Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN MINI RISET (MR)

MK. ILMU ALAMIAH DASAR


PRODI S1 PBSI-FBS

Skor Nilai :

KEANEKA RAGAMAN HAYATI DI HALAMAN BELAKANG RUMAH

Disusun Oleh
Kelompok 1:

1. LAMTIO MARLINDANG SIMAMORA (2213111028)


2. HAFIZNA IRASA HASIBUAN (2211111001)
3. WEANDY NABILA (2201111005)
4. ELISABETH SARAGIH (2212411009)
5. NURHALIZA (2213311028)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mini Riset ini
dengan lancar. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu, yaitu Bapak
Drs. Hudson Sidabutar, M.Si atas arahan dan bimbingannya sehingga kami dapat
memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar. Semoga tugas Mini riset ini memenuhi
syarat yang diharapkan. Dan kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
membantu sehingga dapat memperlancar dalam pembuatan tugas ini.
Kami menyadari tugas ini bukanlah karya yang sempurna karena memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisan. Oleh sebab itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnan.
Akhir kata, semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Medan, Oktober 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I..............................................................................................................................1

PENDAHULUAN ..........................................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Identifikasi masalah..........................................................................................1
C. Batasan..............................................................................................................1
D. Rumusan masalah.............................................................................................2
E. Tujuan ..............................................................................................................2
F. Manfaat.............................................................................................................2

BAB II............................................................................................................................3

KAJIAN PUSTAKA......................................................................................................3

A. Tinjauan Pustaka................................................................................................3

BAB III .........................................................................................................................13

METODOLOGI PENELITIAN....................................................................................13

A. Metode penelitian............................................................................................13
B. Objek Penelitian...............................................................................................13

BAB IV ........................................................................................................................14

HASIL PENELITIAN ..................................................................................................14

A. Hasil ................................................................................................................14
B. Pembahasan....................................................................................................`15

BAB V ..........................................................................................................................17

PENUTUP.....................................................................................................................17

A. Kesimpulan ..............................................................................................................17

B. Saran ........................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keanekaragaman hayati merupakan suatu istilah yang mencakup semua bentuk kehidupan
yang mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan
proses-proses ekologi. Adanya arus globalisasi dan efisiensi menuntut suatu keseragaman,
mengakibatkan krisis keragaman di berbagai bidang. Saat ini keragaman dianggap sebagai in-
efisien dan primitif, dimana keseragaman ialah efisien dan modern. Hal yang sama ini juga
terjadi pada keragaman hayati atau sering diistilahkan sebagai keanekaragaman hayati. Pada
saat ini proses penyeragaman sudah terjadi pada semua aspek, sehingga terjadi penekanan pada
perkembangan keragaman genetik. (Endarwati, 2005).

Hutan adalah sumber daya hayati dan merupakan bank gen. Hal ini karena dalam hutan
hidup segala jenis makhuk hidup, dan hutan merupakan sumber kebidupan bagi mahluk hidup
lain di dalam dan di sekitarnya, sedangkan setiap jenis makhluk hidup itu ditumbuhkan dan
diatur oleh gen maka disebutlah hutan sebagai bank gen. Makin besar jumlah jenis makin besar
pula keanekaragaman hayati. Makin meningkat keanekaragaman hayati makin meningkat pula
sumber daya hayati.

Oleh karena banyak dari bentuk kehidupan hanya dapat hidup dalam kondisi lingkungan
tertentu, maka pengertian Keanekaragaman Hayati juga menyangkut keaneka ragarnan
komunitas dan ekosistem tempat suatu makhluk hidup bertempat tinggal. Akan tetapi jenis itu
sendiri tidak merupakan kesatuan yang seragam. Oleh karena itu, Keanekaragaman Hayati
dapat digunakan untuk menyatakan Keanekaragaman Genetik di antara individu-individu yang
termasuk dalam suatu jenis yang sama.

Menurut beberapa ahli kelangsungan dan kelestarian keanekaragaman hayati terutama di


hutan tropis sangat penting bagi umat manusia di seluruh dunia. Hal itu karena di sanalah
tersedia sumber daya gen yang merupakan sumber daya obat-obatan, sumber daya
pengembangan jenis (varietas) tanaman dan hewan baru untuk kepentingan umat manusia.

3
B. Identifikasi Masalah

Aneka flora dan fauna yang terdapat di halaman belakang rumah

C. Batasan
1. Keaneka ragaman hayati yang terdapat di halaman belakang rumah
2. Aneka flora dan fauna yang terdapat di halaman belakang rumah
D. Rumusan Masalah
1. Apa saja aneka flora yang terdapat di sekitar halaman belakang rumah?
2. Apa saja aneka fauna yang terdapat di sekitar halaman belakang rumah?
E. Tujuan penelitian
 Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar
 Untuk mengetahui keaneka ragaman hayati yang terdapat di halaman belakang rumah
F. Manfaat Penelitian
 Untuk mengetahui keaneka ragaman hayati yang terdapat di halaman belakang rumah
 Laporan penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber literasi bagi para pembaca.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian keaneka ragaman hayati

Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang digunakan untuk keanekaragaman sumber


daya alam, meliputi jumlah maupun frekuensi dari ekosistem, spesies, maupun gen di suatu
tempat. Pada dasarnya keanekaragaman melukiskan keadaan yang bermacam-macam terhadap
suatu benda yang terjadi akibat adanya perbedaan dalam hal, ukuran, bentuk, tekstur maupun
jumlah.

Sedangkan kata hayati itu sendiri berarti sesuatu yang hidup, jadi Keanekaragaman Hayati
dapat di artikan sebagai keanekaragaman atau keberagaman mahluk hidup yang bisa terjadi
akibat adanya Perbedaan-perbedaan mulai dari perbedaan bentuk, ukuran, warna, jumlah
tekstur, penampilan dan juga sifat-sifatnya.

Indonesia dengan keanekaragaman baik itu flora maupun faunanya, Keanekaragaman


Hayati atau sering dikenal juga sebagai biodiversitas. Biodiversitas adalah suatu tingkat yang
ada di dalam bumi dan hal ini menjadi patokan atau ukuran dalam penentu kesehatan bumi.

Keanekaragaman hayati yang ada di lingkungan suatu ekosistem darat memiliki jumlah
yang lebih tinggi daripada biodiversitas lingkungan di kutub. Hal ini disebabkan oleh iklim atau
cuaca karena biodiversitas merupakan fungsi dari iklim.

Perubahan yang terjadi pada suatu lingkungan dapat berdampak buruk bagi spesies, hal itu
ialah akan terjadinya kepunahan masal suatu spesies. Suatu catatan sejarah menunjukkan bahwa
telah terjadi lima kepunahan masal selama kehidupan berlangsung di bumi. Sekitar 540 juta
tahun yang telah lalu, eon fanerozoikum terjadi pertumbuhan biodiversitas yang sangat cepat.

Pertumbuhan spesies yang sangat cepat disebabkan oleh suatu ledakan pada saat filum
multiseluler dengan mayoritas besar pertama kali muncul. Lalu sekitar 400 juta tahun yang lalu,

5
kepunahan masal terjadi atau kerap dikatakan sebagai suatu kerugian yang besar bagi
bidiversitas. Dikatakan pula hutan hujan menjadi salah satu penyebab kepunahan masal karena
adanya suatu karbon yang berlebih.

Pengelompokkan makhluk hidup ditentukan berdasarkan perbedaan dan persamaan ciri yang
dimiliki. Ciri yang digunakan sebagai dasar pengelompokkan makhluk hidup semakin
berkembang seiring perkembangan ilmu dan teknologi. Pada mulanya, ciri yang digunakan
adalah ciri morfologi, yakni ciri yang dapat diamati dari luar. Ketika ditemukan mikroskop, ciri
yang digunakan bertambah pada ciri anatomi, yaitu struktur tubuh bagian dalam. Perkembangan
teknologi mikroskop dan biologi molekuler menambah ciri yang menjadi dasar
pengelompokkan makhluk hidup. Pada masa kini, susunan gen dalam DNA atau RNA dan
protein dari suatu makhluk hidup menjadi ciri utama yang digunakan dalam pengelompokkan
makhluk hidup.

Di dalam penentuan kelompok makhluk hidup terdapat tingkatan atau hirarki yang disebut
takson. Urutan takson dari tingkat tertinggi hingga terendah adalah domain, kingdom, filum
atau divisi, kelas, ordo, famili, genus, dan spesies. Semakin tinggi tingkatan takson, maka
semakin sedikit persamaan ciri yang dimiliki, sehingga jumlah anggotanya semakin banyak.
Semakin rendah tingkatan takson, maka semakin banyak persamaan ciri yang dimiliki, sehingga
jumlah anggotanya semakin sedikit.

Keanekaragaman makhluk hidup dipengaruhi oleh kondisi habitat atau lingkungannya.


Perubahan kondisi lingkungan mempengaruhi kelangsungan hidup makhluk hidup yang
menempatinya. Kita dapat mempelajari perkembangan keanekaragaman makhluk hidup di
Bumi dari zaman prasejarah hingga saat ini dengan ilmu khusus, yang disebut Paleogegrafi
(Mainaki dan Putri, 2020). Hasil penelitian ahli paleogeografi melalui fosil-fosil yang
ditemukan di berbagai lapisan bumi, menunjukkan bahwa perkembangan flora di dunia dimulai
dengan kemunculan alga, fungi, dan schizophyta (tumbuhan tingkat rendah). Tumbuhan paku
mulai muncul sejak zaman Paleozoikum. Adapun perkembangan fauna diawali dengan
munculnya protozoa di masa Tersier hingga Kambrium.

Keanekaragaman makhluk hidup di Indonesia sangat tinggi karena didukung oleh letak
geografis Indonesia yang berada di daerah tropis dengan struktur kepulauan. Pembagian daerah

6
keanekaragaman hayati di Indonesia didasarkan pada tiga garis imajiner, yaitu garis Wallace,
Weber, dan Lydekker (Widjaja et al, 2014). Garis Wallace memisahkan wilayah geografi fauna
Asia dan Australasia. Garis Weber memisahkan wilayah geografi fauna endemik Indonesia
yang ada di sekitar pulau Sulawesi dan BaliLombok dengan wilayah Indonesia Barat dan
Timur. Garis Lydekker ditarik pada batas Paparan Sahul di bagian timur Indonesia.

2. Tingkat Keaneka Ragaman Hayati

Keanekaragaman makhluk hidup dapat dibedakan menjadi tiga berdasarkan tingkatannya,


yaitu keanekaragaman tingkat gen, jenis, dan ekosistem.

a. Keanekaragaman tingkat gen

Keanekaragam tingkat gen berkaitan dengan jumlah total gen yang dimiliki suatu makhluk
hidup pada tingkat jenis atau spesies. Keanekaragaman tingkatan ini disebabkan variasi gen
atau struktur gen dalam suatu spesies makhluk hidup. Gen sendiri merupakan faktor pembawa
sifat keturunan yang dapat dijumpai di dalam kromosom. Setiap susunan gen akan memberi
penampakan, baik anatomi ataupun fisiologi, pada setiap organisme. Bila susunannya berbeda,
maka penampakannya pun akan berbeda pada satu sifat atau bahkan secara keseluruhan.

Keanekaragaman ini cukup mudah dikenali dengan ciri-ciri yang memiliki variasi, nama
ilmiah yang sama, serta perbedaan morfologi yang tidak terlalu mencolok. Biasanya,
keanekaragaman hayati tingkat gen disebut sebagai varietas.

Contoh keanekaragaman hayati tingkat gen pada tumbuhan:


 Padi (Oryza sativa) dengan varietas Padi rojolele, padi ciherang, padi ciliwung, dan lain -
lain
 Mangga (Mangifera indica) dengan Varietas Mangga arumanis, mangga manalagi, mangga
golek, dan lain-lain
 Durian (Durio zibethinus) dengan Varietas Durian petruk, durian bawor, durian monthong,
dan lain-lain.

Contoh keanekaragaman hayati tingkat gen pada hewan:

7
 Anjing (Canis familiaris) dengan ras anjing golden retrieve, anjing bulldog, anjing german
shepherd, dan lain-lain
 Kucing (Felis catus) dengan ras kucing anggora, kucing persia, kucing sphinx, dan lain-
lain
 Sapi (Bos taurus) dengan ras sapi bali, sapi madura, sapi fries holland, dan lain-lain.

Dalam keanekaragaman hayati tingkat gen, peningkatan dapat terjadi lewat persilangan alias
hibridisasi antarorganisme atau spesies dengan sifat berbeda serta pembudidayaan hewan dan
tumbuhan liar oleh manusia alias domestikasi.

b. Keanekaragaman tingkat jenis (Spesies)

Keanekaragaman tingkat jenis dapat didefinisikan sebagai banyaknya jenis makhluk hidup
yang terdapat dalam suatu habitat.

Keanekaragaman jenis di Indonesia sangat tinggi, keanekaragaman ini terbagi menjadi tiga
parameter yaitu species richness (kekayaan jenis), diversity (keanekaragaman jenis) dan
evenness (kemerataan jenis).

Di Indonesia, tingkat species richness, diversity dan evenness sangat tinggi.


Keanekaragaman spesies tersebut antara lain terdapat 8.500 spesies ikan, 1.533 spesies burung,
35 jenis primata, 600 jenis reptil dan 270 jenis amfibi dan 38.000 jenis tumbuhan. Selain itu
Indonesia memiliki keanekaragaman terbesar untuk jenis kupu-kupu, burung nurinurian, palem-
paleman serta tumbuh-tumbuhan dan hewan hewan endemik. Pada tahun 2007 sebanyak 127
jenis mamalia, 382 jenis burung, 31 jenis reptilia, 9 jenis ikan, 20 jenis serangga, 2 jenis
crustacea, 1 jenis anthozoa dan 12 jenis bivalvia telah ditetapkan Departemen Kehutanan
sebagai flora dan fauna yang dilindungi.

Keanekaragaman tingkat spesies dapat ditemukan pada komunitas atau kelompok berbagai
spesies makhluk hidup dalam genus atau famili yang sama di suatu tempat. Biasanya, semakin
jauh dari kehidupan manusia, keanekaragaman tingkat spesies juga semakin tinggi.

Contoh keanekaragaman hayati tingkat spesies pada tumbuhan:

8
 Tingkat genus: Genus Citrus misalnya pada Jeruk bali (Citrus maxima), jeruk nipis (Citrus
aurantifolia), dan jeruk manis (Citrus nobilis). Juga Genus Musa pada Pisang buah (Musa
paradisiaca) dan pisang serat (Musa textilis).
 Tingkat family dibagi menjadi Famili Poaceae pada padi (Oryza sativa), jagung (Zea
mays), dan alang-alang (Imperata cylindrical), dan Famili Zingiberaceae pada kunyit
(Curcuma domestica) dan jahe (Zingiber officinalis).

Contoh keanekaragaman hayati tingkat spesies pada hewan:


 Tingkat genus dibagi menjadi Genus Felis dan Genus Bos. Genus Felis, diantaranya kucing
leopard (Felis bengalensis), kucing rumahan (Felis silvestris), dan kucing hutan (Felis
chaus) dan Genus Bos pada sapi berpunuk (Bos indicus), sapi potong dan perah di Eropa
(Bos Taurus), dan sapi asli Indonesia (Bos sondaicus).
 Tingkat family, dibagi menjadi Famili Bovidae pada sapi (Bos) dan kerbau (Bubalus) dan
Famili Canidae: Serigala (Canis) dan rubah (Lycalopex).

c. Keanekaragaman tingkat ekosistem

Ekosistem adalah keseluruhan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Indonesia memiliki berbagai jenis ekosistem alami maupun buatan. Ekosistem
alami dapat dibedakan menjadi ekosistem perairan laut, perairan tawar, dan daratan. Ekosistem
perairan laut yang dimiliki Indonesia berupa terumbu karang, padang lamun, dan laut lepas.
Ekosistem perairan tawar yang ada di Indonesia adalah sungai dan danau. Adapula ekosistem
semiterestrial, yaitu mangrove dan riparian.

Ekosistem darat yang dimiliki Indonesia antara lain: hutan pantai, hutan dipterokarpa, hutan
kerangas, rawa, rawa gambut, karst dan gua, savana, hutan pegunungan bawah, hutan
pegunungan atas, hutan sub-alpin, dan hutan alpin.

Contoh keanekaragaman hayati tingkat ekosistem:


 Ekosistem lumut yang terletak di wilayah sekitar puncak gunung atau di daerah dingin
sekitar kutub dan didominasi oleh tumbuhan lumut. Hewan yang dapat dijumpai di
dalamnya ialah hewan-hewan berbulu tebal seperti beruang kutub.

9
 Ekosistem hutan konifer yang didominasi oleh tumbuhan yang berdaun seperti jarum,
misalnya pinus atau cemara yang di dalamnya, terdapat hewan juga salah satunya beruang.
 Ekosistem hutan hujan tropis yang ditumbuhi beragam pohon, liana, dan epifit. Hewan
yang hidup di dalamnya misalnya kera.
 Ekosistem padang rumput yang terdapat di wilayah kering di ketinggian sekitar 4000
MDPL dan didominasi oleh rumput-rumputan. Pada ekosistem ini, hidup mamalia besar,
karnivora, dan herbivora.
 Ekosistem gurun yang memiliki perbedaan suhu mencolok antara siang dan malam, angin
kencang, iklim panas, dan hujan yang sangat sedikit serta didominasi oleh kelompok
tumbuhan xerofit seperti kaktus. Hewan yang dapat dijumpai di dalamnya adalah reptil dan
mamalia kecil.
 Ekosistem pantai yang didominasi oleh formasi pes-caprae dan barringtonia berbentuk
perdu atau pohon. Di dalamnya, terdapat serangga, burung pantai, dan lain-lain.

3. Klasifikasi Keanekaragaman Hayati

Sistem klasifikasi terdiri dari tiga jenis yaitu buatan, alami, dan filogenetik. Berikut
penjelasan lengkapnya diantaranya yaitu:

1. Klasifikasi Sistem Buatan

Klasifikasi keranekaragaman hayati sistem buatan adalah sistem klasifikasi yang


menggunakan satu atau dua ciri dari makhluk hidup tersebut. Sistem ini umumnya tersusun
berdasarkan ciri atau sifat sesuai keinginan manusia atau sifat lain. Contohnya yaitu Aristoteles
yang membagi makhluk hidup dalam dua kelompok berdasarkan klorofil dan kemampuan
berpindah.

2. Klasifikasi Sistem Alami

Sistem ini dibuat berdasarkan persamaan dan perbedaan morfologi. Contoh klasifikasi sistem
alami yaitu: Hewan berkaki, bersayap, dan bersirip, terbagi berdasarkan cara gerak. Hewan
berbulu, berambut, dan bercangkang, terbagi berdasarkan penutup tubuhnya. Biji berkeping dua
dan berkeping satu, terbagi berdasarkan tumbuhan yang memiliki biji.

10
3. Klasifikasi Sistem Filogenetik

Klasifikasi keanekaragaman hayati ini berdasarkan pada jauh dekatnya kekerabatan antara
takson yang satu dengan lainnya. Dengan kata lain, sistem ini disusun berdasarkan pada
persamaan fenotipe atau sifat yang bisa diamati.

Sistem filogenetik ini pernah dilakukan oleh ekolog bernama, R. H. Whittaker. Sistem
klasifikasi ini membagi makhluk hidup dalam lima kingdom (kerajaan) yaitu:

 Kingdom Monera
Kingdom ini memiliki anggota dari organisme prokariotik atau organisme yang tidak
memiliki membran inti antara lain bakteri dan Cyanophyta.
 Kingdom Protista
Protista terdiri dari organisme tingkat rendah bersel satu misalnya saja organisme
eukariotik seperti jamur, protozoa, dan alga.
 Kingdom Fungi
Kingdom fungi merupakan kelompok makhluk hidup eukariotik yang mirip dengan
tumbuhan. Beberapa anggota kingdom ini yaitu Zygomycotina, Ascomycotina,
Basidiomycotina, dan Deuteromycotina. Pengelompokan tersebut berdasarkan pada
struktur hifa dan spora yang dihasilkan.
 Kingdom Plantae
Kingdom ini beranggotakan tumbuhan multiseluler dan berklorofil. Kelompok
plantae ini dikenal juga sebagai organisme autotrof atau yang bisa menghasilkan
makanan sendiri.
 Kingdom Animalia
Kingdom ini dikenal juga dengan dunia hewan. Anggota kingdom ini yaitu makhluk
eukariotik dan multiseluler.
Animalia tidak memiliki klorofil sehingga disebut sebagai makhluk hidup heterotrof.

11
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Untuk mengetahui keaneka ragaman flora dan fauna yang terdapat di halaman belakang
rumah maka dilakukan penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pendekatan
kualitatif adalah penelitian yang menampilkan prosedur penilaian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Dalam hal ini, peneliti menafsirkan dan menjelaskan data-data yang didapat peneliti dari
wawancara, observasi, dokumentasi, sehingga mendapatkan jawaban permasalahan dengan
rinci dan jelas.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
Objek dalam penelitian ini adalah : lingkungan sekitar halaman belakang rumah berukuran
10x10 m.

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

Keaneka Ragaman Hayati Di Lingkungan Halaman Belakang Rumah

NO Keaneka Ragaman Tingkat Gen Pada Flora Keaneka Ragaman Tingkat Gen Pada Fauna

1 Pohon mangga (Mangifera indica) Semut (Formicidae) semut hitam

13
2 Markisa (Passiflora edulis) Nyamuk (Culicidae)

3 Pohon Sirsak (Annona muricata L.)

14
4 Pohon pinang (Areca catechu L.)

15
DAFTAR PUSTAKA

Sartika Mucharommah Ami, Puardmi Damayanti.2021. Ilmu Alamiah Dasar .Malang:Literasi


Nusantara

http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/view/605/536 (Diakses pada 27 Oktober 2022)

16

Anda mungkin juga menyukai