Anda di halaman 1dari 14

KONSERVASI BIOREGION DAN PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN

Dr Andi Chairil Ichsan


Pendekatan Bioregion
• Pendekatan bioregion (ekosistem) atau yang lebih dikenal dengan Ecosystem
Based Management merupakan pendekatan yang belakangan ini dianggap
paling relevan dalam pengelolaan sumber daya alam termasuk pengelolaan
kawasan konservasi dan kawasan-kawasan yang dilindungi.

• Bioregion adalah kawasan atau wilayah geografis yang relatif luas dan
memiliki bentang alam serta kekayaan jenis keanekaragaman hayati yang
tinggi dimana proses lingkungan alaminya mempengaruhi fungsi fungsi
ekosistem didalamnya. Bioregion terkait dengan sistem bentang alam,
karateristik resapan air, bentukan lahan, spesies tumbuhan dan satwa dan
budaya manusia (Ecopedia, 2006). Definisi diatas menunjukan bahwa suatu
batasan bioregion ditentukan bukan oleh batas secara politik, akan tetapi
oleh batas geografis dari komunitas manusia dan sistim lingkungan yang
bekerja didalamnya.
• Luas suatu bioregion bisa mencapai ribuan hingga ratus ribuan hektar , bisa
juga tidak lebih dari luas suatu daerah tangkapan air atau bisa seluas satu
propinsi atau negara bagian. Pada kasus -kasus tertentu batasannya bisa
mencakup dua atau lebih negara bergantung pada permasalahan.

• Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya harus berasaskan


pelestarian kemampuan dan pemanfaatan secara serasi dan seimbang yang
ditujukan untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian dan keseimbangan
ekosistem sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan mutu kehidupan manusia yang merupakan tanggung jawab
dan kewajiban semua pihak yang dapat dilakukan melalui kegiatan –kegiatan
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya serta melalui usaha pemanfaatan
sumber daya alam hayati dan ekosistem secara lestari.
• Arti penting suatu kawasan konservasi dan kawasan yang di lindungi akan tampak jika
melihat kembali fungsinya utamanya sebagai pemelihara stabilitas lingkungan dan tata
air, dan fungsi-fungsi lainnya seperti pelastarian biodiversitas, media edukasi, penelitian
dan wisata. Berapa luas kawasan konservasi dan kawasan yang dilindungi yang
seharusnya dialokasikan oleh suatu negara.

• Pengalokasian yang terlalu luas dikhawatirkan dapat mengurangi kesempatan


berproduksi sedangkan dilain pihak, pengalokasian yang kurang, secara jangka panjang
dikhawatirkan dapat menyebabkan kapasitas produksi jauh menurun.

• Untuk sebagian negara, pengalokasian 10 persen dari luas total hutan sebagai kawasan
lindung dianggap sebagai pengalokasian yang realistis meskipun sebenarnya untuk
melindungi beberapa jenis habitat pengalokasian ini masih dianggap terlampau rendah.
Myers (1979) dalam Mackinnon (1993) menyarankan agar tiap negara sebaiknya
menetapkan 20 persen dari total hutan tropika, 10 persen dari total luasan savana dan 5
persen dari total ekosistem boreal yang dimilikinya sebagai kawasan yang dilindungi.
PERUNDANGAN NASIONAL

• Badan-badan pemerintah nasional merupakan instrumen dasar untuk


mengembangkan standar nasional untuk polusi lingkungan. Keberhasilan
menegakkan hukum tersebut secara efektif menentukan kemampuan suatu negara
untuk melindungi warga dan sumberdayanya. Pada saat bersamaan hukum
melindungi komunitas biologi yang kelangsungan hidupnya terancam oleh polusi.

• Pemerintah nasional juga dapat mempengaruhi perlindungan keanekaragaman


hayati dengan cara melakukan pengawasan dan kontrol pada perbatasan,
pelabuhan dan perdagangan.

• pemerintah nasional juga perlu mengidentifikasi spesies terancam punah dalam


wilayah negara masing-masing, serta mengambil langkah-langkah untuk
melestarikan spesies-spesies tersebut, seperti menyiapkan habitat bagi spesies
tersebut, mengontrol pemanfaatan spesies tersebut dan menerapkan rencana
pemulihan spesies secara insitu maupun eksitu.
MASYARAKAT TRADISIONAL DAN
KEANEKARAGAMAN HAYATI

• Masyarakat setempat yang hidup secara tradisional dikenal dengan istilah-


istilah tribal people (masyarakat suku), indigenous people (orang asli), native
people (penduduk asli) atau traditional people (masyarakat tradisional).

• Keanekaragaman yang besar di daerah tropika telah hidup berdampingan


dengan masyarakat selama ribuan tahun, dan pada kebanyakan tempat
manusia tersebut biasanya tidak melakukan pengrusakan besar-besaran
terhadap keanekaragaman hayati di sekelilingnya. Sistem yang mereka
kembangkan umumnya bekerja baik dan tidak merusak lingkungan selama
kepadatan manusia masih rendah dan hutan masih melimpah.

• Banyak masyarakat tradisional yang memiliki etika konservasi yang kuat.


Masyarakat setempat dapat mengelola lingkungan mereka untuk
mempertahankan keanekaragaman hayati.
Pandangan Dunia Terhadap Masyarakat
Sekitar Hutan
• Masyarakat tradisional dipandang oleh dunia barat melalui berbagai
kacamata. Di satu sisi ekstrim, dianggap perusak keanekaragaman hayati
melalui penebangan dan perburuan berlebihan. Di sisi lain dianggap
sebagai noble savages (manusia buas berderajat tinggi) yang hidup
harmonis dengan alam dan mengganggu lingkungan alami sesedikit
mungkin.

• Pandangan jalan tengah yang semakin banyak mendapat penganut adalah


cara hidup masyarakat tradisional amat bervariasi sehingga tidak dapat
dilakukan penyederhanaan gambaran (mengenai penggunaan lingkungan)
yang akan sesuai bagi seluruh kelompok.
Masyarakat Setempat dan Pemerintah Mereka

• Ketika dibangun suatu kawasan perlindungan baru, atau ketika batas-batas


suatu kawasan yang telah ada diterapkan secara kaku, masyarakat
setempat dapat mengalami kesulitan untuk mencapai suatu sumber yang
telah mereka gunakan atau bahkan telah mereka lindungi secara turun
temurun.

• Seringkali hak-hak serta praktek-praktek tradisional masyarakat setempat


diabaikan atau dikorbankan demi menetapkan daerah-daerah konservasi
yang baru. Hal ini disebut sebagai ”eko-kolonialisme”, karena
kemiripannya dengan penginjakanhakmasyarakat setempat, yang umum
dilakukan penjajah di masa lampau. Ini seringkali menimbulkan konflik
antara masyarakat setempat dengan pengelola.
Pendekatan baru dalam pengelolaan SDA
• Integrated conservation-development plans (rencana pengelolaan
pembangunan dan konservasi terpadu), yang memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya
secara berkala atau pada zona-zona tertentu, semakin diakui sebagai
salah satu strategi konservasi terbaik.

• Masyarakat setempat bahkan dapat pula mengambil inisiatif untuk


melindungi keanekaragaman hayati dari penghancuran oleh pihak
luar. Memberdayakan masyarakat setempat yang demikian serta
membantu mereka memperoleh hak hukum bagi lahan-lahan yang
mereka miliki secara turun temurun seringkali merupakan komponen
yang penting dalam upaya untuk menetapkan kawasan-kawasan
perlindungan di negara-negara yang sedang berkembang.
Melibatkan Masyarakat Tradisional dalam Upaya Konservasi

• Beberapa strategi yang memadukan perlindungan keanekaragaman hayati,


adat kebiasaan masyarakat tradisional serta keanekaragaman genetik
tanaman tradisional telah berjalan.
– Cagar Alam Biosfer (Biosphere Reserves).
– Konservasi pertanian secara in-situ.
– Cagar alam pemanfaatan (Extractive reserves).
– Inisiatif masyarakat.
PENDEKATAN INTERNASIONAL PADA KONSERVASI DAN
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Pertemuan PuncakBumi (Earth Summit)


• Pertemuan ini dilangsungkan selama 12 hari di Rio de Janeiro, Brazilia,
menghasilkan lima dokumen utama dan memulai banyak proyek baru, serta
kesepakatan para peserta untuk melanjutkan kerjasama mencapai tujuan jangka
panjang.
– Deklarasi Rio
– Konvensi (Perjanjian) Perubahan Iklim
– Konvensi Keanekaragaman Hayati
– Pernyataan mengenai Prinsip-prinsip Hutan
– Agenda 21.
• Masalah yang paling banyak diperdebatkan adalah mengenai pembiayaan
program-program tersebut. Negara maju bersedia memberikan bantuan dana
kepada negara berkembang untuk pelaksanaan programnya. Meskipun demikian,
masihdiperlukan tambahan dana yang besar untuk pelaksanaan program.
Dana Internasional dan Pembangunan
Berkelanjutan
• Sumber-sumber bantuan keuangan dari lembaga-lembaga di Amerika
Serikat antara lain dari Agency for International Devlopment (AID),
National Science Foundation (NSF) dan yayasan-yayasan amal lainnya.
Proyek yang didanai sebagian besar terkonsentrasi di wilayah Amerika
Latin dan Karibia. Sumber dana baru dibentuk pada tahun 1991 oleh Bank
Dunia bersama UNEP, yaitu GEF – Global Environment Facilities.

• Pada saat ini telah berjalan suatu mekanisme yang semakin penting untuk
menyediakan dukungan yang aman dan berjangka panjang bagi kegiatan
konservasi di negara-negara berkembang, yaitu National Environmental
Fund (NEF, Dana Lingkungan Nasional). Terobosan baru lainnya adalah
debt for nature swapt (pertukaran utang dengan alam), yang berfungsi
sebagai sarana pendanaan perlindungan keanekaragaman hayati.
SUATU AGENDA BAGI MASA DEPAN
• Seluruh masyarakat perlu menyadari perlunya upaya-upaya mendukung konservasi
dan menekan laju kehilangan spesies dan menekan kehilangan komunitas biologi
untuk kepentingan seluruh umat manusia. Para pekerja konservasi harus dapat
membuktikan bahwa perlindungan keanekaragaman hayati memiliki nilai yang
lebih berharga daripada penghancuran keanekaragaman hayati sehingga
masyarakat dan pemerintah dapat lebih tergerak untuk menempuh langkah-
langkah yang positif.

Peran Praktisi Biologi Konservasi dalam Mencapai Agenda

• Para ahli biologi konservasi perlu mengambil peran aktif apabila keanekaragaman
hayati akan dilestarikan, yaitu dengan: (1) meningkatkan kemampuan sebagai
pendidik, (2) mengambil peran lebih aktif dalam dunia politik, (3) menjadi
pengelola bagi komunitas biologi, (4) mengambil peran sebagai pendorong dalam
meyakinkan sejumlah besar orang untuk mendukung upaya konservasi, dan (5)
menjadi pengelola serta praktisi yang efektif bagi proyek konservasi.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai