Anda di halaman 1dari 16

PETUNJUK PRAKTIKUM

SIFAT DASAR KAYU

PROGRAM S1

Oleh:
TIM DOSEN SIFAT DASAR KAYU

LABORATORIUM TEKNOLOGI HASIL HUTAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2019

1
KATA PENGANTAR

Petunjuk praktikum ini dibuat sebagai salah satu penunjang kegiatan matakuliah sifat

dasar kayu. Dengan adanya petunjuk praktikum ini diharapkan dapat memberikan arahan dan

bantuan bagi para praktikan ilmu kayu sehingga dalam pelaksanaan kegiatan praktikum dapat

berjalan dengan lancar.

Dalam petunjuk praktikum terdiri dari tujuan, landasan teori dan prosedur pengamatan

dalam setiap kegiatan, yeng terdiri dari dua pokok bahasan yang terdiri :

1. Bidang orientasi kayu

2. Sifat fisik kayu

Dengan dua materi pokok ini diharapkan mahasiswa dapat memahami secara mendalam bagian-

bagian dari kayu dan dapat mengamati secara kasat mata karateristik dari kayu serta dapat

menentukan jenis-jenis kayu yang sesuai dengan kegunaannya dilihat dari sifat fisik dan fisika

kayunya.

Diharapkan dengan adanya petunjuk praktikum dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang

mempelajari matakuliah sifat dasar kayu.

Mataram, September 2018

Penulis

ii
TATA TERTIB PRATIKUM

1. Semua peserta pratikum harus datang tepat waktu

2. Pada saat pratikum harus menggunakan pakaian praktikum

3. Tidak diperkenankan makan dan minum didalam ruangan praktikum

4. Bila berhalangan karena sakit dan alasan lainnya harus ijin dalam bentuk tertulis dan

disampaikan sehari sebelumnnya.

5. Bila yang berhalangan harus tetap mengikuti tahapan-tahapan praktium dengan mengganti

hari yang lain.

6. Setiap selesai kegiatan praktikum harus mengisi kartu tanda hadir dan ditandatangani

dosen/asisten laboratorium yang bersangkutan

7. Laporan praktikum dikumpulkan seminggu sebelum pelaksanaan ujian akhir dan bila

melebihi waktu yang telah ditetapkan tidak akan diterima.

iii
DAFTAR ISI

Halaman
COVER i
KATA PENGANTAR ii
TATA TERTIB PRATIKUM iii
DAFTAR ISI iv
I. ANATOMI KAYU 1
II. FISIKA KAYU 7
2.1 PERUBAHAN DIMENSI 7
2.2 KADAR AIR 8
2.3 BERAT JENIS 10
DAFTAR PUSTAKA 12

iv
I. ANATOMI KAYU

TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menentukan tiga bidang orientasi/pengamatan kayu
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menggambar bagian-bagian yang terdapat
pada kayu
LANDASAN TEORI
1. BIDANG PENGAMATAN KAYU
Langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan kegiatan identifikasi kayu adalah
harus terlebih dahulu mengetahui bidang-bidang pengamatan kayu. Pada waktu kita
melakukan pengamatan terhadap suatu jenis kayu untuk tujuan identifikasi, maka pengamatan
harus dilakukan pada tiga bidang kayu untuk mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai
cirri-ciri yang terdapat pada kayu tersebut.
Ketiga bidang yang harus diketahui dalam melakukan identifikasi kayu tersebut adalah:
 Bidang Transversal (X)
 Bidang yang tampak apabila sepotong kayu dipotong secara melintang/ tegak
lurus sumbu pohon
Ciri- ciri bidang ini, yaitu:
 Tegak lurus sumbu pohon
 Adanya pori (pada kayu keras)
Pori adalah kenampakan sel pembuluh pada penampang melintang batang
 Adanya lingkaran tahun
 Adanya kenampakan jari-jari kayu berupa pita-pita halus berwarna putih yang
berjajar-jajar
 Bidang Radial (R)
 Bidang yang tampak bila sepotong kayu dipotong searah/ sejajar dengan jari-jari
kayu.
Ciri-ciri bidang ini, yaitu:
 Sejajar terhadap sumbu pohon
 Sejajar dengan arah jari-jari kayu
 Bidang Tangensial (T)

1
 Bidang yang tampak bila sepotong kayu dikelupas kulitnya, namun dalam praktek
yang dimaksud dengan bidang tangensial merupakan talibusur dari sebagian
lingkaran keliling kayu.
Ciri-ciri bidang ini, yaitu:
 Sejajar terhadap sumbu pohon
 Tegak lurus terhadap arah jari-jari kayu

2. METODE IDENTIFIKASI KAYU


Identifikasi kayu adalah kegiatan praktek untuk melakuakan pengamatan secara seksama
terhadap bagian-bagian dari tumbuhan berkayu yang berguna sebagai ciri identitas untuk
mengenali suatu jenis kayu. Bagian-bagian kayu yang diamati dapat dibedakan dalam dua
bagian, yaitu:
1. Ciri-ciri struktur daripada unsur penyusun kayu
2. Sifat-sifat fisik dari kayu tersebut
Hasil pengamatan pada setiap bagian tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai suatu cirri
pengenal yang khas dari bagian kayu tersebut. Selain ciri khas, kita juga harus mengamati sifat
fisik yang khas dari kayu tersebut, dimana cirri dan sifat yang khas tersebut bisa digunakan
untuk melakukan kegiatan identifikasi kayu.
Pada praktikum bagian anatomi kayu akan diperkenalkan beberapa metode identifikasi kayu
yang bisa dilakukan untuk mengenali dan menentukan suatu jenis kayu. Metode yang
digunakan untuk mengidentifikasi kayu ada 3 cara, yaitu:
1. Identifikasi kayu secara makroskopis
2. Identifikasi kayu secara mikroskopis
3. Determinasi kayu
Ketiga metode/cara di atas mempunyai maksud yang intinya kurang lebih sama, yaitu
bagaimana cara mengenali suatu jenis kayu dengan memperhatikan ciri-ciri yang terdapat
pada kayu tersebut. Adapun yang membedakan hanyalah didalam teknik pelaksanaan dan
peralatannya.
Berikut ini akan dijelaskan secara lanjut mengenai identifikasi kayu secara makroskopis.

2
Identifikasi Kayu Secara Makroskopis
a. Pengertian
b. adalah kegiatan mengidentifikasi yang dilakukan dengan cara mengamati secara langsung
dengan menggunakan mata biasa atau loupe (perbesaran 10x atau 12x) terhadap cirri-ciri
suatu jenis kayu baik strukturnya maupun sifat fisiknya.
c. Maksud dan tujuan
Untuk mengenali ciri-ciri kayu perdagangan yang penting sehingga dapat segera
membedakan jenis-jenis kayu tersebut dalam praktek.
d. Peralatan yang diperlukan
 Contoh kayu
 Loupe perbesaran 10-12 x
 Pisau tajam
 Buku praktikum
 Alat tulis-menulis
e. Teknis pelaksanaan
 Membuat irisan melintang, tangensial, dan radial. Dalam membuat irisan melintang
harus diusasahakan supaya irisan tersebut sehalus mungkin, dengan cara membuat
sekali iris dengan pisau yang tajam. Pisau yang tumpul akan menimbulkan goresan-
goresan pada bidang irisan sehingga akan mengganggu bidang pengamatan (bisa dikira
parenkim). Agar lebih jelas bidang pengamatan bisa dibasahi dengan air.
 Melakukan pengamatan terhadap cirri-ciri dan sifat-sifat fisik kayu dengan mata atau
loupe
 Menggambar bidang (X), (T), (R) menurut petunjuk yang ada
 Membuat risalah kayu menurut petunjuk yang ada dengan memperhatikan bahan-
bahan yang diberikan dalam kuliah Anatomi dan Identifikasi Kayu.

3. RISALAH KAYU (Secara Makroskopis)


 Nama kayu : (nama perdagangan dan nama ilmiah)
 Ciri-ciri struktur kayu:
o Lingkaran tahun : ada atau tidak, dan disebabkan oleh apa?
o Pembuluh kayu : sebutkan penyebarannya, ada isinya atau tidak?
o Parenkim : sebutkan bentuk dan penyebarannya.
3
o Jari-jari kayu : jelaskan apa yang terlihat (bertingkat atau tidak,
mempunyai dua macam ukuran atau tidak)
o Tekstur : halus, sedang, kasar.
o Serat : lurus, miring, berpadu
o Saluran dammar, getah: ada atau tidak?
 Sifat-sifat fisik
o Warna : khas atau tidak
o Bau : Harum, tidak berbau atau khas
o Berat : ringan, sedang, berat
o Keras : lunak, sedang, keras
o Kilap : kilap, suram
o Kesan raba
 Penggunaan : bangunan, veneer, kotak pembungkus, pertukangan, dll)

4
Acara 1

Bahan :
1. Pulai (Alstonia scholaris)
2. Dadap (Erythrina variegate)
3. Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes)
4. Rajumas (Duabanga moluccana)
5. Kempas (Koompassia malaccensis)
6. Kemiri (Aleurites moluccana)

Tujuan:
1. Kayu pulai/dadap:
 Melihat penyebaran pembuluh yang lebih kurang ganda radial
 Melihat bentuk parenkim apotrakeal yang berupa parenkim pita (metatrakeal)
2. Kayu sengon:
 Melihat penyebaran pembuluh yang lebih kurang tunggal dan sebagian ganda radial
 Mellihat bentuk parenkim apotrakeal yang berupa difus
3. Rajumas:
 Melihat parenkim vasisentrik pada kayu rajumas.
4. Kayu Kempas
 Melihat parenkim aliform atau aliform konfluen pada kayu kempas.
 Melihat jari-jari bertingkat pada penampang (t)
5. Kayu Kemiri
 Melihat parenkim konfluen

Acara 2
Bahan :
1. Kayu Jati (Tectona grandis)
2. Kayu Mahoni (Swietenia mahagoni)
3. Kayu Puspa (Schima wallichii Korth)
Tujuan:
4. Kayu Jati (Tectona grandis)
 Melihat susunan pori tatalingkar semu
 Melihat penyebaran parenkim terminal/inisial

5
2. Kayu Mahoni
 Melihat susunan pori tatalingkar semu
 Melihat penyebaran parenkim terminal/inisial
 Melihat adanya serat berpadu
3. Kayu Puspa
 Melihat reaksi penyabunan pada kayu puspa
Pekerjaan:
1. Gambarlah penampang (x) dari setiap jenis kayu yang diamati
2. Buatlah risalah untuk setiap jenis kayu yang diamati.

6
II. FISIKA KAYU

2.1. PERUBAHAN DIMENSI KAYU

Perubahan dimensi kayu terdiri dari pengembangan dan penyusutan.


Pengembangan dan penyusutan merupakan suatu proses yang benar-benar saling berkebalikan.
Jika kayu kehilangan air di bawah titik jenuh seratnya (TJS) maka kayu akan menyusut.
Sebaliknya, jika air memasuki struktur dinding sel kayu maka kayu akan mengembang.

Tujuan:

1. Memahami cara pengukuran perubahan dimensi pada kayu


2. Membandingkan besarnya perubahan dimensi pada tiga arah utama kayu

Alat dan bahan:


 Disk kayu pada kondisi segar
 Spidol permanen
 Gergaji
 Caliper
 Oven
 Alat tulis dan lembar pengamatan

Cara kerja:
1. Siapkan disk (lempengan kayu) yang berkondisi segar dengan tebal 4 cm, yang akan
digergaji menjadi sampel pengukuran dimensi kayu, yaitu 2x2x4 cm

7
2. Gergaji disk sesuai dengan gambaran yang telah dibuat. Beri kode dengan penomoran
pada masing-masing sampel tersebut dan beri tanda arah radial, tangensial, dan
longitudinal.

T
R

3. Ukur dimensi awal dari contoh uji pada tempat-tempat yang telah diberi garis yaitu pada
arah radial, tangensial dan longitudinal dengan menggunakan kaliper. Kemudian diberi
kode untuk memudahkan pengukuran berikutnya

4. Masukkan contoh uji ke dalam oven pada suhu 103±2 0C, hingga mencapai kondisi kering
tanur.

5. Ukur dimensi dari contoh uji yang telah mencapai kondisi kering tanur pada tempat-
tempat yang telah diberi garis, yaitu pada arah radial, tangensial, dan longitudinal
menggunakan kaliper.

6. Rendam contoh uji di dalam air selama minimum 3 hari untuk mendapatkan kondisi basah

7. Ukur dimensi basah dari contoh uji pada tempat yang telah diberi garis (seperti langkah 3)

8. Isikan semua data yang telah diperoleh ke dalam buku praktikum

Perhitungan:

2.2 KADAR AIR KAYU

Kadar air kayu adalah banyaknya air yang terdapat di dalam kayu atau produk kayu,
biasanya dinyatakan secara kuantitatif dalam persen (%) terhadap berat kayu bebas air atau berat
8
kering tanur (BKT), namun dapat juga dipakai satuan terhadap berat basahnya. Berat kering tanur
dijadikan sebagai dasar karena berat kering tanur merupakan indikasi dari jumlah substansi/bahan
solid yang ada. Penentuan kadar air kayu dengan cara kering tanur dilakukan dengan
mengeringkan kayu sampai mencapai berat kering tanurnya. Beberapa jenis kayu mengandung
unsur-unsur yang pada waktu dikeringkan mudah menguap dan sering mengacaukan hasil dengan
mendapatkan nilai kadar air yang lebih tinggi.
Tujuan

1. Memahami cara penentuan kadar air dengan metode kering tanur pada kayu
Alat dan Bahan
1. Disk kayu pada kondisi segar (menggunakan bahan acara 1)
2. Gergaji
3. Timbangan
4. Desikator
5. Oven
6. Alat tulis dan lembar pengamatan
Cara kerja
1. Siapkan disk (lempengan kayu) yang berkondisi segar dengan tebal 2 cm, yang akan
digergaji menjadi sampel pengukuran dimensi kayu, yaitu 2x2x4 cm

2. Gergaji disk sesuai dengan gambaran yang telah dibuat. Beri kode dengan penomoran pada

masing-masing sampel tersebut


3. Menimbang contoh uji sebagai berat awal (Bs)
4. Memeasukkan contoh uji ke dalam oven pada suhu 103 ± 20C.
5. Setelah 2 jam contoh uji dikeluarkan dari dlam oven dan dimasukkan ke dalam desikator
selama 10-15 menit, kemudian ditimbang.
6. Kegiatan no.5 dilakukan berulang-ulang hingga diperoleh hasil penimbangan yang
konstan (Bkt)

Perhitungan:
9
2.3 BERAT JENIS KAYU
Berat jenis (BJ) kayu merupakan perbandingan antara kerapatan kayu dengan kerapatan benda
standar (air), sehingga BJ tidak memiliki satuan. Sedangkan kerapatan adalah berat/massa kayu
tanpa kandungan air per satuan volum. BJ kayu dapat ditentukan pada berbagai kondisi kadar air
kayu (basah, segar, kering angin, dan kering tanur.
 Volume segar adalah volume kayu yang diperoleh sesaat setelah kayu ditebang
 Volume kering udara adalah volume kayu setelah kayu dikeringkan di udara terbuka hinga
tercapai kadar air kering udara
 Volume kering tanur adalah volume kayu setelah kayu dikeringtanurkan di dalam oven
hingga tercapai kadar air kering udara
Tujuan:

1. Mengetahui cara penentuan berat jenis kayu


2. Menentukan BJ kayu pada berbagai kondisi kadar air.
Alat dan bahan:

1. Sampel acara 2
2. Timbangan
3. Desikator
4. Oven
5. Alat tulis dan lembar pengamatan
Cara Kerja:

1. Sampel yang digunakan adalah sampel ukuran 2x2x2 cm yang juga digunakan pada acara
2
2. Volume kayu pada kondisi segar, kering udara dan kering tanur diukur dengan metode
pencelupan
a. Siapkan gelas beker yang telah diisi air
b. Siapkan timbangan digital yang akan dipakai untuk mengukur volume

10
c. Letakkan gelas beker berisi air di atass timbangan, kemudian lakukan penaraan
sehingga berat gelas beker menunjukkan posisi 0
d. Masukkan sampel kayu ke dalam air dengan bantuan jarum sampai semua bagian
kayu masuk ke dalam air
e. Amati pertambahan berat pada timbangan digital
f. Catat angka tersebut sebagai volume kayu yang diukur.

Gambar 1. Pengukuran BJ dengan metode pencelupan

3. BJ kayu pada kondisi segar, Kering udara, dan kering tanur ditentukan dengan
perhitungan sebagai berikut:

11
DAFTAR PUSTAKA

Bowyer, JL., R., Shmulsky, dan JG., Haygreen. 2003. Forest Products and Wood Science: an
Introduction. Iowa State. Iowa.

British Standard No.373. 1957. Methods of Testing Small Clear Specimen of Timber, London.

Prawirohatmodjo, S., 2004. Sifat-sifat Fisika Kayu. Bagian Penerbitan Yayasan Pembina
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Prawirohatmodjo, S., 1999. Struktur dan Sifat-Sifat Kayu (Sifat-sifat Makroskopis dan
Identifikasi Kayu). Jilid I. Bagian Penerbitan Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

12

Anda mungkin juga menyukai