Anda di halaman 1dari 34

Tugas Makalah

EKOLOGI UMUM DAN ABC


(Biologi Populasi)

Oleh :
ELSA DAMAYANTI DARLIN
P032191009

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan
judul “Biologi Populasi” yang menurut penulis dapat memberikan manfaat
yang besar bagi kita untuk mempelajarinya.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon memaklumi bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada
tulisan yang penulis buat kurang tepat atau menyinggung perasaan
pembaca.
Dengan ini penulis mempersembahkan makalah ini dengan penuh
rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga
dapat memberikan manfaat.

Makassar, Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………….. i


Daftar Isi ……………………………………………………………………….. ii
Daftar Gambar …………………………………………………………………. iii
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………… 5
1.2. Tujuan ……………………………………………………………………..... 7
1.3. Rumusan Masalah…………………………………………………………... 8
Bab II Pembahasan
2.1. Defenisi Populasi ………………………………………………………….. 9
2.2. Faktor-Faktor Pertumbuhan Populasi …………………………………… 12
2.3. Dinamika Pertumbuhan Populasi ………………………………………… 19
2.4. Ancaman Kepunahan Populasi …………………………………………. 23
2.5. Biologi Konservasi ………………………………………………………… 27
Bab III Penutup
3.1. Kesimpulan …………………………………………………………………. 31
3.2. Saran ………………………………………………………………………… 31
Daftar Pustaka ………………………………………………………………….. 33
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ilustrasi Hukum Minimum Libieg………………………………….. 14


Gambar 2. Pola Distribusi Populasi ………………………………………….. 18
Gambar 3. Model Kurva Pertumbuhan Eksponensial ………………………. 19
Gambar 4. Model Kurva Sigmoid …………………………………………….. 20
Gambar 5. Kebun Binatang ……………………………………………………. 26
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ekosistem adalah suatu kesatuan yang utuh dari lingkungan dan


mahluk hidup yang saling mempengaruhi. Pada suatu ekosistem, setiap
mahluk hidup dalam komunitas berkembang secara bersama-sama dengan
lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Artinya, mahluk hidup akan
beradaptasi dengan lingkungannya, dan sebaliknya mahluk hidup juga akan
mempengaruhi lingkungannya untuk keperluan hidup. Ekosistem merupakan
satuan unit terbesar dari seluruh komponen-komponen di muka bumi mulai
dari sel, individu atau organisme, populasi, komunitas yang saling
berinteraksi antara satu dan lainnya.

Populasi adalah sekumpulan individu dengan ciri-ciri yang sama


(spesies) yang hidup menempati ruang yang sama pada waktu tertentu.
Anggota-anggota populasi secara alamiah saling berinteraksi satu sama lain
dan bereproduksi di antara sesamanya. Konsep populasi banyak dipakai
dalam ekologi dan genetika. Ekologiwan memandang populasi sebagai unsur
dari sistem yang lebih luas. Populasi suatu spesies adalah bagian dari suatu
komunitas. Selain itu, evolusi juga bekerja melalui populasi. Ahli-ahli
genetika, di sisi lain, memandang populasi sebagai sarana atau wadah bagi
pertukaran alel-alel yang dimiliki oleh individu-individu anggotanya. Dinamika
frekuensi alel dalam suatu populasi menjadi perhatian utama dalam kajian
genetika populasi.

Pada susatu kondisi, populasi dialam selalu mengalami pertumbuhan.


Namun dalam pertumbuhan tersebut seringkali diiringi dengan adanya factor-
faktor yang membatasi sehingga pertumbuhan tersebut dapat berupa
peningkatan maupun penurunan. Populasi suatu organisme akan mampu
bertahan hidup apabila kondisi ketersediaan makanan dialam tercukupi.
Sehingga daya dukung lingkungan menjadi
factor utama yang berperan dalam dinamika pertumbuhan suatu populasi. Selain
kondisi daya dukung lingkungan, faktor manusia ikut mempengaruhi jumlah populasi
dialam yang berkaitan dengan aktivitas manusia itu sendiri dalam memanfaatkan
sumber daya alam. Kegiatan pemanfaatan tersebut seringkali memberikan dampak
buruk terhadap keberadaan populasi biologi tertentu yang berdampak pada
kepunahan. Misalnya aktivitas manusia berupa perburuan liar terhadap hewan-
hewan untuk dijadikan sebagai bahan makanan, ataupun untuk diperdagangkan
secara illegal. Contohnya yaitu perburuan liar terhadap rusa, harimau, badak, dan
lain-lain. Selain perburuan liar, meningkatnya kebutuhan manusia terhadap lahan
seringkali melakukan eksploitasi terhadap hutan dan menyebabkan intervensi
terhadap populasi hewan yang ada didalamnya. Contohnya adalah perambahan
hutan di Kalimantan menyebabkan hilangnya habitat Orang Utan, sehingga ketika
habitatnya hilang mereka cenderung memasuki lahan milik masyarakat yang
akhirnya di anggap mengganggu sehingga terjadilah eksploitasi terhadap
keberadaan Orang Utan tersebut.

Permasalahan lingkungan akibat hilangnya keanekaragaman hayati dimulai


sejak tahun 1962 yang diangkat oleh Rachel Carson melalui tulisannya dalam
sebuah buku yang berjudul The Silent Spring. Rachel Carson menggambarkan
bahwa pada sebuah musim semi burung-burung yang biasanya berkicauan dengan
merdu disebuah taman pada suatu ketika menjadi diam. Setelah ditelusuri, ternyata
burung-burung tersebut mengalami kematian akibat penggunaan pestisida pada
tanaman-tanaman yang ada pada daerah tersebut. Melalui buku ini Rachel Carson
menggambarkan betapa aktivitas manusia memberikan dampak penting terhadap
lingkungannya. Berdasarkan hal ini maka Negara-negara didunia mulai mengadakan
pertemuan untuk membahas mengenai permasalahan lingkungan khususnya terkait
keanekaragaman hayati yang dimulai pada tahun 1972 di Rio De Jeneiro.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu dipahami mengenai apa itu populasi
biologi, bagaimana perkembangan populasi dialam, apa saja factor yang
mempengaruhi pertumbuhannya, dan bagaimana kegiatan manusia dapat
mempengaruhi pertumbuhan populasi sehingga dengan hal tersebut dapat dilakukan
konservasi untuk melindungi keberadaan populasi dalam suatu ekosistem agar

7
terhindar dari kepunanahan. Karena setiap organisme di dalam suatu ekosistem
memiliki peranan dalam mengatur keseimbangan ekosistem itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

a. apa yang dimaksud dengan populasi?

b. Faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan populasi biologi?

c. Bagaimana dimanika pertumbuhan populasi biologi?

d. Bagaimana manusia dapat mempengaruhi pertumbuhan populasi biologi?

e. Bagaimana cara melakukan perlindungan terhadap keberadaan populasi biologi


agar terhindar dari kepunahan?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Menjelaskan tentang populasi biologi.

2. Menjelaskan factor yang mempengaruhi pertumbuhan populasi biologi.

3. Menjelaskan dinamika pertumbuhan populasi biologi.

4. Menjelaskan pengaruh manusia terhadap pertumbuhan populasi biologi.

5. Memberikan solusi untuk perlindungan terhadap keberadaan populasi biologi agar


terhindar dari ancaman kepunahan.

8
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Defenisi Populasi


Dalam biologi, populasi adalah sekumpulan individu dengan ciri-ciri yang
sama (spesies) yang hidup menempati ruang yang sama pada waktu tertentu.
Anggota-anggota populasi secara alamiah saling berinteraksi satu sama lain dan
bereproduksi di antara sesamanya. Konsep populasi banyak dipakai dalam ekologi
dan genetika. Ekologiwan memandang populasi sebagai unsur dari sistem yang lebih
luas. Populasi suatu spesies adalah bagian dari suatu komunitas. Selain itu, evolusi
juga bekerja melalui populasi. Ahli-ahli genetika, di sisi lain, memandang populasi
sebagai sarana atau wadah bagi pertukaran alel-alel yang dimiliki oleh individu-
individu anggotanya.

Kata populasi berarti semua orang yang bertempat tinggal pada suatu tempat.
Dalam ekosistem, yang dimaksud populasi adalah semua individu sejenis yang
menempati suatu daerah tertentu. Suatu organisme disebut sejenis apabila
memenuhi persyaratan sebagai berikut :

• Menempati daerah atau habitat yang sama;

• Mempunyai persamaan morfologi, ana

tomi, dan fisiologi;

• Mampu menghasilkan keturunan yang fertile (berkembang biak secara kawin).

A. Pengertian Populasi Menurut Para Ahli

Berikut ini adalah pengertian dan definisi populasi”

1. Sugiyono
Menurut Sugiyono (2005:90), pengertian populasi adalah suatu wilayah yang
sifatnya general yang terdiri dari subjek ataupun objek dengan karakteristik tertentu.

2. Suharsimi Arikunto
Menurut Suharsimi Arikunto (2013:106), arti populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian atau jumlah keseluruhan dari suatu sampel yang merupakan
sumber data yang sangat penting.

9
3. Ismiyanto
Menurut Ismiyanto, pengertian populasi adalah keseluruhan subjek atau
totalitas subjek penelitian yang dapat berupa; manusia, benda, suatu hal yang di
dalamnya dapat diperoleh dan atau dapat memberikan informasi (data) penelitian.

4. Margono S.
Menurut Margono S (2004), arti populasi adalah seluruh data yang menjadi
pusat perhatian seorang peneliti dalam ruang lingkup dan waktu yang telah
ditentukan.

5. Hadari Nawawi
Menurut Hadari Nawawi (1983), pengertian populasi adalah keseluruhan dari
objek penelitian yang terdiri atas manusia, hewan, benda-benda, tumbuh-tumbuhan,
peristiwa, gejala-gejala, ataupun nilai tes sebagai sumber data yang memiliki
karaktersitik tertentu dalam suatu penelitian.

6. Mohammad Nazir
Menurut Mohammad Nazir (2005), pengertian populasi adalah sekumpulan
individu dengan kualitas dan karakter yang sudah ditetapkan oleh peneliti, dimana
karakter tersebut dinamakan sebagai variabel.

B. Metapopulasi

Seiring dengan berjalanya waktu,suatu spesies dapat punah dari suatu


lokasi,sementara populasi baru dapat terbentuk di lokasi lain yang sesuai dan
berdekatan dengan lokasi semula. Berbagai spesies yang hidup dalam habitat
sementara dapat digolongkan menjadi metapopulasi. Metapopulasi atau sering
disebut sebagai populasi dari populasi adalah sejumlah populasi yang membentuk
suatu mosaik yang dinamis dan saling berhubungan melalui peristiwa-peristiwa
migrasi maupun penyebab pasif (Hines,2005).Pada spesies tertentu ,setiap populasi
atau anggota metapopulasi dapat disusun oleh suatu atau lebih populasi inti
(core/source) dengan jumlah yang mapan,serta dikelilingi beberapa populasi satelit
(sink) yang berfluktuasi,akibat peristiwa migrasi. Populasi satelit tersebut dapat
menghilang bila keadaan lingkungan tidak menguntungkan. Namun,populasi satelit
juga dapat terbentuk kembali saat lingkungan berubah menguntungkan dan ketika
kolonisasi terjadi kembali oleh individu-individu yang bermigrasi dari populasi inti.

10
Berbagai pola metapopulasi yang dapat ditemukan di alam . Ukuran suatu
populasi setara dengan ukuran lingkaran yang mewakilinya. Panah-panah
menunjukkan arah dan intensitas migrasi antar populasi tersebut. (A). Tiga populasi
yang tidak saling terkait (B). Metapopulasi sederhana yang terdiri atas tiga populasi
yang saling berinteraksi (C). Metapopulasi dengan satu populasi inti yang besar dan
tiga Populasi satelit (D). Metapopulasi dengan interaksi yang rumit.

C. Ciri-Ciri Populasi

Untuk mengenali suatu populasi, maka kita harus mengenali ciri-


cirinya. Populasi mempunyai dua ciri, yaitu ciri-ciri biologi dan ciri-ciri statistik. Berikut
ini penjelasan ciri-ciri populasi:

a. Lingkup Biologi

Ini merupakan ciri-ciri yang terdapat pada sekumpulan individu yang


membangun suatu populasi, diantaranya:

 Terdapat organisasi dan struktur organisasi yang bersifat konstan maupun


yang fluktuasi sesuai waktu.
 Memiliki sejarah kehidupan (ontogenetik); mulai dari lahir, tumbuh,
berdiferensiasi, menjadi tua, dan mati.
 Terpengaruh oleh dampak lingkungan dan merespon perubahan lingkungan.

 Terdapat hereditas di dalamnya.


 Terintegrasi berbagai faktor genetik dan ekologi (kemampuan adaptasi,
reproduksi, dan persistensi).

b. Lingkup Statistik
Ini merupakan ciri-ciri kelompok dan merupakan hasil penggabungan berbagai
karakteristik dari individu di dalam populasi, diantaranya:
 Kepadatan atau ukuran besarnya suatu populasi termasuk berbagai
parameter utama dipengaruhi oleh kelahiran dan kematian.
 Sebaran, populasi dipengaruhi oleh persebaran suatu objek tertentu, kondisi
iklim dan cuaca, struktur, dan umur objek tersebut.
 Populasi juga dipengaruhi oleh komposisi genetik
 Terdapat dispersi, yaitu sebaran individu intra populasi.

11
2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Populasi

Jumlah populasi dari waktu ke waktu dapat meningkat secara tajam dan dapat
pula mengalami peningkatan kecil. Besar dan kecilnya peningkatan anggota suatu
populasi dalam kurun waktu tertentu adalah menunjukkan laju pertumbuhan dari
populasi tersebut. Dalam fase pertumbuhan suatu populasi dapat dipengaruhi oleh
factor-faktor yang dapat mendukung pertumbuhan tersebut ataupun menjadi
penghambat atau pembatas pertumbuhannya. Adapun factor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut:

A. Daya Dukung Lingkungan (Carying Capacity)

Lingkungan secara alami memiliki kemampuan untuk memulihkan


keadaannya. Pemulihan keadaan ini merupakan suatu prinsip bahwa sesungguhnya
lingkungan itu senantiasa arif menjaga keseimbangannya. Sepanjang belum ada
gangguan “paksa” maka apapun yang terjadi, lingkungan itu sendiri tetap bereaksi
secara seimbang.

Daya dukung lingkungan pada hakekatnya adalah daya dukung lingkungan


alamiah, yaitu berdasarkan biomas tumbuhan dan hewan yang dapat dikumpulkan
dan ditangkap per satuan luas dan waktu di daerah itu (Soemarwoto, 2001).
Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, daya dukung
lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung
perikehidupan manusia dan makhluk hiduplain; sedangkan pelestarian daya dukung
lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan
hidup terhadap tekanan perubahan dan atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh
suatu kegiatan, agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya.

Menurut Caughley (1979), daya dukung dibagi menjadi dua tipe, yaitu daya
dukung ekologi dan daya dukung ekonomi. Daya dukung ekologi menjelaskan
ukuran herbivora dan populasi tanaman yang dapat dicapai secara alami apabila
keduanya dibiarkan berinteraksi tanpa ada intervensi manusia. Sementara itu, daya
dukung ekonomi menjelaskan suatu kesetimbangan yang ditimbulkan oleh
kelestarian pemanenan populasi herbivora. Daya dukung ekologis merupakan
landasan bagi optimalisasi habitat dalam menghasilkan produksi.

12
Daya Dukung Lingkungan memiliki beberapa karakteristik diantaranya:

a. Berdasarkan Perkembangan

Daya dukung tidaklah tetap, melainkan berkembang sesuai dengan waktu,


perkembangan serta dapat dipengaruhi oleh teknik-teknik manajemen dan
pengontrolan. Keseimbangan lingkungan bersifat dinamis, artinya dapat terjadi
penurunan atau kenaikan populasi tiap jenis tumbuhan dan hewan serta berbagai
komponen biotik. Perubahan komponen biotik dan abiotik dalam batas-batas tertentu
tidak mengganggu keseimbangan lingkungan. Sebagai contoh, jumlah rusa yang
berkurang karena diburu manusia tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
pemangsanya, misalnya harimau. Selama masih ada hewan lain di hutan, seperti
kelinci, tikus, dan ayam hutan, maka harimau akan memangsa hewan-hewan
tersebut. Jumlah rusa juga dapat berkembang kembali selama perburuan tidak
dilakukan terus-menerus. Kemampuan hutan mendukung kelangsungan hidup
harimau dengan adanya hewan mangsa adalah contoh daya dukung lingkungan.
Bertambahnya kembali jumlah rusa setelah berkurangnya perburuan adalah contoh
daya lenting lingkungan.

b. Berdasarkan Sifat

Daya dukung suatu wilayah tidak bersifat statis (a fixed amount), tetapi
bervariasi sesuai dengan kondisi biogeofisik (ekologis) wilayah termaksud dan juga
kebutuhan (demand) manusia akan SDA dan JASLING/Jasa Lingkungan (goods and
services) dari wilayah tersebut. Daya dukung suatu wilayah dapat menurun akibat
kegiatan manusia maupun faktorfaktor alamiah (natural forces), contohnya bencana
alam. Adanya inovasi teknologi tidak meningkatkan daya dukung wilayah akan tetapi
berperan dalam meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam.

Keseimbangan lingkungan dapat menjadi rusak, artinya lingkungan menjadi


tidak seimbang jika terjadi perubahan yang melebihi daya dukung dan daya
lentingnya. Perubahan lingkungan dapat terjadi karena alam maupun aktivitas
manusia. Ada saatnya makhluk tertentu dalam lingkungan punya kemampuan yang
luar biasa beradaptasi dengan lingkungan lain, tapi ada kalanya menjadi pasif
terhadap faktor luar. Jadi, faktor daya dukung tergantung pada parameter pencemar
dan makhluk yang ada dalam lingkungan.

13
B. Faktor Pembatas Pertumbuhan Populasi

Setiap organisme didalam habitatnya selalu dipengaruhi oleh berbagai hal


disekelilingnya. Setiap faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan organisme
tersebut disebut faktor lingkungan. Lingkungan mempunyai dimensi ruang dan
waktu, yang berarti kondisi lingkungan tidak mungkin seragam baik dalam arti ruang
maupun waktu. Kondisi lingkungan akan berubah sejalan dengan perubahan ruang,
dan akan berubah pula sejalan dengan waktu. Organisme hidup akan bereaksi
terhadap variasi lingkungan ini , sehingga hubungan nyata antara lingkungan dan
organisme hidup ini akan membentuk komunitas dan ekosistem tertentu, baik
berdasarkan ruang maupun waktu.
Pertumbuhan organisme yang baik dapat tercapai bila faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan berimbang dan menguntungkan. Bila salah satu faktor
lingkungan tidak seimbang dengan faktor lingkungan lain, faktor ini dapat
menekan/kadang-kadang menghentikan pertumbuhan organisme.
a. Faktor lingkungan yang paling tidak optimum akan menentukan tingkat
produktivitas organisme.
b. Prinsip ini disebut sebagai prinsip faktor pembatas.
c. Justus Von Liebig mempelajari pengaruh macam2 faktor terhadap pertumbuhan
organisme (tanaman).
d. Liebig menemukan bahwa prtumbuhan tanaman akan trbatas karena trbatasnya
unsur hara yang diperlukan dalam jumlah kecil dan ketersediaan di alam hanya
sedikit

Berdasarkan hal tersebut, maka ada dua hukum yang berkenaan dengan
faktor lingkungan sebagai faktor pembatas bagi organisme , yaitu Hukum Minimum
Liebig dan Hukum Toleransi Shelford. Hukum Minimum Liebig menyatakan bahwa
pertumbuhan suatu tanaman akan ditentukan oleh unsur hara esensial yang berada
dalam jumlah minimum kritis, jadi pertumbuhan tanaman tidak ditentukan oleh unsur
hara esensial yang jumlahnya paling sedikit. Dengan demikian unsur hara ini
dikatakan sebagai faktor pembatas karena dapat membatasi pertumbuhan tanaman.

14
1. Hukum Minimum Libieg

a. Untuk dapat bertahan dan hidup di dalam keadaan tertentu, suatu organisme
harus memiliki bahan-bahan penting yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
berkembang biak.

b. Dalam keadaan mantap bahan penting yang tersedia dalam jumlah mendekati
minimum yang diperlukan akan cenderung merupakan pembatas.

c. Hukum Minimum Liebig dapat dipakai : Satu, hanya dalam keadaan yang tetap,
yaitu bila pemasukan dan pengeluaran energi adalah seimbang. Misalnya CO2
adalah faktor pembatas utama dalam danau dan oleh karena itu produktivitas
seimbang dengan kecepatan penyediaan CO2 yang berasal dari proses
pembusukan bahan organik dengan cahaya, nitrogen, fosfor dan unsur-unsur
utama lainnya.

d. Kedua adalah faktor interaksi. Contoh : beberapa tumbuhan memperlihatkan


bahwa kebutuhan Zn lebih sedikit bila tumbuh di bawah naungan dari pada
dengan cahaya penuh. Konsentrasi Zn yang rendah dalam tanah akan berkurang
sifat membatasnya bagi tanaman yang berada di bawah naungan dibanding
dengan cahaya penuh pada kondisi yang sama.

Liebigs Barrel mengasumsikan setiap individu papan sebagai sumber daya


misalnya nitrogen atau air' dan tinggi masing-masing papan dapat disamakan
sebagai persediaan sumber daya yang diperlukan tanaman. kemudian biomasa
tanaman digambarkan oleh lair di dalam tong. Berdasarkan gambar jelaskan bahwa
pertumbuhan dibatasi oleh tinggi dari papan yang paling pendek, yaitu ketersediaan
sumber daya yang paling sedikit. Tong akan menahan air lebih banyak jika dilakukan
peningkatan terhadap tinggi papan sumber daya yang menjadi pembatas'. apabila
papan yang terpendek ditambahkan atau menjadi lebih panjang dari pada papan
yang lain maka hal ini akan mengubah status sumber daya yang paling sedikit, dan
pertumbuhan tanaman tidak akan meningkat sampai sumber daya yang paling
sedikit tersebut ditingkatkan (Christiansen, 2012).

15
Gambar 1: Ilustrasi Hukum Minimum Libieg

2. Hukum Toleransi Shelford

Hukum Toleransi Shelford menyatakan bahwa “untuk setiap faktor lingkungan


suatu janis organisme mempunyai suatu kondisi minimum dan maksimum yang
mampu diterimanya, diantara kedua harga ekstrim tersebut merupakan kisaran
toleransi dan didalamnya terdapat sebuah kondisi yang optimum”. Dengan demikian
setiap organisme hanya mampu hidup pada tempat-tempat tertentu saja, yaitu
tempat yang cocok yang dapat diterimanya.
Diluar daerah tersebut organisme tidak dapat bertahan hidup dan disebut daerah
yang tidak toleran.

Besar populasi dan penyebaran suatu jenis dapat dikendalikan oleh faktor
yang melampaui batas toleransi maks/min atau mendekati batas toleransi,populasi
itu akan berada dalam keadaan tertekan (stress).
a. apabila melampaui batas itu yaitu lebih rendah dari batas toleransi min atau lebih
tinggi dari batas toleransi maks, maka makhluk hidup itu akan mati dan
populasinya akan punah dari sistem tersebut.”
b. Untuk menyatakan derajat toleransi sering dipakai istilah steno untuk sempit
dan euri untuk luas.

c. Cahaya, temperatur dan air secara ekologis merupakan faktor lingkungan yang
penting untuk daratan, sedangkan cahaya, temperatur dan kadar garam
merupakan faktor lingkungan yang penting untuk lautan.

16
Di dalam hukum toleransi Shelford dikatakan bahwa besar populasi dan
penyebaran suatu jenis makhluk hidup dapat dikendalikan dengan faktor yang
melampaui batas toleransi maksimum atau minimum dan mendekati batas toleransi
maka populasi atau makhluk hidup itu akan berada dalam keadaan tertekan (stress),
sehingga apabila melampaui batas itu yaitu lebih rendah dari batas toleransi
minimum atau lebih tinggi dari batas toleransi maksimum, maka makhluk hidup itu
akan mati dan populasinya akan punah dari sistem tersebut.

Meskipun Hukum Minimum Liebig dan Hukum Toleran Shelford pada


dasarnya benar namun hukum ini masih terlalu kaku, sehingga kedua hukum
tersebut digabungkan menjadi konsep faktor pembatas. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa kehadiran dan keberhasilan suatu organisme tergantung pada
kondisi-kondisi yang tidak sederhana. Organisme di alam dikontrol tidak hanya oleh
suplai materi yang minimum diperlukannya, tetapi juga oleh faktor-faktor lainnya
yang keadaannya kritis. Faktor apapun yang kurang atau melebihi batas toleransinya
mungkin akan merupakan pembatas dalam pertumbuhan dan penyebaran jenis.

Konsep Gabungan

Kehadiran dan keberhasilan suatu organisme atau golongan organisme-


organisme tergantung kepada keadaan kompleks.

Azas lingkungan Holocoenotik

a. Keadaan yang manapun yang mendekati atau melampaui batas-batas toleransi


dinamakan sebagai membatasi atau faktor pembatas.
b. Bilamana suatu faktor pembatas dapat diatasi, maka akan timbul faktor
pembatas lain
c. Bilamana salah satu faktor lingkungan diubah, perubahan ini akan
mempengaruhi atau merubah komponen-komponen lain . Contoh: Suhu udara
rumah kaca dinaikkan 10 derajat celcius,maka udara dlm rmh kaca banyak
mengandung uap air, sehingga penguapan meningkat,kadar air tanah berkurang,
tanah menjadi kering .
d. Lingkungan merupakan kumpulan macam-macam faktor lingkungan yang saling
berinteraksi. Jika satu faktor diubah, hampir semua faktor lainnya ikut berubah

17
e. Hubungan antara komunitas makhluk hidup dengan lingkungannya
bersifat holocoenotik Artinya tidak ada dinding pemisah antara faktor2
lingkungan dan dengan organisme di dalamnya Eksosisem sebagai satu
keseluruhan, sulit untuk memisahkan satu faktor/organisme di alam tanpa
mengganggu komponen ekosistem lain

Pentingnya Faktor-Faktor Fisis sebagai Faktor-Faktor Pembatas

1. Tempratur/suhu
Cahaya adalah sumber energi, tetapi juga suatu pembatas pada kedua tingkat
maksimum dan minimum. Oleh karena itu cahaya sebagai faktor pembatas dan
pengontrol. Intensitas cahaya mengontrol seluruh ekosistem melalui pengaruhnya
pada produksi hidup pada temperatur yang rendah sekali. Sedangkan beberapa
microorganisme, terutama bakteri dan algae dapat hidup dan berkembang pada
musim-musim semi yang panas kira-kira 88C Organisme yang hidup di air umumnya
mempunyai batas toleransi lebih sempit trhdp suhu daripada hewan yang hidup di
darat, sehingga temperatur penting dan sering kali merupakan faktor pembatas.
Semua proses-proses kimia dalam metabolisme seperti difusi,pembentukan dinding
sel tergantung pada suhu. Kalau temperatur melampaui minimum, pernafasan dapat
berhenti dan menyebabkan kematian. Pengaruh temperatur di dalam metabolisme,
tidak hanya tentang lajunya tetapi juga mengenai produk yang dihasilkannya.
Pengaruh temperatur tampak juga pada perkecambahan dan susunan jenis vegetasi.
2. Cahaya
Cahaya adalah sumber energi, tetapi juga suatu pembatas pada kedua
tingkat maksimum dan minimum. Oleh karena itu cahaya sebagai faktor pembatas
dan pengontrol. Intensitas cahaya mengontrol seluruh ekosistem melalui
pengaruhnya pada produksi primer . Berdasarkan kebutuhan cahaya dikenal:
a. tumbuhan perlu cahaya penuh (light demanding)
b. tumbuhan yang toleran dan setengah toleran.

3. Air
Air untuk fungsi fisiologis perlu bagi semua protoplasma. Dari sudut ekologis
terutama sebagai faktor pembatas curah hujan sebagian besar ditentukan oleh
geografi dan pola gerakan udara yang besar atau sistem iklim. Penyebaran curah
hujan sepanjang tahun merupakan faktor pembatas yang sangat penting untuk
organisme.

18
2.3. Dinamika Pertumbuhan Populasi

Dinamika populasi adalah naik turunnya jumlah populasi dalam suatu populasi
itu sendiri. Penyebab naik turunnya jumlah populasi dipengaruhi oleh Natalitas
(kelahiran), Mortalitas (kematian), dan imigrasi atau perpindahan (Anonim, 2013).

a. Natalitas

Merupakan kemampuan populasi untuk bertambah atau ntukmeningkatkan


jumlahnya, melalui produsi individu baru yang dilahirkan atau ditetaskan dari teliu
melalui aktifitas perkembangan. Laju natalitas: jumlah individu baru per individu atau
per betina per satuan waktu. Ada dua aspek yang berkaitan dengan natalitas ini
antara lain :

1. fertilitas tingkat kinerja perkembangbiakan yang direalisasikan dalm populasi, dan


tinggi rendahnya aspek ini diukur dari jumlah telur yang di ovovivarkan atau jumlah
anak yang dilahirkan.

2. fekunditas tingkat kinerja potensial populasi itu untuk menghasilkan individu baru.
Dalam ekologi dikenal dua macam natalitas yaitu:

- natalitas maksimum= n. mutlak (absolut)=n.

- natalitas ekologi = pertambahan populasi dibawah kondisi lingkungan yang


spesifik atau sesungguhnya.

b. Mortalitas

Menunjukkan kematian individu dalam populasi. Juga dapat dibedakan dalam


dua jenis yakni:

- Mortalitas ekologik = mortalitas yang direalisasikan yakni,matinya individu


dibawah kondisi lingkungan tertentu.

- Mortalitas minimum(teoritis), yakni matinya individu dalam kondisi lingkungan


yang ideal, optimum dan mati semata- mata
karena usia tua.

c. Emigrasi, imigrasi dan migrasi.

Ketiga istilah diatas bersangkut paut dengan perpindahan.

19
1. Emigrasi : perpindahan keluar dari area suatu populasi.
2. Imigrasi : perpindahan masuk ke dalam suatu area populasi
dan mengakibatkan meningkatkan kerapatan
3. Migrasi : menyangkut perpindahan (gerakan) periodik berangkat dan
kembali dari populasi.

d. Distribusi Individu dalam Populasi

Distribusi individu dalam populasi, sering kali disebut sebagai dispersi atau
pola penjarakan (pola penyebaran) secara umum dapat di bedakan atas 3 pola
utama yaitu:

Gambar 2 : Pola Distribusi Populasi

a. Acak (Random) Pada pola sebaran ini peluang suatu individu untuk menempati
sesuatu situs dalam area yang di tempati adalah sama, yang memberikan indikasi
bahwa kondisi lingkungan bersifat seragam. Keacakan berarti pula bahwa
kehadiran individu lainnya. Dalam sebaran statistik, sebaran acak ini ditunjukkan
oleh varians yang sama dengan rata-rata

b. Teratur (Seragam, unity): Pola sebaran ini terjadi apabila diantara individu-
individu dalam populasi terjadi persaingan yang keras atau ada antagonisme
positif oleh adanya teritori-teritori terjadi penjarakan yang kurang lebih merata.
Pola sebaran teratur ini relatif jarang terdapat di alam. Lewat pendekatan statistik,
pola sebaran teratur ini di tunjukkan oleh varians yang lebih kecil dari rata-rata

c. Mengelompok (Teragregasi, Clumped) Merupakan pola sebaran yang relatif


paling umum terdapat di alam pengelompokan itu sendiri dapat terjadi oleh karena
perkembangbiakan, adanya atraksi sosial dan lain-lain. Lewat pendekatan
statistik, pola sebaran menelompok ini varians yang lebih besar dari rata-rata.

20
Terdapat dua macam bentuk pertumbuhan populasi, yakni bentuk
pertumbuhan eksponensial ( dengan bentuk kurva J) dan bentuk pertumbuhan
sigmoid (dengan bentuk kurva S).

A.Pertumbuhuhan Eksponensial

Pertumbuhan populasi bentuk eksponensial ini terjadi jika populasi ada dalam
sesuatu lingkungan ideal baik, yaitu ketersediaan makanan, ruang dan kondisi
lingkungan lainnya tidak beroperasi membatasi, tanpa ada persaingan dan lain
sebagainya. Pada pertumbuhan populasi yang demikian kerapatan bertambah
dengan cepat secara eksponensial dan kemudian berhenti mendadak saat berbagai
faktor pembatas mulai berlaku mendadak.Pertumbuhan eksponensial ditunjukkan
dengan kurva berbentuk huruf J.

Gambar 3 : Model Kurva Pertumbuhan Eksponensial

Dapat diukur menggunakan rumus:

Dn/dt = (b-d)N = rN atau Nt = Nert

Keterangan :

Nt = ukuran populasi pada waktu t

N = ukuran populasi awal

e = 2,718281828(dibulatkan menjadi 2,72)

r = laju pertumbuhan intrinsic,b-d

Misalnya Setiap Kecoak betina (Gambar 3) bertelur 120 (asumsikan setengah


betina) dalam satu generasi. Dalam 56 hari telur-telur itu menjadi dewasa, mampu
bereproduksi. Dalam satu tahun, dengan tujuh generasi kecoak dilahirkan dan
bereproduksi. Jika tingkat reproduksi ini berlanjut selama sepuluh tahun, seluruh
bumi akan tertutup dalam beberapa meter oleh kecoak.

21
B. Pertumbuhan Sigmoid

Pada pertumbuhan populasi yang berbentuk sigmoid ini, populasi mula-mula


meningkat sangat lambat (fase akselerasi positif). Kemudian makin capet sehingga
mencapai laju peningkatan secara logaritmik (fase logaritmik), namun segera
menurun lagi secara perlahan dengan makin meningkatnya pertahanan lingkungan,
misalnya yang berupa persaingan intra spesies (fase akselerasi negatif) sehingga
akhirnya mencapai suatu tingkat yang kurang lebih seimbang (fase keseimbangan).
Tingkat populasi yang merupakan asimptot atas dari kurva sigmod, yang
menandakan bahwa populasi tidak dapat meningkat lagi di sebut daya dukung (K=
suatu konstanta). Jadi daya dukung suatu habitat adalah tingkat kelimpahan populasi
maksimal (kerapatan jumlah atau biomasa) yang kelulus hidupannya dapat di
dukung oleh habitat tersebut.Pertumbuhan sigmoid ditunjukkan dengan kurva
berbentuk huruf S.. Model kurva pertumbuhan sigmoid dapat dilihat pada gambar
berikut:

Gambar 4: Model Kurva Sigmoid

Dapat diukur menggunakan rumus

Dn/dt = rN (K-N)/K atau Nt = K / (1 + e a-rt )

Keterangan:

 N/K adalah hambatan lingkungan


 nilai N/L dapat menghambat pertumbuhan populasi.

Terkadang tingkat pertumbuhan melambat saat populasi mendekati daya


dukung ketika sumber daya menjadi langka. Misalnya suatu area mampu
menampung hingga 100 ekor serigala (Gambar 4) 20 tahun yg lalu serigala tersebut

22
berjumlah 50 ekor dengan area yang cukup luas sehingga banyak terdapat sumber
makanan. Kemudian serigala tersebut mengalami pertumbuhan yang sangat pesat
menjadi 90 ekor dan mendekati 100 ekor. Hal ini menyebabkan bahan makanan
menjadi berkurang akibatnya pertumbuhan serigala menjadi lambat dan perlahan
semakin sedikit yang dapat bertahan hidup. Jika digambarkan dalam bentuk gravik
maka dapat membentuk kurva “s”yang disebut dengan kurva logistic/sigmoid. Hal ini
menggambarkan bahwa pertumbuhan logistic / sigmoid ketersediaan makanan
tergantung pada tingkat kepadatan populasi.

Shaffer (1981) mengajukan istilah Minimum Viable Population (MVP) yang


menunjukkan jumlah individu minimal yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan
hidup suatu spesies. Suatu MVP untuk suatu spesies dalam suatu habitat
merupakan ukuran terkecil dari suatu populasi sejati (yang terisolasi penuh)yang
memiliki peluang 99% untuk bertahan hidup selama 1.000 tahun berikut, di tengah
berbagai resiko bencana yang ditimbulkan oleh faktor-faktor demografi, peluang acak
perubahan lingkungan, peluang acak genetik, dan bencana alam.

2.4. Ancaman Kepunahan Terhadap Keberadaan Populasi

Semenjak dan seiring dengan terciptanya makhluk-makhluk hidup di muka


bumi, kepunahan spesies dalam suatu populasi berjalan terus. Kepunahan spesies-
spesies makhluk hidup di muka bumi dibedakan menurut intensitasnya menjadi
kepunahan latar (background extinction) dan kepunahan massal (mass extinction).

Sebab-sebab dari kepunahan adalah kondisi lingkungan hidup di bumi selalu


berubah dari waktu ke waktu, baik akibat perubahan fisik bumi maupun perubahan
yang diakibatkan oleh adanya makhluk hidup itu sendiri. Perubahan-perubahan
tersebut secara umum mengarah kepada lingkungan yang lebih nyaman untuk
kehidupan makhluk hidup, utamanya manusia. Bagian permukaan bumi yang
merupakan habitat utama makhluk-makhluk hidup berevolusi semenjak awal
penciptaannya hingga kini. Makhluk hidup yang tercipta dan terkondisikan dengan
lingkungan hidup permukaan bumi pada awal masa penciptaan tidak sesuai lagi
dengan lingkungan pada masa berikutnya sehingga mengalami kepunahan dan
digantikan oleh spesies lain yang lebih sesuai.

23
Dari perspektif ekologi, muncul dan menghilangnya suatu spesies pada suatu
lingkungan hidup mengikuti beberapa keteraturan, yang dikenal dengan hukum
minimum (minimum law [Liebig, 1840]). Hukum minimum mengacu kepada perilaku
hidup tumbuhan yang perkembagannya dibatasi oleh konsentrasi unsur hara di
bawah nilai terkecil yang diperlukan untuk reaksi sintesis. Meski unsur lainnya
berlimpah, pertumbuhan tanaman akan tetap terhenti bila unsur hara minimum itu
tidak mendapat pasokan tambahan. Dari hukum minimum ini kemudian berkembang
istilah faktor pembatas (limiting factor), yaitu faktor ekologis lainnya yang
menghambat perkembangan suatu jenis makhluk hidup karena kuantitasnya
terlampau sedikit atau di bawah minimum yang diperlukan, atau karena terlalu
banyak sehingga melebihi batas toleransi maksimum yang diperlukan.

Dalam suatu ekosistem yang berpenghuni padat terjadi pula kompetisi antar
individu maupun antarspesies untuk tetap bertahan hidup. Di samping itu, dalam
ekosistem yang lebih kompleks terdapat pula predation dan parasitisme yang dari
satu pihak merupakan suatu bentuk kompetisi dan di lain pihak merupakan kontrol
tidak langsung ekosistem terhadap populasi penghuninya. Dengan mekanisme-
mekanisme yang terjadi pada suatu ekosistem, maka individu atau spesies di
dalamnya selalu berusaha untuk bertahan dan beradaptasi terhadap perubahan,
yang secara alami hanya akan menyisakan makhluk yang paling sesuai dengan
lingkungannya (survival for the fittest).

Kepunahan massal adalah kepunahan yang terjadi secara serentak di seluruh


permukaan bumi dan memusnahkan sejumlah besar (di atas 30%) jenis makhluk di
muka bumi. Kepunahan massal terjadi karena dipicu oleh sebuah peristiwa
(bencana) besar yang menyebabkan perubahan besar lingkungan di permukaan
bumi. Peristiwa pemicu yang paling sering dianggap sebagai pemicu kepunahan
massal adalah vulkanisme (letusan gunung api) atau tumbukan benda angkasa
(komet atau asteroid). Bukti-bukti adanya peristiwa besar vulkanisme dan benturan
benda angkasa hampir didapati pada setiap kepunahan massal ketika makhluk hidup
sudah menghuni daratan.

Saat ini ancaman kepunahan terhadap spesies tidak hanya akibat adanya
evolusi bumi. Berbagai factor dapat mengancam keberadaan suatu spesies. Berikut
adalah ancaman kepunahan populasi spesies.

24
A. Pemanasan Global

Pemanasan global merupakan ancaman terbesar yang muncul terhadap


biodiversitas di seluruh dunia. Dengan peningkatan suhu dunia, habitat untuk banyak
tumbuhan dan hewan akan berubah, mempengaruhi organisme yang tinggal di
dalamnya dan niche (relung ekologi) yang sudah diadaptasi selama ini. Sebagai
contoh, kupu-kupu monarch akan kehilangan habitat musim dinginnya di
pegunungan Mexico, dan beruang kutub akan terpengaruh karena hilangnya
kehidupan di laut. Banyak spesies tidak akan mampu bermigrasi cukup cepat,
secepat perubahan habitat dan mencapai habitat baru yang sesuai. Sebagai
akibatnya, banyak spesies akan menjadi punah, dan ekosistem di seluruh dunia
akan mengalami kekacauan.

Para ahli memperkirakan 60% habitat di lintang utara akan terpengaruh oleh
pemanasan global. Habitat di seluruh Amerika Serikat, dari hutan spruce dan fir di
Maine sampai rawa mangrove di pantai Florida secara dramatis akan berubah.
Banyak pengamat telah mengumpulkan bukti bahwa pemanasan global adalah nyata
dan tidak hanya mempengaruhi aktivitas manusia, tetapi juga menimbulkan
pengaruh pada spesies dan habitat. Menurut Natural Resources Defense Council:

a. Hutan sub-alpine telah menyerbu padang rumput pada elevasi yang lebih tinggi di
dalam Taman Nasional Olimpic.

b. Hutan mangrove sedang menghilang di Caribbean.

c. Jangkauan kehidupan di laut sedang bergeser ke arah utara sepanjang pantai


Pacific.

d. Selama 25 tahun, beberapa populasi penguin telah menciut 33% di Antarctic.


(Sumarto, 2012).

B. Konversi Habitat

Ancaman utama terhadap biodiversitas di Amerika Serikat dan di seluruh


dunia adalah hilangnya komunitas alami untuk pembangunan dan pertanian. Antara
tahun 1992 dan 1997 di Amerika Serikat, 16 juta akre hutan, cropland, dan daerah
terbuka dikonversi untuk keperluan perkotaan dan kepentingan lainnya. Sejak
bangsa Eropa menetap di Amerika Utara, 27 tipe komunitas alami telah menyusut 98
% atau lebih dari luas semula. Kerusakan ekosistem ini mengakibatkan hilangnya

25
habitat untuk beragam spesies dan mematikan kemampuan ekosistem untuk
berfungsi. Pesatnya pembangunan di berbagai bidang juga menyebabkan habitat
hilang dan pada akhirnya biodiversitas juga mengalami kepunahan. Pembangunan
juga menghasilkan polusi air dan udara yang akan menyebabkan degradasi
lingkungan dan lebih jauh akan menurunkan biodiversitas. Pada akhirnya, polusi
akan mengurangi kemampuan spesies dan ekosistem untuk memberikan pelayanan
ekologis.

C. Spesies Eksotik dan Invasif

Tumbuhan dan hewan yang tidak asli mendiami suatu ekosistem dapat
menyebabkan permasalahan terhadap spesies asli dan habitatnya. Spesies eksotik
ini sering kali berkompetisi dengan spesies asli untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya akan pakan, tempat, dan air pada suatu habitat. Jika spesies asli kalah
dalam persaingan ini, mereka harus pindah ke habitat lain yang belum tentu sesuai
atau harus menghadapi kepunahan lokal jika tetap berada dalam habitatnya. Spesies
eksotik juga sering memangsa spesies asli atau dapat menyebabkan kerusakan
habitat. Sebagai contoh, ular cokelat telah membasmi seluruh burung di remis zebra
memangsa dan menggeser tempat tinggal remis lokal. Pengaruh spesies eksotik
pada pertanian, perikanan, dan aspek lainnya pada perekonomian kita diperkirakan
mencapai milyaran dolar setiap tahunnya; sedangkan pengaruh pada biodiversitas
jelas tak terukur.

D. Perburuan Berlebih dan Eksploitasi Komersial

Perburuan berlebihan (over-hunting), penangkapan ikan berlebihan


(overfishing), dan pertambangan skala industri pada banyak sumber alami telah
menimbulkan resiko pada banyak spesies.

- Pemanenan berlebih pada perikanan regional telah mendorong beberapa spesies


ikan ke arah kepunahan dan menurunkan diversitas seluruh kehidupan di laut.

- Pembalakan skala industri, untuk produk kayu telah merusak atau memfragmentasi
jutaan hektar hutan setiap tahunnya pada berbagai habitat yang memiliki banyak
spesies unik, seperti woodpecker cockaded merah yang hidup di hutan pinus yang
dieksploitasi secara besar-besaran di Amerika bagian tenggara.

26
- Perburuan berlebihan (over-hunting) dan perdagangan liar untuk spesiesspesies
terancam punah telah menjadi ancaman utama untuk kelangsungan hidupnya.
Sebagai contoh kura-kura kotak di Amerika Serikat secara illegal dikoleksi dan
diekspor sebagai binatang piaraan, dan mereka mengalami banyak kematian setiap
tahunnya. Spesies ini bereproduksi sangat lambat, dan beberapa populasi,
pengambilan di alam telah menyebabkan penurunan angka penetasan dan
kematian sebelum mencapai dewasa.

E. Degradasi Lingkungan

Manusia bukanlah satu-satunya yang akan menderita akibat dari pengaruh


polusi. Polutan dapat meresap, walaupun di Arctic, DDT level tinggi ditemukan dalam
tubuh mamalia laut, mempengaruhi kemampuannya dalam bereproduksi. Polusi
ozone dari Ohio Valley menyebabkan kerusakan pohon-pohon di Appalachian
Mountains selatan, sementara hujan asam (dan sekarang "hujan merkuri")
menimbulkan bencana di danau dan hutan di Midwest, Adirondacks, Ontario, dan
New England. Penurunan sistem imun dan kegagalan reproduksi merupakan efek
umum dari polusi toksik pada berbagai spesies. Pada kasus yang sama, polusi dari
lumpur dan zat organik telah menghilangkan kehidupan di ekosistem akuatik,
sementara kasus lainnya, penghalang fisik seperti dam dapat menghalangi ikan-ikan
asli untuk bereproduksi.

2.5. Konservasi Biologi

Istilah Biologi Konservasi merujuk pada ilmu (sains) dan kadang-kadang juga
digunakan dalam aplikasinya. Dalam istilah yang sederhana, Biologi Konservasi
sebagai studi ilmiah tentang fenomena yang mempengaruhi pemeliharaan,
kehilangan, dan pemulihan diversitas biologis.

Data terbaru menyediakan informasi untuk tipe-tipe hewan yang lebih


menonjol dan telah dikenal dengan baik. Spesies adalah kategori yang paling baik
dikenal, tetapi subspesies juga dihitung dalam statistik kepunahan. Subspesies
merupakan kelompok-kelompok yang berbeda dalam satu spesies, dan golongan ini
penting karena merupakan cikal bakal terbentuknya spesies baru dari proses
pemisahan dalam spesiasi. Berikut ini merupakan jumlah spesies yang
telahmengalami kepunahan selama periode sejarah, kebanyakan secara nyata
punah karena aktivitas manusia:

27
 Burung (seluruh dunia): 42 spesies dan 44 subspesies
 Mamalia (seluruh dunia): 73 spesies dan 30 subspesies
 Amfibi (seluruh dunia): 122 spesies (sejak 1980)
 Di Amerika Serikat, tempat penelitian yang dilakukan lebih intensif daripada
negara
 lainnya, 631 spesies diketahui telah punah sejak 1642.

Kesadaran akan tingginya laju kepunahan makhluk hidup di Bumi ini yang
terutama disebabkan karena aktivitas manusia, maka diperlukan berbagai upaya
atau langkah-langkah strategis dan sistematis untuk menurunkan laju kepunahan di
atas bahkan jika memungkinkan sampai pada tingkat 0% untuk kesejahteraan umat
manusia di Bumi ini baik generasi sekarang maupun generasi mendatang. Upaya itu
dikenal sebagai Konservasi dan cabang Biologi yang mendasari upaya konservasi
tersebut disebut dengan Biologi Konservasi. Dengan demikian Biologi Konservasi
adalah disiplin ilmu yang dikembangkan untuk usaha pelestarian biodiversitas yang
merupakan gabungan dari berbagai macam ilmu untuk membahas krisis
biodiversitas, atau ilmu multidisiplin yang dikembangkan sebagai tanggapan untuk
menghadapi krisis biodiversitas. Berdasarkan lokasi/tempatnya, konservasi
dibedakan menjadi konservasi in-situ atau konservasi yang dilakukan di habitat
alaminya dan konservasi ex-situ atau konservasi yang dilakukan di luar habitat
alaminya; sedangkan berdasarkan tingkat atau level organismenya, dibedakan
antara konservasi tingkat spesies/populasi dan konservasi tingkat
komunitas/ekosistem.

Gambar : Kondisi Kebun Binatang

Konservasi spesies merupakan upaya pelestarian satu spesies tertentu, baik


yang dilaksanakan di dalam habitat alami (konservasi in-situ) maupun di luar habitat
alaminya (konservasi eks-situ). Konservasi spesies di dalam habitat alami biasanya

28
tidak bisa dilepaskan dari upaya konservasi sebagian atau seluruh spesies yang
menempati habitat tertentu (konservasi komunitas) serta dengan konservasi factor
fisiko-kimiawi dan non-abiotik lainnya (konservasi ekosistem), walaupun strategi
yang digunakan sering kali didasarkan pada spesies tunggal, seperti kegiatan
introduksi, reintroduksi, maupun relokasi. Mengingat kondisi saat ini, kegiatan
konservasi eks-situ lebih banyak dilaksanakan di kawasan konservasi atau kawasan
asli lainnya yang biasanya akan direkomendasikan untuk dijadikan kawasan
perlindungan.

Adapun hal-hal yang merupakan penerapan konservasi untuk melindungi


kepunahan spesies pada suatu populasi:

A. Kebun – Kebun Binatang

Kebun binatang bertujuan utama pengolahan adalah manampung dan


menangkarkan populasi satwa langka maupun terancam punah untuk jangka waktu
yang panjang. Fokus utama dari kebun binatang dikarenakan mamalia memilki daya
tarik terhadap khalayak ramai da mendatagkan pemasukan utuk kebun binatan dari
situ akan membantu membentuk opini masyarakat yang menguntungkan bagi
konservasi. Saat ini kebun binatang telah banyak bekerja sama dengan universitas,
instansi serta badan pemerintah untuk memelihara 280.000 individu vertebrata darat,
yang mewakili 8.000 mamalia, burung, reptil,dan ampibi padahal dialam sendiri
spesies yang memiliki jumlaha terbanyak dalah avetebrata namun spesies – spesies
tersebut sulit ditemukan pada kebun binatang. Namun sekarang upaya konservasi
mulai dikembangkan untuk spesies avertebrata seperti kupu –kupu, kumbang, laba –
laba hal tersebut sangatlah penting mengingat jumlah spesies dari avertebrata
sangatlah mendominasi . selain itu beberapa spesie langka tidak mampu beradaptasi
atau berbiak dalam penankaran, untuk menangani hal tersebut dibutuhkan
penanganan khusus terhadap nutrisi, perilaku dan kondisi kandang yang layak.
Berbagai teknik telah banyak dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. Namun hewan
penangkaran kadang lupa akan perilakunya untuk hidup dialam. Lebih lanjut, hewan
tersebut dapat mengalami perubahan genetika, fisiologi dan morfologi yang kurang
adaptif terhadap alam bebas kelak(Feinsinger, dkk.2001).

B. Akuarium

29
Dalam menghadapi satwa perairan punah pada dewasa ini para ahli mamalia
beserta ahli terumbu karang mulai megembangkan program konservasi spesies
terancam punah didalam akuarium. Pada saat ini setidaknya terdapat 60.000 ekor
ikan yang dipeliharadalam akuarium berasal dari alam terutama spesies yang hampir
punah kemajuan teknologi telah bayak membantu dalam pensuksesan konservasi
ini. Telah banyak teknik dalam penangkaran salah satunya mengembangkan
pemulihan populasi (re stocking) , namun untuk spesies avertebtebrata masih terus
dikembangkan. Para petugas akuarium sendiri banyak mendapatkan bantuan dari
paya nelayan yang kadang menemukan ikan paus yang terdapampar, namun
tantangngan masa depan adalah menyeimbangkan kebutuhan produksi makanan
manusia hasil akuakultur dengan perlindungan keanekaragaman hayati perairan dari
ancaman yang terus meningkat akibat kegiatan manusia sendiri. (Brooks, dkk. 2003).

C. Kebun Raya

Kebun raya memainkan peran penting dalam riset dan pemberian pelatihan,
terutama konservasi tumbuhan dan holtikultur. Banyak kebun raya sedang
meningkatkan upaya pembudidayaan spesies langka dan terancam punah. Kebun
raya terbesar didunia dimiliki oleh kerajaan inggris di kew diperkirakan terdapat
25.000 spesies yang dibudidayakan, atau 10% dari jumlah didunia, 2.700
diantaranya sedang dalam keadaan genting. Spesime sendiri dalam kebun raya
merupakan sumber terbaik dalam menggali sebaran tumbuhan dan kebutuhan
habitatnya. Diindonesia sendiri sejumlah kebunraya mewakili berbagai flora hutan
humida dataran tinggi(Darnaeda dan Rifai 1997).

D. Bank Benih

Bank benih merupakan cadangan pentinh bagi koleksi hidup tanaman


budidaya. Biasanya sebelum dikecambahkan kebanyak benih disimpan dalam
kondisi dingin dankering untuk jangka waktu yang panjang hal tersebut
memanfaatkan sifat dormansi dari biji, karena memungkinkan benih dapat disimpan
dan dibekukan dalam ruang yang kecil. Namun bank benih memiliki kesulitan
tersendiri terutama saat listrik padam, peralata yang rusak dan dana yang dimiliki
mulai berkurang. Bank benih sendiri disambut oleh masyarakat pertanian
intenasional sebagai caya yang sangatlah efektif untuk melestarikan dari
keanekaragaman tanaman hal tersebut dilakukan karena para petani internasional

30
sedang beralih meninggalkan benih yang tradisional demi mendapatka variasi yang
lebih unggul. Namun disatu sisi bank benih memilki kendala tersendiri mengenai hal
kepemilikan oleh karena hal tersebut perlunya adanya peraturan khusus. Sebagai
salatu upayanya dilakukan negosiasi dan kesepakatan menggunakan kerangkan
Convention on Biological Diversity (CBD) (Holt, 2003).

Walaupun gagasan tentang konservasi lingkungan telah diterima secara


politik selama beberapa dekade ini, masyarakat masih salah mengerti dan
mengabaikan perangkat dan pelayanan yang disediakan alam, biodiversitas, dan
ekosistem untuk manusia. Sebagai contoh, 16.119 spesies hewan dan tumbuhan
terancam punah dan banyak ekosistem –lahan basah, hutan – terdegradasi dan
rusak, sementara kita mengetahui bahwa ekosistem alam menyediakan berbagai
layanan yang sangat berharga bagi manusia. Pentingnya ekosistem yang berfungsi
baik dalam membantu menurunkan kemiskinan dan meningkatkan kehidupan,
kemasyarakatan, dan ekonomi adalah sangat nyata bagi ilmuwan. Pengetahuan ini
memerlukan pengintegrasian dalam keputusan dan pelaksanaan bagi para
pengambil keputusan di tingkat lokal, nasional, dan internasional pada semua sektor,
juga bagi pemimpin bisnis.

31
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Populasi adalah sekumpulan individu dengan ciri-ciri yang sama (spesies)
yang hidup menempati ruang yang sama pada waktu tertentu. Besar dan kecilnya
peningkatan anggota suatu populasi dalam kurun waktu tertentu adalah
menunjukkan laju pertumbuhan dari populasi tersebut. Dalam fase pertumbuhan
suatu populasi dapat dipengaruhi oleh factor-faktor yang dapat mendukung
pertumbuhan tersebut ataupun menjadi penghambat atau pembatas
pertumbuhannya. Keberadaan spesies pada suatu populasi sangat rentan terhadap
kepunahan yang disebabkan oleh pemanasan global, degradasi lingkungan, konversi
habitat, ekslpoitasi, dan lain-lain. Upaya untuk melindungi populasi suatu spesies
dapat dilakukan dengan melalui konservasi baik secara in situ maupun eksitu.

3.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah agar makalah ini dapat dijadikan
sebagai bahan dan acuan untuk lebih memahami tentang keberadaan populasi
dimuka bumi, ancaman yang dapat mempengaruhi kepunahan serta upaya-upaya
yang bermanfaat terhadap kelestarian spesies dalam suatu populasi.

32
DAFTAR PUSTAKA

BKSDA [Balai Konservasi Sumber Daya Alam]. 2002. Kawasan Konservasi di


Sulawesi Utara. Departemen Kehutanan. Manado.

Feisinger,P. 2001. Desighning Field Studies for Biodiversity Conservation Biology.


Island Press,Washington,D.C. Panduan Untuk Mengembangkan Program
Riset Lapangan Untuk Melestarikan Spesies dan Komunitas.

Griffiths, M., and Schaick, C.P.V. 1993. Camera-trapping : A New Tool For The Study
Of Alusive Rain Forest Animals. Tropical Biodiversity 1:131-135.

Hines,J.E.2005. Program PRESENCE. Dalam:USGS-Putuxent Wildlife Resarch


Center,Laurel.

Holt, W.V., A.R. Pickard, J.C. Rodger, D.E. Wildt, M.L. Gosling, G. Cowlishaw, dkk
(eds). 2003. Reproductive Science and Integrated Conservation.
Conservation Biology Series, No. 8. Cambrigde University Press, New York.
Perkembangan-perkembangan baru dalam teknologi biologi-reproduksi telah
berkontribusi terhadap berbagai program penangkaran konservasi.

MacKinnon, J., K. MacKinnon, G. Child & J. Thorsell. 1987. Pengelolaan Kawasan


yang Dilindungi di Daerah Tropika. Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta.

Odum, eugene,P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi, edisi ketiga, Yogyakarta ; Universitas.


Gajah Mada Press.

PP No. 68/1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

Ramli, Ozaki. 1989. Ekologi. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.

Sajuthi, D., T.L. Yusuf, I. Mansjoer, R.P.A. Lelana, & I.H. Suparto. 1997. Kursus
Singkat Penanganan Satwa Primata Sebagai Hewan Laboratorium. PSSP
IPB. Bogor.

Soeraatmadja. 1987. Ilmu Lingkungan. ITB; Bandung.

33
Sujatnika, P. Jepson, T.R. Soehartono, M.J. Crosby, & A. Mardiastuti. 1995.
Melestarikan Keanekaragaman Hayati: Pendekatan Daerah Burung
Endemik. Departemen Kehutanan & Birdlife. Bogor.

Sumarto, S. & Tallei, T. 2010. Climbing Tangkoko Mountain: Conservation Education


Medium. Penerbit Halaman Moeka Publishing. Jakarta.

Susanto, Pudyo. 2000. Ekologi Hewan. Jakarta :Departemen Pendidikan Dan


Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Tim Dosen. 2008. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Medan : FMIPA UNIMED Zulkifli,
hilda. 1996. Biologi Lingkungan. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

34

Anda mungkin juga menyukai