbukti dengan seringnya terjadinya musibah, baik yang murni peristiwa alam
atau peristiwa yang melibatkan manusia. Pernyataan tersebut sudah sering terjadi di
Indonesia dan banyak korban. Persoalan lingkungan di negeri ini merupakan musibah
yang terjadi secara berulang.
a. Persoalan kebakaran hutan merupakan bagian dari perusakan hutan, baik yang
dilakukan masyarakat umum karena kebutuhan sehari-hari, seperti kayu bakar,
atau yang dilakukan dunia industri yang membutuhkan bahan baku. Terlebih lagi,
pemegang HPH menganggap surat izin Hak Pengelolaan Hutan (HPH) sebagai
hak penggundulan hutan.
c. Kondisi polusi dari berbagai pabrik dan penggundulan hutan menyebabkan udara
di Indonesia ternyata juga tidak luput dari masalah. Indonesia yang memiliki
hutan luas, dianggap menjadi salah satu negara paru-paru dunia, karena hutan
hujan tropis Indonesia banyak menghasilkan oksigen, tetapi kini semakin
berkurang. Dampaknya udara semakin kotor dan dapat merusak lingkungan.
Kebakaran hutan yang terjadi hampir setiap tahun di Sumatera dan Kalimantan
menyebabkan asap dan polusi yang “diekspor” sampai ke negeri tetangga.
d. Persoalan lain yang tidak kalah serius terkait masalah sampah. Dirjen Pengelolaan
Sampah, Limbah, dan B3 Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK), Tuti Hendrawan Mintarsih mengatakan, sampah di Indonesia tahun
2019 diperkirakan sebanyak 68 juta ton/tahun dan seberat 9,52 juta ton (14
persen) merupakan sampah plastik.
Mengetahui kearifan lokal berbasis konservasi dapat menjadi salah satu referensi
untuk terus melakukan konservasi secara serentak di seluruh pelosok daerah. Karena
pada dasarnya, konservasi berbasis kearifan lokal lebih mudah diterima oleh
masyarakat lokal (As’ad et al., 2021)
C. Kesimpulan
Masyarakat lokal yang hidup seimbang berdampingan dengan alam memiliki
pengetahuan yang diwariskan turun-temurun tentang bagaimana memenuhi kebutuhan
hidup tanpa merusak alam. Namun, semua orang juga beresiko merusak amal disadari
maupun tidak disadari, sebagai contoh orang menganggap membuang bungkus permen
yang kecil tidak lah menganggu, namun jika seribu orang melakukan hal yang sama,
bungkus kecil tersebut akan menjadi banyak. Hal inilah yang menimbulkan permasalahan
lingkungan seperti banjir, dan juga beberapa masalah lingkungan yang lain seperti hutan
gundul, dan polusi.
Karna itulah kita butuh menerapkan konservasi lingkungan agar tidak hanya merusak
alam untuk diambil isinya, namun kita juga harus bisa menjaga dan merawat lingkungna
sekitar kita.
Daftar bacaan
As’ad, Rahmat Basuki, F., Fridiyanto, & Suryanti, K. (2021). Konservasi lingkungan berbasis
kearifan lokal di Lubuk Beringin dalam perspektif agama, manajemen, dan sains.
Kontekstualita: Jurnal Sosial Keagamaan, 36(1), 89–108.
https://doi.org/10.30631/kontekstualita.36.1.89-108
Suparmini, S., Setyawati, S., & Sumunar, D. R. S. (2015). Pelestarian Lingkungan Masyarakat
Baduy Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Penelitian Humaniora, 18(1).
https://doi.org/10.21831/hum.v18i1.3180