Anda di halaman 1dari 11

PERAN MOLEKULER DALAM KONSERVASI

Makalah
Disusun sebagai tugas untuk memenuhi matakuliah Ekologi Lanjut
Yang dibimbing oleh Dr. Fatchur Rohman, M.Si dan Prof. Dr. Ir. Suhadi, M. Si.

Offering A
Badriyatur Rahma Fidiya (170341864543)

The learning university

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Desember 2017
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i


DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1 . 1 Latar Belakang .............................................................. 1
1 . 2 Rumusan Masalah ............................................................ 1
1 . 3 Tujuan Penulisan Makalah ............................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Peran Molekuler dalam Konservasi ...................................... 3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 7
B. Saran ............................................................................. 7

DAFTAR RUJUKAN .......................................................................... iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki potensi keanekaragaman spesies satwa yang sangat
tinggi, keanekargaman meliputi yang ada di darat maupun di laut. Mengingat hal
tersebut, sebenarnya indonesia memiliki potensi yang sangat besar yang dapat di
dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakatnya. Setiap mahluk hidup
dilamanya saling berinteraksi satu sama lain.
Setiap makhluk hidup di bumi ini hidup dalam ketergatungan satu sama lain.
Tidak satupun makhluk hidup di bumi dapat hidup sendirian. Hewan
menghasilkan karbondioksida yang dibutuhkan oleh tumbuhan, sedangkan
tumbuhan menghasilkan oksigen yang dibutuhkan oleh hewan, dan masih banyak
lagi hubungan saling ketergantungan lainnya. Kehilangan satu komponen dalam
ekosistem akan berdampak besar bagi kelangsungan hidup makhluk hidup
lainnya. Hal ini yang kadang tidak disadari oleh manusia. Manusia merupakan
salah satu penyebab utama dari hilangnya atau terputusnya sebuah rantai makanan
dalam ekosistem alami.
Oleh karena itu, perlu adanya tindakan perhatian masa depan pada
keanekaragaman hayati. Perhatian tentang pentingnya bumi dan mahluk
didalamnya telah meningkat seiring berkembangnya zaman. Dalam mempelajari
dan mengembangkan strategi konservasi dan metode penyelamatan, telah
ditemukan dan dilakukan penerapan suatu ilmu bioteknologi dalam konservasi.
Dalam hal ini adalah adanya teknik in vitro, cloning, dan cryopservation in ex situ
conservation programs (Den, 2003). Dalam makalah ini akan dibahas lebih jauh
mengenai konservasi tingkat molekuler.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun beberapa pertanyaan yang muncul dalam pembahasan makalah ini
yaitu sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana peran molekuler dalam konservasi?
1.2.2 Apa saja contoh penerapan molekuler dalam konservasi?

1
1.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah
ini yaitu:
1.3.1 Mengetahui peran molekuler dalam konservasi
1.3.2 Mengetahui Apa saja contoh penerapan molekuler dalam konservasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peran Molekuler dalam Konservasi


Konservasi berasal dari bahasa Inggris, Conservation yang artinya
pelestarian atau perlindungan. Menurut kamus besar bahasa indonesia konservasi
adalah pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah
kerusakan dan kemusnahan dengan jalan mengawetkan; pengawetan; pelestarian.
Konservasi adalah sebuah kegiatan yang melibatkan banyak sektor bidang, bukan
satu sektor saja (seperti pertanian, perikanan, kehutanan dan margasatwa) yang
secara langsung bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya hayati,
konservasi merupakan aspek pengelolaan yang memastikan bahwa pemanfaatan
berkelanjutan serta melindungi proses ekologi dan keragaman genetik yang
penting untuk pemeliharaan sumber daya yang bersangkutan dengan sektor lain
(seperti kesehatan, energi, industri). konservasi adalah aspek pengelolaan yang
memastikan bahwa keuntungan berkelanjutan sepenuhnya berasal dari sumber
daya hayati dan bahwa kegiatan terpusat dan dilakukan agar sumber daya tetap
terjaga (Munro, 1980).
Salah satu tujuan utama konservasi adalah pelestarian keanekaragaman
genetik yaitu, pelestarian berbagai macam spesies, keragaman genetik spesies
spesies, dan karakteristik setiap ekosistem. Ini pengakuan pentingnya
memasukkan prinsip-prinsip genetik ke dalam teori dan praktek konservasi sesuai
dengan konsep konservasi sebagai "retensi jangka panjang komunitas alami di
bawah kondisi yang memberikan potensi untuk melanjutkan evolusi" (Frankel &
Soule 1981).
Dalam melakukan konservasi ada banyak hal yang dapat dilakukan. Pada
saat ini, kemajuan teknologi molekuler telah membuka jalan baru dalam
konservasi spesies maupun populasi. Biologi molekuler adalah sebuah ilmu yang
mempelajari mahluk hidup pada tingkat molekuler. Biologi molekuler
mempelajari mengenai reaksi dan interaksi yang mengakibatkan adanya fungsi
biologi. Biologi molekuler tumpang tindih dengan biokimia dan genetic, dan
seringkali bersangkuyan dengan struktur dasar dan control informasi yang terjadi
pada sel (White et al, 2013).

3
Molekuler Konservasi didefinisikan juga sebagai penerapan moleuler
untuk melestarikan spesies sebagai entitas yang dinamis yang mampu mengatasi
perubahan lingkungan. Ini meliputi managemen genetik populasi kecil, resolusi
ketidakpastian taksonomi, mendefinisikan unit pengelolaan dalam spesies dan
penggunaan analisis genetik molekular dalam forensic dan pemahaman biologi
spesies.
Menurut Triggs (1988) tujuan utama menggunakan molekuler dalam
konservasi adalah pelestarian keanekaragaman genetik dalam komunitas ekologi,
serta dalam spesies dan populasi. Konservasi molekuler sangat peduli dengan
spesies langka dan terancam punah yaitu, spesies dengan distribusi terbatas dan
jumlah rendah atau spesies dengan jumlah yang lebih tinggi tetapi dipisahkan
menjadi beberapa bagian kecil, populasi terisolasi. Kekhawatiran ini muncul dari
cepat hilangnya variasi genetik, dan dengan demikian meningkatkan
kemungkinan kepunahan, pada populasi kecil dan terisolasi. Konservasi
molekuler terutama digunakan untuk dua tujuan pertama untuk membantu para
ilmuwan dengan mendefinisikan, menggambarkan dan memprioritaskan unit
langka untuk konservasi dan kedua, untuk memberikan wawasan untuk memilih
metode terbaik untuk mempertahankan unit-unit tersebut (Carty et al. 2009).
Ada berbagai cara dalam melakukan konservasi melalui adanya kemajuan
teknologi molekuler mulai dari sequencing DNA, MHC (Major Polymorphic
DNA) yang dapat digunakan dalam identifikasi indukan suatu spesies, PCR
(Polymerase chain reaction), nuclear DNA, DNA ribosomal dan lain-lain (Haig,
1998).
Beberapa factor yang menentukan adanya biodiversitas dalam populasi
dan spesies dipengaruhi oleh demographi, lingkungan dan factor genetic.
Menjaga level genetic dalam populasi dan spesies merupakan aspek kritis.
Namun, mengingat pada beberapa kasus menjaga factor genetic dapat menjadi
suatu yang rapuh bila ilakuan daam jangka watu yang lama ketika habitat asli
mulai rusak. Pada situasi seperti ini, dapat mengakibatkan tindakan mundur dalam
konservasi biodiversitas dari factor genetic. Namun, dengan adanya aalat
molekuler hal ini dapat dilakukan dalam jangka waktu yang panjang (Haig, 1998).
Sebagai suatu ilmu, Konservasi molekuler dapat mengungkap
ketidakpastian taksonomi dan penggambaran unit manajemen. Hal ini termasuk
manajemen genetik populasi kecil untuk menjamin keragaman genetik

4
dipertahankan sebanyak mungkin, serta penggunaan forensik dari analisis
genetika molekuler untuk meningkatkan pemahaman kita tentang biologi spesies.
Konservasi molekuler fokus pada proses dalam populasi kecil, terfragmentasi, dan
menggunakan pendekatan praktis yang dirancang untuk meminimalkan
kecenderungan yang berbahaya. Ukuran populasi kecil biasanya menjadi alasan
utama hilangnya keanekaragaman genetik, sedangkan aliran gen terbatas dapat
mencegah pertukaran alel antara populasi terfragmentasi (Frankham et al. 2002).
Berikut adalah beberapa paparan mengenai bagaimana peran Molekuler
dalam konservasi mahluk hidup
1. Penggunaan penanda molekuler dalam menentukan spesies dan subspecies
(dalam keperluan pelacakan spesies murni)
a. Pendefinisian Taxonomi
IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural
Resources), mengidentifikasi dan melindungi spesies langka dan spesies terancam
punah melalui atau dengan melihat taxonomi hewan atau tumbuhan tersebut.
Salah satu contoh penggunaan molekuler dalam penggunaanya adalah dalam
identifikasi dengan menggunakan mtDNA dan laboratory portable untuk
identifikasi lumba-lumba dan paus yang diperdagangkan di pasar-pasar. Adanya
pengenalan spesies-spesies ini dapat membantu dalam mengenali hewan/
tumbuhan langka yang harus dilindungi dan tidak boleh diperjual belikan.
b. Hibridisasi
Interogresif hibridisasi taxa berkerabat dekat dapat mengakibatkan
masalah konservasi, politik dan ekonomi karena dapat berakibat positif
(meningkatkan keragaman biodiversitas, kemampuan adaptasi) dan negative
(hilangnya keanekaragaman biodiversitas, genetic asimilasi) yang berakibat pada
viabilitas populasi. Namun, adanya perkembangan teknik molekuler, dapat
memberikan assessment taksonomi yang akurat untuk menggambarkan hubungan
dan sejarah aliran gen.
2. Identifikasi Viabilitas populasi
Viabilitas benih mencakup vigor dan daya kecambah benih. Viabilitas
adalah daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala
metabolisme. Vigor adalah kemampuan benih menumbuhkan mahluk hidup
normal yang berproduksi normal pada kondisi lapangan yang optimum maupun
suboptimum (Sadjad, 1994).

5
a. Genetik diversity dalam populasi
Evaluasi diversitas genetic dalam populasi menjadi salah satu kontribusi
utama dalam konservasi genetic yang dapat digunakan dalam identifikasi
viabilitas populasi. Evaluasi aliran gen dan kekurangannya, akan dapat
memberikan penilaian populasi yang secara genetic melimpah, terfragmentasi,
paling dekat kekerabatannya ataupun paling jauh. Hal ini dapat digunakan untuk
identifikasi populasi mana yang membutuhkan individu baru, populasi yang dapat
menyumbangkan individu, rentan atau butuh pertimbangan demografis
lingkungan lebih lanjut. Faktor-faktor ini nantinya digunakan untuk penilaian
kebutuhan recovery, progress recovery dan alokasi lebih lanjut dalam konservasi.
b. Identifikasi individu tidak dikenal
Karakterisasi populasi secara umum merupakan hal yang penting dalam
menentukan viabilitas, namun seringkali hubungan antara individu dalam populasi
tidak diketahui. Hal ini mungkin tidak akan menjadi suatu masalah, namun pada
populasi kecil hal ini penting untuk diketahui. Identifikasi individu nantinya dapat
berguna dalam management populasi dimasa mendatang.
c. Identifikasi struktur populasi
Molekuler biologi, dapat juga digunakan untuk menentukan struktur dalam
populasi. Melihat struktur DNA dari mahluk hidup, nantinya dapat ditentukan
bagaimana keadaan suatu mahluk hidup dalam populasi. Kurangnya heterozygote
dalam populasi individu dapat diartikan trjadi penurunan populasi. Hal ini sangat
membantu untuk diambil tindakan lebih lanjut untuk melakukan konservasi pada
mahluk hidup.

2.2 Contoh Molekuler dalam Konservasi


Penggunaan molekuler dalam konservasi sudah berkembang luas seiring
berjalannya waktu. Salah satu contohnya adalah aplikasi DNA mitokondria yang
digunakan dalam konservasi. Penelitian ini dilakukan oleh Moritz (1994).
Penelitian ini dilakukan untuk menginvestigasi spesies langka dengan
menggunakan mtDNA. Penggunaan mtDNA ini dapat digunakan dalam dua
areaberbeda. Pertama dalam gen konservasi, digunakan untuk mengidentifikasi
dan managemen keanekaragaman gen. Kedua, dalam molekuler ekologi,
digunakan sebagai petunjuk penelitian demografi populasi.

6
Contoh lainnya adalah penggunaan DNA marker untuk konservasi hewan
langka. Penggunaan marker ini sangat memantu untuk nantinya digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan. Cara ini digunakan oleh Lei et al (2003)
untuk melihat rRNA mitokondria pada antelop china. Dalam analisis didapatkan
bahwa Przewalski’s gazelle lebih dekat dengan Mongolian gazelle disbanding
dengan Tibetan gazelle sehingga Przewalki’s gazelle harusnya dianggap sebagai
spesies dibandingkan dengan subspecies. Hal ini menunjukkan bagaimana analisis
molekuler dapat membantu adanya konservasi dan membantu menentukan
langkah yang tepat dalam melakukan konservasi.

7
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada makalah maka dapat ditarik
kesimpulasn sebagai berikut :
Konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur
untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan mengawetkan;
pengawetan; pelestarian. Sumber daya alam hayati adalah Unsur-unsur hayati di
alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan sumberdaya alam
hewani (satwa) yang bersama dengan unsur non hayati untuk membentuk
ekosistem. Konservasi sumberdaya alam hayati adalah Pengelolaan sumberdaya
alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas keanekaragaman dan nilainya.
Tujuan utama menggunakan molekuler dalam konservasi adalah pelestarian
keanekaragaman genetik dalam komunitas ekologi, serta dalam spesies dan
populasi. Konservasi molekuler sangat peduli dengan spesies langka dan terancam
punah yaitu, spesies dengan distribusi terbatas dan jumlah rendah atau spesies
dengan jumlah yang lebih tinggi tetapi dipisahkan menjadi beberapa bagian kecil,
populasi terisolasi. Kekhawatiran ini muncul dari cepat hilangnya variasi genetik,
dan dengan demikian meningkatkan kemungkinan kepunahan, pada populasi kecil
dan terisolasi. Konservasi molekuler terutama digunakan untuk dua tujuan
pertama untuk membantu para ilmuwan dengan mendefinisikan, menggambarkan
dan memprioritaskan unit langka untuk konservasi dan kedua, untuk memberikan
wawasan untuk memilih metode terbaik untuk mempertahankan unit-unit tersebut

1.2 SARAN
Pembuatan makalah ini tentunya masih jauh dari sempurna untuk itu
diperlukan penambahan literatur yang mendukung topik makalah. Akan jauh
lebih baik bila sumber atau literatur lebih beragam baik dari buku maupun jurnal
penelitian agar makalah menjadi lebih baik lagi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Den, Nijs H.C.M. 2003. Conservation and molecular methods. In: Ammann K.,
Jacot Y., Braun R. (eds) Methods for Risk Assessment of Transgenic
Plants. Birkhäuser: Basel.
White, Mike, Turner, Phil, Bates, Andy, Mclennan, Alexander. 2013. Molecular
Biology 4th Ed. UK: Garland Science, Taylor and Francis Group.
Munro, David A. 1980. World Conservation Strategy Living Resource
Conservation For Sustainable Development. Iucn-Unep-Wwf.

Haiq, Susan M. 1998. Molecular Contribution in Conservation. Ecology, 79(2),


1998, pp. 413–425. Ecological Society of America.

Frankel, Otto, Soule, Michael E. 1981. Conservation and Evolution. London:


Cambridge University.

Sadjad, S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Jakarta: Grasindo.

Frankham, R., Ballou, J.D., Briscoe, D.A., 2002. Introduction to


Conservation Genetics. Cambridge: Cambridge University Press.

Carty J, Ljunggvist C, Prest D, Segura C, Zimmering H. 2009. How


can molecular genetics help us to prioritize taxa for conservation?. J
Conserv Biol 3065(1):38–45.

Lei R., Jian Z., Hu Z., Yang W. 2003. Phylogenetic relationships of Chinese
antelopes (sub family Antilopinae) based on mitochondrial Ribosomal
RNA gene sequences. J. Zool; 261:227–237.

Moritz, C. 1994. Application of mitochondrial DNA analysis in conservation: a


critical review. Molecular Ecology (1994) 3, 401-411.

Anda mungkin juga menyukai