Anda di halaman 1dari 2

1. A.

Minimum Population Sizes for Species Conservation (MPS) merujuk pada ukuran populasi
minimum yang diperlukan untuk menjaga keberlanjutan suatu spesies, termasuk populasi
yang terisolasi. Konsep ini mencakup pemahaman bahwa terdapat ambang batas tertentu
terkait jumlah individu dalam suatu populasi yang dapat menjamin, dengan tingkat risiko
yang dapat diterima, bahwa spesies tersebut akan tetap bertahan dalam kondisi yang layak
untuk suatu periode waktu tertentu. Meskipun demikian, konsep MPS memiliki peran yang
sangat penting dalam program konservasi spesies, terutama dalam konteks pembiakan
dalam penangkaran atau upaya konservasi di luar habitat asli. Dengan adanya MPS, dapat
diturunkan persyaratan minimum area yang diperlukan untuk merencanakan cagar alam, dan
diskusi seputar konsep ini memberikan wawasan dalam pengembangan bidang biologi
konservasi (Shaffer, 1981). Ukuran populasi efektif dari konsep ini secara umum adalah
50/500, Ne=50 diperlukan untuk hindari kepunahan jangka pendek dan Ne=500 untuk
bertahan jangka panjang. Namun akibat beban inbreeding dan pertimbangan seleksi genetik
menyebabkan saran untuk menggandakannya menjadi 100/1000. Saran tersebut saat ini
masih menjadi penelitian para ilmuwa dan konteks spesifik dari spesies tertentu, termasuk
tingkat reproduksinya, dapat memengaruhi ukuran efektif minimum yang sesuai
(Pérez-Pereira ea al, 2022)
2. Perundang-undangan memiliki peran krusial dalam menjaga keberlanjutan biodiversitas
melalui empat aspek utama. Pertama, pengendalian kerusakan dilakukan melalui tindakan
pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan, melibatkan regulasi tata ruang kota,
kesadaran masyarakat, dan penghentian sumber kerusakan. Kedua, pemeliharaan
biodiversitas melibatkan tindakan budidaya, perlindungan, dan pencegahan kerusakan
ekosistem kota. Ketiga, pengawasan memerlukan tata kelola yang baik, dengan monitoring
dan evaluasi konsisten untuk pengelolaan yang tepat. Pentingnya partisipasi masyarakat juga
diakui. Terakhir, penegakan hukum sesuai peraturan berlaku penting untuk melibatkan
pelaku yang merusak ekosistem. Perundang-undangan menjadi landasan integral dalam
melindungi, melestarikan, dan memanfaatkan lingkungan oleh ekosistem (Kusmana,2015)
3. A. Local wisdom disebut sebagai senjata pamungkas dalam menjaga biodiversitas Indonesia
bahkan dunia karena beberapa alasan berikut:
1. Menjaga sumber daya alam dan mengembangkan keanekaragaman hayati: Local wisdom
membantu mengelola sumber daya alam dan mengembangkan keanekaragaman hayati
dengan baik, melalui penggunaan metode yang berkelanjutan dan menjaga keseimbangan
antara manusia dan lingkungan[2].
2. Mengatur perubahan sosial dan ekonomi: Local wisdom memainkan peran penting dalam
mengatur perubahan sosial dan ekonomi yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya
alam, sehingga menjaga keseimbangan antara penggunaan sumber daya dan penjagaan
lingkungan[2].
3. Menjaga keseimbangan ekosistem: Local wisdom membantu mengelola ekosistem dan
menjaga keseimbangan ekosistem, yang penting untuk menjaga kelangsungan hidup spesies
dan menjaga keanekaragaman hayati[1].
4. Mendukung pengembangan masyarakat: Local wisdom membantu mengembangkan
masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan memastikan penggunaan
sumber daya alam yang berkelanjutan dan menjaga keseimbangan antara manusia dan
lingkungan[2].
5. Menjaga keanekaragaman budaya: Local wisdom juga memainkan peran penting dalam
menjaga keanekaragaman budaya, yang saling melengkapi dan menggantikan
keanekaragaman biodiversitas[3].
Dalam gilirannya, local wisdom menjadi senjata pamungkas dalam menjaga biodiversitas
Indonesia bahkan dunia karena membantu mengelola sumber daya alam, mengatur
perubahan sosial dan ekonomi, menjaga keseimbangan ekosistem, mendukung
pengembangan masyarakat, dan menjaga keanekaragaman budaya.

1. Silalahi, 201
2. Titisari, 2019
3. Adinugraha & Ratnapuri, 2020

B. - Local wisdom di Indonesia yang dapat menjaga biodiversitas tetap Lestari contohnya
adalalah matakau. Matakau merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang dipercayai
dapat menjaga dan melindungi tanaman dari tindakan pencurian. Masyarakat Negeri Allang
Kecamatan Leihitu Barat, Kabupaten Maluku Tengah masih memakai tanda Matakau untuk
melindungi tanaman mereka, tanda matakau yang biasa dipakai menggunakaan botol yang di
ikat kain berang dan gaba-gaba yang diukir berbentuk ular yang diikat kepalanya dengan kain
berang. Tanda matakau biasanya dipakai kebanyakan pada tanaman pertanian seperti
tanaman lemon, tanaman cabe, tanaman nenas dan lain sebagainya. Membuat tanda
larangan matakau ini berguna untuk menghindari tindakan pencurian pada tanaman mereka
(Falensya Nampasnea, dan Billy Seipalla, 2023)

- Qanat adalah sistem tradisional pengelolaan air bawah tanah yang telah digunakan di Iran
selama berabad-abad. Sistem ini memungkinkan air dari akuifer atau sumur air untuk
diangkut ke permukaan melalui akuaduk bawah tanah. Sistem ini berasal dari Iran sekitar
3.000 tahun yang lalu dan telah digunakan di seluruh Afrika Utara dan Timur Tengah dengan
nama yang berbeda, seperti foggara di Aljazair, khettara di Maroko, falaj di Oman dan Uni
Emirat Arab, karez di Afghanistan, dan 'uyūn di Arab Saudi

Sistem qanat memainkan peran penting dalam menjaga keanekaragaman hayati dan
ekosistem lokal. Sistem ini memastikan pasokan air yang cukup untuk pertanian, sehingga
menjaga keseimbangan hidup spesies dan keanekaragaman hayati. Selain itu, sistem ini
membantu menjaga keseimbangan ekosistem, karena air yang disalurkan ke lapisan bawah
tanah langsung diserap oleh akar tanaman, sehingga menjaga kelangsungan hidup spesies
dan keanekaragaman hayati. Sistem qanat juga mungkin terkait dengan keanekaragaman
budaya lokal, mencerminkan pengetahuan dan praktik tradisional masyarakat dalam
menjaga keanekaragaman hayati dan mengelola sumber daya alam

Dalam gilirannya, qanat menjadi contoh local wisdom yang efektif dalam menjaga
biodiversitas dan menjaga kelangsungan hidup spesies. Sistem ini memastikan pasokan air
yang berkelanjutan untuk pertanian, mendukung ekosistem lokal, dan menjaga
keanekaragaman budaya.

Anda mungkin juga menyukai