Anda di halaman 1dari 16

KLIPING

KEANEKARAGAMAN HAYATI

DI SUSUN OLEH :

NAMA : MUTHIAH HAFIZHAH


KELAS : X MIPA 6
NO URUT : 25
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya, dan
karena izin-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas Biologi mengenai Keanekaragaman
Hayati. Tak lupa shalawat serta salam kepada Rasul akhir zaman, panutan dalam segala hal,
Nabi Muhammad SAW. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada
teman-teman yang ikut berperan dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena kami
masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, apabila ada kekurangan atau kesalahan
dalam makalah ini, kami sangat mengarapkan kritik dan saran untuk kami lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya untuk penulis sendiri dan umumnya untuk
kita semua.

Makassar, 25 November 2020


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
 
Halaman
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………..ii
BAB I….. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang……………………………………………………………………4
2. Rumusan Masalah………………………………………………………………5
3. Tujuan Penulisan………………………………………………………………..5
BAB II… PEMBAHASAN
1. Pengertian Keanekaragaman Hayati…………………………………..5
2. Tingkat Keanekaragaman Hayati………………………………………..6
3. Fungsi dan Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia…11
4. Faktor Penyebab Menghilangnya Keanekaragaman Hayati..13
5. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati………………………..13
BAB III.. PENUTUP
1. Kesimpulan………………………………………………………………………..15
2. Saran………………………………………………………………………………….15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keanekaragaman hayati adalah tingkat variasi bentuk kehidupan dalam, mengingat
ekosistem bioma spesies,, atau seluruh planet. Keanekaragaman hayati adalah ukuran dari
kesehatan ekosistem. Keanekaragaman hayati adalah sebagian fungsi dari iklim. Pada
habitat darat, s daerah tropis biasanya kaya sedangkan spesies dukungan daerah kutub s
lebih sedikit. Perubahan lingkungan yang cepat biasanya menyebabkan kepunahan massal s.
Salah satu perkiraan adalah bahwa kurang dari 1% dari spesies yang ada di Bumi adalah
yang masih ada.
Sejak kehidupan dimulai di bumi, lima kepunahan massal besar dan peristiwa kecil telah
menyebabkan beberapa tetes besar dan mendadak dalam keanekaragaman hayati. Para
eon Fanerozoikum (yang 540 juta tahun terakhir) ditandai pertumbuhan yang cepat dalam
keanekaragaman hayati melalui ledakan-Kambrium sebuah periode di mana mayoritas filum
multiseluler pertama muncul. 400 juta tahun ke depan termasuk diulang, kerugian besar
keanekaragaman hayati diklasifikasikan sebagai kepunahan massal. Dalam Karbon, kolaps
hutan hujan menyebabkan kerugian besar dari kehidupan tanaman dan hewan. Peristiwa
kepunahan Permian-Trias, 251 juta tahun lalu, adalah yang terburuk;. Pemulihan vertebrata
butuh waktu 30 juta tahun. Yang paling terakhir, peristiwa kepunahan Cretaceous-Paleogen,
terjadi 65 juta tahun lalu, dan sering menarik perhatian lebih dari yang lain karena
mengakibatkan kepunahan dinosaurus s.
Periode sejak munculnya manusia telah menunjukkan pengurangan keanekaragaman hayati
yang sedang berlangsung dan kerugian atas keragaman genetik. Dinamakan kepunahan
Holocene, pengurangan ini disebabkan terutama oleh dampak manusia, terutama kerusakan
habitat. Sebaliknya, keanekaragaman hayati dampak kesehatan manusia dalam berbagai
cara, baik secara positif maupun negatif.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yangmenunjukkan
keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Adadua faktor penyebab
keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar.  Faktor genetik bersifat relatif
konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologiorganisme. Sebaliknya, faktor luar
relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Keanekaragaman hayati dapat
terbentuk karena adanya keseragaman dan keanekaragaman untuk sifat atau ciri makhluk
hidup. Keanekaragam hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan. Saat ini tekanan
terhadap keanekaragaman hayati makin tinggi. Kemajuan tekhnologi telah mengubah fungsi
berbagai flora dan fauna sebagai hasil hutan. Akibatnya dimasa mendatang diramalkan
degradasi lingkungan makin tinggi. Oleh karena itu keaekaragaman hayati perlu dilestarikan.
B. Rumusan Masalah
Masalah umum yang terdapat dalam penulisan makalah ini adalah  tentang
keanekaragaman hayati. Agar permasalahan tersebut tidak terlalu luas maka dibatasi
menjadi sub-sub masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati?
2. Apa saja tingkat keanekaragaman hayati?
3. Apa fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati di Indonesia?
4. Apa faktor penyebab menghilangnya keanekaragaman hayati?
5. Bagaimana usaha pelestarian keanekaragaman hayati?
C.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian keanekaragaman hayati.
2. Untuk mengetahui tingkat keanekaragaman hayati.
3. Untuk mengetahui fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati.
4. Untuk mengetahui faktor penyebab hilangnya keanekaragaman hayati.
5. Untuk mengetahui bagaimana usaha pelestarian keanekaragaman hayati.

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Keanekaragaman Hayati
1. Menurut UU No. 5 Tahun 1994, “keanekaragamana hayati adalah keanekaragaman
diantara mahluk hidup dari semua sumber termasuk di antaranya daratan, lautan,
dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian
dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam spesies, antara spesies
dengan ekosistem.”
2. Menurut Soerjani (1996), “keanekaragaman hayati menyangkut keunikan suatu
spesies dan genetik di mana mahluk hidup tersebut berada.”
3. Mochamad Indrawan (2007), menyatakan “Keanekaragaman genetik merupakan
variasi genetik dalam satu spesies baik di antara populasi-populasi yang terpisah
secara geografik maupun di antara individu-individu dalam satu populasi.”
4. Mochamad Indrawan (2007), menyatakan “Keanekaragaman spesies mencakup
seluruh spesies yang ditemukan di bumi, termasuk bakteri dan protista serta spesies
dari kingdom bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan, yang bersel banyak atau
multiseluler). Spesies dapat diartikan sebagai sekelompok individu yang
menunjukkan beberapa karakteristik penting berbeda dari kelompok-kelompok lain
baik secara morfologi, fisiologi atau biokimia.”
5. Mochamad Indrawan (2007), menyatakan “Keanekaragaman ekosistem merupakan
komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan lingkungan fisik
(ekosistem) masing masing.”
6. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang
menunjukkan kesuluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada
daerah. Keanekaragaman makhluk hidup ini merupakan kekayaan bumi yang
meliputi hewan, tumbuhan, mikroorganisme dan semua gen yang terkandung di
dalamnya, serta ekosistem yang dibangunnya.
Berdasarkan pengertiannya, keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi tiga macam
yaitu keanekaragaman gen (genetik), keanekaragaman spesies (jenis), dan Keanekaragaman
ekosistem.

B. Tingkat Keanekaragaman Hayati


1. Keanekaragaman Tingkat Gen
Keanekaragaman gen adalah variasi atau perbedaan gen yang terjadi dalam suatu jenis atau
spesies mahluk hidup.  Contohnya, buah durian (Durio ziberhinus) ada yang berkulit tebal,
berkulit tipis, berdaging buah tebal, berdaging buah tipis, berbiji besar, atau berbiji kecil.
Sementara keanekaragaman genetik pada spesies hewan, misalnya warna rambut pada
kucing (Felis silvestris catus) ada yang berwarna hitam, putih, abu-abu, dan cokelat.
Keanekaragaman sifat genetik pada suatu organisme dikendalikan oleh gen-gen yang
terdapat di dalam kromosom yang di milikinya. Kromosom tersebut diperoleh dari kedua
induknya dari pewarisan sifat. Namun demikian, ekspresi gen suatu organisme juga
dipengaruhi oleh kondisi  lingkungan tempat hidupnya.
Peningkatan keanekaraman gen dapat terjadi melalui hibridisasi atau perkawinan silang
antara organisme satu spesies yang berbeda sifat, atau melalui proses domestikasi atau
budidaya hewan atau tumbuhan liar oleh manusia. Dengan hibridisasi akan diperoleh sifat
genetik baru dari organisme-organisme pada satu spesies. Keanekaragaman gen pada
organisme dalam satu spesies disebut varietas atau ras.
2. Keanekaragaman Tingkat Jenis (Spesies)
Keanekaragaman jenis atau spesies adalah perbedaan yang dapat ditemukan pada
komunitas atau kelompok berbagai spesies yang hidup disuatu tempat. Contohnya disuatu
halaman terdapat pohon mangga, kelapa, jeruk, rambutan, bunga mawar, melati, cempaka,
jahe, kunyit, burung, kumbang, lebah, semut, kupu-kupuu, dan cacing.

3. Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem


Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi
timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada
suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan
anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada. Dalam ekosistem,
organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai
suatu sistem. Semua makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungannya yang berupa faktor
biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup lain, sedangkan yang
termasuk faktor abiotik adalah iklim, cahaya, suhu, air, tanah, kelembapan, dan sebagainya.
Baik faktor biotik maupun abiotik sangat bervariasi. Oleh karena itu, ekostem yang
merupakan kesatuan dari biotik dan abiotik pun bervariasi pula.
Didalam ekosistem, komponen biotik harus dapat berinteraksi dengan komponen biotik
lainnya dan juga dengan komponen abiotik agar tetap bertahan hidup. Jadi, interaksi antar
organisme didalam ekosistem ditentukan oleh komponen biotik dan abiotik yang
menyusunnya.Komponen biotik sangat beranekaragam dan komponen abiotik berbeda
kulitas dan kuantitasnya, perbedaan komponen-komponen penyusun tersebut
mengakibatkan perubahan dari interaksi yang ada sehingga menciptakan ekosistem yang
berbeda pula. Jadi jelaslah bahwa keanekaragaman hayati pada tempat yang berlainan akan
menyusun ekosistem yang berbeda.
Di bumi ada bermacam-macam ekosistem, yaitu ekosistem alam dan buatan. Secara garis
besar ekosistem alam dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan.
Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.
1. Ekosistem Darat (Terestrial)
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak
geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat yaitu sebagai berikut.

 Bioma Gurun
Gurun dan setengah gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika Utara, Australia dan
Asia Barat. Karakteristik dari bioma ini yaitu curah hujan sangat rendah, + 25 cm/tahun.
Perbedaan suhu siang hari dengan malam hari sangat tinggi (siang dapat mencapai 45 C,
malam dapat turun sampai 0 C). Vegetasi di daerah gurun di dominasi oleh tanaman kaktus,
sukulen, dan berbagai tanaman xerofit. Hewan yang menghuni daerah gurun umumnya
adalah serangga, hewan pengerat, ular dan kadal. Contoh bioma gurun adalah Gurun Sahara
di Afrika, Gurun Gobi di Asia, Gurun Anzo Borrega di Amerika.

 Bioma Padang Rumput


Bioma padang rumput terbentang dari daerah tropika sampai ke sub    tropika.Ciri-ciri bioma
padang rumput yaitu curah hujan 25 – 50 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur.
Vegetasi yang mendominasi adalah rerumputan. Hewannya adalah bison, Zebra, kanguru,
singa, harimau, anjing liar, ular, rodentia, belalang dan burung. Contoh bioma padang
rumput antara lain Amerika Utara, Rusia, Afrika Selatan, Asia dan Indonesia (Sumbawa).

 Bioma Hutan Hujan Tropis


Bioma ini berada di daerah tropik, yaitu di Indonesia, India, Thailand, Brazil, Kenya, Costa
Rica, dan Malaysia. Curah hujan tinggi yaitu 200 – 255 cm per tahun, matahari bersinar
sepanjang tahun. Jenis tumbuhan sangat banyak dan komunitasnya sangat kompleks.
Tumbuhan tumbuh dengan subur, tinggi, serta banyak cabang dengan daun yang lebat
sehingga membentuk tudung atau kanopi. Tumbuhan khas adalah kelompok liana, yaitu
tumbuhan yang merambat, misalnya rotan, dan tumbuhan epifit yaitu tumbuhan yang
menempel pada tumbuhan lain, misalnya anggrek. Binatang yang menghuni hutan hujan
tropik adalah berbagai macam burung, kera, babi hutan, tupai, macan, gajah, dan rusa dan
hewan yang bersifat nokturnal.

 Bioma Hutan Gugur


Hutan gugur terdapat di daerah subtropik di Eropa Barat, Korea, Jepang utara, dan Amerika
Timur. Bioma ini memiliki curah hujan 75 – 100 cm per tahun. Mempunyai 4 musim: musim
panas, musim dingin, musim gugur dan musim semi. Keanekaragaman jenis tumbuhan lebih
rendah daripada bioma hutan tropis. Tumbuhan yang ada terutama mapel, oak, beech, yang
selalu menggugurkan daunnya pada musim gugur. Hewan-hewan yang umum adalah rusa,
beruang, dan rubah, racoon, burung pelatuk, dan serangga.

 Bioma Taiga
Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik, misalnya di
Rusia dan Eropa Utara, Kanada, dan Alaska. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah.
Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer (pohon
spruce, alder, dan birch), pinus, dan sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali,
Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke
selatan pada musim gugur.

 Bioma Tundra
Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat
di puncak-puncak gunung tinggi. Daerah ini beriklim kutub, sehingga selalu tertutup salju.
Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Tumbuhan yang ada terutama adalah
lumut Sphagnum dan lumut kerak. Tumbuhan tahunan hampir tidak ada. Hewan-hewan
yang ada adalah beruang kutub, burung, nyamuk, lalat hitam, serigala kutub, reinder, dan
caribou bull (sebangsa rusa).

 Bioma Karst
Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia. Kawasan karst di
Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu, tanahnya kurang subur
untuk pertanian, sensitif terhadap erosi, mudah longsor, bersifat rentan dengan pori-pori
aerasi yang rendah, gaya permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori mikro.
Contoh bioma Karst terdapat di daerah Gunung Kidul.

1. Ekosistem Perairan (Akuatik)

 Ekosistem Air Tawar


Ekosistem air tawar memiliki kadar garam rendah. Air tawar memiliki kemampuan
menyerap panas dari cahaya matahari sehingga perubahan suhu tidak terlalu besar.
Berdasarkan ada tidaknya arus, ekosistem air tawar dibedakan menjadi ekosistem lentik (air
tidak mengalir) misalnya danau, kolam, rawa, serta ekosistem lotik (air mengalir)
misalnyasungai.Tumbuhan yang menghuni lingkungan perairan tawar meliputi tumbuhan
yang berukuran besar (makrohidrofita) serta tumbuhan yang berukuran kecil, yaitu
ganggang. Tumbuhan biji di ekosistem air tawar misalnya teratai dan eceng gondok.
Sedangkan tumbuhan yang berukuran mikroskopik misalnya ganggang biru, ganggang hijau,
dan diatomae. Hewan yang menghuni air tawar adalah udang-udangan, ikan, dan serangga.

 Ekosistem Air Laut


Bioma air laut luasnya lebih dari dua pertiga permukaan bumi. Bioma air laut kurang
terpengaruh oleh perubahan iklim dan cuaca. Ciri khas air laut adalah mempunyai kadar
garam yang tinggi. Kadar garam rata-rata air laut adalah 35 ppm (part per million). Di daerah
khatulistiwa kadar garamnya lebih tinggi daripada di daerah yang jauh dari
khatulistiwa.Organisme laut memiliki pola adaptasi terhadap tekanan osmosis sir laut yang
tinggi dengan cara yang berlawanan dengan organisme air tawar.

 Ekosistem Estuari
Estuari (muara) merupakan wilayah perairan tempat pertemuan antara sungai dan laut atau
disebut muara sungai. Muara sungai disebut pantai lumpur.
Estuari mempunyai ciri berair payau dengan tingkat salinitas di antara air tawar dan laut.
Vegetasi didominasi oleh tumbuhan bakau dan rumput laut. Beberapa organisme laut
melakukan perkembangbiakan di wilayah ini seperti ikan, ganggang, dan fitoplankton, udang
dan moluska yang dapat dimakan. Estuari banyak terdapat di wilayah Jawa, Sumatera,
Kalimantan, dan Papua. Nutrien dari sungai memperkaya daerah estuari.

 Ekosistem Pantai
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI –
mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar.
Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi,
sehingga terdapat batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin
di bagian bawah yang disebut daerah termoklin. Dinamakan demikian karena yang paling
banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan
terhadap hempasan gelombang dan angin. Tumbuhan yang hidup di ekosistem ini menjalar
dan berdaun tebal.

 Ekosistem Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta
mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan
memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di anak
sungai sering dijumpai ikan air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan lele dan gurame. Beberapa
sungai besar dihuni oleh berbagai kurakura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni
oleh buaya dan lumba-lumba.

 Ekosistem Terumbu Karang


Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas khusus yang terdiri dari karang
batu clan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah
komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat
berlangsung.
Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang
mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacam-macam
bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang.Hewan-hewan
yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai
invertebrata, mikroorganisme, dan ikan hidup di antara karang clan ganggang. Herbivor
seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivor.

 Ekosistem Laut Dalam


Merupakan zona pelagik laut. Ekosistem ini berda pada kedalaman 76000 m dari permukaan
laut. Sehingga tidak ada lagi cahaya matahari, oleh karena itu produsen utama di ekosistem
ini merupakan organisme kemoautrotof. Biasanya terdapat lele laut dan ikan laut yang
dapat mengeluarkan cahaya (bioluminisensi). Sebagai produsen terdapat bakteri yang
bersimbiosis dengan karang tertentu.

 Ekosistem Lamun
Lamun atau seagrass adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang
hidup di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang
dangkal.
1. Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau
hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah.
Contoh ekosistem buatan adalah:
 Bendungan.

 Hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus.

 Agroekosistem berupa sawah tadah hujan.

 Sawah

 Ekosistem pemukiman seperti kota dan desa.

 Ekosistem ruang angkasa.

C. Fungsi dan Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia


Keanekaragaman Hayati Indonesia merupakan anugrah terbesar dati Tuhan Yang Maha
Kuasa. Keanekaragaman hayati memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut.
1. Nilai Ekonomi Keanekaragaman Hayati
Nilai ekonomi keanekaragaman hayati merupakan nilai kemanfaatan dari berbagai sumber
hayati yang dapat menghasilkan keuntungan bagi penggunaanya, yaitu dapat di perjual
belikan. Keanekaragaman hayati yang memiliki nilai ekonomi antara lain sebagai bahan
pangan, obat-obatan, kosmetik, sandang, papan, dan memiliki aspek budaya.
1. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan pangan.
Keanekaragaman hayati di jadikan sebagai makanan pokok yang di konsumsi oleh manusia
misalnya dari tumbuhan yaitu padi, jangung, singkong, ubi jalar, talas kentang, sorgum dan
lain lain sedangkan dari hewan misalnya daging sapi, daging ayam, ikan laut dan telur.
1. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan obat-obatan
Keanekaragaman hayati yang berasal dari tumbuhan sebagai sumber obat-
obatan, misalnya : mengkudu untuk menurunkan tekanan darah tinggi, kina untuk obat
malaria, buah merah untuk mengobati kanker, kolesterol tinggi, dan diabetes. Sedangkan
yang berasal dari hewan contohnya madu lebah dimanfaatkan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh, dan bagian daging dan lemak ular dipercaya dapat mengobati penyakit kulit
1. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan kosmetik
Beberapa tumbuhan  digunakan untuk kosmetika, antara lain sebagai berikut misalnya :
Bunga mawar, melati, cendana, kenanga, dan kemuning dimanfaatkan untuk wewangian
(parfum). Kemuning, bengkoang, alpukat, dan beras digunakan sebagai lulur tradisional
untuk menghaluskan kulit. Sedangkan urang aring, mangkokan, pandan, minyak kelapa, dan
lidah buaya digunakan untuk pelumas dan penghitam rambut.
1. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan sandang
Keanekaragaman hayati yang dijadikan sumber sandang, misalnya : rami, kapas, pisang
hutan atau abaca, dan jute, dimanfaatkan seratnya untuk membuat kain atau bahan
pakaian, ulat sutera untuk membuat kain sutera yang memiliki nilai ekonomi sangat tinggi,
kulit sapi dan kambing untuk membuat jaket, bulu burung untuk membuat aksesoris
pakaian.
1. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan papan
Sebagai bahan papan, keanekaragaman hayati dimanfaatkan untuk membuat rumah dan
sejenisnya misalnya kayu jati, kelapa, nangka, meranti keruing, rasamala, ulin dan bambu
dimanfaatkan kayunya untuk membuat jendela, pintu, tiang dan atap rumah.
1. Keanekaragaman hayati sebagai aspek budaya
Beberapa upacara ritual keagamaan dan kepercayaan antara lain : Budaya nyeka (ziarah
kubur) pada masyarakat jawa menggunakan bunga mawar, kenanga, kuntil, dan melati.
Umat islam menggunakan heawan ternak seperti sapi, kambing dan kerbau pada hari
qurban. Upacara ngaben di Bali menggunakan 39 jenis tumbuhan yang mengandung minyak
atsiri yang berbau harum, antara lain kenanga, melati, cempaka, pandan, sirih, dan cendana.
2. Nilai Pendidikan Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati dapat menambah pemahaman dan pengetahuan manusia.
Pemanfaatan hewan dan tumbuhan digunakan untuk bahan percobaan untuk kedokteran
dan eksperimen eksperimen tertentu.
3. Nilai Ekologi Keanekaragaman Hayati
Nilai ekologi dari keanekaragaman hayati, antar lain sebagai perlindungan terhadap
kerusakan lahan karena akar tanaman akan melindungi tanah dari kerusakan, pengikisan,
menyerap air hujan sehingga tidak terjadi banjir atau tanah longsor.
D. Faktor Penyebab Menghilangnya Keanekaragaman Hayati
Menghilangnya kanekaragaman hayati di suatu wilayah dapat disebabkan oleh beberapa
faktor berikut ini :
1. Hilangnya Habitat
Daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature) menunjukkan bahwa
hilangnya habitat yang diakibatkan manajemen pertanian dan hutan yang tidak
berkelanjutan menjadi penyebab terbesar hilangnya kenaekaragaman hayati.
Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan semakin bertambah pula kebutuhan yang
harus dipenuhi. Lahan yang tersedia untuk kehidupan tumbuhan dan hewan semakin sempit
karena digunakan untuk tempat tinggal penduduk, dibabat untuk digunakan sebai lahan
pertanian atau dijadikan lahan industri.
2. Pencemaran Tanah, Udara, dan Air
Zat pencemar (polutan) adalah produk buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia.
Polutan tersebut dapat mencemari air, tanah, dan udara. Beberapa polutan berbahaya bagi
organisme misalnya, nitrogen dan sulfur oksida yang dihasilkan dari kendaraan bermotor
jika bereaksi dengan air akan membentuk hujan asam yang merusak ekosistem.
Pembuangan chlorofluorocarbon (CFC) yang berlebihan menyebabkan lapisan ozon di
atmosfer berlubang. Akibatnya intensitas sinar ultraviolet yang masuk ke bumi meningkat
dan menyebabkan banyak masalah, antara lain berkurangnya biomassa fitoplankton di
lautan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan rantai makanan organisme.
3. Perubahan Iklim
Salah satu penyebab perubahan iklim adalah pencemaran udara oleh gas karbon dioksida
(CO2) yang menimbulkan efek rumah kaca. Menurut Raven (1995), “ efek rumah kaca
meningkatkan suhu udara 1-30C dalam kurn waktu 100 tahun.” Kenaikan suhu tersebut
menyebabkan pencairan es di kutub dan kenaikan permukaan air laut sekitar 1-2 m yang
berakibat terjadinya perubahan struktur dan fungsi ekosistem lautan.
4. Eksploitasi Tanaman dan Hewan
Eksploitasi Hewan dan tumbuhan secara besar-besaran biasanya dilakukan terhadap
komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi, misalnya kayu hutan yang digunakan untuk
bahan bangunan dan ikan tuna sirip kuning yang harganya mahal dan banyak diminati oleh
pencinta makanan laut. Eksploitasi yang berlebihan dapat menyebabkan kepunahan spesies-
spesies tertentu, apalagi bila tidak diimbangi dengan usaha pengembangbiakannya.
5. Masuknya Spesies Pendatang
Masuknya spesies dari luar ke suatu daerah seringkali mendesak spesies lokal yang
sebenarnya merupakan spesies penting dan langka di daerah tersebut. Beberapa spesies
asing tersebut dapat menjadi spesies invasif yang menguasai ekosistem. Contohnya ikan
pelangi (Melanotaenia ayamaruensis) merupakan spesies endemik Danau Ayamaru, Papua
Barat. Ikan pelangi terancam punah karena dimangssa oleh ikan mas (Cyprinus carpio) yang
dibawa dari jepang dan menjadi spesies invasif di danau tersebut.
6. Industrilisasi Pertanian dan Hutan
Para petani cendrung menanam tumbuhan dan memelihara hewan yang bersifat unggul dan
menguntungkan, sedangkan tumbuhan dan hewan yang kurang unggul dan kurang
menguntungkan akan disingkirkan. Selain itu, suatu lahan pertanian atau hutan industri
umumnya hanya ditanami satu jeis tanaman (monokultur) misalnya teh, karet, dan kopi. Hal
ini dapat menurunkan keanekaragaman hayati tingkat spesies.
E. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Menurunnya keanekaragaman hayati menyebabkan semakin sedikit pula manfaat yang
dapat diperoleh manusia. Penurunan keanekaragaman hayati dapat dicegah dengan
melakukan pelestarian (konservasi) keanekaragaman hayati. Konservasi keanekaragaman
hayati memiliki beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut :
1. Menjamin kelestarian fungsi ekosistem sebagai penyangga kehidupan;
2. Mencegah kepunahan spesies yang disebabkan oleh kerusakan habitat dan
pemanfaatan yang tidak terkendali;
3. Menyediakan sumber plasma nuftah untuk mendukung pengembangan dan
budidaya tanaman pangan, obat-obatan, maupun hewan ternak.
Konservasi  keanekaragaman hayati di Indonesia diatur oleh UU No. 5 tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya dan UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
dengan tiga azas, yaitu tanggung jawab, berkelanjutan, dan bermanfaat.
Pelestarian sumber daya alam hayati harus dilakukan secara terpadu dan melibatkan banyak
pihak.  Beikut ini akan dijelaskan dua jenis pelestarian yaitu pelestarian secara In Situ dan
Pelestarian Ek Situ.
1. Pelestarian Secara In Situ
Pelestarian secara in situ artinya pelestarian sumber daya alam hayati yang dilakukan di
habitat asalnya. Contohnya, bunga Rafflesia arnoldi di Bengkulu, badak jawa di Ujung Kulon,
dan komodo di Pulau Komodo. Yang termasuk pelestarian sumber daya alam hayati secara
in situ yaitu :
1. Perlindungan alam ketat, yaitu perlindungan alam yang membiarkan alam
berkembang secara alamiah.
2. Perlindungan alam terbimbing, yaitu perlindungan alam yang dibina oleh para ahli.
3. Perlindungan geologi, yaitu perlindungan terhadap formasi geologi (tanah).
4. Perlindungan alam zoologi, yaitu perlindungan terhadap hewan langka dan hampir
punah serta perkembangbiakannya.
5. Perlindungan alam botani, yaitu perlindungan terhadap tumbuhan.
6. Taman nasional, digunakan sebagai tempat rekreasi.
7. Perlindungan pemandangan alam berupa danau dan air terjun.
8. Perlindungan monumen alam berupa perlindungan terhadap benda benda alam
yang terpencil.
9. Perlindungan suaka margasatwa, yaitu perlindungan hewan dari perburuan.
2. Pelestarian Secara Ek Situ
Pelestarian secara ek situ artinya pelestarian sumber daya alam hayati yang dilakukan di luar
habitat asalnya atau dipelihara di tempat lain. Pelestarian secara ek situ ada beberapa
macam, misalnya kebun koleksi, kebun plasma nuftah, dan kebun raya.
 
 
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
1. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang
menunjukkan kesuluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada
daerah. Tingkat keanekaragaman hayati terdiri dari tiga yaitu keanekaragaman gen,
keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman ekosistem.
2. Berdasarkan pengertiannya, keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi tiga
tingkatan yaitu keanekaragaman gen (genetik), keanekaragaman spesies (jenis), dan
Keanekaragaman ekosistem.
3. Fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati yaitu memiliki nilai ekonomi sebagai
sumber bahan pangan, obat-obatan, kosmetik, sandang, papan dan memiliki aspek
budaya. Selain itu keanekaragaman hayati juga memiliki nilai pendidikan dan ekologi.
4. Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati di suatu daerah
disebabkan oleh hilangnya habitat, pencemaran tanah, udara dan air, perubahan
iklim, eksploitasi tanaman dan hewan, masuknya spesies pendatang dan
industrilisasi pertanian dan hutan.
5. Untuk mencegah kepunahan keanekaragaman hayati diperlukan usaha untuk
melestarikannya baik usaha untuk perlindungan maupun pengawetan alam serta
pelestarian keanekaragaman hayati yang meliputi pelestarian secara in situ maupun
ek situ.
B.Saran
Didalam kehidupan didunia ini terdapat berbagai jenis keanekaragaman baik hewan
maupun tumbuhan. Untuk mencegah kepunahan maka diperlukan usaha bersama antara
pemerintah dan masyarakat dalam upaya untuk melestarikannya, dan memberikan sanksi
yang tegas kepada oknum-oknum yang bertanggung jawab atas perusakan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

 
Anonim. (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Henny Riandari. (2014). Biologi untuk Kelas X SMA dan MA. Solo : Global.
Irnaningtyas. (2013). Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Erlangga.
Mochamad Indrawan. (2007). Biologi Konservasi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Nunung Nurhayati, Mukhlis, & Agus Jaya. (2014). Biologi untuk SMA/MA Kelas X. (cetakan
ke-1). Bandung : Yrama Widya.
Supardi. (1994). Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung : Alumni.

Anda mungkin juga menyukai