PROGRAM S1
Oleh:
TIM DOSEN SIFAT DASAR KAYU
1
KATA PENGANTAR
Petunjuk praktikum ini dibuat sebagai salah satu penunjang kegiatan matakuliah sifat
dasar kayu. Dengan adanya petunjuk praktikum ini diharapkan dapat memberikan arahan dan
bantuan bagi para praktikan ilmu kayu sehingga dalam pelaksanaan kegiatan praktikum dapat
Dalam petunjuk praktikum terdiri dari tujuan, landasan teori dan prosedur pengamatan
dalam setiap kegiatan, yeng terdiri dari dua pokok bahasan yang terdiri :
Dengan dua materi pokok ini diharapkan mahasiswa dapat memahami secara mendalam bagian-
bagian dari kayu dan dapat mengamati secara kasat mata karateristik dari kayu serta dapat
menentukan jenis-jenis kayu yang sesuai dengan kegunaannya dilihat dari sifat fisik dan fisika
kayunya.
Diharapkan dengan adanya petunjuk praktikum dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang
Penulis
ii
TATA TERTIB PRATIKUM
4. Bila berhalangan karena sakit dan alasan lainnya harus ijin dalam bentuk tertulis dan
5. Bila yang berhalangan harus tetap mengikuti tahapan-tahapan praktium dengan mengganti
6. Setiap selesai kegiatan praktikum harus mengisi kartu tanda hadir dan ditandatangani
7. Laporan praktikum dikumpulkan seminggu sebelum pelaksanaan ujian akhir dan bila
iii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER i
KATA PENGANTAR ii
TATA TERTIB PRATIKUM iii
DAFTAR ISI iv
I. ANATOMI KAYU 1
II. FISIKA KAYU 7
2.1 PERUBAHAN DIMENSI 7
2.2 KADAR AIR 8
2.3 BERAT JENIS 10
DAFTAR PUSTAKA 12
iv
I. ANATOMI KAYU
TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menentukan tiga bidang orientasi/pengamatan kayu
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menggambar bagian-bagian yang terdapat
pada kayu
LANDASAN TEORI
1. BIDANG PENGAMATAN KAYU
Langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan kegiatan identifikasi kayu adalah
harus terlebih dahulu mengetahui bidang-bidang pengamatan kayu. Pada waktu kita
melakukan pengamatan terhadap suatu jenis kayu untuk tujuan identifikasi, maka pengamatan
harus dilakukan pada tiga bidang kayu untuk mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai
cirri-ciri yang terdapat pada kayu tersebut.
Ketiga bidang yang harus diketahui dalam melakukan identifikasi kayu tersebut adalah:
Bidang Transversal (X)
Bidang yang tampak apabila sepotong kayu dipotong secara melintang/ tegak
lurus sumbu pohon
Ciri- ciri bidang ini, yaitu:
Tegak lurus sumbu pohon
Adanya pori (pada kayu keras)
Pori adalah kenampakan sel pembuluh pada penampang melintang batang
Adanya lingkaran tahun
Adanya kenampakan jari-jari kayu berupa pita-pita halus berwarna putih yang
berjajar-jajar
Bidang Radial (R)
Bidang yang tampak bila sepotong kayu dipotong searah/ sejajar dengan jari-jari
kayu.
Ciri-ciri bidang ini, yaitu:
Sejajar terhadap sumbu pohon
Sejajar dengan arah jari-jari kayu
Bidang Tangensial (T)
1
Bidang yang tampak bila sepotong kayu dikelupas kulitnya, namun dalam praktek
yang dimaksud dengan bidang tangensial merupakan talibusur dari sebagian
lingkaran keliling kayu.
Ciri-ciri bidang ini, yaitu:
Sejajar terhadap sumbu pohon
Tegak lurus terhadap arah jari-jari kayu
2
Identifikasi Kayu Secara Makroskopis
a. Pengertian
b. adalah kegiatan mengidentifikasi yang dilakukan dengan cara mengamati secara langsung
dengan menggunakan mata biasa atau loupe (perbesaran 10x atau 12x) terhadap cirri-ciri
suatu jenis kayu baik strukturnya maupun sifat fisiknya.
c. Maksud dan tujuan
Untuk mengenali ciri-ciri kayu perdagangan yang penting sehingga dapat segera
membedakan jenis-jenis kayu tersebut dalam praktek.
d. Peralatan yang diperlukan
Contoh kayu
Loupe perbesaran 10-12 x
Pisau tajam
Buku praktikum
Alat tulis-menulis
e. Teknis pelaksanaan
Membuat irisan melintang, tangensial, dan radial. Dalam membuat irisan melintang
harus diusasahakan supaya irisan tersebut sehalus mungkin, dengan cara membuat
sekali iris dengan pisau yang tajam. Pisau yang tumpul akan menimbulkan goresan-
goresan pada bidang irisan sehingga akan mengganggu bidang pengamatan (bisa dikira
parenkim). Agar lebih jelas bidang pengamatan bisa dibasahi dengan air.
Melakukan pengamatan terhadap cirri-ciri dan sifat-sifat fisik kayu dengan mata atau
loupe
Menggambar bidang (X), (T), (R) menurut petunjuk yang ada
Membuat risalah kayu menurut petunjuk yang ada dengan memperhatikan bahan-
bahan yang diberikan dalam kuliah Anatomi dan Identifikasi Kayu.
4
Acara 1
Bahan :
1. Pulai (Alstonia scholaris)
2. Dadap (Erythrina variegate)
3. Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes)
4. Rajumas (Duabanga moluccana)
5. Kempas (Koompassia malaccensis)
6. Kemiri (Aleurites moluccana)
Tujuan:
1. Kayu pulai/dadap:
Melihat penyebaran pembuluh yang lebih kurang ganda radial
Melihat bentuk parenkim apotrakeal yang berupa parenkim pita (metatrakeal)
2. Kayu sengon:
Melihat penyebaran pembuluh yang lebih kurang tunggal dan sebagian ganda radial
Mellihat bentuk parenkim apotrakeal yang berupa difus
3. Rajumas:
Melihat parenkim vasisentrik pada kayu rajumas.
4. Kayu Kempas
Melihat parenkim aliform atau aliform konfluen pada kayu kempas.
Melihat jari-jari bertingkat pada penampang (t)
5. Kayu Kemiri
Melihat parenkim konfluen
Acara 2
Bahan :
1. Kayu Jati (Tectona grandis)
2. Kayu Mahoni (Swietenia mahagoni)
3. Kayu Puspa (Schima wallichii Korth)
Tujuan:
4. Kayu Jati (Tectona grandis)
Melihat susunan pori tatalingkar semu
Melihat penyebaran parenkim terminal/inisial
5
2. Kayu Mahoni
Melihat susunan pori tatalingkar semu
Melihat penyebaran parenkim terminal/inisial
Melihat adanya serat berpadu
3. Kayu Puspa
Melihat reaksi penyabunan pada kayu puspa
Pekerjaan:
1. Gambarlah penampang (x) dari setiap jenis kayu yang diamati
2. Buatlah risalah untuk setiap jenis kayu yang diamati.
6
II. FISIKA KAYU
Tujuan:
Cara kerja:
1. Siapkan disk (lempengan kayu) yang berkondisi segar dengan tebal 4 cm, yang akan
digergaji menjadi sampel pengukuran dimensi kayu, yaitu 2x2x4 cm
7
2. Gergaji disk sesuai dengan gambaran yang telah dibuat. Beri kode dengan penomoran
pada masing-masing sampel tersebut dan beri tanda arah radial, tangensial, dan
longitudinal.
T
R
3. Ukur dimensi awal dari contoh uji pada tempat-tempat yang telah diberi garis yaitu pada
arah radial, tangensial dan longitudinal dengan menggunakan kaliper. Kemudian diberi
kode untuk memudahkan pengukuran berikutnya
4. Masukkan contoh uji ke dalam oven pada suhu 103±2 0C, hingga mencapai kondisi kering
tanur.
5. Ukur dimensi dari contoh uji yang telah mencapai kondisi kering tanur pada tempat-
tempat yang telah diberi garis, yaitu pada arah radial, tangensial, dan longitudinal
menggunakan kaliper.
6. Rendam contoh uji di dalam air selama minimum 3 hari untuk mendapatkan kondisi basah
7. Ukur dimensi basah dari contoh uji pada tempat yang telah diberi garis (seperti langkah 3)
Perhitungan:
Kadar air kayu adalah banyaknya air yang terdapat di dalam kayu atau produk kayu,
biasanya dinyatakan secara kuantitatif dalam persen (%) terhadap berat kayu bebas air atau berat
8
kering tanur (BKT), namun dapat juga dipakai satuan terhadap berat basahnya. Berat kering tanur
dijadikan sebagai dasar karena berat kering tanur merupakan indikasi dari jumlah substansi/bahan
solid yang ada. Penentuan kadar air kayu dengan cara kering tanur dilakukan dengan
mengeringkan kayu sampai mencapai berat kering tanurnya. Beberapa jenis kayu mengandung
unsur-unsur yang pada waktu dikeringkan mudah menguap dan sering mengacaukan hasil dengan
mendapatkan nilai kadar air yang lebih tinggi.
Tujuan
1. Memahami cara penentuan kadar air dengan metode kering tanur pada kayu
Alat dan Bahan
1. Disk kayu pada kondisi segar (menggunakan bahan acara 1)
2. Gergaji
3. Timbangan
4. Desikator
5. Oven
6. Alat tulis dan lembar pengamatan
Cara kerja
1. Siapkan disk (lempengan kayu) yang berkondisi segar dengan tebal 2 cm, yang akan
digergaji menjadi sampel pengukuran dimensi kayu, yaitu 2x2x4 cm
2. Gergaji disk sesuai dengan gambaran yang telah dibuat. Beri kode dengan penomoran pada
Perhitungan:
9
2.3 BERAT JENIS KAYU
Berat jenis (BJ) kayu merupakan perbandingan antara kerapatan kayu dengan kerapatan benda
standar (air), sehingga BJ tidak memiliki satuan. Sedangkan kerapatan adalah berat/massa kayu
tanpa kandungan air per satuan volum. BJ kayu dapat ditentukan pada berbagai kondisi kadar air
kayu (basah, segar, kering angin, dan kering tanur.
Volume segar adalah volume kayu yang diperoleh sesaat setelah kayu ditebang
Volume kering udara adalah volume kayu setelah kayu dikeringkan di udara terbuka hinga
tercapai kadar air kering udara
Volume kering tanur adalah volume kayu setelah kayu dikeringtanurkan di dalam oven
hingga tercapai kadar air kering udara
Tujuan:
1. Sampel acara 2
2. Timbangan
3. Desikator
4. Oven
5. Alat tulis dan lembar pengamatan
Cara Kerja:
1. Sampel yang digunakan adalah sampel ukuran 2x2x2 cm yang juga digunakan pada acara
2
2. Volume kayu pada kondisi segar, kering udara dan kering tanur diukur dengan metode
pencelupan
a. Siapkan gelas beker yang telah diisi air
b. Siapkan timbangan digital yang akan dipakai untuk mengukur volume
10
c. Letakkan gelas beker berisi air di atass timbangan, kemudian lakukan penaraan
sehingga berat gelas beker menunjukkan posisi 0
d. Masukkan sampel kayu ke dalam air dengan bantuan jarum sampai semua bagian
kayu masuk ke dalam air
e. Amati pertambahan berat pada timbangan digital
f. Catat angka tersebut sebagai volume kayu yang diukur.
3. BJ kayu pada kondisi segar, Kering udara, dan kering tanur ditentukan dengan
perhitungan sebagai berikut:
11
DAFTAR PUSTAKA
Bowyer, JL., R., Shmulsky, dan JG., Haygreen. 2003. Forest Products and Wood Science: an
Introduction. Iowa State. Iowa.
British Standard No.373. 1957. Methods of Testing Small Clear Specimen of Timber, London.
Prawirohatmodjo, S., 2004. Sifat-sifat Fisika Kayu. Bagian Penerbitan Yayasan Pembina
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Prawirohatmodjo, S., 1999. Struktur dan Sifat-Sifat Kayu (Sifat-sifat Makroskopis dan
Identifikasi Kayu). Jilid I. Bagian Penerbitan Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
12