Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BIODIVERSITY

KETETAPAN MENJELASKAN UPAYA-UPAYA PENERAPAN


KONSERVASI SECARA EX-SITU

DOSEN PENGAMPU :
MOH. SABRAN , S.Pd., M.Pd

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK III
AMIRA PUSPITASARI A22121002
FANDY ARTHA A22121003
FAUZIA A22121029
NUR FADILAH A22121151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2023

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2


KATA PENGANTAR .............................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
1.Latar belakang .................................................................................................. 4
1.2 Rumusan masalah.......................................................................................... 5
1.3 Tujuan............................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 6
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 15

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “
Ketetapan Menjelaskan Upaya-Upaya Penerapan Konservasi Secara Ex-Situ ” ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari . pada mata kuliah Biodiversity. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang pelestarian alam secara ex-situ bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pak Moh. Sabran , S.Pd., M.Pd ,
selaku dosen pada mata kuliah biodiversity yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Palu. 27 November 2023

Kelompok III

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar belakang
Indonesia merupakan negara dengan tingkat keanekaragaman hayati yang
sangat tinggi, yang ditandai dengan ekosistem, jenis dalam ekosistem, dan plasma
nutfah (genetic) yang berada di dalam setiap jenisnya. Dengan demikian,
Indonesia menjadi salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia dan dikenal
sebagai negara mega-biodiversity. Keanekaragaman hayati yang tinggi tersebut
merupakan kekayaan alam yang dapat memberikan manfaat yang vital dan
strategis, sebagai modal dasar pembangunan nasional, serta merupakan paru-paru
dunia yang mutlak dibutuhkan, baik dimasa kini maupun yang akan datang.
Namun demikian Indonesia juga merupakan negara dengan tingkat
keterancaman lingkungan yang tinggi, terutama terjadinya kepunahan jenis dan
kerusakan habitat yang menyebabkan menurunnya keaneka ragaman hayati, Hal
ini disebabkan karena proses pembangunan, dimana jumlah penduduk yang besar
dan terus bertambah meyebabkan kebutuhan dasar pun semakin besar, sehingga
sering terjadi perubahan fungsi areal hutan, sawah dan kebun rakyat baik oleh
pemerintah maupun swasta. Keadaan demikian menyebabkan menyusutnya
keanekaragaman hayati dalam tingkat jenis. Ketika pembangunan pemukiman,
perkantoran, dan industri berjalan dengan cepat, secara bersamaan terjadi
penurnan populasi jenis tumbuhan, hewan dan mikroba. Maka dari itu Indonesia
merupakan salah satu wilayah prioritas konservasi keanekaragam hayati dunia.
Disamping itu sumberdaya hayati banyak yang merupakan sumber daya
milik bersama seperti sumberdaya laut dan sumberdaya hutan. Sumberdaya yang
sifatnya milik bersama ini memberi kesempatan semua orang dapat masuk untuk
memanfaatkannya. Penyebab utama hilangnya keanekaragaman hayati bukanlah
dari eksploitasi manusia secara langsung, melainkan kerusakan habitat sebagai
akibat yang tak dapat dihindari dari bertambahnya populasi penduduk dan
kegiatan manusia. Oleh kerena itu konservasi keanekaragaman hayati menjadi
suatu tindakan yang sangat penting untuk dilakukan baik oleh pemerintah maupun
masyarakat.

4
1.2 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yangdi dapatkan berdasarkan latar belakang yaitu
adalah :
1. Bagaimana Upaya Upaya dalam penerapan konvervasi secara ex-situ ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang dapat di simpulkan berdasarkan rumusan masalah adalah
mahasiswa dapat mengetahui Upaya – Upaya konservasi secara ex-situ.

5
BAB II
PEMBAHASAN
Konservasi dalam arti sempit dapat diartikan sebagai pelestarian dan
pengawetan. Dalam hal ini pengawetan meliputi kegiatan pelestarian produksi,
pelestarian jenis dan perlindungan penunjang sistem kehidupan. Objek kegiatannya
adalah hutan lindung, hutan pantai dan daerah aliran sungai, sedangkan bentuk
kegiatan pengawetan keanekaragaman plasma nutfah terbagi dua, yaitu konservasi
ex-situ dan konservasi in-situ. Konservasi alam adalah salah satu pengelolaan
sumberdaya alam yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksana, sehingga mutu
dan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup dapat dipertahankan untuk
menjamin pembangunan yang berkesinambungan (Kemenhut, 2013).
Konservasi ex-situ merupakan metode konservasi yang mengkonservasi
spesies di luar distribusi alami dari populasi tetuanya. Konservasi ini merupakan
proses melindungi spesies tumbuhan dan hewan (langka) dengan mengambilnya
dari habitat yang tidak aman atau terancam dan menempatkannya atau bagiannya
di bawah perlindungan manusia. Jenis kegiatan konservasi ex-situ adalah kebun
binatang, taman safari, kebun botani dan museum (Kemenhut, 2013).
Konservasi Ex Situ (di luar kawasan) adalah upaya konservasi yang
dilakukan dengan menjaga dan mengembangbiakkan jenis tumbuhan dan satwa di
luar habitat alaminya dengan cara pengumpulan jenis, pemeliharaan dan budidaya
(penangkaran). Tempat-tempat konservasi Ex Situ dilakukan pada tempat-tempat
seperti kebun binatang, kebun botani, taman hutan raya, kebun raya, penangkaran
satwa, taman safari, taman kota dan taman burung. Metode yang digunakan pada
bentuk konservasi ini dengan cara memanipulasi objek yang dilestarikan untuk
dimanfaatkan dalam upaya pengkayaan jenis, terutama yang hampir mengalami
kepunahan dan bersifat unik. Cara konservasi Ex Situ dianggap sulit dilaksanakan
dengan keberhasilan tinggi disebabkan jenis yang dominan terhadap kehidupan
alaminya sulit beradaptasi dengan lingkungan buatan. Konservasi sendiri
mencakup manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup, hewan,
termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang

6
meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survei, penelitian,
administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan Latihan.
A. Prinsip – prinsip konservasi ex – situ
Prinsip konservasi ex-situ dikategorikan kedalam "Lima Kebebasan satwa"
yaitu:
1) Kebebasan dari rasa haus, lapar dan kekurangan gizi dengan menyediakan
akses air minum segar dan makanan yang terus menerus untuk menjaga
kesehatan dan kekuatannya. Hal ini adalah kebutuhan dasar semua satwa
yang berada dalam kandang yang seharusnya menekankan pertimbangan
jenis makanan yang disediakan, frekuensi dan cara penyajiannya, serta
kualitas gizi makanannya. Keterbatasan akan air dan makanan harus
diberikan berdasarkan persyaratan yang spesifik dibutuhkan oleh species
tersebut.
2) Kebebasan dari ketidaknyamanan secara fisik dan cuaca panas dengan
menyediakan suatu lingkungan yang sesuai termasuk tempat berlindung dan
tempat istirahat yang nyaman. Menanggapi tentang kebebasan ini maka
memerlukan pertimbangan beberapa faktor termasuk perlindungan dari
kondisi cuaca buruk (contoh hujan, salju dan angin), ketersediaan akan udara
segar, tempat yang teduh dan hangat, tempat yang terjangkau sinar matahari
jika memang diperlukan, ketersediaan lorong bawah tanah yang sesuai dan
dalam bagi satwa yang suka menggali tanah, ketersediaan pohon, fasilitas
untuk memanjat dan bahan lainnya yang memungkinkan penggunaan ruang
yang vertikal bagi hewan yang suka memanjat atau terbang.
3) Kebebasan dari rasa sakit, luka dan penyakit melalui pencegahan atau
diagnosis cepat dan perawatan rutin. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam hubungannya dengan kebebasan ini termasuk desain
kandang, ketersediaan perlengkapan kandang, kebutuhan alat-alat yang
dibutuhkan, ketersediaan ruang yang cukup dan hidup sosial berkelompok
yang sesuai untuk mencegah konflik antar satwa, sanitasi yang sesuai,
makanan dan perawatan kesehatan dari dokter hewan untuk mencegah atau
merawat luka dan penyakit yang diderita oleh satwa.

7
4) Kebebasan untuk mengekspresikan perilaku secara normal dengan
menyediakan ruangan yang cukup luas, fasilitas yang sesuai dan berkelompok
Prinsip kebebasan yang keempat ini melengkapi kesehatan dan kesejahteraan
satwa peliharaan sebagaimana untuk mencapai tujuan yang dapat dijelaskan
pada kebun binatang, taman satwa dan fasilitas lainnya. Semua satwa
kurungan harus mendapat porsi yang penting dalam rezim perilaku alaminya.
Mereka harus diberi kesempatan untuk memilih dan mengontrol, agar
memungkinkan mereka untuk membuat kontribusi yang berarti dalam
kualitas hidup mereka sendiri.
5) Kebebasan dari rasa takut dan tertekan dengan memastikan kondisi dalam
kandang dan merawatnya untuk menghindarkan mereka dari penderitaan
mental. Kebebasan ini termasuk tidak hanya dari rasa takut dan penderitaan
yang disebabkan oleh luka fisik atau intimidasi yang disebabkan oleh satwa
yang hidup dalam kelompok sosial yang berlebihan atau tidak normal, tetapi
juga ancaman predator (pemangsa) dari luar dan penyakit Frustasi dan
kebosanan harus juga diperhatikan sama seperti satwa lainnya yang
mengalami stress secara kronik seperti mengalami masalah pendengaran,
penciuman dan rangsangan pengelihatan.
B. Contoh Konservasi Ex Situ di Indonesia
1. Taman Safari
Taman Safari adalah salah satu bentuk pelestarian untuk menjaga
keanekaragaman hayati, dengan cara membuatkan suatu tempat baru yang
lingkungannya dibuat semirip mungkin dengan habitat asal dari flora dan
fauna tersebut.
Di Indonesia pada tahun 1980 Taman Safari Indonesia Cisarua mulai
dibangun dengan memanfaatkan lahan perkebunan teh seluas 50 hektar
yang tak lagi produktif. Enam tahun kemudian, taman ini diresmikan
sebagai taman konservasi satwa liar dan taman rekreasi di Indonesia. Lalu
pada 16 Maret 1990, taman ini dinyatakan sebagai Endangered Species
Breeding Center di Indonesia. Saat ini, Taman Safari Indonesia Cisarua
Bogor telah memiliki lahan seluas 150 hektar dan dilengkapi dengan

8
berbagai fasilitas pendidikan dan rekreasi. Safari Night menjadi salah satu
produk perjalanan petualangan yang populer.
Taman Safari Indonesia di daerah lain yaitu Taman Safari Indonesia 2
terletak di lereng Gunung Arjuno, Kecamatan Prigen, Kabupaten
Pasuruan, Jawa Timur, serta Taman Safari Indonesia 3 di Desa Serongga,
Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Bali dan Batang Dolphins Center
di Pantai Sigandu, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
2. Kebun Botani
Kebun botani adalah suatu tempat atau wadah yang mempunyai
fungsi utama sebagai lembaga konservasi ex-situ yang melakukan usaha
koleksi, pemeliharaan, dan penangkaran berbagai jenis tumbuhan dalam
rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru. Kebun ini juga bisa
dimanfaatkan sebagai sarana perlindungan dan pelestarian alam dan
dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat.
Kebun botani milik negara di Indonesia memakai nama “Kebun
Raya” karena ukurannya yang luas. Di bawah LIPI/negara terdapat empat
kebun botani, yaitu Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Kuningan, Kebun
Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi (di utara Malang), dan Kebun Raya
Bali di Bedugul, Bali. Puspiptek Serpong juga memiliki Kebun Botani
Puspiptek Serpong. Taman Buah Mekarsari adalah kebun botani yang
mengkhususkan diri bagi tanaman buah-buahan. Di Tawangmangu juga
terdapat taman koleksi tanaman obat-obatan milik Balittro. Beberapa
perguruan tinggi yang memiliki disiplin ilmu pertanian terdapat arboretum
sebagai fasilitas yang digunakan sebagai tempat percobaan ataupun
koleksi terhadap jenis-jenis pohon tertentu.
3. Kebun Binatang
Kebun binatang adalah tempat hewan dipelihara dalam lingkungan
buatan, dan dipertunjukkan kepada publik. Selain sebagai tempat rekreasi,
kebun binatang berfungsi sebagai tempat pendidikan, riset, dan tempat
konservasi untuk satwa terancam punah.

9
Keputusan Menteri kehutanan No. 479 tahun 1998 menjelaskan
tentang perizinan, kriteria, persyaratan, hak, dan kewajiban kebun
binatang. Konservasi ini didukung dengan aktivitas kebun binatang yang
mengumpulkan, mencatat, merawat, mengembang biakkan, memelihara,
inventarisasi, edukasi, dan kepustakaan. Selain itu, dapat menjaga
kemurnian genetik serta secara tidak langsung.
Contoh kebun binatang di Indonesia yaitu Bali Zoo Park, Batu
Secret Zoo (Malang), Kebun Binatang Ragunan (Jakarta), Bali Safari dan
Marine Park (Bali), Kebun Binatang Gembira Loka (Yogyakarta).
C. Upaya Pelestarian ex-situ dan in-situ
Kekayaan flora fauna merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan sampai
batas-batas yang tertentu yang tidak mengganggu kelestarian. Penurunan
jumlah dan mutu kehidupan flora fauna dikendalikan melalui kegiatan
konservasi secara insitu maupun eksitu. Konservasi insitu (dalam kawasan)
adalah perindungan populasi dan komunitas alami. Konservasi ek-situ adalah
kegiatan konservasi di luar habitat aslinya, dimana fauna tersebut diambil,
dipelihara disuatu tempat tertentu yang dijaga keamanannya maupun
kesesuaian ekologinya. Konservasi ex-situ tersebut dilakukan dalam uapaya
pengelolaan jenis satwayang memerlukan perlindungan dan pelestarian.
Tujuan dari perlindungan dan pelestarian alam tidak hanya untuk
menyelamatkan jenis tumbuhan dan hewan dari ancaman kepunahan, akan
tetapi mengusahakan terjaminnya keanekaragaman hayati dan keseimbangan
unsur-unsur ekosistem yang telah mengalami gangguan akibat meningkatnya
aktivitas manusia yang menambah kawasan hutan alam. Kawasan konservasi
ex-situ sama pentingnya dengan kawasan konservasi in-situ dan mempunyai
peran yang saling melengkapi. (Team Teaching, 2012).
Konservasi Ex-situ (di luar kawasan), Konservasi ex-situ (di luar kwasan)
adalah upaya konservasi yang dilakukan dengan menjaga dan
mengembangbiakkan jenis tumbuhan dan satwa di luar habitat alaminya
dengan cara pengumpulan jenis, pemeliharaan dan budidaya (penangkaran).
Konservasi ex-situ dilakukan pada tempat-tempat seperti kebun binatang,

10
kebun botani, taman hutan raya, kebun raya, arboretum, penangkaran satwa,
taman safari, taman kota dan taman burung. Cara ex-situ merupakan suatu cara
pemanipulasian obyek yang dilestarikan untuk dimanfaatkan dalam upaya
pengkayaan jenis, terutama yang hampir mengalami kepunahan dan bersifat
unik. Cara konservasi ex-situ dianggap sulit dilaksanakan dengan keberhasilan
tinggi disebabkan jenis yang diominan terhadap kehidupan alaminya sulit
beradaptasi dengan lingkungan buatan (Team teachinhg, 2012).
Contoh Konservasi secara In-situ dan konservasi ex-situ.
Salah satu penyebab semakin langkanya bunga Rafflesia yaitu terjadinya
pengrusakan dan penyempitan habitat alaminya (hutan hujan tropis)Ancaman
lain datang dari para pemburu dan kolektor flora langka termasuk para
wisatawan asing yang mungkin saja jika tidak diawasi berusaha mendapatkan
bunga Rafflesia lewat cara-cara illegal, juga para perambah hutan yang secara
langsung mengambil tunas Rafflesia untuk bahan dasar ramuan tradisionalnya
semakin menambah kekhawatiran hilangnya Rafflesia dari habitat alaminya.
Menyadari pentingnya usaha melestarikan bunga tersebut maka pemerintah
indonesia melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 6/MP/1961 tanggal
9 Agustus 1961 melarang dikeluarkannya Rafflesia dari habitat alaminya.
Kemudian sejak tahun 1978 bunga Rafflesia dinyatakan sebagai jenis
tumbuhan yang dilindungi dengan status nyaris punah (Team Teaching, 2012).
Dalam rangka menindaklanjuti keputusan tersebut, pemerintah melalui
Direktur Jenderal PHPA membentuk beberapa kawasan Cagar Alam sebagai
tempat untuk melindungi dan melestarikan keberadaan Rafflesia secara penuh
pada habitat alaminya, dengan mengusahakan sedikit mungkin campur tangan
manusia, Upaya pelestarian seperti ini dikenal sebagai konservasi in-situ.
Selain konservasi in-situ kita juga mengenal konservasi ek-situ yaitu usaha
pelestarian Rafflesia dengan cara memindahkan bunga tersebut dan habitat
alaminya ke habitat buatan seperti ke Kebun Botani. Meskipun konservasi
secara ex-situ lebih mahal dan lebih sulit dibansdingkan dengan konservasi in-
situ, namun cara ini telah membawa hasil yang cukup menggembirakan bagi
usaha pelestarian Rafflesia, seperti bunga Rafflesia yang tumbuh di Kebun

11
Raya Bogor salah satu bukti keberhasilan konservasi ex-situ. Keuntungan lain
dari konservasi ex-situ adalah memudahkan para peneliti, peminat, pemerhati
dan pengunjung bunga Rafflesia un-tuk meneliti sekaligus menikmati
keindahan bunga tersebut tanpa harus merusak habitat alaminya (Team
teaching, 2012).

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konservasi ex-situ merupakan metode konservasi yang mengkonservasi
spesies di luar distribusi alami dari populasi tetuanya. Konservasi ini merupakan
proses melindungi spesies tumbuhan dan hewan (langka) dengan mengambilnya
dari habitat yang tidak aman atau terancam dan menempatkannya atau bagiannya
di bawah perlindungan manusia. Jenis kegiatan konservasi ex-situ adalah kebun
binatang, taman safari, kebun botani dan museum.
Prinsip konservasi ex-situ dikategorikan ke dalam lima kebebasan satwa
yaitu kebebabsan dari rasa haus, lapar dan kekurangan gizi dengan menyediakan
akses air minum segar dan makanan yang terus menerus untuk menjaga Kesehatan
dan kekuatannya, kebebasan dan ketidaknyamanan secara fisik dan cuaca panas
dengan menyediakan suatu lingkungan yang sesuai termasuk tempat berlindung
dan tempat beristirahat yang nyaman, kebebasan dari rasa sakit, luka dan penyakit
melalui pencegahan atau diagnosis cepat dan perwatan rutin, kebebasan untuk
mengekspresikan perilaku secara normal dengan menyediakan ruangan yang
cukuo luas, fasilitas yang sesuai dan berkelompok, serta kebebasan dari rasa takut
dan tertekan dengan memastikan kondisi dalam kandangan dan merwatnya untuk
menghindarkan mereka dari penderitaan mental.
Cara ex-situ merupakan suatu cara pemanipulasian obyek yang dilestarikan
untuk dimanfaatkan dalam upaya pengkayaan jenis, terutama yang hampir
mengalami kepunahan dan bersifat unik. Cara konservasi ex-situ dianggap sulit
dilaksanakan dengan keberhasilan tinggi disebabkan jenis yang diominan
terhadap kehidupan alaminya sulit beradaptasi dengan lingkungan buatan.
Salah satu contoh konservasi ek-situ yaitu usaha pelestarian Rafflesia
dengan cara memindahkan bunga tersebut dan habitat alaminya ke habitat buatan
seperti ke Kebun Botani. Meskipun konservasi secara ex-situ lebih mahal dan
lebih sulit dibansdingkan dengan konservasi in-situ, namun cara ini telah
membawa hasil yang cukup menggembirakan bagi usaha pelestarian Rafflesia,
seperti bunga Rafflesia yang tumbuh di Kebun Raya Bogor salah satu bukti

13
keberhasilan konservasi ex-situ. Keuntungan lain dari konservasi ex-situ adalah
memudahkan para peneliti, peminat, pemerhati dan pengunjung bunga Rafflesia
untuk meneliti sekaligus menikmati keindahan bunga tersebut tanpa harus
merusak habitat alaminya.

14
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kehutanan. 2013Profil Kehutanan 33 ProvinsiBiro Perencanaan
Sekretariat Jenderal Kementerian Kehutanan Jakarta.
Team Teaching. 2012. Bahan Ajar Matakuliah Biodiversitas dan Konservasi.
Gorontalo Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan IPAUniversitas Negeri
Gorontalo.

15

Anda mungkin juga menyukai