Anda di halaman 1dari 17

KEANEKARAGAMAN HAYATI

(Hubungan manusia dengan keanekaragaman hayati, kegiatan manusia yang


menguntung dan merugikan bagi keanekaragaman hayati)

Dosen Pengampu : Dra. Aryeni,M.Pd.

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

KELOMPOK 3

*ANNISA AKHWANI SOFIAN (4212451003)


*LAILA SAPNI (4213151018)
*MITA RAMADHANI (4213151017)

PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

NOVEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami masih diberikan kesempatan untuk dapat
menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mata kuliah Keanekaragaman Makhluk Hidup.
Kami mengucapkan rasa terima kasih kepada Ibu Dra. Aryeni, M.Pd. sebagai dosen mata
kuliah keanekaragaman makhluk hidup ,yang telah memberikan tugas kepada kami guna untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan. Penyusunan makalah ini dilakukan sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi nilai tugas pada mata kuliah Keanekaragaman Makhluk Hidup. Kami
menyusun makalah ini berdasarkan sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna,maka
kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun untuk
menambah wawasan serta meningkatkan cara penulisan.
Akhir kata,kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan semua anggota
kelompok kami yang telah bekerja sama untuk menyusun makalah ini dari awal sampai
akhir.Kami juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai media yang telah menyediakan
informasinya sebagai sumber dalam pembuatan makalah ini.Semoga materi yang ada dalam
makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.

Medan, November 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..……………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………….………ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………………………..…………..1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………….…………..2
C. Tujuan…………………………………………………………………………………………………………..………….2
BAB II PEMBAHASAN
A. Keanekaragaman Hayati Dan Kesejahteraan Manusia………………………………………………3
B. Strategi Nasional Pengelolaan Keanekaragaman Hayati……………………………………….…..5
C. Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Dalam Keserasian Lingkungan………………..…..…6
D. Kegiatan Manusia yang Dapat Menurunkan Keanekaragaman Hayati……….……………11
E. Kegiatan Manusia yang Dapat Meningkatkan Keanekaragaman Hayati……………..…..11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………….……12
B. Saran……………………………………………………………………………………………………………….……..13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………….……….14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keanekaragaman hayati bersifat multidimensi. Hal ini digambarkan oleh
beragamnya definisi/pengertian yang telah di kemukakan. Kesamaan diantara berbagai
pengertian yang telah di kemukakan. Kesamaan di antara berbagai pengertian
keanekaragaman hayati adalah tiga komponen prinsip, yaitu ekosistem, jenis, dan gen.
Tiga komponen prinsip ini juga diacu di dalam pengertian keanekaragaman hayati
menurut konvensi keanekaragaman hayati.
Pengertian menurut konvensi ini adalah : “Keanekaragaman hayati ialah
keanekaragaman di dalam makhluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya,
daratan, lautan dan ekosistem perairan lain serta kompleks-kompleks ekologi yang
merupakan bagian dari keanekaragamannya; mencakup keanekaragaman di dalam
jenis, antar jenis dan ekosistem”.
Dalam pengertian lain; keanekaragaman hayati merujuk pada keanekaragaman
semua jenis tumbuhan, hewan dan jasad renik (mikroorganisms), serta proses ekosistem
dan ekologis dimana mereka menjadi bagiannya. Keanekaragaman genetik (didalam
jenis) mencakup keseluruhan informasi genetik sebagai pembawa sifat keturunan dari
semua makhluk hidup yang ada. Keanekaragaman jenis berkaitan dengan keragaman
organisme atau jenis yang mempunyai ekspresi genetis tertentu. Sementara itu,
keanekaragaman ekosistem merujuk pada keragaman habitat, yaitu tempat berbagai
jenis makhluk hidup melangsungkan kehidupannya dan berinteraksi dengan faktor
abiotik dan biotik lainnya.
Keanekaragaman hayati lebih dari sekedar jumlah jenis-jenis flora dan fauna.
Kawasan hutan Indonesia dan ekosistem daratan lainnya mewadahi keanekaragaman
hayati yang sangat besar. Dari segi keanekaragaman jenis, Indonesia mempunyai
kekayaan jenis-jenis palem yang terbesar di dunia, lebih dari 400 jenis kayu dipterocarp
(jenis kayu komersial terbesar di Asia Tenggara) dan kurang lebih 25 ribu tumbuh-
tumbuhan berbunga serta beranekaragam fauna. Indonesia menduduki tempat pertama
didunia dalam kekayaan jenis mamalia (515 jenis, 36 % diantaranya endemik),
menduduki tempat pertama juga dalam kekayaan jenis kupu-kupu swallowtail (121
jenis, 44 % di antaranya endemik), menduduki tempat ketiga dalam kekayaan jenis reptil
(lebih dari 600 jenis), menduduki tempat keempat dalam kekayaan jenis burung (1519
jenis, 28 % diantaranya endemik), menduduki tempat kelima dalam kekayaan jenis
amfibi (lebih dari 270 jenis) dan menduduki tempat ketujuh dalam kekayaan flora
berbunga.
Kawasan peraiaran teritorial Indonesia yang luas dan kekayaan lautan Hindia dan
pasifik barat lebih lanjut lagi menambah kekayaan keanekaragaman hayati. Indonesia
mempunyai habitat pesisir dan lautan yang kaya. Sistem terumbu karang yang ekstensif
di lautan yang jernih sekitar Sulawesi dan Maluku termasuk diantara ekosistem terumbu
karang yang terkaya di dunia.
Sebagian dari kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia telah di manfaatkan
dan memberikan nilai secara ekonomis. Sejumlah tanaman pertanian yang mempunyai
nilai penting secara nasional maupun global berasal dari Indonesia, termasuk merica
hitam, cengkih, tebu, beberapa jenis citrus dan sejumlah buah-buahan tropis lainnya.
Lebih dari 6000 jenis tanaman dan hewan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia
untuk memenuhi kebutuhan harian, baik di panen secara langsung dari alam maupun
dibudidayakan. Tujuh ribu jenis ikan marine maupun air tawar adalah sumber protein
utama masyarakat Indonesia.
Pertanian dan perikanan adalah penopang perokonomian negara, yang
menyediakan kebutuhan pangan, sandang, papan, obat-obatan dan enersi, serta
peralatan. Keanekargaman hayati Indonesia adalah sumber daya yang penting bagi
pembangunan nasional. Sifatnya yang mampu memperbaiki diri merupakan keunggulan
utama untuk dapat di manfaatkan secara berkelanjutan. Sejumlah besar sektor
perekonomian nasional tergantung secara langsung ataupun tak langsung dengan
keanekaragaman flora-fauna, ekosistem alami dan fungsi-fungsi lingkungan yang
dihasilkannya. Konservasi keanekaragaman hayati, dengan demikian sangat penting dan
menentukan bagi keberlanjutan sektor-sekrtor seperti kehutunan, pertanian, dan
perikanan, kesehatan, ilmu pengetahuan, industri dan kepariwisataan, serta sektor-
sektor lain yang terkait dengan sektor tersebut.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Jelaskan apa itu keanekaragaan hayati dan kesejahteraan Manusia
2. Sebutkan Strategi Nasional Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
3. Sebutkan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Dalam Keserasian Lingkungan
4. Apa saja Kegiatan Manusia yang Dapat Menurunkan Keanekaragaman Hayati
5. Apa saja Kegiatan Manusia yang Dapat Meningkatkan Keanekaragaman Hayati

C. Tujuan
Adapun tujuaan dari makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Untuk menambah wawasan
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keanekaragaman Hayati
3. Untuk mengetahui hubungan manusia dan keanekaragaman hayati
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keanekaragaman Hayati Dan Kesejahteraan Manusia

1.Interaksi Manusia dan Keanekaragaman Hayati


Manusia tergantung kepada keanekaragaman hayati untuk pangan, enersi, papan, obat-
obatan, inspirasi dan banyak lagi kebutuhan lain. Keanekaragaman hayati dan manusia telah
mempunyai keterkaitan yang erat dan saling mendukung selama puluhan ribu tahun.
Sumber daya hayati untuk pemenuhan kebutuhan hidup mempunyai karakter penting
yaitu bersifat :”renewable”, paling tidak jika dikelola dengan bijaksana. Cara masyarakat
memanfaatkan keanekaragaman hayati menentukan kelestarian sumber daya ini, dan cara
masyarakat mengelolanya akan menentukan produktivitas sumber daya yang penting ini dan
kelestarian fungsi-fungsi ekologisnya.
Kegiatan manusia telah membantu terciptanya keanekaragaman jenis dan plasma
nutfah, dan telah meningkatkan komunitas hayati di dalam lingkungan yang tertentu melalui
praktik pengelolaan sumber daya dan melalui domestikasi tumbuhan dan satwa. Disisi lain
manusia juga telah menyebabkan menurunnya mutu keanekaragaman hayati beserta fungsi-
fungsi ekologis yang di hasilkannya. Menurunnya mutu keanekaragaman hayati ini dapat dilihat
dari laju kepunahan jenis dan viabilitas jenis-jenis yang masih bertahan.
Hubungan manusia dengan keanekaragaman hayati dapat di gambarkan dalam diagram
siklus interaksi. Dari sudut pandang antroposentris, interaksi dimulai dari faktor-faktor
pendorong hubungan yang ada di masyarakat, seperti untuk pemenuhan kebutuhan, inspirasi
dan fungsi-fungsi ekologis sebagai pendukung kehidupan. Faktor pendorong ini akan
mempengaruhi dampak kegiatan manusia pada keanekaragaman hayati.
Meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan hidupnya akan meningkatkan dampak
kegiatan manusia pada keanekaragaman hayati; dampak tersebut kemudian akan
mempengaruhi kondisi dan dinamika keanekaragaman hayati, yang kemudian mempengaruhi
nilai-nilai dan fungsi keanekaragaman hayati dan pada akhirnya akan mempengaruhi pula
ketersediaan dan kualitas keanekaragaman hayati dalam memenuhi kebutuhan manusia dan
juga dalam menjamin kelestariannya.
Sementara itu, kondisi dan dinamika, nilai-nilai dan dampak kegiatan manusia pada
keanekaragaman hayati dapat pula diupayakan melalui peningkatan kesadaran masyarakat
untuk menjadi faktor pendorong bagi berubahnya pola konsumsi efisiensi pemanfaatan sumber
daya dan apresiasi masyarakat. Peningkatan kesadaran dan apresiasi akan mempengaruhi pula
dampak kegiatan manusia, kondisi dan dinamika dan cara penilaian fungsi-fungsi
keanekaragaman hayati melalui upaya-upaya tertentu dalam pengelolaan pendidikan dan lain
sebagainya.
2. Manfaat keanekaragaman Hayati
bagi Manusia, Tumbuhan, hewan dan mikroorganisme penghuni “planit biru/bumi” ini,
saling berinteraksi didalam lingkungan fisik suatu ekosistem, merupakan fondasi bagi
pembangunan berkelanjutan.
Sumber daya hayati dari kekayaan kehidupan ini mendukung kehidupan manusia dan
memperkaya aspirasi serta memungkinkan manusia untuk beradaptasi dengan peningkatan
kebutuhan hidupnya serta perubahan lingkunganya. Erosi keanekaragaman plasma nutfah,
jenis, dan ekosistem yang berlangsung secara tetap akan menghambat kemajuan dalam proses
masyarakat yang sejahtera secara berkelanjutan. Erosi keanekargaman hayati ini merupakan
indikasi dari ketidakseimbangan antara peningkatan kebutuhan manusia dan kapasitas alam.
Pada saat manusia memasuki revolusi industri, ada kurang lebih 850 juta jenis flora-
fauna yang bersama-sama menghuni bumi. Pada saat ini, dengan populasi manusia sekitar
enam kali, dan dengan tingkat konsumsi sumber daya yang berlipat jauh lebih besar,
peningkatan kapasitas alam melalui upaya budi daya dan pengelolaan sumber daya tidak
mampu mengikuti peningkatan pertumbuhan populasi dan kebutuhan hidupnya. Dari
komponen-komponen keanekaragaman hayati, baik diperoleh langsung dari alam maupun
melalui budi-daya, umat manusia memperoleh semua bahan pangan dan sejumlah besar obat-
obatan, serat bahan baku industi.
Sumbangan perekonomian dari pemanenan komponen keanekaragaman hayati dari
alam saja telah menyumbang empat setengah persen GDP Amerika, atau bernilai 87 milyar
dollar pada akhir tahun 1970. Perikanan lepas pantai, yang berasal dari jenis-jenis non budi
daya telah menyumbang sekitar 100 juta ton bahan pangan.
Pada beberapa negara berkembang masyarakat masih mencari bahan kebutuhan
pangan pokok mereka dari alam. Umbi-umbian, dan sagu di Irian jaya, dan beberapa sumber
karbohidrat utama di beberapa negara masih diperoleh langsung dari alam . Nilai komponen
keanekaragaman hayati yang dibudidayakan jauh lebih besar lagi. Pertanian menyumbang
sekitar 32 persen dari GDP negara-negara berkembang. Perdagangan produk pertanian pada
tahun 1989 mencapai 3 triliyun dolar.
Komponen keanekaragaman hayati juga penting bagi kesehatan manusia. Sebelum
industri sintesa muncul, semua bahan obat-obatan diperoleh dari alam, dan bahkan sekarang
bahan-bahan alami ini masih vital. Obat-obatan tradisional mendukung pemeliharaan
kesehatan bagi sekitar 80 % penduduk negara berkembang, atau lebih dari tiga milyar jiwa
secara keseluruhan. Pengobatan tradisional saat ini di dorong perkembangannya oleh Badan
Kesehatan Dunia WHO, dan juga di banyak negara,termasuk negara maju. Demikian juga untuk
pengobatan modern, seperempat dari resep obat-obatan yang di berikan Amerika Serikat
mengandung bahan aktif yang diekstraksi dari tumbuh-tumbuhan dan hewan, dan lebih dari
3000 antibiotik, termasuk penisilin dan tetrasiklin, diperoleh dari mikroorganisma.
Siklosporin, di kembangkan dari suatu kapang tanah, merupakan penemuan
revolusioner bagi transplantasi jaringan manusia, seperti untuk jantung dan ginjal, karena
mampu menekan efek penolakan tubuh atas organ baru. Aspirin dan banyak obat-obatan
lainnya yang sekarang mampu disintesakan kimiawi, pertama kali diekstraksi dari tumbuhan
liar. Senyawa-senyawa yang diekstraksi dari tumbuhan, mikroba dan hewan merupakan
komponen dalam perumusan 20 obat-obatan terlaris di Amerika yang mencapai angka
perdagangan sebesar 6 milyar dolar pada tahun 1988. Komponen keanekaragaman hayati juga
mempunyai fungsi sebagai komoditi pariwisata,.
Diseluruh dunia, pariwisata alam menghasilkan sekitar 2 hingga 12 milyar dolar
pendapatan setiap tahun. Selain fungsi ekonomi seperti tersebut diatas, keanekeragaman
hayati mempunyai fungsi sosial dan ekologis. Fungsi sosial keanekaragaman hayati adalah
memberikan kesempatan atau lapangan kerja, bagian dari elemen spiritual masyarakat yang
membentuk budaya setempat, serta membentuk jati diri masyarakat. Nilai spiritual dan aspirasi
dari fungsi sosial ini juga mempengaruhi atau meningkatkan kesehatan jiwa masyarakat. Fungsi
ekologis keanekaragaman hayati berkaitan dengan proses-proses ekologis keaneka ragaman
hayati, yaitu proses pertumbuhan, perkembangbiakan, dan evolusi.
Tumbuhan menghasilkan oksigen dan menyaring polutan udara, memberikan mutu
udara yang diperukan untuk pernafasan manusia serta makhlluk hidup lainnya. Proses
mikroorganisme tanah memperbaiki kondisi kimiawi dan biologis tanah, struktur tanah serta
kesuburan tanah secara umum, serta proses-proses lainnya mendukung kehidupan manusia
dalam hal memberikan kualitas kehidupan yang lebih baik.
Fungsi, jasa dan produk komponen keanekaragaman hayati diatas, serta besarnya nilai
ekonomi yang dihasilkan tidak akan dapat diperoleh secara lestari jika sumber dayanya sendiri
tidak dikelola secara lestari. Dari gambaran di atas, dapat di ketahui bahwa keanekaragaman
hayati berperan sangat penting dan vital untuk menjamin kehidupan dan kesejahteraan umat
manusia. Mulai dari mutu udara, mutu air, mutu tanah, dan mutu lingkungan secara
keseluruhan, hingga untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia, semuanya tergantung secara
langsung maupun tak langsung pada keanekaragaman hayati.

B. Strategi Nasional Pengelolaan Keanekaragaman Hayati


Keanekaragaman hayati Indonesia telah dimanfaatkan, baik secara langsung dari alam,
maupun melalui kegiatan budi daya. Namun demikian masih banyak yang perlu di gali
potensinya, dan masih banyak lagi kegiatan pemanfaatan yang harus di benahi, untuk
menjadikan kekayaan nasional ini sebagai aset pembangunan yang berkelanjutan. Untuk itu
pengetahuan yang mendasar mengenai besar dan sifat kekayaan nasional ini perlu ditingkatkan
dengan memanfaatkan pengetahuan tradisional maupun teknologi yang sesuai sebagai dasar
pengembangan pemanfaatan secara lestari. Sebagaimana adat dan kebudaya yang telah
berkembang selama berabad-abad, pendududk Indonesia telah memanfaatkan kekayaan
keanekaragaman hayati yang terdapat di seluruh kepulauan Indonesia. Pembiakan jenis-jenis
lokal dari domba, sapi, ayam dan bebek, serta penggunaan sistem-sistem tradisional hutan-
kebun dengan memanfaatkan tanaman-tanaman komersial setempat seperti jambu mete,
cengkeh, kelapa dan berbagai tanaman penghasil serat, rempah-rempah dan obat-obatan.
Tanaman-tanaman seperti tebu, rambutan, pisang, durian cengkeh dan kacang mete memang
merupakan jenis-jenis asli dan telah dikembangkan oleh penduduk.
Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati di dunia yang
merupakan sumber kehidupan masyarakat dan aset negara, maka dalam menjalankan kegiatan
pembangunan perlu memperhatikan perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan
berkelanjutan sumber daya ini. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional diperlukan
kebijaksaan dan langkah-langkah yang terkoordinasi untuk menangani masalah pengelolaan
keanekaragaman hayati bagi keperluan pembangunan. Hal ini mengingat pengelolaan
keanekargaman hayati berada pada sektor maupun instansi yang terpisah. Kondisi ini tidak
terlepas kemungkinan adanya tumpang-tindih kepentingan pengelolaan keanekaragaman
hayati yang dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan.
Untuk mengelola keanekaragaman hayati Indonesia diperlukan strategi nasional sebagai
alat bantu agar semua pihak dalam melaksanakan tugasnya mengupayakan perlindungan,
pengawetan dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati. Strategi Nasional
Pengelolaan Keanekargaman Hayati beserta Rencana Aksi Keaneakaragaman Hayati telah
diterbitkan pada tahun 1993. Dalam Strategi Nasional ini asas yang dianut adalah pemanfaatan
ilmu dan teknologi, diversifikasi/penganekaragaman pemanfaatan, dan keterpaduan
pengelolaan.
Disadari bahwa pengelolaan keanekaragaman hayati tidak hanya terletak pada tanggung
jawab pemerintah, tetapi semua pihak memiliki kepentingan dan kewajiban. Pihak pemerintah
berkewajiban mengembangkan peraturan perundang-undangan pemanfaatan dan
pelestariannya serta melaksanakan bagian yang menjadi kepentingan nasioanal atau umum.
Asas keterpaduan dalam Strategi Nasional ini juga mengandung kewajiban bagi pemerintah
untuk dapat menyelenggarakan koordinasi yang mantap dalam menselaraskan tugas dan
kewajiban semua pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan keanekaregaman hayati.
Strategi Nasional juga mendorong untuk meningkatkan kerja sama internasional di bidang
pengelolaan keanekaragaman hayati. Dalam kerja sama internasional ini Indonesia menganut
asas bahwa keanekaragaman hayati merupakan sumber daya terbarukan yang di perlukan
dalam meningkatkan harkat kemanusiaan.
Dalam pengelolaannya setiap negara mempunyai hak berdaulat untuk memanfaatkan
sumber daya keanekaragaman hayati untuk menunjang pembangunan nasional. Salah satu
wujud kerja sama internasional dalam pengelolaan keanekaragaman hayati ini, Dalam KTT Bumi
tahun 1992 di Rio de Janerio Indonesia telah menandatangani konvensi keanekaragaman hayati
dan meratifikasi konvensi ini dalam Undang-Undang nomor 5 tahun 1994. Dengan konvensi ini
Indonesia telah menjadi pihak konvensi.

C. Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Dalam Keserasian Lingkungan


1. Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Berbasis bioregional
Di seluruh belahan dunia, perhatian pada permasalahan lingkungan terus
meningkat. Perhatian ini adalah wujud keprihatinan mengenai keadaan lingkungan lokal
maupun global dan perkiraan akan kecenderungan masa datang. Kepedulian masyarakat
didasarkan pada realisasi bahwa kondisi sistem hayati dunia adalah fundamental bagi
umat manusia dan bahwa pengaruh / dampak kegiatan kita pada sistem ini semakin
meningkat secara eksponensial. Selama dekade terakhir, kepedulian dan perhatian ini
difokuskan pada permasalahan keanekaragaman hayati. Konsep ilmiah dan sosial,
permasalahan di seputar keanekaragaman hayati ini begitu kompleks dan sering kali
disertai pengertian yang kurang cukup serta cara pandang yang terlalu sempit. Apakah
kita menghadapi krisis keanekaragaman hayati global ?, ataukah kita berada pada
tengah-tengah krisis tersebut ?, tak satupun jawaban yang dapat memberikan gambaran
yang sebenarnya.
Estimasi terakhir menunjukan bahwa lebih dari setengah permukaan bumi yang
menunjang komunitas makhluk hidup telah terkena dampak kegiatan manusia.
Diperkirakan pula bahwa kita sekarang pada masa kepunahan masal jenis-jenis makhluk
hidup. Keprihatinan ini bertambah lagi dengan adanya kesadaran bahwa pengetahuan
kita tentang keragaman dan keanekaan jenis tumbuhan, hewan, jasad renik dan
ekosistem dimana mereka berada dan berinteraksi benar-benar kurang lengkap.
Pengertian pembangunan semesta pada beberapa dekade yang lalu tidak menganut
azas keseimbangan. Pembangunan lebih menitik beratkan pada aspek ekonomi, dimana
eksploitasi sumber daya alam tidak di imbangi dengan rehabilitasi dan upaya
pengawetan. Dengan adanya kesadaran akan dampak kerusakan yang di timbulkan dari
kegiatan pemanfaatan yang tidak berwawasan lingkungan, pemahaman kedudukan
manusia pada keseluruhan biosfer telah mengalami pergeseran. Manusia bukan lagi
menganggap dirinya diluar ekosistem, melainkan merupakan bagian dari ekosistem
tersebut.
Pengertian keanekaragaman hayati menjadi lebih luas lagi dengan melibatkan
komponen manusia dengan segala kebudayaan dan sistem sosial ekonominya. Bahkan
jika seluruh ekosistem alam yang tersisa dapat dilindungi dari pengaruh pembangunan,
ekosistem yang tersisa ini tidak cukup untuk memelihara keanekaragaman hayati.
Keaslian yang tersisa tidak cukup besar untuk memenuhi kebutuhan habitat bagi seluruh
spesies atau untuk memenuhi fungsi ekologis yang penting. Jelas bahwa keberhasilan
konservasi keanekaragaman hayati akan tergantung pada kemampuan pengelolaan
seluruh lanskap untuk meminimalkan kepunahan keanekaragma hayati. Kebutuhan
manusia dan kegiatannya harus di selaraskan dengan pemeliharaan keanekaragaman
hayati, dan kawasan konservasi harus dipadukan dengan lingkungan alam dan buatan
sekitarnya.
Kebun, hutan, areal peternakan, perikanan dan pemukiman perencananya harus
segaris dengan projek restorasi lahan, rehabilitasi dan perlindungan kawasan, serta
upaya konservasi lainnya. Skala upaya-upaya tersebut harus disesuaikan dengan proses-
proses ekologis dan kebutuhan serta persepsi masyarakat setempat. Pendekatan
keterpaduan ini di sebut dengan pengelolaan bioregional.

2. Konsep dan Pengertian bioregional


Kawasan bioregional adalah kawasan daratan dan perairan yang batas-batasnya
tidak di tentukan oleh batas-batas politik, malainkan oleh batas geografis kelompok
masyarakat dan sistem ekologis tertentu. Kawasan ini harus cukup besar / luas untuk
menjaga integritas komunitas hayati, habitat dan ekosistem, untuk dapat mendukung
proses-proses ekologis yang vital, seperti siklus nutrisi dan penguraian limbah, migrasi
alami dan aliran air dan energi, untuk memenuhi kebutuhan habitat spesies-spesies
kunci dan indikator, dan untuk mewadahi masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan,
pemanfaatan dan pemahaman sumber daya hayati. Luasan kawasan bioregional ini juga
dibatasi oleh masyarakat setempat. Kawasan ini harus memiliki identitas kultural yang
unik dimana masyarakat setempat mampu memanfaatkannya secara subsisten
berdasarkan ulayat. Hak ulayat ini bukan berarti hak yang absolut, melainkan lebih
berarti bahwa kebutuhan hidup, hak-hak dan kepentingan masyarakat lokal seyogyanya
menjadi titik permulaan dan kriteria untuk pembangunan dan konservasi regional, serta
dalam kerangka kegiatan dimana kepentingan baik negara, swasta dan peminat lainnya
dapat diakomodasi.
Di dalam suatu bioregion terdapat mosaik pemanfaatan lahan dan perairan.
Setiap petak penyusun mosaik tersebut menyediakan habitat dimana berbagai jenis
mampu memepertahankan diri dan berkembang biak, serta setiap petak tersebut juga
mempunyai hubungan tertentu dengan suatu wilayah pemukiman manusia. Semua
komponen mosaik tersebut interaktif, seperti halnya pengelolaan suatu DAS akan
mempengaruhi habitat sistem sungai, perkebunan/pertanian, kegiatan perikanan,
kondisi muara sungai dan terumbu karang. Komponen-komponen tersebut juga harus
bersifat dinamis; dimana perubahan dari waktu ke waktu seperti perubahan aliran
sungai, regenerasi masa bero dan tanam di lahan pertanian, dan sebagainya telah
diantisipasi dalam pengelolaannya. Sifat kedinamisan ini memberi kemampuan
bioregion yang di kelola dengan baik, ketahanan dan fleksibilitas untuk beradaptasi pada
evolusi dan pengaruh kegiatan manusia (baik terhadap perubahan iklim maupun
perubahan pasar/komoditas).
Didalam kerangka ekologis dan sosial, pemerintahan, masyarakat, serta pihak
swasta berbagi tanggung jawab untuk mengkoordinasikan penataan pemanfaatan lahan
baik untuk lahan ulayat dan lahan milik serta untuk menentukan dan melaksanakan
pilihan-pilihan pembangunan yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan manusia
secara berkelanjutan. Adanya saling membutuhkan ini membentuk keterpaduan
kelembagaan dan kerja sama sosial. Dialog diantara berbagai kepentingan, perencanaan
partisipatif, dan kelembagaan yang cukup fleksibel sangat menentukan keberhasilan
pengelolaan bioregion.
Perangkat dan teknologi konservasi dalam jangkauan yang cukup luas harus juga
diperhatikan, diantaranya pengelolaan kawasan yang dilindungi, teknologi konservasi ex
situ, rehabilitasi lanskap, serta pengelolaan secara berkelanjutan sumber daya
kehutanan, pertanian, dan perikanan. Konsep suaka biosfer seperti yang telah
dimunculkan oleh MAB (Man and Biosphere Programme) pada tahun 1979, merupakan
model pertama yang dapat digunakan sebagai titik awal pengelolaan bioregional. Dalam
model kawasan suaka ini, suatu area kawasan lindung sebagai pusat biosphere
dikelilingi oleh zona penyangga dan kemudian kawasan peralihan.
Pemanfaatan yang diperkenankan dalam zona penyangga di batasi pada kegiatan
yang sesuai dengan fungsi perlindungan kawasan inti, seperti penelitian, pendidikan,
rekreasi dan kepariwisataan, sedangkan kegiatan konservasi ex situ, pembangunan
pertanian dan kehutanan diperkenankan di zona/kawasan peralihan. Dalam zona
peralihan ini pemukiman dan kegiatan budi-daya secara tradisional diperkenankan.
Namun dalam skala pertanian yang besar hanya diperkenankan dilaksanakan di daerah
budi daya, yaitu di luar zona peralihan. Beberapa negara telah mulai menjembatani
konsep biosfer ini dengan penerapannya melalui beberapa peraturan perundangan.
Indonesia, sebagai contoh, dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990
mengenai konservasi Sumber Daya Alam hayati dan ekosistemnya, menetapkan bahwa
suaka biosfer ini adalah salah satu kategori kawasan konservasi yang diakui secara legal.

3. Dinamika dan Elemen bioregional


Bioregional memiliki keunggulan ekologi, ekonomi dan sosial budaya yang jelas.
Pengelolaan keanekaragaman hayati dan pembangunan daerah melalui konsep
bioregional ini memberikan skala pembangunan dalam ruang dan sosial yang wajar dan
manusia bagi sebagian besar masyarakat. Peralihan dari konsep pembangunan yang
konservatif dan konsep bioregional membutuhkan penyelarasan faktor sosial yang
cukup besar. Masyarakat di harapkan dapat memulai pengembangan jati diri dalam
pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan berdasar keunggulan daerah yang
dimilikinya; keunggulan tersebut adalah kearifan setempat dalam pengelolaan
lingkunagan, komponen keanekaragaman hayati yang khas dan mempunyai potensi
pasar, dan berbagai kondisi yang menguntungkan dalam bioregionalnya.
Tiga masalah utama dalam pengembangan perekonomian berdasar jati diri
daerah adalah :
a). Pendekatan bioregional membutuhkan kemauan politik daerah dan pusat untuk
desentralisasi, membuka peluang lebih besar untuk akses dan kesetaraan dan
penanganan atau tindakan kelembagaan bagi sebagian besar sektor pembangunan.
Pada saat ini, perencanaan dan pengelolaan sumber daya masih dirasa terlalu
tersentralisasi, pembagian dan spesialisasi sektoral masih terlalu besar, dan sebagian
besar peraturan perundangan dan struktur administratif belum dapat mendukung
konsep ini ;
b).Berbagai pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan pembangunan berbasis
bioregion mempunyai kekuasaan, akses dan pemilikan informasi yang tidak setara,
sehingga masing-masing aktor ini tidak dapat berpartisipasi secara efektif dan merata ;
c).Pemerintah daerah atau sektor terkait belum mengembangkan studi mengenai
potensi komponen keanekaragaman hayati unggulan yang dapat merupakan jati diri
daerah dalam arti mampu dikembangkan sebagai komoditi unggulan bagi perekonomian
daerah, atau merupakan ciri khas daerah yang mampu dikembangkan budi dayanya
untuk memperoleh nilai ekonomi.
Sebagai penjelasan dari pendekatan konsep pembangunan bioregional dapat
digambarkan dalam elemen dan dinamika bioregion sebagai berikut :
1. Bioregional development plan berpusat pada kawasan-kawasan lindung dan atau
kawasan konservasi yang sudah ada sebagai inti bioregion, dimana fungsi-fungsi
ekologis dan pengawetan plasmanutfah dilaksanakan dengan ketat; kawasan ini
dikelilingi oleh suatu ozon penyangga yang berfungsi untuk penelitian, pendidikan,
perlindungan dan kegiatan ekstraksi secara sangat terbatas. Di sebelah luar dari zona
penyangga ini terdapat zona peralihan dimana kegiatan ekstraksi dalam bentuk hutan
produksi terbatas dan pertanian/peternakan terbatas dapat dilaksanakan. Di luar zona
ini, terdapat kawasan produksi/budi-daya dan pemukiman. Dari segi pengembangan
dan ketahanan komoditas, zona inti bioregion yang dikelola sebagai pusat konservasi
yang dimaksud dapat di kembangkan atau ditetapkan dari hasil studi pusat
keanekaragaman hayati unggulan.
2. Daerah aliran sungai (DAS) dikelola secara keseluruhan, mulai dari mata air di daerah
pegunungan hingga kelautan, serta melintasi berbagai tata guna lahan dari kawasan
lindung di daerah pegunungan hingga ke perikanan tambak di daerah muara sungai.
3. Lahan-lahan kritis di rehabilitasi hingga mempunyai berbagai nilai pemanfaatan,
termasuk untuk konservasi air dan tanah, perlindungan kawasan pesisir, produksi kayu,
pertanian, peternakan, dan perluasan kawasan lindung.
4. Kawasan pesisir dan lautan dikelola untuk mengkonservasi terumbu karang dan kunci,
mangrove, pantai dan elemen lainnya, menjaga produktivitas perikanan laut, serta
mendukung pembangunan perekonomian masyarakat setempat melalui pengembangan
pariwisata alam yang di tata secara hati-hati.
5. Dataran penggembalaan dikelola dalam batas-batas daya dukungnya untuk
memelihara flora-fauna asli, mengembangkan ternak, dan menjamin pemenuhan
kebutuhan hidup masyarakat peternak, atau petani nomad. Dalam menjaga daya
dukung kawasan diutamakan untuk mengembangkan ternak asli daerah dan apabila
akan dikembangkan ternak dari luar, harus disesuaikan dengan kondisi setempat.
6. Lahan-lahan pertanian dikelola untuk mengoptimalkan produktivitas jangka panjang
dan ikut melestarikan keanekaragaman hayati dengan mengurangi bahan kimiawi
sistesis untuk pemupukan dan pengendalian hama-penyakit, memanfaatkan sebesar
mungkin jenis-jenis unggulan lokal sebelum memutuskan menggunakan bibit eksotik,
serta melakukan penanaman pohon-pohonan, pembatas lahan, perindang jalan dan
hutan masyarakat dalam membentuk lanskap kawasan pertanian. Kembangkan juga
agroforestydi dalam pemanfaatan zona peralihan.
7. Suatu rangkaian kelembagaan berbasis masyarakat sebagai pendukung konservasi
keanekaragaman hayati termasuk penyimpanan benih (seedbank), pelayanan
penyuluhan pertanian, serta stasiun penelitian, inventarisasi dan pemantauan
keanekaragaman hayati perlu dikembangkan bersama-sama dalam bioregion tertentu.
8. Kawasan perkotaan yang besar dalam suatu bioregion menyediakan serangkaian
lembaga pendukung. Termasuk dalam hal ini adalah kebun binatang, akuarium, dan
kebun raya yang dapat dimanfaatkan untuk mengawektan (secara terbatas) jenis-jenis
yang terancam kepunahan dan mendidik masyarakat; sekolah-sekolah dan tempat
ibadah, serta media massa untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat;
lembaga swadaya masyarakat dapat membantu menyediakan dukungan dan informasi
baik bagi pemerintah maupun masyarakat; serta pusat informasi keanekaragaman
hayati yang berperan sebagai focal point untuk dialog bioregional, pertukaran informasi
dan kegiatan kolektif.
D. Kegiatan Manusia yang Dapat Menurunkan Keanekaragaman Hayati

a. Penebangan hutan dijadikan lahan pertanian atau pemukiman dan akhirnya tumbuh menjadi
perkotaan. Hal ini menyebabkan kerusakan habitat yang mengakibatkan menurunnya
keanekaragaman ekosistem, jenis, dan gen.
b. Polusi, bahan pencemar dapat membunuh mikroba, jamur, hewan, dan tumbuhan.
c. Penggunaan spesies yang berlebihan untuk kepentingan manusia. Meningkatnya jumlah
penduduk, sehingga keperluannya pun meningkat pula. Hal ini didukung dengan
pengembangan teknologi pemanfaatan sehingga mengonsumsi keanekaragaman dengan cepat.
d. Introduksi spesies eksotik. Hal ini mengakibatkan spesies tertentu menjadi tersisihkan,
sehingga spesies tertentu tersebut jarang digunakan, yang akhirnya terlupakan.
e. Pestisida yang sebenarnya hanya untuk membunuh organisme pengganggu atau penyakit
suatu tanaman, pada kenyataannya menyebar ke lingkungan dan menjadi zat pencemar. Selain
akibat kegiatan manusia, terancamnya kondisi keaneka- ragaman dapat disebabkan oleh faktor
alam, misalnya kerusakan habitat juga dapat terjadi oleh adanya bencana alam, seperti
kebakaran, gunung meletus, dan banjir.

E. Kegiatan Manusia yang Meningkatkan Keanekaragaman Hayati

a. Pemuliaan, yaitu usaha membuat varietas unggul dengan cara melakukan perkawinan silang
menghasilkan variasi baru meningkatkan keanekaragaman gen.
b. Reboisasi penghijauan, dapat meningkatkan keanekaragaman hayati. Adanya tumbuhan
berarti memberikan lingkungan yang lebih baik bagi organisme lain.
c. Pembuatan taman-taman kota, yaitu memberikan keindahan dan lingkungan lebih nyaman,
serta dapat meningkatkan keaneka- ragaman hayati.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Seperti anggota komunitas makhluk hidup lainnya, manusia tergantung pada


lingkungannya. Dengan kelengkapan akal budinya yang jauh lebih unggul dari makhluk hidup
lain, manusia tidak hanya beradaptasi dan berevolusi secara pasif namun, namun mampu
mengubah lingkungannya agar lebih menguntungkan dan sesuai denngan kebutuhan hidupnya.
Sesuai dengan perkembangan kebudayaannya, sejarah interaksi manusia dimulai dari
tahap/fase pengumpul atau pemburu, fase pertanian, fase pembentukan kawasan
permukiman, hingga fase modern dengan konsumsi energi tinggi. Pada setiap fase interaksi ini,
bentuk hubungan pengaruh dan mempengaruhi berubah sesuai dengan tekhnologi dan
kapasitas yang dikembangkannya.
Manusia tidak lagi tergantung dengan sumber daya yang ada di alam, namun dengan
kelebihan inovasinya mulai mampu membudidayakan, meningkatkan produktivitas komponen
keanekaragaman hayati dan menekan faktor-faktor yang tidak menguntungkan produksi.
Dengan semakin meningkatnya populasi dan kebutuhan hidupnya, serta dengan perkembangan
industrialisasi, dampak kegiatan manusia pada kondisi dan dinamika keanekaragaman hayati
semakin besar.
Kebutuhan yang meningkat sering kali menyebabkan kurang diindahkannya pertimbangan
lingkungan; pemanenan hasil alam berupa hasil hutan dan perikanan sering kali hanya
mempertimbangkan pemenuhan bahan baku industri dan kebutuhan masyarakat dalam jangka
pendek. Pertanian tradisional yang lebih mempertahankan keanekaragaman hayati digantikan
dengan pertanian berinput tinggi, dengan keanekaragaman hayati rendah dan intensiv.
Pertanian intensiv sering kali tidak mempertahankan penggalian bibit lokal demi untuk
memenuhi pasaran global. Akibat yang segera tampak adalah degradasi lahan, terutama
penurunan produktivitas lahan, penggundulan hutan dan meningkatnya kasus-kasus bencana
alam. Dalam jangka panjang, dampak yang akan muncul adalah kejenuhan lingkungan, akibat
tertekannya daya dukung lingkungan dan meningkatnya kerusakan lahan dan fungsiekologis
keanekaragaman hayai. Bila hal ini terus berlanjut maka ketiga fungsi keanekaragaman hayati
akan rusak dan manusia sendiri yang harus menerima akibatnya.
Esensi dari pendekatan bioreginal adalah untuk mewadahi dan melibatkan konservasi
keanekaragaman hayati dalam pemanfaatan sumber daya lahan dan sumber daya alam lainnya,
termasuk yang utama ditujukan untuk produksi ekonomi. Dengan demikian, pendekatan
bioregional development plan adalah upaya memadukan tujuan konservasi keanekaragaman
hayati dalam pengelolaan hutan, pertanian, perternakan, perikanan dan pengembangan
kawasan pemukiman/perkotaan, serta dalam pembangunan dilahan basah dan semua lanskap.
Teknik dan strategi konservasi keanekaragaman hayati pada berbagai bentukan lanskap
tersebut diatas sebenarnya sudah ada, namun perlu ditingkatkan lagi dan dilaksanakan secara
lebih terpadu dan luas. Pemanfaatan keanekaragaman hayati unggulan daerah dalam konsep
bioregional ini sebenarnya menguntungkan secara ekonomi dan ekologis. Pemanfaatan jenis-
jenis asli/setempat akan membantu pemeliharaan keanekaragaman setempat dan
meningkatkan efisiensi pemeliharaan, karena sangat sedikit membutuhkan input kapital dalam
proses produksi (pupuk, pertisida, dll.).

B. Saran

Manusia memiliki hubungan yang erat terhadap keanekaragaman hayati. Karena pada
dasarnya, manusia membutuhkan mereka demi keberlangsungan hidupnya. Jadi, sudah
sepantasnya kita menjaga dan meningkatkan keanekaragaman Hayati untuk generasi ke
generasi selanjutnya. Kesadaran akan menjaga keanekaragaman hayati tersebut adalah dimulai
dengan diri kita sendiri, kesadaran untuk menjaga alam dan lingkungan nya
DAFTAR PUSTAKA

http://perpustakaan.menlhk.go.id/pustaka/home/index.php?page=ebook&code=ka&vi
ew=yes&id=1

https://text-id.123dok.com/document/nq7x197ky-kegiatan-manusia-yang-dapat-
menurunkan-keanekaragaman-kegiatan-manusia-yang-meningkatkan-keanekaragaman-
hayati.html

Anda mungkin juga menyukai