Anda di halaman 1dari 6

Nama : Daniel Rizkyawan

NIM : 044599177
Mata Kuliah : Hukum Lingkungan (HKUM 4210)

1. Saat ini, krisis iklim telah merenggut banyak nyawa mulai karena kesehatan
maupun korban jiwa dari bencana akibat krisis iklim seperti banjir dan kebakaran
hutan. Dengan kebijakan saat ini, Indonesia membiarkan intensitas bencana
tersebut meningkat dan memakan korban jiwa lebih banyak. Beberapa fakta yang
terjadi antara lain:
a. Aspek Kesehatan Polusi Udara membunuh lebih dari 130.000 orang di
Indonesia setiap tahun. Setiap tahun 435.000 orang meninggal karena
malaria.
b. Bencana Alam Kebakaran hutan Indonesia tahun 2015 membunuh 100.300
orang dari tiga negara. Awal tahun 2020, 86 orang tewas akibat banjir.
c. Cuaca Ekstrem Gelombang Panas membunuh ribuan orang di dunia. 48 juta
orang Indonesia terancam kekeringan.
d. Kenaikan permukaan laut secara ekstrem yang bisa mencapai hingga 50
meter
e. Hutan kehilangan hutannya. 87% bagian dari hutan hujan amazon akan
hilang.

Sumber: https://www.walhi.or.id/uploads/buku/Presentation%20Deck%20-
%20Analisis%20Kebijakan%20Iklim%20Indonesia%20-%20final.pdf

Berdasarkan pemaparan fakta di atas, analisislah:


a. Apakah menurut anda implementasi keadilan antar generasi dapat menjadi
solusi atas permasalahan diatas? Berikan argumentasi mengapa implementasi
keadilan antar generasi merupakan hal yang sangat krusial bagi kehidupan
generasi mendatang?
Menurut saya keadilan antar generasi dapat menjadi solusi terhadap
berbagai macam permasalahan sebagaimana telah disebutkan pada ilustrasi
diatas selama prinsip keadilan antargenerasi tersebut telah melaksanakan ketiga
jenis perlindungan sebagai bentuk kewajiban lingkungan terhadap bumi, prinsip
keadilan antar generasi telah menciptakan sebuah kewajiban lingkungan
terhadap bumi yang mana dalam hal ini terciptanya 3 jenis perlindungan,
pertama perlindungan atas opsi (conservation of options), perlindungan atas
kualitas (conservation of quality), serta perlindungan atas akses (conservation of
access). Tujuan dari adanya Ketiga aspek ataupun jenis dari perlindungan ini
yaitu agar setiap generasi memiliki tingkat pemanfaatan yang setidaknya sama
dengan tingkat pemanfaatan dari generasi sebelumnya, serta mendorong adanya
sebuah upaya perbaikan keadaan bagi tiap generasi terhadap lingkungannya.
Adanya ketiga jenis perlingungan ini berfungsi juga sebagai batasan kepada tiap
generasi untuk tidak mengeksploitasi terhadap sumber daya yang dimilikinya,
selain itu peranan penting dari ketiga perlindungan ini berkaitan dengan aspek
pembangunan dimana dengan tidak mengeksploitasi sumber daya yang ada
dapat mendorong terjadinya sebuah pembangunan, selain itu pembangunan juga
dapat terjadi dengan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara
berkelanjutan namun tetap tidak melebihi pada batasannya, prinsip
pembangunan yang berkelanjutan ini jika dikaitkan dengan prinsip keadilan
antar generasi maka setiap generasi memiliki peran penting dalam menjaga
kelestarian lingkungan contohnya dengan dengan tidak membuang sampah
sembarangan, terutama dengan jenis samapah yang sulit teruai, menumbuhkan
kebiasaan membuang sampah pada tempatnya, tidak merusak berbagai
ekosistem lingkungan, tidak mengeksplotasi sumber daya alam yang tersedua
yang mana beberapa kegiatan ataupun upaya tersebut dapat berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup dari ekosistem sekitarnya.

b. Berikan analisa anda, apa langkah-langkah yang dapat diambil oleh Indonesia
untuk menerapkan keadilan antar generasi!
Langkah-langkah yang dapat diambil oleh Indonesia untuk menerapkan
keadilan antar generasi yaitu dengan melaksanakan Kewajiban generasi dari tiap
generasi bahkan hingga generasi sekarang dalam hal pemenuhan hak
intergenerational yaitu dengan menjalankan ataupun mengimplementasikan
ketiga jenis perlindungan terhadap bumi yaitu perlindungan atas opsi
(conservation of options), perlindungan atas kualitas (conservation of quality),
serta perlindungan atas akses (conservation of access), hal yang dapat dilakukan
dalam mengimplementasikan ketiga jenis perlindungan tersebut yaitu dengan
melakukan upaya pemanfaatan sumber daya yang saat ini tersedia dengan lebih
efektif dan efisien contohnya tidak melakukan eksploitasi sumber daya yang ada,
kemudian perlindungan atas kualitas dapat diimplementasikan dengan
senantiasa menjaga ataupun melestarikan sumber daya yang ada maka dengan
begitu keberagaman sumber daya dari generasi ke generasi tetap terjaga atau
bahkan menjadi lebih beragam, kemudian yang terakhir yaitu perlindungan atas
akses yang mana dapat tercerminkan dengan adanya sebuah tindakan ataupun
kewajiban untuk tidak mengurangi akses generasi yang akan datang terhadap
sumber daya yang dimiliki karena hal ini akan berkaitan dengan pandangan
utilitarian yang melihat bahwa ukuran yang digunakan untuk menentukan
apakah sebuah tindakan itu benar atau tidak adalah hasil akhir dari tindakan
tersebut, yaitu apakah tindakan tersebut menghasilkan kebahagiaan yang
terbesar atau tidak. Dengan demikian, apabila kebahagiaan, sebagai ukuran
terkait dengan baik atau tidaknya sebuah tindakan yang dilakukan, maka
sepintas kita akan melihat aspek keberlanjutan dari etika utilitarianisme (Alder
dan Wilkinson, 1999)

2. Berikut 5 ilmu menjaga bumi dari suku-suku Indonesia yang membantu


mengurangi efek dari global warming.

Sistem Sasi
Meski memanfaatkan kekayaan laut, masyarakat Maluku dan Papua tidak serakah
dalam mengambil hasil laut kerena mereka memiliki sistem Sasi. Sistem Sasi adalah
pengaturan waktu bagi penduduk setempat untuk mengambil hasil laut di wilayah
adatnya. Penduduk hanya boleh menangkap ikan pada saat-saat tertentu. Dengan
demikian, flora dan fauna laut bisa memperbaharui diri dan berkembang biak
dengan baik.

Ilmu Tiga Hutan


Bagi suku Sakai di Riau, hutan adalah harta yang harus dirawat sebaik-baiknya.
Suku Sakai membagi wilayah hutan mereka menjadi tiga bagian yaitu hutan adat,
hutan larangan, dan hutan perladangan. Di hutan adat, penduduk hanya boleh
mengambil rotan, damar, dan madu lebah, tanpa menebang pohonnya. Sedangkan
hutan larangan sama sekali tidak boleh diusik. Sementara hutan perladangan boleh
ditebang untuk dijadikan ladang tapi tidak semua pohon boleh ditebang, misalnya
pohon sialang yang menjadi tempat bersarangnya lebah madu.

Pamali
Pamali dalam bahasa Sunda berati tabu alias tidak boleh. Aturan ini tidak tertulis
tapi sangat dipatuhi oleh masyarakat Kampung Naga di Tasikmalaya. Penduduk
Kampung Naga percaya jika melanggar adat hidupnya tidak bakal selamat.
Peraturan tersebut di antaranya tidak boleh mengusik Leuweng Larangan atau
Hutan Larangan. Karenanya, penduduk membiarkan pohon tumbang di hutan
sampai membusuk. Mereka juga tidak berani menangkap binatang di hutan. Ilmu
Pamali membuat hutan mereka tetap lestari. Penduduk yang melanggar aturan
akan dihukum, misalnya didenda atau diusir dari wilayahnya. Hukuman berlaku
untuk semua orang, bahkan bathin atau kepala suku yang tertangkap melanggar
aturan akan dicopot kedudukannya.

Perladangan gilir balik


Suku Dayak Bantian di Kalimantan Timur menanam padi, sayuran, rotan, dan buah-
buahan di hutan. Mereka menggunakan sistem perladangan gilir balik. Mereka
membuka hutan untuk dijadikan ladang selama 2 tahun, setelah itu mereka mencari
ladang baru dan membiarkan ladang lama menjadi hutan kembali. Begitu
seterusnya dan tidak semua hutan boleh dijadikan ladang. Ada pula wilayah hutan
yang hanya boleh diambil hasilnya. Buah-buahan hutan yang tidak termakan oleh
penduduk, dibiarkan di hutan agar dimakan oleh satwa liar.

Pikukuh
Pikukuh bagi masyarakat Baduy di Banten adalah aturan yang harus ditaati oleh
warganya dan oleh pengunjung yang datang. Aturan itu antara lain, dalam
pertanian dilarang menggunakan teknologi kimia seperti pupuk buatan dan racun
pemberantas hama. Penduduk juga dilarang menubai atau meracuni ikan di sungai,
mandi memakai sabun, gosok gigi dengan pasta gigi, membuang kotoran di
sembarang tempat, dan lain sebagainya. Pikukuh membuat masyarakat Baduy
hidup berdampingan dengan alam. Mereka tidak mau mencemari alam dan
berusaha menjaga kebersihan serta kemurnian alamnya.

Sumber: https://www.idntimes.com/life/inspiration/shandy-pradana/5-kearifan-
lokal-ini-bantu-kurangi-efek-global-warming-c1c2/5

Tugas anda:
a. Berikan analisa saudara mengapa kearifan lokal penting dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup!
Alasan mengapa kearifan lokal memiliki pengaruh ataupun peran yang
penting dalam perlingungan serta pengelolaan lingkungan hidup dikarenakan
di dalam kearifan lokal terdapat banyak sekali nilai - nilai moral serta budi
luhur yang terkandung, dimana memiliki dampak yang baik bagi masyarakat,
dengan adanya nilai - nilai moral tersebut dapat mengatur tentang bagaimana
kita berperilaku ataupun bersikap baik kepada sesama makhluk hidup
ataupun lingkungan sekitar, dengan adanya pelaksanaan kearifan lokal ini juga
dapat diartikan sebagai sebuah upaya dalam pelestarian budaya yang dimiliki
serta berkembang di lingkungan masyarakat, jika dikaitkan dengan
perlindungan serta pengelolaan lingkungan hidup maka adanya kearifan lokal
ini berperan sebagai pedoman yang harus ditaati oleh masyarakat demi
terciptanya lingkungan yang lestari tanpa mengesampingkan ataupun
melupakan nilai budaya di dalamnya, adanya kearifan lokal tersebut membuat
kita semakin sadar bahwa segala sesuatu memiliki Batasan dan tetap harus
dilestarikan, seperti contohnya penggunaan sumber daya alam, dimana dalam
kearifan lokal terdapat beberapa petuah yang harus kita taati agar tidak terjadi
hal yang kurang baik terkait soal kelestarian lingkungan.

b. Berikan contoh dan jelaskan kearifan lokal dalam hal lingkungan yang hidup di
daerah anda serta bagaimana pengaruhnya pada lingkungan daerah anda!
Salah satu kearifan lokal yang bahkan masih diterapkan hingga saat ini
yaitu budaya Pamali (tabu) Masyarakat Kampung Kuta Ciamis merupakan
sebuah peraturan ataupun norma yang harus ditaati oleh masyarakat yang
sifatnya mengikat kehidupan masyarakat adat yang berkaitan dengan adanya
sumberdaya air. Air bagi masyarakat kampung Kuta Ciamis ini dipergunakan,
memenuhi kebutuhan sehari-hari serta pelaksanaan sebuah ritual adat yang
berkembang di lingkungan masyarakat. Air yang dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari berasal dari empat mata air yaitu Cinangka,
Ciasihan, Cibungur, dan Cipanyipuhan. kemudian adanya sebuah aturan
ataupun larangan bagi Masyarakat yang disebut (pamali) tadi untuk
melakukan penggalian sumur sendiri yang mana adanya larangan ini bertujuan
untuk menjaga kondisi air bawah tanah dengan kondisi yang selalu baik.
kemudian untuk air yang digunakan dalam pelaksanaan upacara adat ritual
nyipuh berasal dari sumber air yang ada di dalam Hutan Keramat. sumber
mata air yang ada di dalam hutan Keramat tidak dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dikarenakan terdapat pamali. Adanya
budaya pamali dalam pengelolaan Hutan Keramat terbukti dapat menjaga
kelestarian ekosistem yang dimiliki oleh lingkungan sekitar sehingga sumber
daya air yang ada di dalamnyapun menjadi terjaga dengan baik tanpa adanya
penurunan kualitas air yang dimiliki.

Sumber :
Indrawardana, Ira. 2012. Kearifan Lokal Adat Masyarakat Sunda Dalam Hubungan
Dengan Lingkungan Alam. Bandung : Universitas Padjajaran.
Samekto, Aji. 2016. Hukum Lingkungan. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Suyatman, Ujang. 2018. Teologi Lingkungan dalam Kearifan Lokal Masyarakat Sunda.
Bandung : Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati.
Wibisana, Andri. (2017). Perlindungan Lingkungan Dalam Perspektif Keadilan Antar
Generasi : Sebuah Penelusuran Teoritis Singkat. Masalah-Masalah Hukum, 46(1), 9-19.

Anda mungkin juga menyukai