Anda di halaman 1dari 12

BIODIVERSITAS

PERLINDUNGAN BIODIVERSITAS TERHADAP KEKUATAN INDIVIDU

Dosen pengampu : Riwayati Malika, M.P.H

Disusun oleh :
Khaerul Umam
Maria Sofia
Muhamad Yadi Saputra
Linda Mawati
Saparwadi

Program Studi S1 Pendidikan IPA


INSTITUT PENDIDIKAN NUSANTARA GLOBAL
TAHUN AJARAN 2022/202

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Solawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW
yang telah berjuang membawa agama Islam. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap ibu dosen yang telah membimbing kami dalam perkuliahan maupun memberikan
materinya.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi kami semua. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Praya , 29 mei 2022


Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..... ... .... ... ..... ..... ..... ..... .... ..... ..... ..... ..... .... .... ....

Daftar Isi ……………………………………………….………………...

Bab 1 Pendahuluan ……………………………………………….….....

Latar Belakang ……………………………………………….…..

Rumusan Masalah ……………………………………………….

Tujuan ……………………………………………….………... ...

Bab 2 PEMBAHASAN……………………………………………….…… 1

Pengertian biodiversitas………………………………………….... ... 1

Keanekaragaman hayati………………………………………. ....... . 1

Upaya Konservasi keanekaragaman hayati…………………... .... ... 2

Penyebab turunnya keanekaragaman hayati………………….... ... . 3

Melestarikan keanekaragaman hayati………………………… .... ... 4

Bab 3 Penutup ……………………………………………….………... IV

Daftar Pustaka …………………………………………….…………… V


BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keberadaan keanekaragaman hayati merupakan pilihan bagi manusia agar dapat
melangsungkan kehidupannya di muka bumi ini. Perlindungan keanekaragaman sumberdaya
hayati, diperlukan untuk menjamin kelestarian pemanfaatannya oleh manusia, mulai dari
level ekosistem, level komunites, level species sampai dengan level gen.
Indonesia merupakan bagian dari negara-negara di dunia yang memiliki keanekaragaman
hayati yang berlimpah. Pemerintah mengupayakan konservasi tidak hanya untuk
kepentingan Indonesia sendiri tetapi juga untuk kepentingan skala ruang dunia. Untuk itu
perlu diadakan pembagian beban biaya pemeliharaan keanekaragaman hayati secara
Internasional, karena selama ini negara-negara majulah yang banyak memperoleh manfaat
dari keanekaragaman hayati di negara berkembang, termasuk Indonesia.

B. Rumusan masalah
1. apa pengertian biodiversitas?
2. pengertian Keanekaragaman hayati itu apa?
3. Bagaimna konsevasi keanekaragaman hayati?
4. Apa penyebab turunnya keanekaragaman hayati?
C. tujuan

1. mengetahui apa yang di maksud dengsn biodiversitas


2. Mengetahui apa yang di maksud keanekaragaman hayati
3. mengetahui bagaimana konservasi keanekaragaman hayati
4. mengetahui penyebab turunnya keanekaragaman hayati

BAB 2 PEMBAHASAN
1. Pengertian Biodiversitas
biodiversitas berasal dari kata biological diversity atau bisa diartikan sebagai
keanekaragaman hayati. Biodiversitas adalah seluruh kehidupan dibumi (tumbuhan, hewan,
jamur, dan microorganisme) termasuk keanekaragaman genetik yang dikandungnya daan
keanekaragaman ekosistem yang dibentuknya. Lebih luas lagi Biodiversitas tidak hanya
mengenai keberagaman spesies, namun juga termasuk keanekaragaman genetik serta sifat-
sifat masing –masing spesies contohnya varietas tanaman yang berbeda .
Kumpulan dari keberagaman ini di dalam suatu tempat akan membentuk suatu hubungan
yang disebut sebagai ekosistem yang terdiri dari makhluk hidup dan lingkungan sekitar
termasuk air, tanah, dan udara yang saling berinteraksi satu sama lain. Selain pengertian
biodiversitas diatas, The Convention on Biological Diversity (CBD) menambahkan
pengertian biodiversitas bahwa tidak hanya sekedar dari keanekaragaman hayati saja namun
juga mencakup keberagaman dalam kehidupan di bumi, termasuk struktur komunitas biotik,
habitat tempat komunitas tinggal, dan keberagaman di dalam dan diantara mereka. Sehingga
biodiversitas memiliki arti yang sangat luas dan kompleks dimana biodiversitas merupakan
penopang dari ekosistem.

2. Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang digunakan untuk keanekaragaman sumber
daya alam, meliputi jumlah, spesies, gen, flora dan fauna dari suatu ekosistem di suatu
kawasan yang sangat penting karena berkaitan erat dengan kehidupan manusia sebagai salah
satu bagian di dalam sistem kehidupan. Dibanding daerah gurun maupun kutub, daerah
tropis dan lingkungan kepulauan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang lebih
banyak dan lebih kompleks karena sangat cocok untuk tumbuh lebih banyak, lebih beraneka
macam pepohonan, dan menjadi tempat yang cocok untuk hidup beraneka satwa yang
merupakan satu kesatuan dalam suatu sistem kehidupan saling bergantung dan memengaruhi
satu sama lain.
Keanekaragaman Hayati Apabila seorang ekolog berbicara tentang keanekaragaman hayati,
maka akan merujuk kepada dua bentuk keanekaragaman. Pertama keanekaragaman yang
merujuk kepada pengertian jumlah jenis yang terdapat pada suatu areal atau seringkali
disebut species richness dalam suatu ekosistem. Kedua merujuk kepada jumlah individu
yang mewakili setiap jenis. Dua ekosistem mungkin memiliki jumlah individu dalam jumlah
yang relatif sama, tetapi memiliki keanekaragaman (dalam pengertian yang kedua) yang
berbeda.
Semakin beranekaragam jenis yang hidup di dalam suatu ekosistem, semakin beraneka pula
kondisi lingkungan yang ada dan semakin banyak relung kehidupan yang tersedia. Ini berarti
telah berjalan proses ekologi yang menyediakan kebutuhan untuk semua jenis. Banyak yang
berpendapat bahwa kondisi seperti ini mencerminkan kondisi yang stabil. Proses ekologi
seperti ini “hanya” terjadi dalam kondisi yang optimum yaitu iklim yang memiliki suhu
udara tidak terlalu panas juga tidak terlalu dingin demikian pula dengan kelembaban, curah
hujan, dan komponen iklim lainnya. menurut Suryani (1993) Indonesia memiliki + 20%
keanekaragaman jenis tumbuhan maupun hewan yang ada di dunia.

Berikut ini saya gambarkan bahwa keanekaragaman menunjukkan suatu kondisi yang lebih
stabil. Berdasarkan kerumitan hubungan, jaring-jaring makanan yang melibatkan lebih
banyak organisme lebih stabil daripada rantai makanan yang memiliki sedikit anggota.
Dalam jaring-jaring makanan hilangnya satu komponen (misalnya, pemangsa) tidak akan
secara drastis meningkatkan komponen lain (prey) dalam jaring-jaring makanan karena ada
pemangsa lain yang memangsa komponen tersebut.

3. Upaya Konservasi Keanekaragaman Hayati

Upaya konservasi yang efektif sulit dilakukan apabila kita tidak memiliki pengetahuan
mengenai keanekaragaman hayati (biodiversity). Untuk kebutuhan ilmu, “kehidupan”
seringkali diklasifikasikan berdasarkan kategori-kategori, terutama berdasarkan kesamaan
sifat dan asumsi persamaan asal. Untuk kebutuhan konservasi klasifikasi dilakukan
berdasarkan hirarki biospatial (Soule, 1991). Dalam praktek terdapat 4 level yang mengacu
kepada hirarki ini (i) keseluruhan sistem bentang alam atau level ekosistem (ii) level
komunites (iii) level species (iv) level gen.

Konservasi yang merujuk kepada hirarki biospatial mendasarkan kegiatannya pada


pembagian ruang, karenanya sebagian besar strategi konservasi disusun berdasarkan
pembagian geografi. Mengingat pesatnya pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan
ekonomi yang disertai eksploitasi yang tinggi pada sumber daya alam hayati, maka
pengalokasian areal kawasan alami untuk dipergunakan sebagai kawasan konservasi sudah
menjadi keharusan.
Secara garis besar terdapat beberapa teknik konservasi yang dapat dilakukan untuk
mencegah erosi keanekaragaman hayati yaitu :
1. Konservasi insitu adalah salah satu sistem konservasi yang bertujuan menjaga
keanekaragaman jenis di dalam ekosistem aslinya. Konservasi dengan cara ini
ditandai dengan ditetapkannya batas-batas kawasan konservasi yang melindunginya
ekosistem dari gangguan aktivitas manusia yang merusak. Contoh bentuk kawasan
konservasi ini adalah : cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, dan lain-lain.
2. Intersitu adalah konservasi yang dilakukan di suatu areal di mana jenis asli masih
ada, tetapi berada di luar kawasan konservasi, di Indonesia kawasan ini biasanya
berada di bawah pengawasan Perhutani dan pemilik hak pengusahaan hutan.
3. Extractive reserve kawasan konservasi yang memperbolehkan pengambilan
sumberdaya tertentu dalam (secara teoritis) jumlah yang tidak merusak
lingkungan/dalam batas daya dukung. Misalnya : pengambilan getah karet,
pengambilan buah, rumput atau bahkan pengambilan kayu dan perburuan secara
terbatas.
4. Agroekosistem atau agroforestry, adalah kawasan yang dikelola dengan semi intensif
yang berorientasi pada produksi dengan ketergantungan yang cukup tinggi terhadap
input energi dan materi dari luar. Sistem penanaman pada pola pertanian agroforestri
melibatkan jumlah jenis tinggi. Sistem ini mengikuti stratifikasi hutan, yaitu suatu
bentuk penanaman campuran antara tanaman kayu, tanaman buah dan tanaman
pangan.
4. Penyebab Turunnya Keanekaragaman Hayati
Beberapa fenomena alam tak dapat dipungkiri dapat mempengaruhi stabilitas suatu
ekosistem, seperti adanya bencana alam berupa erupsi gunung berapi, kebakaran
hutan, tsunami, dan sebagainya. Secara alami, komponen-komponen penyusun
ekosistem akan selalu berusaha menuju kesetimbangan. Ekosistem yang rusak dapat
melakukan suksesi untuk menuju kesetimbangan lagi. Namun terlepas dari hal
tersebut, faktor utama yang dapat mengganggu kesetimbangan tersebut adalah
aktivitas manusia. Penyebab utamanya adalah peningkatan populasi manusia di
muka bumi. Semakin tinggi populasi maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan
sumber daya alam yang tersedia. Jika penggunaan tersebut dilakukan secara terus
menerus dan tidak bijaksana, maka pada akhirnya akan berpotensi terhadap
kepunahan dari organisme tertentu. Adapun yang menyebabkan terunnya
keanekaragaman hayati di antaranya:
1. Pertumbuhan Populasi Manusia; Pertumbuhan populasi manusia dua abad terakhir
ini adalah salah satu penyebab rusaknya kualitas lingkungan. Populasi manusia
mencapai 1 milyar pada tahun 1800, 6 milyar di akhir abad 20 dan diperkirakan akan
mencapai 10 milyar pada tahun 2046. Jumlah sebanyak itu diperkirakan akan sangat
mengganggu proses ekologi dan evolusi yang berlangsung, seperti terancamnya
keberadaan predator besar, yang memerlukan areal lahan yang besar untuk
kelangsungan hidupnya.
2. Kemiskinan; Kemiskinan meningkatkan tekanan penduduk terhadap lahan dan
mendorong penggunaan 7 lahan yang berlebihan, rusaknya habitat dan kepunahan
jenis. Hal seperti ini banyak terjadi di negara berkembang di mana kemiskinan
memperhebat rusaknya kehidupan.
3. Kesalahan persepsi dan skala waktu; Kemunduran kualitas lingkungan sering tidak
terasa. Karenanya pemerintah sering bereaksi cepat terhadap masalahmasalah yang
instan yang tidak menyelesaikan keseluruhan permasalahan. Gejala ini
memperlihatkan bahwa kebijaksanaan yang menghasilkan hasil dan keuntungan
yang segera dapat dilihat sangat disukai. Tetapi masalahnya keuntungan program
konservasi baru dapat dilihat dan dirasakan setelah puluhan tahun berlalu. Perbedaan
dalam skala waktu antara proyek pembangunan ekonomi dan proyek konservasi
seringkali menimbulkan konflik.
4. Transisi budaya; Kerusakan yang terbesar pada lingkungan akan terjadi apabila
sekelompok masyarakat mendiami daerah yang baru (membuka kawasan alam).
Kerusakan yang lebih besar akan terjadi dibandingkan dengan apa yang telah
dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang berada di sana sejak ratusan tahun yang
lalu. Masyarakat baru ini seringkali dalam fase pertanian tradisional yang baru
mengenal ekonomi pasar dan pada fase ini perhatian terhadap perlindungan alam
sangat rendah.
5. Implementasi Kebijakan; terdapat banyak sebab yang mengakibatkan tidak
mampunya suatu pemerintah melaksanakan aturan yang telah dikeluarkannya.
Terutama aturan yang mengharuskan dilakukannya pengorbanan kepentingan pihak-
pihak tertentu.
6. Ekonomi; Kerusakan lingkungan dan erosi keanekaragaman hayati seringkali
dimulai dengan diperkenalkannya sistem ekonomi pasar yang menyebabkan
meningkatnya kebutuhan barang-barang modern yang justru semakin mempercepat
kerusakan lingkungan.

5. Melestarikan Keanekaragaman Hayati

Indonesia merupakan negara kepulauan tropis yang kaya akan sumber daya alam dan
keanekaragaman hayati. Namun, kekayaan alam ini jika tidak dijaga dan dipelihara dengan
baik dan sungguh-sungguh akan menimbulkan bencana serta penderitaan bagi masyarakat
serta lingkungan ekosistem itu sendiri. Di musim hujan, hutan yang tidak terjaga dan
terpelihara dengan baik, akan mengakibatkan terjadinya bencana tanah longsor maupun
banjir bandang. Kemarau akan menjadi lebih lama karena perubahan iklim akibat
pemanasan global yang disebabkan rumah kaca dan gundulnya hutan-hutan tropis.

Seperti yang kita ketahui, Bumi adalah tempat tinggal bagi ribuan jenis makhluk hidup
dengan berbagai ukuran, habitat, dan kebutuhan. Pada satu ekosistem atau area saja, ada
banyak makhluk hidup yang tinggal, mulai dari manusia, hewan, serangga, jamur, hingga
organisme uniseluler. Semua variasi bentuk kehidupan itu disebut dengan keanekaragaman
hayati.

Sebagai tempat tinggal yang paling baik untuk manusia, ada beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan manusia untuk melestarikan keanekaragaman hayati, yaitu dengan reboisasi,
tebang pilih, pengendalian hama, dan pelestarian alam. Berikut penjelasan singkatnya.
1. Reboisasi adalah pemulihan lahan rusak dengan cara menanam kembali tanaman atau
pohon-pohon yang terdapat di wilayah tersebut.
2. Tebang pilih adalah seleksi untuk menentukan pohon-pohon mana yang layak ditebang,
sehingga jumlah pohon di wilayah tersebut tidak berkurang secara signifikan.
3. Pengendalian hama secara biologi dapat dilakukan dengan melepaskan atau
mengembangbiakkan predator alami ke habitat tersebut.
4. Pelestarian alam adalah tindakan untuk menjaga spesies tertentu dari kepunahan.
Pelestarian alam dapat dilakukan secara insitu maupun eksitu. Pelestarian alam insitu
dilakukan di habitat asli spesies tersebut, sementara pelestarian alam eksitu dilakukan di luar
habitat aslinya.
PENUTUP

Biodiversitas adalah seluruh kehidupan dibumi (tumbuhan, hewan, jamur, dan


microorganisme) termasuk keanekaragaman genetik yang dikandungnya daan
keanekaragaman ekosistem yang dibentuknya. Lebih luas lagi Biodiversitas tidak hanya
mengenai keberagaman spesies, namun juga termasuk keanekaragaman genetik serta sifat-
sifat masing –masing spesies contohnya varietas tanaman yang berbeda . Keanekaragaman
hayati merupakan istilah yang digunakan untuk keanekaragaman sumber daya alam, meliputi
jumlah, spesies, gen, flora dan fauna dari suatu ekosistem di suatu kawasan yang sangat
penting karena berkaitan erat dengan kehidupan manusia sebagai salah satu bagian di dalam
sistem kehidupan. Indonesia merupakan negara kepulauan tropis yang kaya akan sumber
daya alam dan keanekaragaman hayati. Namun, kekayaan alam ini jika tidak dijaga dan
dipelihara dengan baik dan sungguh-sungguh akan menimbulkan bencana serta penderitaan
bagi masyarakat serta lingkungan ekosistem itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Salim, E., 1993, Pembangunan Berwawasan Lingkungan, LP3S Jakarta ReVele, P., Charles
ReVele. 1988. The Environment, Third Edition, Jones and Bartlett, Boston.
Chusharini. 1997. Pengendalian Hama Terpadu, Buletin Mimbar no. 34 :LPPMUNISBA,
Bandung.
Soemarwoto, O. 1992. Indonesia dalam Kancah Lingkungan Global.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
MacKinnon, K. G. Child dan J. Thorsell. 1990. Pengelolaan Kawasan yang Dilindungi di
Daerah Tropika. Gajah Mada University Press, Jogyakarta.
Soule, E.M., 1991. . Conservation : Tactics for a Constant Crisis, Science vol. 253, USA.

Anda mungkin juga menyukai